Anda di halaman 1dari 18

RADIKALISME AGAMA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


Hasani Ahmad Said & Fathurrahman Rauf
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda, No. 95, Ciputat Timur, Tangsel, Banten
E-mail: hasaniahmadsaid@uinjkt.ac.id/fathurrahman_rauf@yahoo.com

Abstract: Religious Radicalism in the Perspective of Islamic Law. The emergence of ISIS (Islamic
State of Iraq and Suriah) movement in some countries, including Indonesia, bring back discussions
in the study of religious radicalism. This paper examines the religious radicalism of Islam which is
often viewed as religious ideas that could potentially give birth to terrorism. The aspects that were
examined here includes religious texts- which are often used as a basis of justification to undertake
radical movement-methods in understanding the texts, as well as, the implications for perpetrators
of radical movements. This study finds out that the birth of a radical ideology is due to a narrow and
incomplete interpretation to the religious texts which later implicates in a false understanding of the
doctrine of Islam.
Keywords: radicalism in Islam, Islamic law

Abstrak: Radikalisme Agama dalam Perspektif Hukum Islam. Mencuatnya fenomena ISIS
di berbagai negara, termasuk Indonesia, memunculkan kembali perbincangan hangat kajian-
kajian radikalisme agama. Tulisan ini mengkaji gerakan radikalisme agama (Islam) yang
sering diopinikan sebagai paham keagamaan yang berpotensi melahirkan terorisme. Aspek-
aspek yang dikaji meliputi teks-teks keagamaan yang sering dijadikan pembenaran dalam
melakukan gerakan radikal, metode pemahaman terhadap teks-teks agama tersebut, serta
implikasinya terhadap pelaku gerakan radikal. Berdasarkan hasil kajian yang penulis lakukan
dapat disimpulkan bahwa lahirnya paham radikal adalah disebabkan penafsiran yang sempit
dan tidak utuh terhadap nas-nas syara’ yang kemudian berimplikasi pada pemahaman yang
keliru terhadap doktrin agama Islam.
Kata Kunci: radikalisme dalam Islam, hukum Islam

Pendahuluan pihak terutama umat Muslim.1


Isu radikalisme agama di Indonesia sudah BNPT mempunyai empat kriteria se-
sangat mengkhawatirkan. Munculnya paham- buah situs web media dapat dinilai radikal.
paham radikal yang mengatas namakan Pertama, ingin melakukan perubahan dengan
agama sudah lama terjadi di Indonesia. cepat menggunakan kekerasan dengan meng-
Mulai isu terorisme hingga mencuatnya atasnamakan agama; Kedua, takfîri  atau
ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria),
imbasnya penutupan 22 situs-situs Islam 1
Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui siaran
oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi pers ini melampirkan  Keputusan Menteri Kominfo Nomor 290
atas usulan Badan Nasional Penanggulangan Tahun 2015 tentang Forum Penanganan Situs Internet Bermuatan
Negatif. Lihat Ismail Cawidu, “Siaran Pers Tentang Keputusan
Terorisme (BNPT) dengan dalih bermuatan Menteri Kominfo Nomor 290 tahun 2015 Forum Penanganan
negatif yang menyulut kemarahan banyak Situs Internet Bermuatan Negatif”, diakses dari http://kominfo.
go.id, pada 6 April 2015.

