08 Tahun 2013
Abstract
This research aims to study the effect of pineapple peel extract marinate in Tegal’s duck meat second
grade forward of tenderness and organoleptic properties. Design research used a completely
randomized consisting of 4 treatments and 5 replications. Treatment is meat marinated in pineapple
peel extract for 60 min with various concentrations are: 0% (distilled water), 5%, 10%, and 15%. The
results showed marinated pineapple peel extract significantly affect for tenderness and organoleptic
properties include color and flavor indicated on the p value < 0.05, while the organoleptic properties
of the texture are not significant, although the results showed the meat tends to be soft.
19
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
Salah satu cara yang dilakukan adalah Bahan lain meliputi ekstrak kulit nenas (enzim
pengolahan pasca panen daging tersebut bromelin) dan aquades.
dengan proses marinasi mengunakan ekstrak
kulit nenas (EKN). EKN mengandung enzim Peralatan yang digunakan dalam
proteolitik yang dapat meningkatkan penelitian ini adalah pisau pemotong, kertas
keempukan dan kesan jus daging. Enzim label, alat tulis, timbangan elektrik, beaker
proteolitik merupakan enzim protease yang glass 250 ml, sentrifus, frezzer, blender, kertas
mampu medegradasi protein atau memecah tisu dan alat-alat penunjang lainnya.
ikatan peptida menjadi molekul-molekul Rancangan percobaan yang digunakan
protein yang lebih sederhana (asam amino) dalam penelitian adalah Rancangan Acak
sehingga menghasilkan daging yang empuk. Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5
Hasil degradasi protein tersebut akan ulangan, dimana perlakuan tersebut adalah (T0
membentuk ikatan yang mengkaitkan dua : 0%, T1 : 5%, T2 : 10 % dan T3 : 15%) ekstrak
molekul asam amino disebut ikatan peptida dan kulit nenas dengan lama marinasi 60 menit
senyawa tersebut disebut dipeptida. Dipeptida pada suhu ruang. Kombinasi perlakuan adalah
mempunyai gugus -COOH dan –NH2. sebagai berikut : T0 (Marinasi daging dalam air
Kemudian akan membentuk oligopeptida destilasi selama 60 menit), T1 (Marinasi daging
antara lain carnosine, balenine, dan anserine dalam ekstrak kulit nenas 5% selama 60
yang memiliki kemampuan menghambat reaksi menit), T2 (Marinasi daging dalam ekstrak
oksidatif daging. kulit nenas 10% selama 60 menit), dan T3
Penelitian ini bertujuan untuk (Marinasi daging dalam ekstrak kulit nenas
mengetahui pengaruh marinasi EKN pada 15% selama 60 menit).
daging itik Tegal afkir terhadap kualitas
keempukan dan sifat organoleptik (warna, Variabel yang diamati adalah kualitas
flavor, dan tekstur) dengan level yang berbeda fisik, keempukan dan organoleptik (warna,
pada suhu ruang selama 60 menit. Selain itu flavor, dan tekstur). Sifat organoleptik berupa
diharapkan dapat memberikan suatu acuan warna, flavor, dan tekstur dengan skor 1
dalam proses pengolahan serta menghasilkan sampai 5, melibatkan 25 panelis semi terlatih
kualitas daging yang optimal dan diterima oleh (Soekarto, 1985). Deskripsi untuk masing
konsumen. masing atribut adalah : warna skor 1 (hitam)
sampai 5 (putih), flavor skor 1 (sangat asam)
METODOLOGI sampai 5 (sangat tidak asam), tekstur skor 1
(sangat tidak empuk) sampai 5 (sangat empuk).
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi bahan utama dan bahan Analisis Data
penunjang. Bahan utama berupa daging itik
Tegal afkir bagian dada sebanyak 20 sampel Model linier matematis yang digunakan
setelah menjadi karkas. Karkas adalah bagian dalam menjelaskan nilai pengamatan suatu
yang telah dipotong dan dibersihkan bulu sert penelitian ini berdasarkan Steel dan Torrie
dikeluarkan jeroannya, tanpa leher dan kepala (1991).
serta tanpa kaki bawah (Soeparno, 2005).
20
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
Hasil penelitian menunjukkan bahwa marinasi Ekstrak kulit nenas memiliki kandungan enzim
ekstrak kulit nenas (EKN) terhadap daging itik bromelin yang mampu memecah struktur
Tegal afkir memberikan pengaruh nyata protein menjadi lebih sederhana. Tingginya
(P<0,05) pada kadar protein terlarut. Hal kadar enzim (asam) dapat mengempukkan
tersebut menunjukkan bahwa kadar protein daging maka semakin cepat proses dalam
memiliki sifat yang mudah mengalami pengempukan daging akan tetapi menyebabkan
perubahan secara alamiah yang disebabkan perubahan komposisi pada daging.
