Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

Nama : TRI SELAMAT ZEBUA


NIM : 040983595
Mata Kuliah : Sistim Komunikasi Indonesia 09 sesi 3

Sistem dalam bahasa Yunani, disebut “sistema“, berarti kesatuan susunan.


Sehingga, satu sistem dapat dikatakan sebagai susunan atas berbagai bagian-bagian.
Lebih, Littlejohn berpendapat bahwa suatu sistem terdiri dari empat hal, yaitu:

1. Objek-objek yaitu berupa bagian-bagian, elemen-elemen, atau variabel-variabel


dari sistem. Mereka berbentuk fisik atau abstrak bahkan menjadi keduanya,
berdasarkan dari sifat sistem.
2. Atribut, artinya suatu sistem terbentuk dari properti, atribut-atribut, sistem itu
dan objek-objeknya.
3. Hubungan internal, yaitu hubungan antara anggota sistem.
4. Lingkungan, artinya bahwa suatu sistem memiliki lingkungan tertentu, dan
juga tidak hadir dalam kevakuman, tetapi dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.

Sebagaimana pendapat Littlejohn diatas maka dapat diartikan komunikasi


sebagai satu sistem terdiri dari empat hal, Yaitu:

1. Objek-objek dari sistem komunikasi, yaitu berupa elemen-elemen komunikasi


yakni komunikator dan komunikan, pesan, media, dan timbal baliknya.
2. Atribut Sistem komunikasi, yaitu berupa atribut-atribut, properti sistem sistem
komunikasi dan objek-objek sistem komunikasi 
3. Hubungan internal sistem komunikasi, yakni hubungan antara orang-orang
dalam kaitanya sebagai anggota sistem komunikasi, yang dapat dilihat dari interaksi
dan pesan-pesan komunikasi diantara mereka.
4. Lingkungan sistem komunikasi, yakni suatu sistem komunikasi mempunyai
lingkungan tertentu. Kemudian lingkungan tersebut mencakup lingkungan sosial,
politik, maupun budaya. Dan mereka tidak hadir dalam suatu kevakuman, tetapi
dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.

Jadi, Sistem Komunikasi Indonesia dapat diartikan sebgai satu kesatuan atau
susunan kompleks elemen-elemen sistem komunikasi dalam lingkup Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Elemen – elemen tersebut tidak dapat
terpisahkan dengan berbagai faktor yang mengikatnya yakni kondisi politik, sosial
dan budaya Indonesia.

RUANG LINGKUP SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA

Nurudin dalam bukunya berpendapat membagi ruang lingkup sistem


komunikasi Indonesia menjadi tiga bahasan yakni, berdasar wilayah geografisnya,
media yang digunakan, serta pola komunikasinya.

 Wilayah Geografis
Kondisi geografis ini membagi sistem komunikasi Indonesia menjadi sistem komunikasi
pedesaan dan perkotaan. Dalam wilayah geografis perkotaan tentu memiliki realitas
yang berbeda dengan apa yang menjadi realitas komunikasi di pedesaan. 

Di Pedesaan, seorang tokoh yang berpengaruh yakni tokoh masyarakat, agama,


maupun pemimpin lainya menjadi sosok yang krusial dalam mempengaruhi sistem
komunikasi yang berlangsung. Berbeda dengan masyarakat perkotaaan,dimana media
massa yang memegang peran dominan dalam mempengaruhi suatu sistem komunikasi.
Hal tersebut disebabkan oleh kultur yang berbeda antara masyarakat kota dengan
masyarakat desa.

 Media 
Dilihat dari  media yang digunakan, sistem komunikasi Indonesia dibagi menjadi sistem
media modern dan sistem media tradisional. Media modern ini meliputi :
1. Media cetak, meliputi surat kabar, majalah, tabloid. 
2. Media elektronik, meliputi televisi dan radio.
3. Media digital atau online, meliputi  berita online, media sosial, dan komunikasi
online.

Sementara itu sistem media tradisional ini meliputi berbagai kearifan lokal di indonesia
yakni meliputi :
1. Kesenian rakyat, seperti wayang, ketoprak dll.
2. Nyanyian rakyat, seperti lagu-lagu jawa. 
3. Cerita rakyat, seperti dongeng, legenda dll.
4. Ungkapan rakyat, berupa peribahasa dan pepatah.

 Pola Komunikasi
Dilihat dari pola komunikasinya, sistem komunikasi Indonesia terbagi atas :
1. Sistem komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication system).
2. Sistem komunikasi antar persona (interpersonal communication system).
3. Sistem komunikasi kelompok (small group communication system).
4. Sistem komunikasi massa (mass communication system). 

