Anda di halaman 1dari 44

BAHASA INDONESIA

SABITUL KIROM, M.Pd.


EJAAN DAN TANDA
BACA
Apakah Ejaan itu?
➢EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa,
penggabungan dan pemisahan kata, penempatan tanda
baca dalam tataran satuan bahasa.

➢Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-


bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca
dalam tataran wacana (KBBI).

➢Ejaan dalam bahasa Indonesia diubah, dikembangkan, dan


disempurnakan oleh Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sarjana Komputer S.Kom.
Sarjana Hukum S.H.
Doker dr.
Doktor Dr.
Profesor Prof.

Eka Sholikhatul Kasanah, S.Kom., M.M.

dimakan -
dijalan - di jalan

Unisba
UIB
Pembakuan bahasa

1. dasar keserasian; bahasa yang digunakan dalam komunikasi resmi,baik


tulis maupun lisan.
2. dasar keilmuan; bahasa yang digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah.
3. dasar kesastraan; bahasa yang digunakan dalam berbagai karya sastra.

Masalah pembakuan bahasa terkait dengan dua hal, yakni


(1) kebijaksanaan bahasa
(2) perencanaan bahasa
➢ Pengubahan, pengembangan, dan penyempurnaan ejaan
dalm bahasa Indonesia dilakukan selama 114 tahun, dimulai
dari 1901 sampai dengan 2015
SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN DI INDONESIA
Ada empat ejaan yang sudah diresmikan pemakaiannya yaitu :
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)
2. Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947)
3. Konsep Ejaan Yang Disempurnakan (1966)
4. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (1972)
5. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan edisi kedua (1988)
6. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan edisi ketiga (2009)
7. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2015)

Sistem ejaan yang belum atau tidak sempat diresmikan oleh


pemerintah adalah :
1. Ejaan Pembaharuan (1957)
2. Ejaan Melindo (1959)
3. Ejaan LBK (1966)
Ejaan Van Ophuijsen (1901)
➢Bahasa Melayu ditulis menggunakan aksara Jawi atau Arab
Gundul. Aksara teersebut tidak lagi digunakan pada bahasa
Melayu.
➢ Terjadi akibat pengaruh budaya Eropa yang datang di Nusantara.
➢ Pengaruh tersebut membuat Bahasa Melayu menggunakan
aksara latin.
➢ Charles Adrian van Ophuijsen atau dikenal dengan nama Ch. A.
van Ophuijsen untuk menyusun tata bahasa baku bahasa Melayu
Ejaan Van Ophuijsen (1901)
➢Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model
yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf latin dan
bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
(1) huruf ‘j’ untuk menuliskan bunyi ‘y’, seperti pada kata jang, pajah,
sajang.
(2) huruf ‘oe’ untuk menuliskan bunyi ‘u’, seperti pada kata-kata goeroe,
itoe, oemoer (kecuali diftong ‘au’ tetap ditulis ‘au’).
(3) tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
bunyi hamzah, seperti pada kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.
(4) huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,
menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan
diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
(5) Huruf ї untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran yang
disuarakan tersendiri seperti diftong, misal mulaї dan ramaї, dan
untuk menulis huruf y, misal Soerabaїa
(6) Huruf tj dieja menjadi c seperti Tjikini, tcara, pertjaya
(7) Huruf ch yang dieja kh seperti achir, chusus, machloe’.
➢ Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan
huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947)

➢Mulai muncul ketika Kongres Bahasa Indonesia I, tahun 1938 di


Solo.
➢Sembilan tahun kemudian diresmikanlah ejaan Soewandi sebagai
pengganti Ejaan Van Ophuijsen (15 April 1947)
➢Ejaan Republik diresmikan sebagai acuan ejaan baku bahasa
Melayu untuk mengurangi pengaruh dominasi Belanda yang diwakili
dalam ejaan van Ophuijsen

Van Ophuijsen 1901 Soewandi 1947


boekoe buku
Ma’lum maklum
mulai mulai
masalah masalah
Tida’ tidak
Pende’ pendek
Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947)

➢Huruf oe disederhanakan menjadi u, misalnya dulu, aku,


republik.
➢Bunyi hamzah (‘) ditulis dengan k sehingga tidak ada lagi kata
ra’yat dan ta’ tetapi menjadi rakyat dan tak
➢Kata ulang ditulis dengan angka 2, seperti pada anak2, ber-dua2-
an, ke-laki2-an.
➢Awalan di- dan kata depan di keduanya ditulis serangkai dengan
kata yang menyertainya, misaldijalan, diluar, dijual, diminum.
➢Penghapusan tanda diakritis schwa atau e‘pepet’ (ẻ) menjadi e
sehingga tidak ada lagi ada tulisankẻnari dan kẻluarga, tetapi
keluarga dan kehadiran
Ejaan Pembaharuan (1957)
➢Muncul gagasan mengenai perubahan ejaan dalam
Kongres Bahasa Indonesia II di Medan (1954).
➢Hasil keputusan Kongres Bahasa Indonesia II
1. Ejaan sedapat-dapatnya menggambarkan satu
fonem dengan satu huruf.
2. Penetapan ejaan hendaknya dilakukan oleh satu
badan yang kompeten.
3. Ejaan itu hendaknya praktis tetapi ilmiah.

