Anda di halaman 1dari 5

BENTUK-BENTUK DAN PERLINDUNGAN KONSERVASI SUMBER

DAYA ALAM HAYATI DI INDONESIA


Oleh :
Kadek Nicky Novita
I Gst. Ngr. Parikesit Widiatedja
Bagian Hukum Administrasi Negara/ Hukum Pemerintahan
Fakultas Hukum Universitas Udayana

ABSTRAK:
Sumber daya alam hayati merupakan salah satu unsur terpenting dalam suatu
ekosistem. Unsur-unsur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya saling bergantung
antara satu dengan yang lainnya, sehingga pemanfaatannya juga saling mempengaruhi yang
menimbulkan kerusakan dan kepunahan salah satu daripadanya akan berakibat
terganggunya ekosistem 1 . Oleh karena itu, diperlukan adanya konservasi sebagai
pengelolaan sumber daya alam hayati yang dilakukan secara bijaksana baik dalam bentuk
in situ maupun ex situ. Perlindungan konservasi sumber daya alam hayati yang diatur
dalam UU RI No. 5 Tahun 1990. Dengan menggunakan metode penelitian analisis normatif
dan pendekatan perundang-undangan pada makalah ini, diharapkan perlindungan
konservasi sumber daya alam hayati yang diterapkan di Indonesia menjadi lebih tegas agar
tidak terjadi suatu tindakan-tindakan yang melenceng dari peraturan-peraturan yang ada
dengan mengacu pada ketentuan pidana bagi pelanggarnya

Kata Kunci : Sumber Daya Alam Hayati, Konservasi

ABSTRACT :
Natural resources shall be considered as a highly essential element in an ecosystem.
Each components of natural resources and its ecosystem shall be interdependent and its
exploitation shall impacts adversely on twofold, thus, any deterioration shall also lead to
the disruption of ecosystem. Hence, a means of conservation as a management tool of
natural resources both in situ and ex situ is highly prerequisite. Pursuant to Law No 5 of
1990, such means of protection and conservation are regulated. This writing is composed
by utilizing normative legal research and statutory approach in its methodology. It is
expected that protection of conservation to be enforced in Indonesia to prevent breach of
conduct from regulation stipulated which later triggered the application of penal sanction.

Keywords : Natural Resources, Conservation

1
.M.Daud Silalahi, 2001, Hukum lingkungan Dalam Sistem Penegakkan Hukum Lingkungan Indonesia,
Cetakan ke-1, PT Alumni, Bandung, Hal. 163
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sumber daya alam merupakan kekayaan bumi yang berupa benda mati maupun
benda hidup yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sumber daya
alam dapat dibedakan atas sumber daya alam hayati dan sumber daya alam nonhayati.
Sumber daya alam memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Ada beberapa
jenis sumber daya alam yang tergolong tak dapat diperbaharui, suatu ketika akan habis
sama sekali. Oleh sebab itu, manusia berkewajiban untuk berusaha menggunakan sumber
daya alam yang tak dapat diperbarui secara efisien.2
Definisi dari sumber daya alam hayati menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 5 Tahun
1990 menyatakan bahwa sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang
terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa)
yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem.3
Berdasarkan peraturan perundang-undangan Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa konservasi
sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yang juga menjadi rumusan masalah
adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk konservasi yang ada Di Indonesia dan
perlindungan sumber daya alam hayati di Indonesia.

II. ISI MAKALAH


1.1 Metode Penelitian

2
Takdir Rahmadi, 2011, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Cetakan Ke-1, PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta,
hal.163.
3
Ibid hal. 187.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian yuridis
normatif yang meliputi penelitian asas hukum, norma hukum, sejarah hukum, perbandingan
hukum, inventarisasi hukum, sistematika hukum, sinkronisasi hukum (vertikal dan
horizontal).4 Dikaji dengan pendekatan perundang-undangan (the statute approach) artinya
suatu masalah akan dilihat dari aspek hukumnya dan dengan menelaah peraturan
perundang-undangan, kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang dibahas.