oleh kandungan asam terdapat pada EKN. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
Sesuai pendapat Sudarmadji et al (1989) bahwa kadar pH daging itik Tegal memberikan
bahwa protein memiliki sifat yang mudah pengaruh nyata (P<0,05) seperti halnya pada
mengalami perubahan secara alamiah seperti kadar protein terlarut Tabel 1. Hal ini
panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, disebabkan adanya gugus hydrogen pada
logam berat, maupun sinar radioaktif dan peptide yang merupakan molekul organic
protein juga akan mengalami perubahan secara (OH). Penambahan EKN mengakibatkan
fisik yang mudah diamati adalah terjadinya protein jarring ikat terhidrolisis menjadi
penjendalan (menjadi tidak larut) atau beberapa asam amino yang bersifat hidrofilik
pemadatan. Hasil penelitian ini menunjukkan sehngga dapat meningkatkan kadar pH daging.
pada perlakuan 10% EKN menghasilkan (7.55 Namun, hasil penelitian tidak berbanding lurus
%) lebih nyata dari 15% EKN (7.94 %) data dengan Lawrie (2005), peningkatan kadar pH
tersebut didukung oleh adanya pH daging dapat dipengaruhi oleh perubahan –perubahan
rendah yang mendekati titik isolektrik terlihat denaturasi protein dalam sarkoplasma bukan
pada Tabel 1. tergantung EKN dalam perlakuan.
Nilai pH optimum enzim bromelin berkisar Kadar pH (keasaman) daging itik Tegal afkir
antar 7-6 sehingga enzim mampu berkisar antara 6,20 hingga 6,10. Setelah
menghidrolisa protein terlarut menjadi ikatan marinasi dalam EKN dengan level berbeda
21
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
tingkat keasaman mengalami penurunan buah nenas terhadap daging itik afkir
hingga mencapai 6,05 sampai 5,89 atau memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap
mengalami penurunan 0,79 % akan tetapi tidak keempukkan. Murtini dan Qomarudin (2003)
menunjukan pengaruh nyata terhadap tingkat juga menambahkan bahwa perendaman daging
keasaman daging. Hal ini tidak berbanding pada larutan enzim protease tanaman berduri
lurus dengan Utami (2011), bahwa dapat meningkatkan keempukkan.
penambahan ekstrak buah nenas terhadap Enzim protease dapat meningkatkan
daging itik afkir memberikan perbedaan nyata keempukan daging itik tegal afkir, karena
(P<0,05) pada pH, dimana pH rata-rata adalah protein pada jaringan ikat dan fragmentasi
6,02 (0%), 6,06 (5%), 6,21 (10%), dan 6,35 myofibril dengan degradasi pada filamen akan
(15%). Menurut Prayitno (2001) bahwa kadar terhidrolisis. Peningkatan level pemberian
pH daging paha itik tanpa perlakuan (0%) enzim protease pada daging itik tegal afkir
nyata lebih tinggi (P<0,05) dari kadar pH dapat meningkatkan hidrolisa protein-protein
daging paha itik yang mendapatkan perlakuan daging. Istika (2009), menyatakan protein
perendaman sari buah nenas muda 50% dan (kalogen-kalogen dan myofibril) terhidrolisis
100%, dengan nilai pH berturut-turut yaitu dan menyebabkan hilangnya ikatan antar serat
6,31 + 0,14, 5,60 + 0,41 dan 5,45 + 0,26. dan pemecahan serat menjadi fragmen yang
lebih pendek, menjadikan serat otot menjadi
lebih mudah terpisah sehingga daging menjadi
Keempukan lebih empuk.
Keempukkan merupakan hal yang paling
penting dalam penentu kualitas daging. Sifat Organoleptik
Kualitas daging tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti pasca sebelum Penelitian terhadap sifat organoleptik meliputi
pemotongan (ante mortem) dan pasca sesudah warna, flavor, dan tekstur daging setelah
pemotongan (post mortem). Menurut Soeparno perlakuan EKN dan dilakukan penggorengan.
