TGS Makalah Kelp 5 Hidrosefalus
TGS Makalah Kelp 5 Hidrosefalus
HIDROSEFALUS
Dosen Pembimbing:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Alllah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik
dan saran yang sifatnya membangun kami sangat harapkan untuk kesempurnaan dari
kekurangaan-kekurangan yang ada,sehingga makalah ini bisa bermanfaat .
Demikian yang dapat kami sampaikan, apabila ada kata yang kurang berkenan dalam
penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekali lagi kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kami dalam
pembuatan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi…………………………………………………………………………... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………… 5
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….. 5
C. Tujuan…………………………………………………………………….. 6
A. Defenisi……………………………………………………………………. 7
B. Patofisiologi……………………………………………………………….. 8
C. Etiologi……………………………………………………………………. 9
E. Gejala Klinis……………………………………………………………… 11
G. Komplikasi………………………………………………………………… 13
H. Penatalaksanaan………………………………………………………….. 13
I. Prognosis…………………………………………………………………... 14
A. Pengkajian………………………………………………………………... 16
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………….. 17
3
C. Tujuan (NOC)……………………………………………………………. 18
D. Intervensi (NIC)…………….…………………………………………….. 20
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….. 24
B. Saran…………….………………………………………………………... 24
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Hidrosefalus?
2. Bagaimana patofisiologi Hidrosefalus?
3. Bagaimana etiologi Hidrosefalus?
4. Bagaimana klasifikasi dan manifestasi klinik ?
5. Bagaimana gejala klinis Hidrosefalus?
6. Bagaimana pemeriksaan dan diagnostic Hidrosefalus?
5
C. TUJUAN
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang berbagai
cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan pada kasus
hidrosefalus.
d. Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan
terhadap bayi dengan hidrosefalus
i. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada bayi dengan
hidrosefalus
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.(Poppy Wijaya,2006).
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis ( CSS ) dengan atau pernah dengan tekanan intra kronial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan mengalirkan CSS. ( Ilmu Kesehatan Anak 2 , hal 238 ).
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventikrel serebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural. ( Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1 hal 496 ).
Hidrocefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirkan CSS. Harus dibedakan dengan pengumpulan
cairan local tanpa tekanan intrakranial yang meniggi seperti pada pelebaran ruangan CSS
akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan, sesudah terjadinya atrofi otak.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatn Anak Fak.Kedokteran UI.Ilmu Kesehatan Anak jilid:2,hal.874).
Hidrocefalus merupakan pembesaran abnormal dari ventrikel otak yang disebabkan
oleh peningkatan gradien tekanan antara cairan intraventrikel dan otak. (Rosa M.Sacharin.
Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi:2, Hal.285).
Hidrosefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya CSS
dengan atau pernah dengan tekanan intracranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Hal
196).
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,
sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau
kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
7
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam
otak(cairan serebro spinal).Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak
yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
vital.(http://ms32.multiply.com/journal/item/23?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fite
m).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis. (Divisi Neuropediatri
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak – FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya).
Jadi hidrosefalus adalah suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
cairan serebrospinal.
B. Patofisiologi
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke dalam
ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di sana cairan ini
memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis
dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi
arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan
sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam
plexus venosus yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus
lymphaticus).(Poppy Wijaya,2006).
Hidrocefalus terjadi karena obstruksi aliran cairan serebrospinal, gangguan absorpsi
CSS, dan produksi CSS yang berlebihan. Bayak factor penyebab terjadinya hidrosefalus,
termasuk tumor, malformasi vaskuler, dan trauma serebri. ( Keperawatan Pediatri edisi 3, hal:
223).
Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc,sedangkan jumblah total
CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS
sebanyak 4-5 kali/hari.Pada neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50 cc dan akan
meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa. Hidrosefalus timbul
akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi
CSS. Selain akibat gangguan pada produksi, absorpsi, dan sirkulasi,hidrosefalus juga dapat
timbul akibat Disgenesis serebri dan atrofi serebri. ( Poppy Wijaya,2006).
