Anda di halaman 1dari 5

Volume: 8 | Nomor: 1 | April 2019 | ISSN: 1907-4247 (Print) | ISSN: 2477-4863 (Online) | Website: http://cantilever.unsri.ac.

id

PENGARUH FLUKTUASI MUKA AIR TERHADAP DEBIT ALIRAN PADA


SUNGAI KETUPAK PADA SAAT MUSIM PENGHUJAN

1)
Program Studi Teknik Sipil Universitas Musi Rawas
2) Program
Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palembang
Jl. Pembangunan Komplek Perkantoran Pemda Musi Rawas, Lubuklinggau

Abstract
The fluctuations in Ketupak river water affect the amount of inundation that occurs in G Dwijaya Village, Tugumulyo
Subdistrict, Musi Rawas Regency. The research aims to obtain a cross section of river channels to drain runoff water, so
that runoff water due to maximum rainfall does not cause inundation. the Ketupak river channel is unable to float the
flow discharge that occurs during the rainy season, besides that there is also a lot of sediment, garbage, trunks and branches
that interfere with ketupak river flow, so a re-dimension of the river channel needs to be done. Based on the calculation
of the Ketupak River discharge in the rainy season using the Chow formula method, flowrate (Q) is obtained at 5.22 m³ /
sec. From the results of calculations According to the 5-year rainfall data from 2012-2016, Q = 0.719 m³ / s, so when the
rainy season the flow in the river becomes 5.94 m³ / sec (Q ≤ Q max), to meet Q max = equal to 5.94 m³ / sec, it is
necessary to add a river cross-sectional area of 12.33 m² to 15.63 m² so that Q is obtained at 5.94 m³ / sec (Q ≥ Q max).

Key Words: water level fluctuations, channel cross section capacity, flow discharge, cross section area change.

1. PENDAHULUAN 8.351 M’. Sungai Ketupak yang memiliki lebar


Beberapa tahun terakhir, persoalan sumberdaya eksisting rata-rata 5,75 M’ dengan kedalaman
air menjadi topik hangat dalam pembicaraan eksisting sebesar 1,96 M’. Setelah dinormalisasi,
khalayak ramai, di samping pemberitaan masalah sungai Ketupak memiliki lebar rata-rata 8 M’ dan
politik yang selalu hingar bingar di negeri ini. kedalaman 3 M’ (Dinas Pekerjaan Umum Pengairan
Berbagai bencana sumberdaya air, mulai dari banjir Kabupaten Musi Rawas, 2015).
tahunan atau banjir bandang, waduk jebol, tanah Seiring perkembangan zaman, lahan di sekitar
longsor, instrusi air laut, penurunan muka air atau sungai Ketupak banyak yang beralih fungsi sesuai
kekeringan, sampai kebakaran lahan gambut seolah kebutuhan pemilik lahan. Sebagian kerugian yang di
olah tidak henti-hentinya menerpa dan terjadi silih timbulkan akibat adanya perubahan penggunaan
berganti. Terjadinya bencana sumberdaya air dapat lahan yang tidak tepat adalah terjadinya banjir dan
disebabkan oleh faktor alam seperti: curah hujan erosi, pada akhirnya menyebabkan peningkatan
berlebihan, bencana tsunami, dan banjir lahar akibat endapan di dasar sungai. Salah satu penyebab
letusan gunung api atau gempa bumi. Namun, terjadinya sedimentasi adalah curah hujan yang
bencana juga dapat disebabkan oleh perilaku manusia relatif tinggi dan penggunaan lahan yang tidak
yang tidak pantas dan berlebihan terhadap bumi. seimbang di sungai. Kecepatan aliran sungai
Pembabatan dan penggundulan hutan secara mempengaruhi laju transport sedimen terutama
berlebihan, pemanenan air tanah yang melebihi sedimen melayang pada muara sungai Ketupak.
imbangan pengisiannya, kegiatan tambang galian dan Dalam aliran yang luas, cepat dan dangkal atau
tambang-tambang lainya tanpa mengindahkan dalam saluran yang sangat halus, kecepatan
pelestarian lingkungan, semuanya itu dapat maximum mungkin sering ditemukan pada
mengakibatkan kerusakan tubuh bumi dan akan permukaan bebas (Chow, 2009). Kecepatan aliran
merusak kehidupan manusia. sungai pada satu penampang saluran tidak sama,
Sungai adalah suatu sistem yang sifatnya komplek kecepatan aliran sungai ditentukan oleh bentuk
tak beraturan (Maryono, 2015) Sungai Ketupak telah aliran, geometri saluran dan faktor-faktor lainnya.
dinormalisasi pada tahun 2013 sepanjang 3.812 M’, Kecepatan aliran sungai diperoleh dari rata-rata
pada tahun 2014 dinormalisasi sepanjang 3.039 M’, kecepatan aliran pada tiap bagian penampang sungai
dan pada tahun 2015 dinormalisasi sepanjang 3.222 tersebut, idealnya kecepatan aliran rata-rata diukur
M’, dengan sisa yang belum dinormalisasi sepanjang dengan menggunakan alat Flow probe atau Current

*Corresponding author: okmayendri@gmail.com 24 DOI: https://doi.org/10.35139/cantilever.v8i1.75


Okma Yendri, dkk. | Pengaruh Fluktuasi Muka Air Terhadap Debit Aliran Pada Sungai Ketupak Pada Saat Musim Penghujan
Cantilever | Volume: 8 | Nomor: 1 | April 2019 | Hal. 27-31 | ISSN: 1907-4247 (Print) | ISSN: 2477-4863 (Online) | Website: http://cantilever.unsri.ac.id

Meter. Alat ini dapat mengetahui kecepatan aliran  = nilai rata-rata hitungan varian.
pada berbagai kedalaman penampang, namun apabila S = deviasi standar nilai varian.
alat tertidak tersedia dapat dilakukan pengukuran KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari
dengan metode apung. peluang atau periode ulang dan tipe model
Sungai Ketupak memiliki Daerah Irigasi Air matematik distribusi peluang.
Tupak dengan luas baku 778 Ha dengan luas fungsi
288 Ha dengan mengaliri air ke tiga wilayah yaitu c) Distribusi Log Pearson Type III
Desa Dwi Karya, Kecamatan Tugumulyo, Desa Tri Parameter statistik yang diperlukan dalam
Karya Kecamatan Purwodadi, dan Desa Sinar Karya penggambaran distribusi teoritis Log Pearson
Kecamatan Purwodadi, bangunan pengambilan air Type III mengikuti persamaan berikut:
berada di Desa Dwijaya Kecamatan Tugumulyo   =   +  (5)
∑#  !"
  =
(Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Musi "$%
&
(6)
Rawas, 2015).
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan '∑#  ,
"$)( !) * !) )
penampang saluran sungai untuk mengalirkan air = &-
(7)
& ∑# !" * 
"$%(* !) )0
./ =
limpasan, sehingga air limpasan akibat curah hujan
(&-)(&1)2 0 (8)
maksimum tidak menyebabkan genangan. Adapun
-
rumusan masalah pada penelitian ini adalah  = 3 + (3 1 + 1) + (3 5 + 67) 1 −
5
-
(3 1 − 1) 5 + 3 9 +  :
mengamati prilaku Sungai Ketupak di Desa G2
Dwijaya Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi 5
(9)
Rawas pada saat musim penghujan, besar debit aliran dengan:
Sungai Ketupak pada saat musim penghujan, serta Cs = Koefisien asimetrik dari logaritma data
dampak yang terjadi akibat debit aliran Sungai (Suripin, 2004).
Ketupak pada saat musim penghujan.
d) Distribusi Gumbel
2. METODOLOGI Metode Gumbel mempunyai perumusan sebagai
berikut:
; = ; + 
Perhitungan Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan rencana dilakukan (10)
dengan:
dengan menggunakan perkiraan terbaik dari  = harga rata-rata sampel
X
keempat distribusi data (curah hujan), sebagai
S = standar deviasi (simpangan baku) sampel.
berikut:
Nilai K (faktor probabilitas) untuk harga –harga
a) Distribusi Normal ekstrim gumbel dapat dinyatakan dalam:
<=><&
 = 2&
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga
(11)
distribusi Gauss. Perhitungan curah hujan
rencana menurut metode distribusi normal dengan:
mempunyai persamaan sebagai berikut: Yn = nilai rata-rata yang tergantung jumlah
 = X + K  S
X (1) sampel/data n.

Sn = deviasi standar yang juga tergantung pada
K = 

X + KS (2) jumlah sample/data n.
dengan: > = nilai varian, yang dapat dihitung dengan
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi Persamaan 12.
 -
> = −@A B−CA D E
dengan periode ulang T- tahunan.

X = nilai rata-rata hitungan varian.
(12)
S = deviasi standar nilai varian.
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari Pengukuran Debit Aliran
peluang atau periode ulang. Debit aliran sungai diberi notasi Q, adalah jumlah
air mengalir melalui tampang lintang sungai tiap satu
b) Distribusi Log Normal satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam meter
Untuk distribusi log normal, perhitungan curah kubik per detik (m³/det). Debit sungai, dengan
hujan rencana menggunakan Persamaan 3 dan 4. distribusinya dalam ruang dan waktu, merupakan

Y = Y + K  S (3) informasi penting yang diperlukan dalam

  perencanaan bangunan air dan pemanfaatan sumber
K = (4)
 daya air. (Putra, 2015). Dalam hal yang pertama,
dengan: parameter yang diukur adalah tampang lintang
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi sungai, elevasi muka air dan kecepatan aliran.
dengan periode ulang T- tahunan. (Triatmodjo, 2008).

DOI: https://doi.org/10.35139/cantilever.v8i1.75 25 Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved


Okma Yendri, dkk. | Pengaruh Fluktuasi Muka Air Terhadap Debit Aliran Pada Sungai Ketupak Pada Saat Musim Penghujan
Cantilever | Volume: 8 | Nomor: 1 | April 2019 | Hal. 27-31 | ISSN: 1907-4247 (Print) | ISSN: 2477-4863 (Online) | Website: http://cantilever.unsri.ac.id

Pengukuran debit dilakukan dengan maksud 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


untuk mendapat debit sesaat. Ada beberapa metode
pengukuran debit yang sering digunakan baik Debit Aliran Sungai
pengukuran langsung maupun pengukuran tidak Persamaan untuk distribusi kecepatan pada
langsung, demikian pula peralatan yang digunakan. vertikal di sungai diperoleh dengan dilakukan
Pelaksanaan pengukuran debit aliran sungai ini pengukuran kecepatan di beberapa titik vertikal pada
merupakan cara langsung menggunakan alat ukur sungai (Tabel 1).
arus. (Daryanto, 2009). Metode untuk menghitung
debit aliran dapat digunakan rumus secara umum Tabel 1. Perhitungan Debit
yaitu (Chow, 2009):
Q=VxA (13)
dengan:
Q = debit aliran (m3/dt).
V = kecepatan rata-rata (m/dt).
A = luas penampang basah sungai (m2).

Kecepatan aliran rata-rata.


Menurut SNI 8066:2015, kecepatan aliran rata-
rata di suatu bagian penampang basah diperoleh dari
hasil pengukuran kecepatan rata-rata dari titik
kedalamananya. Kecepatan aliran rata-rata di suatu
vertikal diperoleh dari hasil pengukuran kecepatan
aliran satu, dua atau tiga titik, yang pelaksanaannya
tergantung pada kondisi aliran, kedalaman aliran,
lebar aliran dan sarana yang tersedia. Jenis cara
pengukuran kecepatan aliran rata-rata tersebut dan
dihitung dengan:

a. Pengukuran kecepatan aliran satu titik,


dilaksanakan pada 0,6 kedalaman (d) atau 0,2 d
dari permukaan air, dengan ketentuan sebagai
berikut.
1. Pada 0,6 d, dilaksanakan apabila kedalaman
air kurang dari 0,75 m.
2. Pada 0,6 d dari permukaan air, juga dilakukan
untuk mengukur debit banjir apabila cara
pengukuran pada 0,2 d dan 0,8 d tidak dapat
dilaksanakan karena aliran berubah cepat
sehingga waktu yang tersedia relatif pendek.
= V 0.6
V (14)
Penampang Sungai
b. Pengukuran kecepatan aliran dua titik, Berdasarkan hasil pengukuran aktual di lokasi
dilaksanakan pada 0,2 d dan 0,8 d dari permukaan penelitian diperoleh luas penampang Esisting dari
air apabila kedalaman air > 0,75 m. masing-masing titik (Gambar 1).
G H,1JG H,K
F = 1
(15)

c. Pengukuran kecepatan aliran tiga titik,


dilaksanakan pada titik 0,2 d, 0,6 d dan 0,8 d dari
permukaan air, dihitung dengan (Indarto,2016):
G H,1JG H,K -
F = LM 1
N + F 0,6 P Q 1 (16)
dengan:

V
Gambar 1 Kodisi eksisting sungai Ketupak
= kecepatan aliran rata-rata pada suatu
vertikal (m/s). Keterangan :
V0,2 = kecepatan aliran pada titik 0,2 d (m/s). B = lebar penampang basah sungai.
D = tinggi permukaan air.
V0,6 = kecepatan aliran pada titik 0,6 d (m/s). Ht = tinggi tanggul sungai.
V0,8 = kecepatan aliran pada titik 0,8 d (m/s). Tabel 2. Luas penampang sungai eksisting

DOI: https://doi.org/10.35139/cantilever.v8i1.75 26 Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved


Okma Yendri, dkk. | Pengaruh Fluktuasi Muka Air Terhadap Debit Aliran Pada Sungai Ketupak Pada Saat Musim Penghujan
Cantilever | Volume: 8 | Nomor: 1 | April 2019 | Hal. 27-31 | ISSN: 1907-4247 (Print) | ISSN: 2477-4863 (Online) | Website: http://cantilever.unsri.ac.id

Analisa Intensitas Curah Hujan (I)


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air
hujan persatuan waktu, maka curah hujan rencana
yang sudah diperoleh adalah 0,7191 m³/det.