CONTOH NYATA SISTIM KOMUNIKASI INDONESIA


DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Salah satu contoh Sistim Komunikasi Indonesia (SKI) yang ada dalam
kehidupan sehari-hari adalah sistem kepercayaan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa
sistem kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat akan ikut memberikan
“warna” proses dan bentuk komunikasinya. Kita bisa mengambil contoh dalam sistem
“kasta” pada masyarakat Hindu-Bali. Meskipun sistem kasta banyak dikritik dan
bahkan ada yang sudah meninggalkan sistem tersebut seiring perkembangan zaman,
tetapi ada sebagian masyarakat yang masih mempercayai dan menerapkannya.
Masyarakat yang mempercayai sistem kasta sebagai kepercayaan utama akan
mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukannya. Jadi, golongan “kelas bawah”
bisa berbicara atau menentukan jodoh dengan “kelas atas” dalam sistem yang
demokratis, tetapi dalam sistem kepercayaan kasta, hal ini sulit dilakukan. Artinya,
sistem kepercayaan memiliki andil besar bagi proses komunikasi. Dengan kata lain,
sistem kepercayaan sebagai operasionalisasi sistem sosial mempengaruhi sistem
komunikasi.
JAWABAN UNTUK DISKUSI 5
Sistem Komunikasi Indonesia 09
Pers pada dasarnya merupakan satu institusi sosial yang didalamnya melekat banyak
tugas dan fungsi yaitu sebagai pendidik, penghibur, penyebar inJormasi dan pelaku
kontrol sosial. Pers di sini akan menyalurkan inJormasi dari dan ke masyarakat secara
obyektif dan bertanggung jawab. Untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik, pers
tidak bisa melepaskan diri dari sistem tempat pers itu berada. Pers di Indonesia secara
politis-ideologis adalah pers Pancasila yang sikap dan perilakunya berorientasi pada
Pancasila dan UUD 1945.
pers mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini masyarakat. Suatu negara
disebut demokratis bila ada kebebasan pers di negara tersebut. Pers dengan demikian
dilahirkan unluk memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan sebagai
konsekuensinya pers tidak memiliki kehidupan yang mandiri. Pers sebagai satu
institusi sosial senantiasa dipengaruhi dan mempengaruhi lembaga kemasyarakatan
yang lain sehingga pers bisa mempengaruhi berkembang tidaknya masyarakat.

Pada masa Orde Baru, posisi pers tunduk dan berada di bawah elit penguasa. Pers
Indonesia senantiasa dibayangi bentuk-bentuk intervensi pemerintah seperti regulation,
advantages, subsides dan taxation yang dalam bentuk aplikasi tertentu menghambat
kebebasan pers. Kenyataan ibulah yang memaksa pers Indonesia untuk tetap
memperhatikan pemerintah sebelum menyajikan sebuah informasi. Salah satu
bentuknya dalam penggunaan sumber-sumber berita yang masuk dalam kategori
informasi rutin

Kebebasan pers berarti bebas " dati" dan bebas "untuk". Artinya, pers harus bebas "
darl" paksaan dari luar, dari sumber manapun. Pers harus bebas "untuk" memberikan
sumbangannya kepada pemeliharaan dan perkembangan suatu masyarakat yang
bebas. Ini berarti pers harus bertanggung jawab kepada masyarakat untuk memelihara
hak-hak warga negara dan mentaati afuran-afuran yang ada dalam masyarakat

Pertumbuhan pers nasional di era kebebasan ini bersamaan dengan situasi politik
Indonesia yang sedang mengalami pergeseran sehingga pers yang baru muncul
cenderung mengangkat berita-berita Kebebasan Pers Pasca Orde Baru politik. Di
pasaran berjejalan pers yang mengangkat persoalan-persoalan politik. Setelah
berakhirnya masa pemerintahan orde baru maka kebebasan pers diindonesia mulai
bangkit.

Kebebasan pers memberikan peluang bagi pers untuk menggali berita, termasuk
mewawancari narasumber bagi kepentingan pemberitaan. Pasal 4 ayat ( 3 ) UU No 40
tahun 1999 secara tegas menyebutkan, "untuk menjamin kemerdekaan pers, pers
nasional mempunyai hak mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan
informasi". Kemudian pasal 28 ayat (1) menyebutkan, "Setiap orang yangsecara
melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang menghalangi Pasal 4 ayat
(2) dan (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling
banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)". Namun seiring dengan kebebasan
pers, juga banyak keluhan yang dilontarkan masyarakat terhadap pelaksanaan
kebebasan pers. Pola pemberitaan dan cara-cara pemberitaan pada era reformasi juga
mengalami perubahan, namun banyak yang beranggapan pola-pola pemberitaan
cenderung mempertajam konflik yang bisa dianggap meresahkan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai