Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan umum tentang bidan dan pasien

1. Pengertian dan ruang lingkup bidan

Bidan merupakan profesi yang khusus atau orang yang pertama

melakukan penyelamatan kelahiran sehingga ibu dan bayi nya lahir dengan

selamat. Secara lengkap maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mendefinisikan

bidan sebagai seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui

pemerintah dan organisasi profesi diwilayah Negara Republik Indonesia serta

memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk deregister, sertifikasi, dan atau

secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Sedangkan

menurut Keputusan Presiden Nomor 23 tahun 1994 Pasal 1 butir 1 menyatakan

bahwa bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan

dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Bidan sebagai suatu profesi disiapkan melalui pendidikan formal agar

lulusnya dapat melaksanakan/ mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya secara professional. Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi, dan

tugasnya didasarkan pada kompetensi dan kewenangan yang diberikan, yang

mana diatur dalam Permenkes Nomor 900/Menkes/SK/VIII/2002 wewenang

bidan mencakup :

1) Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.

2) Pelayanan keluarga berencana

14
15

3) Pelayanan kesehatan masyarakat8

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan

akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan

dukungan, asuhan, dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan, dan masa

nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan

asuhan kepada bayi baru lahir dan juga balita. Asuhan ini mencakup upaya

pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak,

dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan

tindakan gawat darurat.

2. Hak dan kewajiban bidan

1. Hak bidan

1) Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan profesinya.

2) Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setia

tingkat/ jenjang pelayanan kesehatan.

3) Bidan berhak menolak keinginan pasien/ klien dan keluarga yang

bertentangan dengan peraturan perundangan, dank ode etik profesi.

4) Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya

dicemarkan baik oleh keluarga, maupun profesi lain.

5) Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui

pendidikan maupun pelatihan.

8
Maria Wattimena. 2008. Analisis Penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal (APN) Oleh
Bidan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sorong Papua Barat. Semarang. Tesis. Universitas
Diponegoro Semarang. Hal.48.
16

6) Bidan berhak atas kesempatan meningkatka jenjang kair dan jabatan

yang sesuai.

7) Bidan berhak mendapt kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

2. Kewajiban bidan

1) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan

hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit dan sarana pelayanan

dimana ia bekerja.

2) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan

standar profesi dengan menghormati hak hak pasien.

3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang

mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.

4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh

suami atau keluarga.

5) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan

ibadah sesuai dengan keyakinannya.

6) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

seorang pasien.

7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang

akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timul.

8) Bidan wajib meminta tertulis (informed consent) atas tindakan yang

akan dilakukan.

9) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.


17

10) Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu

pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal.

11) Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait

secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.9

3. Kode etik kebidanan

Kode etik adalah norma norma yang harus diindahkan oleh setiap

profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya dimasyarakat.

Norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana

mereka harus menjalankan profesinya dan larangan, yaitu ketentuan tentang

apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota

profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga

menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari hari

didalam masyarakat.10 Kode etik kebidanan terdapat 7 bagian antara lain

sebagai berikut:

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat

a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksankan tugas

pengabdiannya.

b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung

tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara

citra bidan.

9
Ibid. hal. 54
10
Suryani Soepardan Dan Dadi Anwar Hadi. 2007. Etika Kebidanan & Hukum Kesehatan.
Jakarta. Buku Kedokteran EGC. Hal.39.
18

c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman

pada peran, tugas, dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan

klien, keliarga, dan masyarakat.

d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan

kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai nilai yang

dianut oleh klien,

e. Setiap bidan dalam menjalakan tugasnya senantiasa mendahulukan

kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang

sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang

dimilikinya.

f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam

hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara

optimal.

2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya

a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada

klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi

yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan

masyarakat.

b. Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan

kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan

konsultasi dan/ atau rujukan.


19

c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat

dan/ atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh

pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya

untuk suasana kerja yang serasi.

b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling

menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan

lainnya.

4. Kewajiban bidan terhadap profesinya

a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra

profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan

memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.

b. Setiap bidan senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan

kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra

profesinya.

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

a. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dalam

melaksanakan tugas profesinya dengan baik


20

b. Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa, dan tanah air

a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa

melaksanakan ketentuan ketentuan pemerintah dalam bidang

kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/ KB dan kesehatan

keluarga dan masyarakat.

b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan

pemikirannya kepada pemerintahuntuk meningkatkan mutu

jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/ KB dan

kesehatan keluarga.

7. Penutup

Sesuai dengan kewenangan dan peraturan kebijakan yang

berlaku bagi bidan, kode etik merupakan pedoman dalam tata cara

keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan professional.11

4. Pengertian pasien

Definisi pasien menurut Pasal 1 ayat (10) Undang Undang

Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dijelaskan bahwa

Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah

kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan

11
Diah. Kode etik bidan Indonesia. http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012, diakses pada
tanggal 26 mei 2017
21

baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter

gigi. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (4) Undang Undang Nomor 44

tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan bahwa pasien adalah setiap

orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara

langsung maupun tidak langsung di rumah sakit. Menurut Wila

Chandrawila Supriadi pasien merupakan orang sakit yang

membutuhkan bantuan dokter untuk menyembuhkan penyakit yang

dideritanya dan pasien juga diartikan sebagai orang sakit yang awam

mengenai penyakitnya.12 Sedangkan menurut Agus Budianto dan

Gwendolyn Ingrid Utama mendefinisikan pasien sebagai orang

perorangan yang memerlukan jasa dari orang lain, yang dalam hal ini

adalah dokter untuk konsultasi masalah kesehatannya, baik secara

langsung maupun tidak langsung.13

Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pasien merupakan orang perorangan yang dalam kondisi tidak sehat