Tabel.4. Rekapitulasi analisa curah hujan rencana maksimum

Maka Qp = Q ekisting + Q Curah Hujan


= 5,22 + 0,719 = 5,94 m³/det

Gambar 2. Penampang basah sungai Ketupak Perubahan Luas Penampang


Dari analisa perhitungan dimensi saluran didapat
U-JU1JU5
Pias 3 = A3 = B
bahwa dimensi saluran tersebut tidak mencukupi
Luas tampang 5 untuk menapung seluruh debit saluran yang di
-,-J1,:J-,K
A3 = 5
6,85 = 12,33 m² rencanakan (Q = 5,22 m³/det ≤ Qp = 5,94 m³/det ),
sehingga diperlukan normalisasi sungai Ketupak.
Pehitungan debit air pada sungai tersebut Luas penampang basah saluran (A) setelah
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dinormalisasi adalah ½ (A+B) x Ht = ½ (7,5+5) x
efektifitas dari sungai. Berdasarkan hasil 2,75 = 15,63 m².
pengukuran di lapangan pada musim penghujan
diperoleh debit air dari masing-masing saluran
sebagai berikut. Metode untuk menghitung debit
aliran dapat menggunakan Persamaan 13.
Data pada Tabel 3 diperoleh dari data pengukuran
lapangan, data parameter A diperoleh dari hasil
perhitungan (Gambar 2).

Tabel 3 Luas penampang basah dan debit saluran

Gambar 3 Penampang basah sungai setelah dinormalisasi.

Tabel 5. Luas penampang saluran sungai sebelum dinormalisasi

DOI: https://doi.org/10.35139/cantilever.v8i1.75 27 Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved


Okma Yendri, dkk. | Pengaruh Fluktuasi Muka Air Terhadap Debit Aliran Pada Sungai Ketupak Pada Saat Musim Penghujan
Cantilever | Volume: 8 | Nomor: 1 | April 2019 | Hal. 27-31 | ISSN: 1907-4247 (Print) | ISSN: 2477-4863 (Online) | Website: http://cantilever.unsri.ac.id

(2009), didapatkan debit aliran (Q) sebesar 5,22


Tabel 6. Luas penampang basah saluran sungai setelah m³/det. Dari hasil perhitungan berdasarkan data
dinormalisasi curah hujan 5 tahun (2012 – 2016), diperkirakan
Q sebesar 0,719 m³/det. Sehingga, ketika musim
penghujan debit di sungai menjadi sebesar 5,94
m³/det.
c. Untuk memenuhi Qmax sebesar 5,94 m³/det,
diperlukan penambahan luas penampang sungai
dari 12,33 m² menjadi 15,63 m².

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kepada Dinas PU
Pengairan Kabupaten Musi Rawas atas
kontribusinya dalam penelitian ini.

Sehingga untuk memenuhi Q sebesar 5,94 m³/det, REFERENSI


diperlukan penambahan luas penampang sungai dari Chow, V. T. (2009). Open Channels Hydraulics. The Blackburn
12,33 m² menjadi 15,63 m². Press.
Daryanto (2009). Teknik Bangunan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Musi Rawas
4. KESIMPULAN (2015). Data Sungai di Kabupaten Musi Rawas Tahun
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, dapat 2015.
diambil kesimpulan sebagai berikut: Gunawan J. (2015). Biru Emas Sumber Nyawa Kehidupan.
Jakarta: Berita Nusantara.
a. Dari hasil survey lapangan dan analisa, kapasitas Indarto (2016). Metode Analisis dan Tool Interpretasi Hidrograf
penampang saluran sungai Ketupak tidak mampu Aliran Sungai, Jakarta: Bumi Aksara.
menampung debit aliran yang terjadi saat musim Maryono A. (2015). Restorasi Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada
hujan. Selain itu, banyak terdapat sedimen, University Press.
Putra I. S. (2015). Studi Pengukuran Kecepatan Aliran pada
sampah, batang dan ranting kayu yang Sungai Pasang Surut. Jakarta: Pusat Litbang Sumber Daya
mengganggu aliran sungai Ketupak, sehingga Air Badan Litbang PU.
perlu dilakukan dimensi ulang terhadap saluran Suripin (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.
sungai. Yogyakarta: Andi Offset.
b. Berdasarkan hasil perhitungan debit pada musim Triatmodjo, B. (2008). Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta
Offset.
penghujan dengan menggunakan rumus Chow

DOI: https://doi.org/10.35139/cantilever.v8i1.75 28 Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved

Anda mungkin juga menyukai