8
SKEMA PATOFISIOLOGI HIDROCEPALUS
Hidrocefalus
Gangguan aliran
Kulit meregang hingga tipis / Mual / muntah darah ke otak
pasien tidak dapat bergerak
atau menggerakkan kepala
Penurunan fungsi
neurologis
Resiko terjadi Krisis pada
dekubitus keluarga
Kurang
pengetahuan
Proses perubahan
keluarga cemas
Kurang info
C. Etiologi
Penyebab terjadinya hidrosefalus pada bayi dan anak dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Penyebab bawaan (kongenital):
1) Stenosis akuaduktus silvii (10%)
2) Malformasi Dandy-Walker (2-4%)
3) Malformasi Arnold-Chiari tipe 1 dan 2
4) Agenesis Foramen Monro
5) Toksoplasmosis kongenital
6) Sindroma Bickers-Adams
b. Penyebab dapatan:
1) Tumor (20%), misalnya meduloblastoma, astrositoma, kista, abses atau hematoma
2) Perdarahan intraventrikular
9
3) Meningitis bakterial
4) Peningkatan tekanan sinus venosus (akondroplasia, kraniostenosis atau trombosis
venous)
5) Iatrogenik: Hipervitaminosis A dapat menyebabkan peningkatan sekresi cairan
serebrospinal atau meningkatkan permeabilitas sawar darah otak, sehingga
menimbulkan hidrosefalus.
E. Gejala Klinis
1. Bayi
Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala :
a. Kepala makin membesar
b. Veba-vena kepala prominen
c. Ubun-ubun melebar dan tegang
d. Sutura melebar
e. “Cracked-pot sign”, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah
semangka pada perkusi kepala
f. Perkembangan motorik terlambat
g. Perkembangan mental terlambat
h. Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)
i. “Cerebral cry”, yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetar
j. Nistagmus horisontal
11
k. “Sunset phenomena”, yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan
penipisan tulang tulang supraorbita, sklera tampak di atas iris, sehingga iris
seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.
2. Anak:
Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekanan
intrakranial:
a. Muntah proyektil
b. Nyeri kepala
c. Kejang
d. Kesadaran menurun
e. Papiledema
12
· Cairan subdural (”subdural effusion”)
G. KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Infeksi malfungsi pirau
3. Keterlambatan perkembangan kognitif, psikososial, dan fisik
4. IQ menurun
5. Hernia serebri
6. Kejang
7. Renjatan
H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
Mengurangi volume cairan serebrospinalis:
a. Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan 25
mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)
b. Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis
Catatan: Lakukan pemeriksaan serum elektrolit secara berkala untuk mencegah
terjadinya efek samping. Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai kuman
penyebab.
2. Terapi
a. Terapi medikamentosa
Obat-obatan yang sering dipakai untuk terapi ini adalah:
- Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis: Per oral, 2-3 x 125 mg/hari. Dosis ini dapat ditingkatkan
maksimal 1.200 mg/hari.
- Furosemid
Cara pemberian dan dosis: Per oral 1,2 mg/kg BB 1x/hari atau injeksi IV 0,6 mg/kg
BB/hati. Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.
1. Terapi pintas / “Shunting”
Ada 2 macam:
- Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya:
pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
13
- Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain
a) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
b) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
c) Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
d) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
e) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi
terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting
1) Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis,
ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2) Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal
dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak
di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan
yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4) Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan
jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax ujung distal setinggi 6/7).x-ray
5) Ventriculo-Peritneal Shunt
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak
diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan
CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
I. PROGNOSIS
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis
serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena
penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia.
Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai
kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005). Pada kelompok yang dioperasi, angka
14
kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar
16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat
tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisipliner. (Darsono, 2005)
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau
tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang
bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata).
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Wawancara
DS :
DO :
Riwayat Kesehatan
c. Riwayat keluarga
2. Pemerikasaan fisik
a. Sakit kepala, mual, muntah, kejang
16
b. Penurunan kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi,
lethargi
c. Sunset sign pada mata
d. TTV yang bervariasi untuk tiap individu
e. Pembesaran lingkar kepala
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Neurologi
Untuk mengetahui status neurologis pasien, misalnya gangguan
kesadaran, motoris/kejang, edema pupil saraf otak II
c. CT Scan
Untuk mengetahui adanya kelainan dalam otak dengan menggunakan
radio isotop, radioaktif dan scanner
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan
serebrospinal
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt
4. Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
17
C. TUJUAN (NOC)
1. Diagnosa I : Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
volume cairan cerebrospinal.