yang memerlukan pelayanan maupun konsultasi mengenai masalah

kesehatannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sudikno

Mertokusumo menyatakan bahwa dalam pengertian hukum, hak adalah

kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum. Kepentingan ini

sendiri diartikan sebagai suatu tuntutan yang diharapkan untuk

12
Wila Chandrawila Supriadi. 2001. hukum kedokteran. Bandung. Mandar Maju. Hal.27.
13
Agus Budianto dan Gwendolyn Ingrid Utama. 2010. Aspek Jasa Pelayanan Kesehatan
Dalam Perspektif Perlindungan Pasien. Bandung. Karya Putra Darwati. Hal.198.
22

dipenuhi, sehingga dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu tuntutan

yang pemenuhannya dilindungi oleh hukum.14

5. Hak dan kewajiban pasien

1. Hak pasien

Dalam pelayanan kesehatan hak pasien sangatlah penting dan

harus dipenuhi dengan baik. Pasien juga berhak mengambil

keputusan terhadap pelayanan kesehatan yang akan dilakukan

kepadanya, karena hal ini berhubungan erat dengan Hak Asasi nya

sebagai manusia, kecuali dapat dibuktikan bahwa keadaan

mentalnya tidak mendukung untuk mengambil keputusan yang

diperlukan. Berdasarkan Undang Undang Nomor 36 tahun 2009

Tentang Kesehatan, Negara mengatur bahwa setiap warga

Negaranya berhak atas kesehatan. Pengaturan hak atas kesehatan

bagi setiap warga negaranya ini adalah sama untuk semua warga

Negara, tidak membedakan status, golongan, ras, maupu agama.

Pemerintah Indonesia telah menciptakan beberapa perangkat

hukum guna melindungi hak hak pasien. Undang undang nomor 8

tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen menegaskan bahwa

pasien adalah konsumen yang memiliki hak yang harus dihormati.

Begitupula dalam undang undang nomor 44 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit juga memuat hak hak pasien ketika berobat. Beberapa

14
Sudikno Mertokusumo. 1999. Mengenal Hukum: Suatu Pengantar. Yogyakarta. Liberty.
Hal.24.
23

kasus pelanggaran hak pasien seperti penelantaran pasien, kesalahan

dokter maupun bidan, atau ketertutupan informasi semakin

menyadarkan kita bahwa setiap orang harus menyadari bahwa

serangkaian hak telah melekat pada diri kita ketika menjadi pasien

sehingga kita harus menjadi pasien yang berdaya dan mengetahui

akan hak nya seperti:

1. Hak atas keselamatan, keamanan, dan kenyamanan ketika

melakukan pengobatan.

2. Hak memilih dan mendapatkan pelayanan bermutu dan sesuai

dengan kebutuhan medis, sebanding dengan nilai tukar dan kondisi

serta jaminan yang ada, misal : memilih dokter dan mendapatkan

second opinion, hak bertemu dengan apoteker, hak untuk memberi

persetujuan dan menolak tindakan medis, serta hak untuk

mendapatkan isi rekam medik.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

kesehatan yang terjadi meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan

komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang

dilakukan dan pengobatan yang telah maupun akan diterimanya dari

Tenaga Kesehatan serta perkiraan biaya pengobatan.

4. Hak untuk didengar permasalahannya dan keluhan atas kualitas

pelayanan yang didapatkan.


24

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa.

6. Hak untuk mendapat pendidikan dan pengetahuan terkait kondisi

kesehatannya.

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif.

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila terjadi kelalaian dan tindakan yang tidak

mengikuti standar operasi profesi kesehatan.

9. Hak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita

termasuk data-data medisnya.

10. Hak mendapatkan pengobatan yang rasional, yaitu tepat diagnosis,

tepat indikasi, tepat jenis obat, tepat dosis, cara dan lama pemberian.

11. Hak mendapatkan pelayanan obat atas resep dokter.

12. Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

13. Hak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang

dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

14. Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit

terhadap dirinya.

15. Hak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan

agama dan kepercayaan yang dianutnya.


25

16. Hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah

Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan

standar baik secara perdata ataupun pidana, dan

17. Hak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan

standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam pengaturan perundang-undangan dibidang kesehatan

tidak ada pembedaan antara pasien mampu maupun pasien kurang

mampu, pasien kurang mampu maupun pasien miskin menurut

peraturan perundang-undangan ketiganya adalah sama status dan

kedudukannya dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini telah

ditegaskan dalam pasal 5 ayat (1) Undang Undang Nomor 36 tahun

2009 Tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa setiap orang

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya

dibidang kesehatan. Oleh karena itu, maka tidak adanya pembedaaan

yang signifikan antara hak yang dimiliki pasien mampu dan pasien

kurang mampu dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Hak hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai

dengan undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan antara

lain:

a. Setiap orang berhak atas kesehatan.

b. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses

atas sumber daya dibidang kesehatan.


26

c. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

d. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab

menentukan sendiripelayanan kesehatan yang diperlukan bagi

dirinya.

e. Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi

pencapaian derajat kesehatan.

f. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi

tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

g. Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan

dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang

akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

2. Kewajiban Pasien

1) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan

dan tata tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.

2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan,

perawat yang merawatnya.

3) Pasien dan/ atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua

imbalan jasa pelayanan kesehatan, doketr, bidan, dan perawat.

4) Pasien dan/ atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal hal yang

selalu disepakati/ perjanjian yang dibuatnya.


27

B. Tinjauan umum tentang penyelenggara fasilitas kesehatan

1. Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Menurut pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 36 tahun 2014

Tentang Tenaga Kesehatan menyatakan bahwa Fasilitas pelayanan

kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,

kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dan/ atau masyarakat. Peran Pemerintah maupun Pemerintah

Daerah dalam hal menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan lebih di

titikberatkan pada pembinaan, pengaturan dan pengawasan untuk

terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan dan tercapainya kondisi yang

serasi dan seimbang antara upaya kesehatan yang dilaksanaan oleh

pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.Pelayanan kesehatan swasta

dapat berupa rumah Sakit, Klinik, Poliklinik / Balai Pengobatan, Praktik

Bersama maupun mandiri.15 Yang dimaksud dengan praktik adalah

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien

(individu, keluarga, masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan

kemampuannya. Didalam pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 47

Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan disebutkan bahwa

yang termasuk jenis fasilitas pelayanan kesehatan diantaranya adalah

tempat praktik tenaga kesehatan, pusat kesehatan masyarakat, klinik,

rumah sakit, apotek, unit transfusi darah, laboratorium kesehatan, optikal,

15
CST. Kansil. 1991. Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta. hal 49
28

fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum, dan fasilitas

pelayanan kesehatan tradisional. Sedangkan menurut ketentuan umum

pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2014 tentang

klinik dijelaskan bahwa klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan

pelayanan medis dasar dan/ atau spesialistik. Menurut international

confederation of midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh organisasi

bidan diseluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan federation of

international gynecologist obstetrition (FIGO) dijelaskan bahwa bidan

adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang

diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi

kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah

(lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

2. Tanggungjawab penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan

1. Tanggung jawab pemerintah

Definisi tentang fasilitas pelayanan kesehatan menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas pelayanan Kesehatan

dijelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau

tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,

baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Tanggungjawab

penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan diatur dalam ketentuan pasal 46

Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang


29

mengatakan bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap

semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan dirumah sakit. Seperti halnya di sektor sektor lain, pemerintah

adalah sebagai penanggung jawab semua pembangunan. Oleh sebab itu,

disektor kesehaan pemerintah juga bertanggung jawab merencanakan,

mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan

upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Menurut UU

No.25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, kesehatan termasuk kedalam

lingkup pelayanan publik. Oleh sebab itu, khusus pada pelayanan publik ini

kewajiban dan tanggung jawab pemerintah adalah terjaminnya :

a. Ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun

sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi

tigginya.

b. Ketersediaan sumber daya dibidang kesehatan yang adil dan merata

bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang

setinggi tingginya.

c. Ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan

kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang

setinggi tingginya.

d. Pemberdayaan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala

bentuk upaya kesehatan.

e. Ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman,

efisien, dan terjangkau.


30

f. Pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui system jaminan

sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan. Pelaksanaan system

jaminan sosial yang dimaksud ini dilaksanakan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Beberapa hal yang menjadi tanggung jawab pemerintah terhadap

kesehatan masyarakat, sebagimana diatur dalam Undang Undang Nomor 36

Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Pasal 14 (1) dan (2) menekankan bahwa pemerintah bertanggung jawab

atas jaminan pelaksanaan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau

oleh masyarakat, mulai dari tahap perencanaan sampai pada proses

penyelenggaraan kebijakan disektor pelayanan publik.

b. Pasal 15 menekankan pada tanggung jawab pemerintah atas

ketersediaan lingkungan, tatanan, serta fasilitas kesehatan, baik fisik

maupun sosial untuk mencapai derajat masyarakat yang setinggi

tingginya.

c. Pasal 16 mengingatkan pemerintah atas tanggung jawabnya untuk

memenuhi ketersediaan sumber daya (para medis) dibidang kesehatan

yang adil dan merata bagi masyarakat.

d. Pasal 17 menekankan pada tanggug jawab pemerintah atas ketersediaan

akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan

untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi

tingginya.
31

e. Pasal 18 mewajibkan pemerintah untuk memberdayakan dan

mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya

kesehatan.

f. Pasal 19 memuat tentang tanggung jawab pemerintah atas ketersediaan

segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan

terjangkau.

g. Pasal 20 ayat (1) dan (2) memuat tanggung jawab pemerintah dalam

pelaksanaan jaminan kesehatan melalui system jaminan sosial nasional

bagi upaya kesehatan peorangan.

2. Ruang lingkup klinik dan praktek kebidanan

Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan

pelayanan medis dasar dan/ atau spesialistik , diselenggarakan oleh lebih

dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga

medis. Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi Klinik

Pratama dan Klinik Utama menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 028/MenkesPer/I/2011. Klinik Pratama

merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar.

Sedangkan Klinik Utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan

pelayanan medik spesialistik/ pelayanan medik dasar dan spesialistik.

Klinik dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatannya bersifat

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.


32

Sifat pelayanan terhadap pasien terdiri dari pelayanan yang

bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Pelayanan

kesehatan yang bersifat promotif adalah pelayanan kesehatan yang lebih

mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan

kesehatan yang bersifat preventif adalah pelayanan untuk mencegah

pasien terjangkit dari penyakit. Pelayanan kesehatan yang bersifat

kuratif adalah usaha penyembuhan pada pasien dengan cara pengobatan

dan perawatan berupa proses persalinan dan pengobatan. Sedangkan

pelayanan kesehatan yang bersifat rehabilitatif adalah tindakan

penyembuhan kondisi fisik pasien setelah melampaui masa pengobatan

berupa perawatan atau pemulihan kesehatan.

Pelayanan kebidanan menjamin agar setiap wanita hamil dan

wanita menyusui bayinya dapat memelihara kesehatannya dengan

sempurna dan agar wanita hamil melahirkan bayi sehat tanpa gangguan

apapun dan kemudian dapat merawat bayinya dengan baik. 16 Ruang

Lingkup Praktik Kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan

dalam menjalankan praktikan yang berkaitan dengan upaya pelayanan

kebidanan dan jenis pelayanan kebidanan. Praktek Kebidanan adalah

penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan terhadap

terhadap klien dengan pendekatan manajemen kebidanan. Manajemen

16
Hanifa Wiknjosastro, ed., Ilmu Kebidanana, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohadjo, 2002, Hlm.3.
33

Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam

menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis.

Ruang Lingkup Praktek Kebidanan menurut ICM dan IBI

meliputi :

a. Asuhan mandiri (otonomi) pada anak perempuan, remaja putri dan

wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya.

b. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat

BBL.

c. Pengawasan pada kesmas di posyandu (tindak pencegahan),

penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga dan

masyarakat termasuk: (persiapan menjadi orang tua, menentukan KB,

mendeteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi).

d. Konsultasi dan rujukan.

e. Pelaksanaan pertolongan kegawatdaruratan primer dan sekunder pada

saat tidak ada pertolongan medis.

3. Tanggung jawab instansi dan tenaga medis terhadap pelayanan

kesehatan dalam KUH Perdata

Perjanjian antara dokter dan pasien dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien timbul suatu hubungan hukum yang

diakibatkan oleh pengikatan diri kedua pihak dalam suatu kontrak/

perjanjian yang disebut dengan perjanjian terapeutik. Perjanjian

terapeutik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien, berupa

hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagai kedua


34

belah pihak. Didalam perjanjian terapeutik ada kekhususan tersendiri

yaitu ikrar atau cara para pihaknya mengadakan perjanjian. hal ini

dikarenakan dalam perjanjian ini dijelaskan bahwa kedatangan pasien

ketempat praktik atau kerumah sakit tempat dokter bekerja dengan

tujuan untuk memeriksakan kesehatannya atau untuk berobat sudah

dianggap terjadi suatu perjanjian terapeutik.

Dokter atau tenaga medis dalam hal memberikan pelayanan

kesehatan adakalanya melakukan kesalahan ataupun kelalaian kepada

pasien, kesalahan ataupun kelalaian ini dapat terjadi akibat kurangnya

sikap kehati hatian pada saat melakukan tindakan serta mengabaikan

suatu perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan. Apabila kesalahan

tersebut dilakukan dengan sengaja maupun karena kelalaian dokter

maupun tenaga medis, maka pasien dan keluarganya dapat meminta

pertanggung jawaban (responsibility) dari dokter maupun tenaga medis

yang bersangkutan. Pertanggung jawaban dokter maupun tenaga medis

dapat berupa pertanggungjawaban perdata, pertanggungjawaban

pidana, maupun pertanggungjawaban secara administrasi. Dalam

hukum perdata dikenal 2 unsur hukum bagi tanggung gugat hukum

(liability), yaitu:

1. Tanggung gugat berdasarkan wan prestasi atau cedera janji atau ingkar

janji sebagaimana yang diatur dalam pasal 1239 KUH Perdata


35

2. Tanggung gugat berdasarkan perbuatan melawan hukum sebagaimana

yang diatur dalam pasal 1365 KUH Perdata.

Seseorang dapat dikatan wanprestasi dalam hukum perdata

apabila:17

1. Tidak melakukan apa yang disepakati untuk dilakukan.

2. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat.

3. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang

diperjanjikan.

4. Melakukan sesuatu yang menurut hakikat perjanjian tidak boleh

dilakukan.

Suatu kelalaian yang dilakukan oleh dokter ataupun tenaga medis

dalam mempergunakan keterampilan dan ilmu pengetahuannya untuk

mengobati pasiennya disebut sebagai tindakan malpraktik.18 Kelalaian

yang dimaksud adalah sikap kurang hati hati dimana tindakan yang

dilakukan oleh dokter atau tenaga medis berada dibawah standar

pelayanan medis. Jika suatu kelalaian mengakibatkan kerugian atau

cedera bagi orang lain dapat diterima oleh orang tersebut (de minimus

non curat lex artinya hukum tidak mengurusi hal hal sepele), tetapi jika

kelalaian yang terjadi menyebabkan orang lain celaka atau merenggut

nyaanya maka dapat dikategorikan dalam kelalaian berat (culpa lata)

yang tolak ukurnya bertentangan dengan hukum, akibatnya dapat

17
Subekti. 1995. Aneka Perjanjian, cet. Kesepuluh. Bandung. Citra Aditya Bakti. Hal. 45.
18
Agus Budianto dan Gwendolyn Ingrid Utama. 2010. Aspek Jasa Pelayanan Kesehatan
Dalam Perspektif Perlindungan Pasien. Bandung. Karya Putra Darwati. Hal.129.
36

dibayangkan, akibatnya dapat dihindari, dan perbuatannya dapat

dipersalahkan.19 Malpraktik yang dilakukan dengan sikap batin (ada

kesengajaan dolus atau culpa) hanya diterapkan pada pasal 359 KUHP

yang menyatakan bahwa Barang siapa karena kesalahannya

menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama lamanya lima

tahun atau kurungan selama lamanya satu tahun.

Pertanggungjawaban seorang dokter maupun tenaga medis secara

administrasi dinilai dari sudut kewenangannya, apakah ia berwenang

atau tidak melakukan perawatan. Dasar seorang dokter atau tenaga

medis melaksanakan pekerjaannya menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 560 dan 561/Menkes/Per/1981, harus memliki surat

izin dokter (SID), Surat izin praktik (SIP) untuk praktik pada instansi

pemerintah maupun instansi swasta dan surat izin praktik (SIP) untuk

praktik secara perorangan. Jika dokter maupun tenaga medis melakukan

kelalaian atau kesalahan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan,

sanksi administrasi yang secara umum diterima oleh dokter atau tenaga

kesehatan tersebut berupa pemberian surat peringatan dan pencabutan

surat izin praktik (SIP).

Selain berhubungan dengan dokter atau tenaga medis, seorang

pasien juga berhubungan dengan rumah sakit, klinik, maupun instansi

penyelenggara pelayanan kesehatan lainnya dalam memperoleh pelayanan

19
Ibid.
37

kesehatan. Dalam hubungan pasien dengan instansi penyelenggara

pelayanan kesehatan timbul berdasarkan 2 hal, yaitu :20

1. Perjanjian keperawatan, seperti kamar dengan perlengkapannya.

2. Perjanjian pelayanan medis, berupa tindakan medis yang dilakukan oleh

dokter atau tenaga medis yang dibantu paramedis.

Pertanggungjawaban yang diterima rumah sakit, klinik, puskesmas

maupun instansi penyelenggara palayanan kesehatan lainnya yang berasal

karena adanya kelalaian atau kesalahan dari tenaga medis (dokter, bidan,

perawat dan paramedis) secara perdata adalah berupa penggantian kerugian

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1243 KUH Perdata. Sedangkan

pertanggungjawaban secara administrasi yang dibebankan kepada rumah

sakit, klinik, puskesmas maupun instansi penyelenggara palayanan

kesehatan lainnya dapat berupa surat peringatan dan pencabutan izin praktik

(SIP).

20
Danny Wiradharma. 1996. Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran. Jakarta. Binarupa Aksara.
Hal. 113.
38

C. Tinjauan umum tentang hak atas pelayanan kesehatan ditinjau dari

Hukum Hak Asasi Manusia

1. Hak atas pelayanan kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia sebagai warga

Negara, sehingga pemerintah perlu menjadikan pelayanan kesehatan sebagai

salah satu prioritas yang perlu mendapatkan perhatian. Menurut levey dan

loomba (1973) pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan

sendiri/ secara bersama sama dalam suatu organisasi untuk memlihara dan

meingkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhakn penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.21

Hak atas kesehatan ini bermakna bahwa pemerintah harus menciptakan

kondisi yang memungkinkan setiap individu untuk hidup sehat, ini bukan

berarti pemerintah harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang

mahal dan diluar kesanggupan masyarakat, tetapi lebih menuntut pada

kewajiban membuat berbagai kebijakan yang mengarah pada tersedianya

dan terjangkaunya pelayanan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka setiap manusia berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan sebagaimana yang dikemukakan dalam pasal 28H

UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang

baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hak Asasi

21
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-zuhrotunal-6530-3-babii.pdf.
Diakses pada tanggal 26 mei 2017
39

Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-

Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,

hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia. Hal ini diatur dalam Pasal 9

Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

kesehatan adalah bagian dari HAM, hak sehat juga diatur didalam pasal 9

ayat (3) Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

yang menyataan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik

dan sehat. . Jaminan hak atas kesehatan juga terdapat dalam Pasal 12 ayat

(1) konvensi internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang

ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) tanggal 16 Desember

1996 yang menyatakan bahwa Negara peserta Konvenan tersebut mengakui

hak setiap orang untuk menikmati standart tertinggi yang dapat dicapai

dalam hal kesehatan fisik dan mental.22

Istilah untuk kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia yang kerap

digunakan di tingkat PBB adalah hak atas kesehatan. Hak atas kesehatan

telah dijamin dan diatur diberbagai instrument internasional dan nasional.

Ketentuan ketentuan didalamnya pada intinya merumuskan kesehatan

sebagai hak individu dan menetapkan secara konkrit bahwa Negara selaku

22
Salahuddin wahid. Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia.http://makalahplus.blogspot.co.id
diakses pada tanggal 9 mei 2017
40

pihak yang memiliki tanggung jawab atas kesehatan. Hak atas kesehatan di

instrument internasional dapat ditemukan didalam pasal 25 Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). Hak atas kesehatan juga

ditemukan didalam instrument nasional yaitu terdapat didalam Pasal 28H

ayat (1) dan Pasal 34 ayat (3) amandemen UUD 1945, Pasal 9 Undang

Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 12

Undang Undang Nomor 11 tahun 2005 tentang Pengesahan Konvenan Hak

Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Ketentuan dalam UUD 1945 diatas lebih

lanjut diatur didalam Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang

Kesehatan.

Hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia telah diakui dan diatur

dalam berbagai instrument internasional maupun instrument nasional sebagai

berikut :

1) Instrument internasional

1. Pasal 25 Universal Declaration of Human Right (UDHR)

1) Setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin kesehatan dan

kesejahteraan untuk dirinya dan keluarganya, termasuk pangan,

pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan

sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat

menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda, mencapai usia

lanjut atau mengalami kekurangan mata pencaharian yang lain

karena keadaan yang berada diluar kekuasaannya.


41

2) Para ibu dan anak anak berhak mendapat perawatan dan bantuan

istimewa. Semuaanak, baik yang dilahirkan didalam maupun diluar

perkawinan, harus mendapat perlindungan sosial yang sama.

2. Pasal 6 ayat (1) International Convenant on Civil and Political Right

(ICCPR)

1) Setiap manusia berhak atas hak hidup yang melekat pada dirinya.

Hak ini wajib dilindungi oleh hukum. Tidak seorangpun dapat

dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang.

3. Pasal 12 International Convenant on Economic, Social and Cultural

Right (ICESCR)

1) Negara pihak dalam konvenan ini mengakui hak setiap orang untuk

menikmati standart tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik

dan mental

2) Langkah langkah yang akan diambil oleh Negara pihak pada

konvenan ini guna mencapai perwujudan hak ini sepenuhnya, harus

meliputi hal hal yang diperlukan untuk mengupayakan:

a. Ketentuan ketentuan untuk pengurangan tingkat kelahiran –

mati dan kematian anak serta perkembangan anak yang sehat.

b. Perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industry.


42

c. Pencegahan, pengobatan, dan pengendalian segala penyakit

menular, endemik, penyakit lainnya yang berhubungan dengan

pekerjaan.

d. Penciptaan kondisi kondisi yang akan menjamin semua

pelayanan dan perhatian medis dalam hal sakitnya seseorang.

2) Instrument nasional

1. Amandemen II pasal 28 H ayat (1) UUD 1945

1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

2. Pasal 9 UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan

meningkatkan taraf kehidupannya.

2) Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia,

sejahtera lahir dan batin.

3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

3. Pasal 4 UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat

kesehatan yang optimal.

Dengan melihat dan memperhatikan ketentuan ketentuan diatas,

maka sesungguhnya tiap gangguan, intervensi atau ketidak-adilan,

penelantaran atau apapun bentuknya yang mengakibatkan ketidak-

sehatan tubuh manusia, kejiwaannya, lingkungan alam dan ligkungan


43

sosialnya, pengaturan dan hukumnya, serta ketidak-adilan dalam

manajemen sosial yang mereka terima adalah merupakan pelanggaran

Hak Asasi Manusia.