(2005) bahwa faktor ante mortem seperti
genetik, umur, manajemen, jenis kelamin dan Warna
stress. Sedangkan faktor post mortem meliputi
metode chilling, refrigerasi, pelayuan, Berdasarkan hasil uji organoleptik
pembekuan, pemasakan/ pengolahan dan bahwa warna pada daging itik Tegal afkir
penambahan bahan pengempuk. Berdasarkan dengan metode uji kesukaan dengan 25 orang
hasil penelitian kualitas daging itik tegal afkir panelis diketahui bahwa untuk warna daging
dalam proses marnasi dengan EKN dengan proses perendaman pada level control
memberikan pengaruh nyata (P<0,05) 0% (3,44) dan 5 % (3,56) EKN menunjukkan
terhadap keempukan daging terlihat pada Tabel pengaruh nyata (P<0,05) dari 25 panelis
1. Pengaruh marinasi sangat nyata pada mengatakan warna daging cendrung putih
perlakuan T1 (5% EKN) dan T2 ( 10 % EKN) kehitaman hingga agak putih. Hal ini
dibandingkan dengan perlakuan T0 (0% EKN) dikarenakan intensitas warna yang hampir
dan T3 (15% EKN). Hal ini sependapat dengan sama antar produk menyebabkan nilai warna
Utami (2011), bahwa penambahan ekstrak yang objektif dipengaruhi oleh level
22
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
perendaman bahan baku. Warna awal daging disebabkan oleh factor-faktor intrinsic dan
itik afkir putih dan EKN agak bewarna ekstrinsik. Salah satu factor ekstrinsik adalah
kekuningan sehingga proses perendaman pengaruh marnasi EKN terhadap daging serta
antara daging dengan EKN akan membuat prodes penggorengan. Berdasarkan hasil
daging bewarna cendrung putih kehitaman penelitian terhadap flavor daging itik Tegal
hingga agak putih dan semakin bewarna afkir dengan perlakuan marinasi EKN
kehitaman ketika proses penggorengan. menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) terlihat
Pada saat perendaman dengan EKN pada Tabel 1.
daging mengalami perubahan warna ditambah Hal ini terlihat pada nilai tiap-tiap
dengan adanya proses penggorengan. Proses perlakuan, dimana T0 (3,24) sangat berbeda
penggorengan yaitu suhu, cara dan nyata dengan T2 (3,28), meskipun nilai
penggorengan akan mempengaruhi warna, tertinggi terdapat pada T1 atau perlakuan 5%
flavour dan tekstur produk yang dihasilkan EKN dan nilai terendah pada T3 (15%), namun
sehingga panelis memberikan penilaian yang tidak mempertihatkan adanya pengaruh nyata.
sama, akan tetapi pada tekstur tidak Secara statistik perlakuan EKN terhadap
menunjukkan berpengaruh meskipun kualitas daging itik Tegal afkir pada level 0% dan 5%
tekstur mengarah pada agak empuk hingga menghasilkan cendrung cukup asam hingga
empuk. tidak asam, meskipun terjadi pada level 10%
Warna merupakan kesan yang dan 15%, akan tetapi panelis lebih memilih
dihasilkan oleh indra mata terhadap cahaya flavor pada perlakuan T1 dan T2. Flavor
yang dipantulkan oleh benda tersebut. Jika termasuk salah satu sifat sensori penting yang
dilihat dari penerimaan panelis terhadap hasil dapat mempengaruhi daya terima
uji organoleptik pada warna daging (akseptabilitas) terhadap bahan pangan. Smith
menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) T0 0% et al., (1993) menyatakan bahwa flavor pada
EKN (3,44) dan T1 5% (3,56) paling disukai daging banyak dijumpai penyimpangan
panelis. Menurut Forrest et al., (1975) hal ini sehingga menyebabkan timbulnya rasa dan
dipengaruhi oleh pigmen daging. Pigmen aroma yang tidak enak dari biasanya, keadaan
daging tersusun atas dua macam protein, yaitu seperti ini sering disebut dengan istilah off-
hemoglobin dan mioglobin. Kadar mioglobin flavor dan off-taint. Offflavor adalah odor atau
bervariasi jumlahnya tergantung spesies, umur, flavor tidak menyenangkan yang berasal dari
seks, dan aktivitas fisik hewan. Perbedaan bahan itu sendiri, sedangkan off-taint adalah
kandungan mioglobin inilah yang odor atau flavor tidak menyenangkan yang
menyebabkan warna daging itik muda lebih berasal dari luar bahan pangan.
cerah dari pada daging itik tua. Muchtadi et al., Secara umum, penyebab utama
(1992) menambahkan bahwa daging dada penurunan kualitas pangan khususnya daging
berwarna agak putih sedangkan daging paha adalah karena perubahan komponen lemak
berwarna lebih cerah. melalui proses oksidasi lemak atau reaksi
hidrolitik yang berasal dari enzimatik EKN
Flavor sehingga mengakibatkan kualitas flavor
Warna daging akan mempengaruhi menurun.
flavor daging. Flavor sangat bervariasi
23
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
24
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
Tabel 1. Data Kadar Protein Terlarut dan Kadar pH Daging Itik Tegal Afkir dengan
Level Berbeda pada Suhu Ruang selama 60 menit
Tabel 2. Rataan Keempukkan dan Organoleptik Daging Itik Tegal Afkir dengan
Perlakuan Marinasi EKN Level Berbeda Pada Suhu Ruang Selama 60 Menit.
Organoleptik
Perlakuan Keempukkan
Warna Flavor Teksturns
a
T0 1985,55 3,44bc 3,24ab 3,56
T1 1436,31ab 3,56ab 3,60a 3,76
T2 829,55b 3,96a 3,28ab 3,64
T3 1129,74ab 3,04c 3,00b
25
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013
26