593
594| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

mengkafirkan orang lain; Ketiga, mendukung, dan intervensi politik Barat.5


menyebarkan, dan mengajak bergabung Banyak alasan pencetus gerakan radikal
dengan ISIS/IS; dan keempat, memaknai tersebut, mulai dari faktor ekonomi, sosial,
jihad secara terbatas.2 Selain yang disebut- budaya dan bahkan paham politik6 baik
kan, ada juga empat kriteria lain gerakan nasional dan global yang mulai menunjukkan
dianggap radikal, yaitu memperjuangkan ketidakadilan. Menurut Fealy dan Hooker
Islam secara kaffah, di mana syariat Islam tumbuhnya radikalisme mengatasnama-
sebagai hukum negara, mendasarkan praktik kan agama adalah akibat terbuka lebarnya
keagamaannya pada orientasi masa lalu (salafy), kran demokratisasi pasca reformasi ikut me-
cenderung memusuhi Barat, terutama ter- mengaruhi tumbuh kembangnya gerakan
hadap sekularisasi, modernisasi dan perlawanan radikal.7
terhadap liberalisme Islam yang tengah ber- Berbeda dengan pendapat di atas, Tesis
kembang di Indonesia.3 Huntington yang terkenal dengan istilah
Pada Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa clash of civilization (benturan peradaban)
masyarakat dapat mengajukan pelaporan menempatkan Islam sebagai musuh Barat
untuk meminta pemblokiran atas muatan setelah kehancuran komunisme di Uni Soviet.
negatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Dengan tegas Huntington menyatakan bahwa
ayat (1) huruf a kepada Dirjen. Sedangkan sumber konflik yang dominan dewasa ini
Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa ma- bukan sesuatu yang ideologis dan ekonomis,
syarakat dapat ikut serta menyediakan melainkan kultural. Konflik akan terjadi
layanan pemblokiran dengan memuat paling antara negara dan kelompok dari berbagai
sedikit situs-situs dalam trust positif. Ayat (2) peradaban yang berbeda. Huntington men-
menyebutkan bahwa layanan pemblokiran definisikan peradaban sebagai entitas kultural
sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan tertinggi dan identitas terbesar yang dimiliki
oleh penyedian layanan pemblokiran. manusia. Lebih jauh ia juga mengidentifikasi
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) menyebut situs-situs yang diblokir
5
Dalang di balik kekejaman dan radikalisme ISIS (Islamic
menyebarkan paham radikalisme seperti pro State of Iraq and Syria/Syam), Abû Bakar al-Bagdâdi menjadi
ISIS dan mengkafirkan orang lain.4 sosok yang mempunyai peranan sangat penting. Pada tahun
2003, Abû Bakar yang lahir dari golongan Islam Sunni, telah
Mengkaji munculnya gerakan Islamic ditahan AS di Irak dengan sejumlah komando al-Qaieda lainnya.
State of Iraq and Syiria (ISIS) bermula dari Dari sinilah ia kemudian mengawali pemberontakan bersenjata
gerakan perlawanan kelompok radikal dalam dan mulai berjuang di Barat Irak hingga tertangkap pada tahun
2006. Pada tahun 2010 Abû Bakar dibebaskan dan mulai
menyikapi perubahan geopolitik di negara- menggalang kekuatan dengan para veteran pejuang al-Qaeda
negara Timur Tengah. Gejolak demokrasi di dan mendeklarasikan diri pada pertengahan 2013. Di situ pula
ada beberapa orang Indonesia yang ikut bergabung, saat sebagian
negara Islam, secara tidak langsung dicap mengikuti pelatiham militer di camp-camp mujahid Iraq untuk
sebagai gerakan antitesa yang mengusung mempersiapkan gerakan radikalisme di tanah air. Azyumardi
semangat Islam sebagai dasar negara, karena Azra, “ISIS, Khilafah dan Indonesia”, Kompas, 5 Agustus 2014;
baca pula Muhammad Supriadi, “Isis Radikalisme dan Islam
label demokrasi dianggap merupakan produk Jawa”, diakses dari http://politik.kompasiana.com/2014/08/12/
isis-radikalisme-dan-islam-jawa-672883.html, pada tanggal 6
April 2015.
6
Memburuknya posisi negara-negara Muslim dalam
2
Lihat Aghnia Adzkia dan Sandy Indra, “Kriteria konflik Utara-Selatan menjadi penopang utama munculnya
Situs Islam Radikal Versi BNPT”, diakses dari http://www. radikalisme. Secara historis kita dapat melihat bahwa
cnnindonesia.com/teknologi/20150401093434-185-43429/ konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kalangan radikal
kriteria-situs-islam-radikal-versi-bnpt, pada 6 April 2015. dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan
3
Lihat Abdurrahman Mas’ud, “Pengaruh Radikalisme membenturkan diri dengan kelompok lain ternyata lebih
Kanan Terhadap Bangsa dan Negara” diakses dari http://www. berakar pada masalah sosial-politik. Azyumardi Azra, Pergolakan
elhooda.net/2013/12/pengaruh-radikalisme-agama-terhadap- Politik Islam, dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-
bangsa-dan-negara-kesatuan-republik-indonesia-nkri/, pada 6 Modernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 18.
April 2015. 7
Greg Fealy dan Virginia Hooker (ed.), Voices of Islam in
4
Baca “BNPT: Kriteria Situs Radikalisme”, diakses dari Southeast Asia: A Contemporary Sourcebook, (Singapore: ISEAS,
http://www.bnpt.go.id, pada 6 April 2015. 2006), h. 4.
Hasani Ahmad Said: Radikalisme Agama |595