Hak atas kesehatan ini bermakna bahwa pemerintah harus

menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap individu untuk hidup

sehat, ini bukan berarti pemerintah harus menyediakan sarana pelayanan

kesehatan yang mahal dan diluar kesanggupan masyarakat, tetapi lebih

menuntut pada kewajiban membuat berbagai kebijakan yang mengarah

pada tersedianya dan terjangkaunya pelayanan kesehatan untuk semua

lapisan masyarakat.

Dalam upaya untuk menghormati (to respect), melindungi (to

protect) dan memenuhi (to fulfil) sebagi kewajiban Negara

mengimplementasikan norma norma HAM pada hak atas kesehatan

harus memenuhi prinsip prinsip sebagai berikut :

1. Ketersediaan pelayanan kesehatan

Negara diharuskan memiliki sejumlah pelayanan kesehatan bagi

seluruh penduduk.

2. Aksebilitas

Fasilitas kesehatan harus dapat diakses oleh tiap orang tanpa

diskriminasi dalam jurisdiksi Negara. Aksebilitas memiliki empat

dimensi yang saling terkait yaitu : tidak diskriminatif, terjangkau secara

fisik, tejangkau secara ekonomi, dan akses informasi untuk mencari,


44

menerima dan atau menyebarkan informasi dan ide mengenai masalah

masalah kesehatan.

3. Penerimaan

Fasilitas pelayanan kesehatan harus diterima oleh etika medis dan sesuai

secara budaya, misalnya menghormati kebudayaan individu individu,

kearifan lokal, kaum minoritas, kelompok dan masyarakat, sensitive

terhadap gender dan persyaratan siklus hidup. Juga dirancang

menghormati kerahasiaan status kesehatan dan peningkatan status

kesehatanbagi mereka yang memerlukan.

4. Kualitas

Selain secar budaya harus diterima, fasilitas pelayanan kesehatan harus

secara ilmu dan secara medis sesuai dalam kualitas yang baik. Hal ini

mensyaratkan antara lain personil yang secara medis berkemampuan,

obat obatan, dan perlengkapan rumah sakit yang secara ilmu diakui dan

tidak kadaluarsa, air minum aman dan dapat diminum, serta sanitasi

memadai.23

Sementara itu ada tiga bentuk kewajiban Negara untuk

memenuhi hak atas kesehatan antara lain :

1. Menghormati hak atas kesehatan

Dalam konteks ini yang menjadi perhatian utama bagi Negara adalah

tindakan atau kebijakan “apa yang akan dilakukan” atau “apa yang akan

23
Dedi afandi. 2008. Hak Atas Kesehatan Dalam Perspektif HAM. Pekanbaru. Jurnal ilmu
kedokteran. Jilid 2 Nomor 1. ISSN 1978-662X. Fakultas Kedokteran. Universitas Riau. Hal 9.
45

dihindari”. Negara wajib untuk menahan diri serta tidak melakukan

tindakan tindakan yang akan berdampak negative pada kesehatan,

antara lain : menghindari kebijakan limitasi (pembatasan) akses

pelayanan kesehatan, menghindari diskriminasi, tidak

menyembunyikan informasi kesehatan yang penting, tidak menerima

komitmen internasional tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap

hak atas kesehatan, tidak menghalangi praktek pengobatan tradisional

yang aman, dan tidak mendistribusikan obat yang tidak aman.

2. Melindungi hak atas kesehatan

Kewajiban utama Negara adalah melakukan langkah langkah dibidang

legislasi ataupun tindakan lainnya yang menjamin persamaan akses

terhadap jasa kesehatan yang disediakan pihak ketiga. Membuat

legislasi, standar, peraturan serta panduan untuk melindungi tenaga

kerja, masyarakat serta lingkungan. Mengontrol dan mengatur

pemasaran, pendistribusian substansi yang berbahaya bagi kesehatan

seperti tembakau, alcohol dan lain lain, mengontrol praktek pengobatan

tradisional yang diketahui berbahaya bagi kesehatan.

3. Memenuhi hak atas kesehatan

Dalam hal ini adalah yang harus dilakukan oleh pemerintah seperti

menyediakan fasilitas dan pelayanan kesehatan, makanan yang cukup,

informasi dan pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan,

pelayanan prakondisi kesehatan serta faktor sosial yang berpengaruh

pada kesehatan seperti : kesetaraan gender, kesetaraan akses untuk


46

bekerja, hak anak untuk mendapatkan identitas, pendidikan, bebas dari

kekerasan, eksploitasi, kejahatan seksual yang berdampak pada

kesehatan.24

Dalam rangka memenuhi hak atas kesehatan Negara harus

mengambil langkah langkah baik secara individual, bantuan, dan

kerjasama internasional khususnya dibidang ekonomi dan teknis sepanjang

tersedia sumber dayanya, untuk secara progresif mencapai perwujudan

penuh dari hak atas kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam pasal 2

ayat (1) international convenant on economic, social and cultural right

(ICESCR). Indikator dipenuhinya hak atas kesehatan adalah adanya

progressive realization atas tersedia dan terjangkaunya sarana pelayanan

kesehatan untuk semua dalam kemungkinan waktu yang secepatnya.

Implementasi hak atas kesehatan harus memenuhi prinsip ketersediaan,

keterjangkauan, penerimaan dan kualitas. Tidak terpenuhinya hak atas

kesehatan yang menjadi kewajiban Negara dapat dikategorikan sebagai

bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia baik pada tingkat pelaksana

(commission) maupun pembiaran (omission).