2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN


2.2.1 Bentuk Konservasi
Secara umum bentuk konservasi dapat dibedakan atas 2 (dua) golongan, yaitu:
1. Konservasi in situ adalah kegiatan konservasi flora/fauna yang dilakukan di
dalam habitat aslinya. Konservasi in situ mencakup kawasan suaka alam (Cagar alam dan
Suaka Margasatwa) dan kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
dan Taman Wisata Alam).5
2. Konservasi ek situ yaitu kegiatan konservasi flora/fauna yang dilakukan di luar
habitat aslinya. Konservasi ek situ dilakukan oleh lembaga konservasi, seperti kebun raya,
arbetrum, kebun binatang, taman safari, dan tempat penyimpanan benih dan sperma satwa.6
2.2.2 Perlindungan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati di Indonesia
Seperti yang sudah ada dalam pembahasan diatas konservasi diatur di dalam
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. Undang-undang ini merupakan lex specialis dari undang-undang kehutanan
karena undang-undang konservasi mengatur sebagian mengenai hutan dan kawasan hutan
yang telah diatur secara umum dalam undang-undang kehutanan.
Di dalam hal penegakkan hukum dan perlindungan terhadap konservasi sumber
daya alam hayati di indonesia itu sendiri baik itu sumber daya alam nabati (tumbuhan)
maupun sumber daya alam hewani (satwa) saya mengacu pada ketentuan pasal 21 ayat (1)
dan ayat (2) yang mana menyatakan sebagai berikut :

4
Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, hal.74.
5
Bambang Pamulardi, 1999,Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal. 186.
6
Ibid, hal. 187.
(1) Setiap orang dilarang untuk :
1. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut,
dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan
hidup atau mati;
2. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup
atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.
(2) Setiap orang dilarang untuk :
1. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;
2. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan mati;
3. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di
dalam atau di luar Indonesia;
4. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa
yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau
mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia;
5. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur
dan atau sarang satwa yang dillindungi.
Terhadap pelaku Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya diatur pada UU RI No. 5 Tahun 1990 pasal 40 ayat:
Ayat (1) menyatakan, bahwa barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1), melakukan suatu
kegiatan yang mengakibatkan perubahan keutuhan kawasan suaka alam, dan pasal 33 ayat
(1), yaitu melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan keutuhan zona inti taman
nasional, maka dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda
paling banyak dua ratus juta rupiah.7
Ayat (2) menyatakan, bahwa apabila dengan sengaja dilakukan pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2), yaitu
melakukan kegiatan terhadap tumbuhan dan satwa yang dilindungi, serta pasal 33 ayat (3),
yaitu melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain
dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam, dipidana dengan pidana
penjara palig lama lima tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah.8

7
Koesnadi Hardjasoemantri,2002, Hukum Tata Lingkungan, Cet. Ke-17, Gadjah Mada University Press,
Yogjakarta,Hal. 201.
8
ibid
Sedangkan kelalaian diatur pada ayat (3) dan ayat (4) menetapkan masing-masing
pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah serta
pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda paling banyak lima puluh juta rupiah.9

III. KESIMPULAN
Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber
daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan
unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. Sedangkan
konservasi sumber daya ala hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Bentuk-bentuk dari konservasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu konservasi in situ dan
konservasi ek situ. Perlindungan dan penegakkan hukum dari konservasi sumber daya alam
hayati mengacu pada ketentuan pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) undang-undang No. 5 tahun
1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ketentuan sanksi pidana bagi pihak-
pihak yang melakukan perbuatan melanggar diatur pada UU RI No. 5 Tahun 1990 pasal 40.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Hardjasoemantri ,Koesnadi,2002, Hukum Tata Lingkungan, Cet. Ke-17, Gadjah Mada
University Press, Yogjakarta.
Pamulardi ,Bambang, 1999,Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar.
Rahmad,Takdir,2013, Hukum Lingkungan di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Silalahi, Daud, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakkan Hukum Lingkungan
Indonesia, Cetakan ke-1,PT Alumni,Bandung.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati.

9
ibid

Anda mungkin juga menyukai