➢Keputusan kongres ini menghasilkan konsep sistem


ejaan baru yaitu Ejaan Pembaharuan. Namun Ejaan
ini tidak dapat dilaksanakan karena adanya
beberapa huruf baru yang tidak praktis, yang dapat
memengaruhi perkembangan ejaan bahasa
Indonesia.
Ejaan Melindo (1959)
➢Kongres bahasa Indonesia di Singapura (1956) yang
menghasilkan suatu resolusi untuk menyatukan ejaan
bahasa Melayu di Semenanjung Melayu dengan ejaan
bahasa Indonesia di Indonesia.
➢ Dihasilkan suatu konsep Ejaan Melindo (Ejaan
Melayu-Indonesia).
➢ Rencana untuk meresmikan ejaan ini pada tahun
1962 mengalami kegagalan karena adanya konfrontasi
antara Indonesia dan Malaysia beberapa tahun
kemudian.
Ejaan LBK (1966)

➢Pada tahun 1966 Lembaga Bahasa dan


Kesusastraan (LBK) membentuk sebuah
panitia yang diketuai oleh Anton M. Moeliono
dan mengusulkan konsep baru sebagai
pengganti konsep Melindo.
➢ Ejaan ini tidak sempat diresmikan karena
banyak menimbulkan reaksi dari pemakai,
antara lain karena meniru ejaan Malaysia
dan keperluan mengganti ejaan belum
benar-benar mendesak.
Ejaan Yang Disempurnakan (1972)

➢Pada tanggal 16 Agustus 1972, pemerintah


Indonesia menetapkan ejaan baru yaitu
ejaan LBK yang telah diperbaiki dan
disempurnakan, kemudian dikenal dengan
nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan.
Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (1972)
➢Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia Departemen P dan K menyusun buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan, berlaku sejak 27 Agustus 1975
dengan SK menteri P dan K Nomor 0196/U/1975.
➢ Beberapa perubahan penting pada Ejaan Yang
Disempurnakan yang dilakukan:
(1) Abjad dibaca: a, be, ce, de, dan seterusnya,
sebelumnya dibaca: a, ba, ca, da, dan seterusnya.
(2) Kata majemuk ditulis terpisah, seperti: kereta api
dan kamar tidur, kecuali hubungan unsur-unsurnya
erat seperti: matahari, peribahasa, dan sebagainya.
Sebelum ini kata majemuk selalu ditulis serangkai.
(3) Akronim yang memiliki lebih dari dua huruf awal
tidak memakai tanda titik, misalnya: SMA dan FKIP
sebelumnya ditulis S.M.A DAN F.K.I.P.
Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (1972)
(4) Penulisan ejaan: tj menjadi c
nj menjadi ny
(5) Huruf asing yang diresmikan pemakaiannya:
z pada kata zaman
f pada kata pasif
v pada kata konvoi
(6) Bunyi antara w dihilangkan diganti menjadi ua. Misalnya: kwalitas menjadi
kualitas.
(7) Jika di tengah kata ada dua konsonan, maka konsonan pertama (termasuk
ng), maka pemenggalannya seperti:
April menjadi Ap-ril
Bangkrut menjadi bang-krut
(8) Huruf q dan x yang biasa digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.
Contoh: foto Nixon, musabaqah
(9) Penulisan nama diri: sungai, orang, gunung, jalan, dan sebagainya,
haruslah disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan, kecuali jika ada
pertimbangan khusus dari segi tradisi, hukum, dan sejarah.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2015)
➢ Pada huruf vokal, untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar
digunakan diakritik yang lebih rinci, yaitu (1) diakritik (é) dilafalkan [e]
misalnya Anak-anak bermain di teras (téras); (2) diakritik (è) dilafalkan
[Ɛ] misalnya Kami menonton film seri (sèri); (3) diakritik (ê) dilafalkan
[Ə] misalnya Pertandingan itu berakhir seri (sêri)
➢ Pada huruf konsonan terdapat catatan penggunaan huruf q dan x yang
lebih rinci, yaitu: (1) huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri
dan keprluan ilmu; (2) huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].
➢ Pada huruf diftong terdapat tambahan yaitu diftong ei misalnya pada
kata eigendom, geiser, dan survei.
➢ Pada huruf kapital aturan penggunaan lebih diringkas (pada PUEYD
terdapat 16 aturan, sedangkan pada PUEBI terdapat 13 aturan) dengan
disertai catatan
➢ Pada huruf tebal terdapat pengurangan aturan sehingga hanya dua
aturan, yaitu menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring dan
menegaskan bagian karangan seperti judul buku, bab, atau subbab.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2015)
➢ Perbedaan lebih ciri antara PUEYD dengan PUEBI telah diteliti
oleh Mahmudah. Menurut Mahmudah (2016: 145-147) terdapat
tujuh perbedaan secara substantif, yaitu:
(a) pemakian huruf,
(b) kata depan,
(c) partikel,
(d) singkatan dan akronim,
(e) angka dan bilangan,
(f) kata ganti ku-, kau-, ku, -mu, dan –nya;
(g) kata si dan sang.
Ejaan Bahasa
EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa,
penggabungan dan pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam
tataran satuan bahasa.

Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam


bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana (KBBI).

Cakupan bahasan ejaan berkaitan dengan:


(1) pemakian huruf vokal dan konsonan,
(2) penggunaan huruf kapital dan kursif (miring),
(3) penulisan kosakata dan bentukan kata,
(4) penulisan unsur serapan, afiksasi, dan kosakata asing, dan
(5) penempatan dan pemakaian tanda baca.

Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalam kaidah ejaan yang disebut Ejaan yang
Disempurnakan sejak 1972.
Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan

Penulisan ejaan berkaitan dengan:


(1) Pemakaian abjad,huruf vokal, huruf konsonan, dan
abjad.
(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar,
(4) Penulisan huruf miring,
(5) Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan,,
gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan,
(7) Penempatan tanda baca atau pungtuasi
Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya
(a) Tanda titik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik koma (;),
(d) Tandatitik dua (:),
(e) Tanda titik-titik/ellipsis (…),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((…)),
(i) Tanda kurung siku ([…]),
(j) Tanda hubung (-),
(k) Tanda pisah (--),
(l) Tanda petik tunggal (‘…’),
(m)Tanda petik ganda (“…”),
(n) Tanda garis miring (/),
(o) Tanda ulang angka dua (2), dan
(p) Tanda apostrof/penyingkat (‘).
PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia
terdiri atas huruf yang berikut. Nama huruf disertakan
di sebelahnya.
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa
Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan u.
Contoh pemakaian dalam kata
C. Huruf Konsonan

➢Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa


Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k,
l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
D. Huruf diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong


yang dilambangkan dengan ai, au, oi, ei.

Contoh: saudara
pulau
nilai
amboi
survei
geiser
Bukan diftong: Tua, lauk, daun, kain
E. Gabungan Huruf Konsonan

➢Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat


gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
➢ Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.

Contoh: khusus akhir tarikh


ngilu bangun senang
nyata banyak
syarat isyarat arasy
PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama
kata pada awal kalimat.
Misalnya: Dia mengantuk.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang. Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam
Syafii, Nabi Ibrahim.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru,
Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara Husein
Sastranegara, Sekretaris Jenderal Departemen
Pertanian, Gubernur Irian Jaya.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama


jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang,
nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
orang. Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim
Perdanakusumah.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku


bangsa, dan bahasa. Misalnya:
Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,


suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
Mengindonesiakan kata asing.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya,, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan
Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, hari
Natal.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang
dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon,
Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru,
Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah


geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberabangi selat,
pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama


geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya: garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang
ambon
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua
unsur nama negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali
kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat;
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden
Republik Indonesia.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata


yang bukan nama negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum,
kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut
undang-undang yang berlaku.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial,
Undang-Undang Dasar Repulik Indonesia, Rancangan Undang-
Undang Kepegawaian

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata


(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama
buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata
seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada
posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan
nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doctor
M.A. master of arts
S.E. sarjana ekonomi
Prof. profesor
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, danpamanyang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak Berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata


penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai
dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata
ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
B. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk


menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama
karangan Prapanca, surat kabar Suara Rakyat

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk


menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing,
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostama.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri
ini.
Weltanschauungantara lain diterjemahkan menjadi
‘pandangan dunia’

Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Latihan

1. Penggunaan huruf kapital yang benar terdapat pada ...


a. Tinggal di Jalan M.T. Haryono
b. Pergi ke arah Barat
c. Sebagian Suku Sunda
d. Pulang pada Hari Natal

Anda mungkin juga menyukai