2. Konsep dan prinsip dasar Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia merupakan hak hak dasar manusia yang dimiliki

semata mata karena ia manusia, sedangkan menurut meriam budiardjo

dalam bukunya dasar dasar ilmu politik menyatakan bahwa hak asasi

manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan

24
wahid.S. 2003. Seminar dan lokakarya. Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia. Jakarta.
47

dibawanya bersamaan dengan kelahirannya didalam kehidupan

masyarakat. dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan

atas dasar suku, bangsa, ras, agama, kelamin, ataupun warna kulit dan itu

bersifat universal. Dasar dari hak asasi manusia ialah bahwa manusia

memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan harkat dan cita

citanya.25Kemudian leach Levin seorang aktivis hak asasi manusia PBB

mengemukakan bahwa konsep Hak Asasi Manusia ada 2 pengertian dasar,

yaitu :26

1) Bahwa hak asasi manusia tidak bisa dipisahkan dan dicabut adalah hak asasi

manusia karena ia seorang manusia. Hak adalah hak hak moral yang berasal

dari kemanusiaan setiap insan dan hak hak itu bertujuan untuk menjamin

martabat setiap manusia (natural right).

2) Hak asasi manusia adalah hak hak menurut hukum, yang dibuat melalui

proses pembentukan hukum dari masyarakat itu sendiri, baik secara

nasional maupun secara internasional. Dasar dari hak hak ini adalah

persetujuan dari yang diperintah, yaitu persetujuan dari para warga Negara

yang tunduk kepada hak hak itu dan tidak hanya tata tertib alamiah yang

merupakan dasar dari arti yang pertama.

Isi daripada hak asasi manusia hanya dapat ditelusuri lewat

penelusuran aturan hukum dan moral yang berlaku dalam masyarakat. john

Locke yang dikenal sebagai bapak Hak Asasi Manusia, dalam bukunya

25
Meriam budiardjo. 1980. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT.Gramedia. Hal.120.
26
I Made Subawa. 2008. Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya Menurut
Perubahan UUD 1945. Jurnal kertha patrika vol.33 no.1. januari 2008. Hal.2.
48

yang berjudul “Two Treastises On Civil Government”, menyatakan tujuan

Negara adalah untuk melindungi hak asasi manusia warga negaranya.

Manusia sebelum hidup bernegara atau dalam keadaan alamiah (status

naturalis) telah hidup dengan damai dengan hak nya masing masing, yaitu

hak untuk hidup, ha katas kemerdekaan, dan ha katas penghormatan atas

harta miliknya, yang semua itu merupakan propertinya.27 Dalam HAM

terdapat 2 prinsip 2 prinsip penting yang melatarbelakangi konsep HAM

itu sendiri yakni prinsip kebebasan dan persamaan, dimana 2 hal tersebut

merupakan dasar dari adanya sebuah keadilan. John Rawls, berpendapat

bahwa terdapat 3 hal yang merupakan solusi bagi problem utama keadilan,

yaitu:28

1) Prinsip kebebasan yang sebesar besarnya bagi setiap orang ( principel of

greatest equal liberty ). Prinsip ini mencakup kebebasan untuk berperan

serta dalam kehidupan politik, kebebasan berbicara, kebebasan pers,

kebebasan memeluk agama, kebebasan menjadi diri sendiri, kebebsan dari

penangkapan dan penahanan yang sewenang-wenang, dan hak untuk

mempertahankan milik pribadi.

2) Prinsip perbedaan ( the difference principle ). Inti dari prinsip ini adalah

perbedaan sosial ekonomi harus diatur agar memberikan kemanfaatan yang

besar dari mereka yang kurang diuntungkan.

27
I Made Subawa. Loc.cit. hal 34
28
Masyur Efendi dan Taufani Sukmana E. 2007. HAM: Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis,
Sosial, Politik. Bogor. Ghalia Indonesia. Hal.35.
49

3) Prinsip persamaan yang adil atas kesempatan ( the principle of fair equality

of opportunity ). Inti dari prinsip ini adalah bahwa ketidaksamaan sosial

ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga membuka jabatan dan

kedudukan sosial bagi semua orang dibawah kondisi persamaan

kesempatan.

Dari prinsip diatas dapar dilihat bahwa ketiga prinsip tersebut

merupakan hal hal pokok yang ada di dalam HAM, dimana HAM tidak melihat

kedudukan ekonomi, sosial, dan budaya seseorang, serta tidak melihat

kedudukan sebagai seorang sipil maupun kedudukannya dalam hal politik,

semua orang memiliki kebebasan dan juga mempunyai kedudukan yang sama.

3. Konsep Hak Asasi Manusia dalam piagam PBB

Piagam PBB disepakati dan ditandatangani oleh 50 negara di san

Francisco pada tanggal 24 juni 1945, yang kemudian menjadi hari PBB. Dalam

piagam PBB ditegaskan pada bagian bagian berikut :

1. Pembukaan : Demi memperteguh Hak Asasi Manusia, pada harga dan

derajat diri manusia, pada hak hak yang sama, baik laki laki maupun

perempuan dan bagi segala bangsa yang besar dan kecil, dan demi

membangun keadaan dimana keadilan dan penghargaan terhadap

kewajiban kewajiban yang timbul dari perjanjian perjanjian dan lain lain

sumber hokum internasional dapat terpelihara.

2. Pasal 1 ayat (3) : Mewujudkan kerjasama internasional dalam memecahkan

persoalan persoalan Internasional dilapangan ekonomi, sosial, dan

kebudayaan atau yang bersifat kemanusiaan dan berusaha serta


50

menganjurkan adanya penghargaan terhadap Hak Hak Asasi Manusia dan

kebebasan kebebasan dasar bagi semua manusia tanpa membedakan

bangsa, jenis kelamin, agama, atau bahasa.

3. Pasal 13 : Majelis umum memajukan kerjasama internasional dilapangan

ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan, dan membantu

pelaksanaan hak hak manusia dan kebebasan dasar bagi semua manusia

tanpa membedakan bangsa, jenis kelamin, bahasa, dan agama.

4. Konsep HAM dalam deklarasi umum Hak Asasi Manusia ( DUHAM )

Universal Declaration of Human Right atau Deklarasi Sedunia Hak

Asasi Manusia ( DUHAM ) disepakati pada tanggal 10 Desember 1948, yang

kemudian tiap tahunnya diperingati sebagai HAM sedunia. Konsep HAM

dalam DUHAM dapat dilihat dalam beberapa pasal, diantaranya :

1. Paragraph 1

Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak hak yang

sama dan tidak terasingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan,

keadilan, dan perdamaian dunia.