NOC :
a. Level nyeri
- Laporan nyeri
- Frekwensi nyeri
- Lamanya nyeri
- Ekspresi wajah terhadap nyeri
- Kegelisahan
- Perubahan TTV
- Perubahan ukuran pupil
b. Kontrol Nyeri
- Menyebutkan faktor penyebab
- Menyebutkan waktu terjadinya nyeri
18
- Menggunakan analgesik sesuai indikasi
- Menyebutkan gejala nyeri
3. Diagnosa III: Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt
a) Anxiety control
- Monitor intensitas dari cemas
- Mencari informasi untuk menurunkan cemas
- Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
- Melakukan hubungan sosial untuk memusatkan konsentrasi
- Kontrol respon cemas
b) Coping
- Identifikasi pola koping yang efektif
- Identifikasi pola koping yang tidak efektif
- Kontrol cara pasien dalam mengungkapkan perasaannya dengan kata – kata
- Laporkan penurunan stress
- Pakai perilaku untuk peenurunan stress
19
5.Diagnosa V: Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber
informasi
NOC :
a.Knowledge : Disease Process (1803)
- Kenalkan dengan nama penyakit
- Gambarkan dari proses penyakit
- Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
- Jelaskan faktor resiko
- Jelaskan efek dari penyakit
- Jelaskan tanda dan gejala
b.Knowledga Illness care (1824
- Proses penyakit
- Pengendalian infeksi
- Pengobatan
- Prosedur pengobatan
- Perawatan terhadap penyakit
D. INTERVENSI (NIC)
Diagnosa I : Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume
cairan cerebrospinal.
Intervensi NIC
20
2. Aktivitas kolaboratif
a. Pertahankan parameter termodinamik dalam rentang yang dianjurkan
b. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler, sesuai permintaan
c. Berikan obat yang menyebabkan Hipertensi untuk mempertahankan tekanan
perfusi serebral sesuai dengan permintaan
d. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai dengan 45 derajat, bergantung
pada kondisi pasien dan permintaan medis
e. Berikan loap diuretik dan osmotik, sesuai dengan permintaan.
Diagnosa II : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
Intervensi NIC :
a. Manajemen Nyeri
- Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor predisposisi
nyeri.
- Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, terutama jika tidak
dapat berkomunikasi secara efektif.
- Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat.
- Tentukan dampak nyeri terhadap kwalitas hidup (misal ; tidur, aktivitas,
dll).
- Evaluasi dengan pasien dan tim kesehatan, efektivitas dari kontrol nyeri
pada masa lalu yang biasa digunakan.
- Kaji pasien dan keluarga untuk mencari dan menyediakan pendukung.
- Berikan info tentang nyeri, misal; penyebab, berapa lama akan berakhir
dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
21
Diagnosa III: Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shutrl
Intervensi NIC :
a.Kontrol Infeksi
Aktivitas :
- Gunakan sarung tangn steril
- Pelihara lingkungan yang tetap aseptik.
- Batasi pengunjung
- Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan jika terjadi
infeksi laporkan kepada petugas kesehatan.
- Anjurkan intake nutrisi yang baik.
b.Identifikasi Resiko.
Aktivitas :
- Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan secara berkelanjutan
- Menentukan sumber yang finansial.
- Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi faktor resiko.
- Tentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan perawatan.
Diagnosa IV: Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
Intervensi NIC:
a.Penurunan cemas
- Ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi cemas
- Menyediakan informasi yang benar dan jelas tentang diagnosis dan program
perawatan yang diberikan
- Kaji penyebab kecemasan pasien
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien guna mengurangi kecemasan
- Identifikasi perubahan tingkat kecemasan pasien
b.Teknik ketenangan
- Pertahankan kontak mata dengan pasien
- Duduk dan berbincang – bincang dengan pasien
- Ciptakan suasana yang tenang
- Gunakan teknik distraksi
- Berikan obat anti cemas
- Instruksikan pasien dengan metoda penurunan cemas (mengurangi cemas).
22
Diagnosa V: Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi.
Intervensi NIC :
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan kepada orang tua yang mendapatkan anak dengan kasus hidrosefalus
untuk tidak berkecil hati karena ada masih ada cara pengobatan yang dapat dilakukan.
Pengobatan tersebut dapat membantu anak tersebut untuk proses tumbuh kembangnya
dikemudian hari.
24
DAFTAR PUSTAKA
Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku Ajar
Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
25