Anda di halaman 1dari 3

REVIEW JURNAL FISIOLOGI

PERAN ETILEN DAN POLIAMIN

A.Nurul Hikmah
1627041013
PTP A
A. METODE PENELITIAN

1.Jurnal 1

Bahan :buah pisang,kemudian dicuci dalam air. Buah pisang selanjutnya direndam dalam
larutan Benlate 500 ppin selama 30 detik.Poliamin dilarutkan dalam air suling dan diberi beberapa
tetes Tween 20. Buah diperlakukan sesuai dengan perlakuan masing-masing percobaan. Dibungkus
dalam kantong plastik berlubang, dan disimpan dalam suhu 28 atau sesuai dengan perlakuan mssing-
rnasing percobaan. Ada Iima perlakuan yang dicoba yaitu: kontrol, putresin 10-3 M, spermidin 10' M,
spermin 10-3 M, dan 4% CaCl2. Perendaman buah dilakukan selama 30 menit. Faktor suhu terdiri
atas dua taraf yaitu suhu ambien (28 °C) dan suhu dingin (15 °C). Faktor putresin terdiri atas dua taraf
yaitu tanpa putresin dan dengan putresin 10-2 M. Perendaman buah dalam larutan putresin dilakukan
selama 30 menit. Percobaan terdiri atas tiga ulangan.

Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 3, 7, 10, 14 (untuk kedua percobaan) dan 21 (untuk
percobaan pengaruh putresin dan suhu simpan). Peubah yang diamati untuk kedua percobaan yaitu
perubahan bobot, warna, kekerasan buah, kandungan gula. Kandungan asam total diukur pada
percobaan pertama sedangkan vitamin C dianalisis pada percobaan yang ke dua. Perubahan bobot
diukur dengan penimbangan pada saat sebelum penyimpanan dan saat pengamatan. Warna buah
diukur dengan Chromameter. Peubah yang diukur yaitu tingkat perubahan warna kuning (b). Nilai b
berkisar antara -70 dan +70 yang menunjukkan kisaran warna biru menjadi kuning. Perubahan
kekerasan buah diukur dengan penetrometer. Pengukuran dilakukan pada tiga tempat pada bagian
buab yang berbeda. Penetapan kandungan gula total ditentukan dengan menggunakan metode
anthrone.Kandungan asam diukur dengan titrasi dan vitamin C dianalisis.

2. Jurnal 2

a. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah buah pisang Mas diambil sampel buah pada 3 sisir bagian
tengah dari tandan buah, dengan tingkat kematangan/kemasakan buah, yaitu kematangan buah 85 %,
buah masak penuh dan lewat masak. Bahan-bahan lain meliputi : senyawa standar putresin (Put),
spermidin (Spd), spermin (Spm), asam perklorat (HClO 4), senyawa 1,6 heksandiamin, benzoil
klorida, Tween 20, me thanol, dietilether, kloroform, trietilamin, gas nitrogen, he lium,
karbondioksida, bromo thymol blue (BTB), dan bahan-bahan untuk analisis kimia lainnya.Peralatan
yang digunakan adalah Thin Layer Chro matography dan Camag TLC Scanner 3 ”dummy” S/N
081124 (1.14.16) untuk analisis poliamin, spektrometer foto akustik (SFA) ”intra cavity” yang dirakit
di Jurusan Fisika, FMIPA UGM dan sebagai sumber sinar digunakan tunable laser CO2 dengan
kekuatan 5 watt untuk mengukur emisi etilen buah secara real time, almari pendingin suhu 10 oC,
wadah perendaman buah dengan pengatur tekanan, spekrofotometer, unit respirator, Humbold
Universal Penetrometer H-1250 untuk mengukur tekstur buah, dan peralatan lainnya untuk analisis
fisik dan kimia.
Buah pisang Mas dipanen langsung dari kebun, kemudian disortasi berdasarkan tingkat
kematangan dan kemasakan buah, yaitu: kematangan buah 85 %, buah masak penuh, dan buah lewat
masak. Buah sesuai tingkat kematangan dan kemasakan kemudian direndam dalam berbagai jenis
larutan poliamin yakni putresin (put), spermidin (spd), spermin (spm) dan kontrol. Buah direndam
dalam larutan poliamin konsentrasi 1,5 mM yang mengandung 0,2 % tween 20 pada tekanan 1
atmosfer + 200 mmHg selama 8 menit. Perendaman buah sebanyak 600 g per liter larutan poliamin.
Penambahan tween 20 untuk memperbaiki penyerapan larutan poliamin ke dalam kulit buah. Setelah
perendaman dilakukan penirisan buah pada kertas crepe.Dimasukkn ke almari pendingin untuk
dilakukan penyimpanan pada suhu 10 oC selama 10 hari dan dilakukan pengamatan meliputi: laju
emisi etilen, laju respirasi, tekstur, dan indeks chilling injury (nekrosis dan pitting). Pengamatan
dilakukan setiap 2 hari pada suhu kamar ( ± 27 oC), kecuali pengamatan laju emisi etilen dilakukan
setiap hari secara real time menggunakan spektrometer foto akustik (SFA) pada penyimpanan dingin
(suhu 10 oC).

B. PEMBAHASAN

Pada jurnal studi tentang poliamin dan suhu dingin dalam mempertahankan beberapa kriteria
kulaitas buah pisang dibahas mengenai pisang merupakan buah yang mudah rusak sehingga perlu
dicari cara untuk mengurangi kerusakan buah dan memperpanjang daya simpan buah pisang Pisang
merupakan buah klimakterik yaitu buah yang dalam proses pematangannya disertai dengan
peningkatan respirasi dan produksi etilen secara cepat.Poliamin mempunyai peran penting dalam
menghambat proses senesen pada jaringan tanaman. Sementara itu etilen telah lama diketahui sebagai
hormon tanaman yang berperan untuk mempercepat pemasakan buah dan senesen.Ada beberapa
macam poliamin, namun yang terpenting ialah putresin, spermidin dan spermin.Penyimpanan buah
pada konsentrasi oksigen rendah (1%) dan suhu rendah merupakan suatu usaha untuk memperpanjang
masa simpan dan mempunyai efek mempertahankan kandungan putresin, spermidin, dan spermin.

Dalam jurnal tersebut juga dibahas tentang beberapa macam poliamin dan CaCl2 terhadap
perubaban fisik dan kimia buah pisang.Dimana dari hasil pengamatan diketahui bahwa jenis poliamin
dan CaCl2 berpengaruh terhadap kekerasan karena dari percobaan menujukkan bahwa spermidin
menyebabkan susut bobot walaupun secara statik tidak nyata tetapi perlakuan putresin tidak
berpengaruh terhadap susut bobot buah pisang.Perlakukan suhu simpan berpengaruh nyata terhadap
kekerasan buah. Namun kandungan gula dan kandungan asam tidak berpengaruhi oleh perlakuan jenis
poliamin dan CaCl2.Perubahan warna yang terjadi pada buah pisang dipengaruhi oleh suhu simpan
akan tetapi tidak dipengaruhi oleh perlakuan putresin karena dari pengamatan dengan adanya putresin
atau tidak tetap hasilnya relatif sama. Dari hasil pengamatan peralakuan suhu simpan dapat
berpengaruh terhadap kandungan gula dan dapat menyebabkan penurunan kandungan vitamin c yang
ada pada buah pisang.Namun secara umum perlakuan poliamin pada pengamtan yang telah dilakukan
belum memberikan hasil yang konsisten.karena bertentangan dengan apa yang di paparkan oleh
bebrapa para ahli.Perbedaan hasil tersebut mungkin disebabkan oleh metode aplikasi poliamin.

Poliamin dapat menghambat senesen lewat penghambatan produksi etilen.Dan dalam


pengamatan ini diduga poliamin tidak mampu menghambat produksi etilen sehingga proses senesen
tetap berjalan seperti tanpa perlakuan poliamin.Hal ini dapat terjadi karena produksi etilen yang
kemungkinan disebabkan penyerapan poliamin oleh buah pisang rendah.Dan diantara poliamin urutan
yang paling kuat dalam menghambat senesen yaitu spermin,spermidin,putresin tetapi dari hasil
pengamatan perbedaan tersebut tidak terlihat kecuali spermidin yang dapat menghambat susut bobot
lebih besar.Perlakuan buah pisang dalam poliamin masih memberikan keutungan tapi masih kurang
konsisten.