2. Paragraph 6

Menimbang, bahwa Negara Negara anggota telah berjanji akan mencapai

perbaikan penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak hak manusia dan

kebebasan kebebasan asas asas, dalam kerjasama dengan PBB

3. Pernyataan (proklamasi) Pembukaan


51

Berisi tentang pernyataan bahwa yang terdapat dalam DUHAM ini

merupakan suatu bentuk pelaksanaan penghormatan terhadap hak hak dan

kebebasan kebebasan.

4. Pasal 1

Sekali orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak hak

yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu

sama lain dalam persaudaraan.

5. Pasal 2

Dimana didalamnya berisi tentang keberlakuan hak hak yang ada dalam

deklarasi ini tanpa membedakan bangsa, warna kulit, jenis kelamin, agama,

bahasa, dan suku bangsa, politik, hukum dan pendapat lain, asal mula

kebangsaan, milik, kelahiran dan juga tidak membedakan berdasarkan

kedudukan politik, hukum, kedudukan internasional dari Negara atau

daerah darimana seseorang berasal baik itu Negara merdeka yang berbentuk

trust, nonself governing atau pembatasan lain dari kedaulatan.

6. Pasal 29 ayat (2)

Ketentuan dalam pasal ini disebutkan bahwa pengakuan ketentuan HAM

tidal otomatis orang perorangan menjadi bebas tanpa ada batasan, justru

orang perorang tetap dibatasi oleh ketentuan perundang undangan yang

berlaku.

7. Pasal 30
52

Pasal ini berisi tentang tidak adanya pemberian hak pada Negara, golongan

atau seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan untuk

mengahncurkan salah satu hak dan kebebasan yang ada dalam deklarasi itu,

artinya tetap ada pembatasan terhadap Negara dimana deklarasi ini

bertujuan agar Negara dengan kekuasaan nya melaksanakan penegakan

HAM dengan baik dan tidak sewenang wenang.

5. Konsep Hak Asasi Manusia Nasional

Hak asasi manusiadi Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila,

yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa,

yakni pancasila. Bermuara pada pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan

Hak Asasi Manusia tersebut harus memperhatikan garis garis yang telah

ditentuan dalam ketentuan falsafah pancasila. Bagi bangsa Indonesia,

melaksanakan Hak Asasi Manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas

bebasnya, melainkankan harus memperhatikan ketentuan ketentuan yang

terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu pancasila. Hal ini

disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan

secara mutlak tanpa memperhatikan hak orang lain. Setiap hak akan dibatasi

oleh hak orang lain, jika dalam melaksanakan hak, kita tidak memperhatikan

hak orang lain, maka yang akan terjadi adalah benturan hak atau kepentingan

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Negara republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi Hak Asasi

Manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat

dan tidak terpisahkan dari manusia yang harus dilindungi, dihormati dan harus
53

ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan,

kebahagiaan dan kecerdasan serta keadilan. Prinsip prinsip HAM tersebut dapat

dilihat dalam beberapa instrument, diantaranya :

1. Pasal 27 dan 28 Undang Undang Dasar 1945

2. Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dalam

bab I tentang ketentuan umum, dan bab II tentang asas asas dasar.

3. Undang Undang Nomor 26 tahun 2000 Tentang pengadilan Hak Asasi

Manusia.

Dalam rangka menegakkan ketentuan hak asasi tersebut diatas, diatur

pula mengenai tanggung jawab Negara serta kewajiban orang lain untuk

menghormati hak asasi orang lain, yaitu:

1. Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya.

2. Bahwa identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras

dengan perkembangan zaman dan peradaban.

3. Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia

adalah tanggung jawab Negara, terutama pemerintah.

4. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan

prinsip Negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan Hak Asasi

Manusia dijamin diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang

undangan.
54

5. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

6. Dalam menjalankan hak dan kewajibannya, setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan oleh undang undang semata mata untuk

menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang

lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan

moral, nilai nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu

masyarakat yang demokratis.

Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, Hak Asasi Manusia itu

dapat dibeda bedakan menjadi :

1. Hak Pribadi (personal right) yang meliputi kebebasan menyatakan

pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat, kebebasan memperoleh pelayanan kesehatan

dan kebebasan bergerak.

2. Hak ekonomi (property right) yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu,

hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya.

3. Hak politik (political right) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan,

hak pilih, dan mendirikan partai politik.

4. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan

pemerintahan

5. Hak sosial dan kebudayaan (social and culture right) misalnya hak untuk

memilih pendidikan dan hak untuk mengembangkan kebudayaan.


55

6. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tatacara peradilan dan

perlindungan (procedural right). Misalnya peraturan dalam hal penahanan,

penangkapan, penggeledahan, dan peradilan.

Ketentuan ketentuan yang memberikan jaminan konstitusional terhadap

Hak Asasi Manusia itu sangat penting dan bahkan dianggap merupakan salah

satu ciri pokok dianutnya prinsip Negara hukum disuatu Negara. Namun

disamping Hak Asasi Manusia, harus dipahami pula bahwa setiap orang

memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang juga bersifat asasi. Setiap orang,

selama hidupnya sejak sebelum kelahiran meliki hak dan kewajiban yang

hakiki sebagai manusia. Pembentukan Negara dan pemerintah untuk alasan

apapun tidak boleh menghilangkan prinsip hak dan kewajiban yang disandang

oleh setiap manusia, jaminan hak dan kewajiban itu tidak ditentukan oleh

kedudukan orang sebagai warga suatu Negara. Setiap orang dimanapun ia

berada harus dijamin hak hak dasarnya. Pada saat yang bersamaan, setiap orang

dimanapun ia berada juga wajib menjunjung tinggi hak asasi orang lain

sebagaimana mestinya

Anda mungkin juga menyukai