Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NURHIDAYAH RAHMAN

NIM : 1627041022

KELAS : PTP-A/01

REVIEW JURNAL

APLIKASI 1-METHYLCYCLOPROPENE (1-MCP) DAN ETILEN UNTUK


PENGENDALIAN KEMATANGAN PISANG AMBON DI SUHU RUANG

Mira Suprayatmi 1), Purwiyatno Hariyadi 2), Rokhani Hasbullah 3), Nuri
Andarwulan 4) dan Bram Kusbiantoro 5)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah buah pisang ambon dari petani
pengumpul di daerah Ciawi Bogor. Bahan utama lain yang digunakan adalah 1-
METHYLCYCLOPROPENE (1-MCP) . Beberapa penelitian terakhir menyatakan bahwa
1-MCP mempunyai pengaruh menghambat kerja etilen dari berbagai buah diantaranya;
strawberi, apel, pisang Cavendish, buah pir, nenas, alpukat, tomat (Blankenship dan
Dole, 2003 ), sayur dan rempah daun Asia (Thomson et al, 2003) dan kini di USA tengah
berlangsung penelitian yang intensif antar instansi terkait (2003-2008) terhadap komoditi
apel (Seems, 2003).

Alat yang digunakan yaitu, chamber gelas kedap udara berukuran 75 x33x 30 cm3 yang
dilengkapi pula blower untuk perlakuan 1-MCP dan etilen, Sun Rheometer CR
500DX,COMPAX 100 untuk mengukur kekerasan, Chromameter Minolta CR-300 nilai
warna, total padatan terlarut dengan refraktometer 0-60 % TSS, total asam dengan titrasi
dan indeks kematangan berdasarkan indeks warna Ditjen BP2HP, Dep. Pertanian
(2003).

Metode penelitian

Persiapan 1- MCP dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung volume ruang yang
digunakan untuk ekspose 1-MCP serta berat pisang yang akan diberi perlakuan. Serbuk
1-MCP 3.3 % (gas yang enkapsulasi dengan α-cyclodekstrin, Rohm and Hass Co.)
ditimbang sesuai dengan kadar gas 1-MCP yang akan diekspose dalam volume ruang
tertentu serta volume pisang yang akan terkena kontak 1-MCP. Kemudian serbuk 1-MCP
terenkapsulasi dimasukkan ke dalam sebuah vial (botol kecil), ditambahkan 2-5 ml air
(ratio 4:1 thd berat 1-MCP) untuk melarutkan α-cyclodekstrin dan membebaskan gas 1-
MCP. Botol ditempatkan di tengah kotak kaca (chamber) berukuran 75 x33x 30 cm3
yang dilengkapi pula blower untuk mensirkulasi gas. Pada saat kontak air dengan serbuk
1-MCP, chamber segera ditutup rapat dengan bantuan wax (lilin) kemudian disimpan di
suhu 20 oC, selama 24 jam. Untuk menjaga agar tidak terjadi respirasi anaerob,
pengisian pisang harus disesuaikan dengan volume kotak yaitu memperhitungkan laju
kecepatan pembentukan CO2 maksimum dari literatur. Kandungan CO2 selama
penyimpanan diperkirakan tidak lebih dari 5-7%.

Pada penelitian ini konsentrasi 1-MCP yang digunakan adalah 0.5 µl/l yang merupakan
konsentrasi optimum dari tahap sebelummya. Perlakuan terdiri dari :

(1) Pisang yang diekspose 1-MCP 0.5 µl/l selama 24 jam, 1 hari kemudian diberi
etilen 100 ppm dan diperam selama 24 jam,
(2) Pisang hanya diekspose 1-MCP 0.5 µl/l selama 24 jam,
(3) Pisang diberi etilen 100 ppm diperam selama 24 jam, 1 hari kemudian diekspose
1-MCP 0.5 µl/l selama 24 jam,
(4) Pisang hanya diberi perlakuan etilen 100 ppm, diperam selama 24 jam dan
(5) sebagai kontrol tanpa diberi perlakuan apa pun, pisang dibiarkan matang dengan
sendirinya. Semua pisang disimpan pada suhu 20-25 oC. Rancangan percobaan
pada periode penyimpanan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua
ulangan untuk masing-masing perlakuan.