Sedangkan pada jurnal efektivitas poliamin terhadap penghambatan chilling injury pada
beberapa tingkat kematangan dan kemasakan buah pisang mas membahas tentang masalah yang
terjadi pada pisang namun bedanya pada jurnal ini membahas tentang cara untuk memperpanjang
daya umur simpan buah pisang dengan menekan laju respirasi dan proses metabolisme lainnya yang
dilakukan dengan penyimpanan suhu dingin.Namun karena buah pisang merupakan buah yang sangat
sensitif terhadap kerusakan/cacat suhu dingin sehingga diperlukan perlakuan untuk menghambat
proses chilling injury. Chilling injury adalah terjadinya luka pada permukaan buah, bercak-bercak dan
bintik-bintik coklat-hitam pada kulit buah, perubahan warna yang tidak normal pada permukaan dan
bagian dalam buah, water soaking, kehilangan air dan berkerut, kerusakan tekstur dan flavor.
Berbagai perlakuan telah dilakukan untuk mencegah chilling injury. Perlakuan yang dimaksud antara
lain: pelapisan lilin pada buah pisang. Akan tetapi perlakuan yang telah diaplikasikan mempunyai
beberapa kelemahan, antara lain; secara teknis tidak praktis dan hasilnya kurang efektif. Poliamin
mampu menunda senesensi, pelunakan tekstur dan menghambat chilling injury.

Pada hasil pengamatan emisi etilen mengalami peningkatan yang tajam dan peningkatan etilen
yang tajam tersebut kemungkinan karena buah sudah mengalami chilling injury akibat adanya
tekanan/stress suhu dingin.Terjadinya chilling injury dapat memacu aktivitas enzim ACC (1-
aminocyclopropane-1-carboxylic acid) sintase dalam mensintesis etilen. Senyawa poliamin dapat
berikatan kuat dengan senyawa pektin pada lamela tengah yakni antara gugus amin dari poliamin
dengan gugus karboksil dari pektin membentuk senyawa kompleks pektin-poliamin akibatnya dinding
sel menjadi lebih kuat dan tahan dari pengaruh luar, termasuk suhu dingin sehingga kerusakan akibat
suhu dingin (chilling injury) dapat dicegah.Peningkatan laju respirasi yang tajam juga kemungkinan
disebabkan karena buah pisang sudah mengalami chilling injury akibat adanya tekanan/stress suhu
dingin.

Poliamin mampu menghambat terjadinya nekrosis dan pitting selama penyimpanan.


Penghambatan paling besar pada perlakuan putresin kemudian berikutnya spermidin dan spermin.
Nekrosis dan pitting adalah terjadinya bercak-bercak dan bintik-bintik coklat-kehitaman pada kulit
buah pisang, merupakan salah satu symptom terjadinya chilling injury. Peristiwa chilling injury
disebabkan terjadinya kerusakan/kematian sel-sel dan jaringan yang peka karena terakumulasinya
metabolit toksis seperti asetaldehid, etanol, oksalasetat, dan lain-lain, akibatnya terjadi perlukaan
(injury), nekrosis dan pitting (bercak-bercak dan bintik-bintik coklat-hitam), perubahan warna pada
permukaan dan bagian dalam dari buah, buah mengalami kegagalan pemasakan, berkembangnya off
flavor (flavor yang tidak dikehendaki), tumbuhnya jamur pada permukaan dan terjadinya
pembusukan.

Pada hasil pengamatan perlakuan poliamin (putresin, spermidin, spermin) dapat menghambat
pelunakan tekstur buah dan penghambatan paling besar dihasilkan pada perlakuan senyawa putresin
(Put). Hal ini karena senyawa poliamin dapat berikatan kuat dengan senyawa pektin pada lamela
tengah yakni antara gugus amin dari poliamin dengan gugus karboksil dari pektin membentuk
senyawa kompleks (pektin-poliamin) akibatnya dinding sel menjadi lebih kokoh dan tahan dari
pengaruh luar termasuk suhu dingin sehingga kerusakan akibat suhu dingin (chilling injury) dapat
dicegah. Poliamin bermuatan positif dan memiliki sifat-sifat hampir sama dengan kalsium dalam
kemampuan menunda pelunakan tekstur dan senesensi serta menghambat chilling injury.

Anda mungkin juga menyukai