Pengamatan yang dilakukan pada tahap dua adalah perubahan mutu pada tiap indeks
kematangan yaitu : warna kulit pisang dengan chromameter, susut bobot dengan
neraca, kadar air dengan oven, kekerasan dengan Rheometer, total padatan terlarut
dengan refraktrometer, total asam, total gula pereduksi dan kadar pati dengan titrasi.
Pengamatan-pengamatan tersebut dilakukan selama penyimpanan dengan selang
waktu berdasarkan perubahan indeks kematangan (warna). Pengamatan lain pada
saat pisang mencapai indeks kematangan 6, adalah pengujian organoleptik pisang
dengan atribut mutu warna, rasa manis, aroma khas pisang dan kekerasan. Data
pengujian fisik dan kimia dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) dan Uji beda
Duncan menggunakan program SAS vers 8.1. Uji organoleptik dengan uji-t.
KAJIAN LAJU RESPIRASI DAN PRODUKSI ETILEN SEBAGAI DASAR
PENENTUAN WAKTU SIMPAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN

Sarifah Nurjanah Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Jatinangor,


Bandung 40600

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Bahan

Buah-buahan dan sayuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang mentah dan
masak, jeruk, kentang, buncis dan kecambah, sedangkan bahan kimia yang digunakan
yaitu gas oksigen, standar etilen dan standar karbondioksida.

Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif Bahan yang sudah
dipilih ditimbang antara 100 sampai 300 gr tiap produk. Sesudah ditimbang bahan
tersebut dimasukkan ke dalam toples yang tertutup rapat sehingga udara luar tidak dapat
masuk. Untuk menghitung respirasi maka dipasang pipa kecil yang terbuat dari plastik.
Laju alir udara dihitung dengan cara memasang pipa pada papan, kemudian diberi mistar
dan diukur laju udara yang melewati pipa dengan stopwatch . Sesudah 24 jam (satu hari
satu malam) di dalam toples tersebut, etilen dan karbondioksida dihitung dengan
mengambil kedua gas tersebut di dalam pipa menggunakan jarum suntik. Kedua gas
tersebut diinjeksikan ke dalam kromatografi gas untuk dihitung kandungan masing-
masing gas. Etilen dan karbondioksida masing-masing dihitung sebagai mikroliter gas per
kilogram per jam dan milliLiter gas per kilogram per jam.
PEMBAHASAN

Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas.
Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup, pada waktu-waktu tertentu senyawa
ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan
pematangan hasil-hasil pertanian.

Etilen adalah suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai
hormon yang aktif dalam proses pematangan. Disebut hormone karena dapat memenuhi
persyaratan sebagai hormone, yaitu dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobil dalam
jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik. Secara tidak disadari, penggunaan
etilen pada proses pematangan sudah lama dilakukan, jauh sebelum senyawa itu diketahui
nama dan peranannya. Meskipun sekarang sudah ada bukti-bukti yang cukup meyakinkan
yang mendukung pandangan bahwa C2H4 (etilen) itu sesungguhnya merupakan hormon
pematangan, namun dalam penelitian dijumpai beberapa kesukaran, diantaranya: selama
ini orang belum berhasil menghilangkan seluruh C2H4 (etilen) yang ada dalam jarigan
untuk menunjukkan bahwa proses pematangan akan tertunda apabila C2H4 (etilen) tidak
ada.

Usaha-usaha untuk mengungkapkan atau mengetahui lebih lanjut tentang biogenesis


pembentukan etilen terus berlangsung dengan dimulai penelitian-penelitian oleh para
pakar, kali ini penelitian dengan memenfaatkan etilen itu sendiri dengan aktifitas yang
khas pada jaringan beberapa buah-buahan yang kemungkinan akan dapat menjelaskan
suatu tanda Tanya berkaitan dengan biogenesis pembentukan. Etilen diproduksi oleh
tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial pada seluruh jaringan
tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan
tingkatan perkembangan.

Etilen adalah zat cair yang tidak berwarna, kental dan manis, mudah larut dalam air,
memiliki titik didih relatif tinggi dan titik beku rendah. Senyawa ini sering digunakan
sebagai pelarut dan bahan pelunak (pelembut). Pada bidang pertanian etilen digunakan
sebagai zat pemasak buah. Etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan
dengan auksin, griberelin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas
dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Etilen di alam akan berpengaruh apabila
terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam
proses pematangan buah dalam fase klimaterik.

Perlakuan pada buah pisang dengan menggunakan etilen pada konsentrasi yang berbeda
akan mempengaruhi proses pemasakan buah. Pemasakan buah ini terlihat dengan adanya
struktur warna kuning, buah yang lunak dan aroma yang khas. Kecepatan pemasakan
buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula.
Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan
yang ditandai dengan perubahan warna, tekstur dan bau buah.

Proses sintesis protein terjadi pada proses pematangan seacra alami atau hormonal,
dimana protein disintesis secepat dalam proses pematangan. Pematangan buah dan
sintesis protein terhambat oleh siklohexamin pada permulaan fase klimatoris setelah
siklohexamin hilang, maka sintesis etilen tidak mengalami hambatan. Sintesis ribonukleat
juga diperlukan dalam proses pematangan. Etilen akan mempertinggi sintesis RNA pada
buah mangga yang hijau.

Etilen dapat juga terbentuk karena adanya aktivitas auksin dan etilen mampu
menghilangkan aktivitas auksin karena etilen dapat merusak polaritas sel transport, pada
kondisi anearob pembentukan etilen terhambat, selain suhu O2 juga berpengaruh pada
pembentukan etilen. Laju pembentukan etilen semakin menurun pada suhu di atas 30 0 C
dan berhenti pada suhu 40 0 C, sehingga pada penyimpanan buah secara masal dengan
kondisi anaerob akan merangsang pembentukan etilen oleh buah tersebut. Etilen yang
diproduksi oleh setiap buah memberi efek komulatif dan merangsang buah lain untuk
matang lebih cepat.

Terdapat beberapa cara untuk menanggulangi proses respirasi, transpirasi dan produksi
etilen, yaitu dengan aplikasi 1-methylcyclopropene, kitosan, dan suhu dingin.Pemberian
1- methylcyclopropene (1-MCP) mampu menghambat kerja etilen yang dikeluarkan oleh
buah. Senyawa 1- MCP ini bekerja untuk menghambat pemasakan buah, dan
menghambat senesens pada buah. Etilen yang akan menempati reseptor akan digantikan
dengan senyawa 1-MCP, sehingga kerja dari etilen terhambat dan respirasi menjadi
menurun.

Aplikasi 1-MCP digunakan untuk menghambat produksi etilen, sehingga diharapkan


masa simpan buah dapat diperpanjang dan mutu buah dapat terjaga. Pada penelitian ini
aplikasi 1-MCP belum mampu meningkatkan masa simpan buah dan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan tanpa 1-MCP. Hal ini diduga disebabkan oleh telah lanjutnya
pemasakan buah yang telah mencapai fase hijau kekuningan. Kekerasan buah akan
menurun seiring dengan lamanya masa simpan buah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada perlakuan 1-MCP (M1), kitosan (K1), dan suhu dingin (T1) tidak nyata
menurunkan nilai kekerasan buah. Menurut penelitian, hal ini diduga karena penghentian
pengamatan terjadi pada stadium yang sama yaitu, pada saat kulit buah telah terdapat
bercak coklat (browning) 50% atau terdapat keriput pada kulit buah.
KESIMPULAN

Dua faktor penting yang dapat meningkatkan produksi etilen adalah temperatur dan
adanya stress (kesalahan mekanik yang terjadi pada saat penanganan maupun
pengangkutan dan adanya jamur). Kesalahan mekanis yang menyebabkan rusaknya
jaringan dapat mempercepat tumbuhnya jamur sehingga menyebabkan tingginya produksi
etilen. Pisang sebagai buah klimaterik dan jeruk sebagai buah non-klimaterik mempunyai
pola yang berbeda pada produksi gas tersebut, sedangkan kentang sebagai sayuran ‘
dormant ’ hanya sedikit memproduksi C2H4, dan kecambah serta buncis produksi
etilennya tinggi sebelum mencapai proses pembusukan.

Secara komersial penggunaan 1-MCP untuk memperpanjang umur simpan pisang ambon,
memungkinkan untuk diterapkan pada tingkat petani atau pedagang pengumpul sehingga
pisang dapat dipanen pada umur panen yang tepat (optimal) walaupun harus dilakukan
pendistribusian. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan yaitu : (1) tidak
memerlukan tambahan ruang karena ruang pemeraman dapat digunakan untuk ekspose 1-
MCP, hanya perlu penjadwalan dalam pelaksanaannya, (2) suhu perlakuan dan
penyimpanan dapat dilakukan pada suhu ruang dan (3) penggunaannya relatif mudah dan
dalam jumlah atau konsentrasi yang sangat sedikit.

Anda mungkin juga menyukai