tujuh peradaban besar, yaitu Barat, Konfusius, gagasannya. Hal ini dilakukan agar tidak
Jepang, Islam, Hindu, Slavia-Ortodoks, dan akan tersesat dalam memahami beberapa
Amerika Latin. Dari ketujuh peradaban besar butir penting tertentu dari ajarannya.
itu, secara provokatif, Huntington menilai Kedua, penulis mengkajinya dalam latar
bahwa Islam merupakan peradaban yang belakang sosio-historisnya. Tanpa melihat
paling potensial mengancam peradaban latar belakang mikro dan makronya secara
Barat yang kini sedang berada di puncak memadai, seseorang bisa jadi akan salah
kekuasaannya.8 tangkap terhadap maksud Alquran serta
Seolah menjadi sebuah pembenaran aktivitas Nabi, baik di Makkah maupun di
terhadap pendapat Huntington di atas, pada Madinah. Berdasarkan keterangan di atas,
kancah politik global, munculnya gerakan dapat dirumuskan permasalahan pokoknya,
radikalisme berawal dari serangan terhadap yaitu bagaimana pola dan penerapan ayat dan
World Trade Center (WTC) pada September tafsirnya dalam rangka mencegah radikalisme
2011 di New York Amerika Serikat dan agama? Dan bagaimana pencegahan gerakan
Markas Angkatan Bersenjata Amerika di radikal dalam perspektif hukum Islam?
Pentagon oleh jaringan teroris. Menariknya,
Islam muncul sebagai fokus perhatian dunia. Literatur Review
Disusul pula dengan serentetan aksi bom Studi tentang radikalisme agama sudah
bunuh diri di seantero Nusantara semakin cukup banyak dilakukan oleh peneliti se-
memperkuat kenyataan bahwa radikalisme belumnya. Namun penafsiran ayat tentang
Islam kembali tumbuh subur  dan menyita radikalisme agama yang didekati dengan
perhatian dari berbagai kalangan di Indonesia. tafsir kontekstual modern belum banyak
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang melakukan.
dapat dipetakan dan mucul rumusan masalah Beberapa penulis yang telah melakukan
yang akan mengurai persoalan radikalisme penelitian sebelumnya adalah: Pertama,
agama melalui penafsiran Alquran. Oleh William Montgmery Watt, Islamic
karena itu, kajian ini dapat diuraikan ke dalam Fundamentalism and Modernity, London: T.J.
tiga sorotan besar dalam bentuk pertanyaan Press, 1998; Kedua, Yûsuf al-Qaradhâwî, al-
penelitian (research quaestion) sebagai berikut: Shahwah al-Islâmiyyah Bayna al-Juhûd wa
Pertama, bagaimana peranan tafsir Alquran al-Tatharruf, Kairo: Bank al-Taqwâ, 1989;
terhadap gerakan radikalisme agama?; Kedua, Ketiga, John L. Esposito menulis Islamic
ayat apa saja yang dijadikan rujukan dalam Threat: Myth or Reality, Oxford: Oxford
melakukan dogma agama yang mendukung University Press, 1992; Keempat, Samuel P.
gerakan radikal?; Ketiga, bagaimana model Huntington, menulis “Benturan Peradaban,
penafsiran yang ramah terhadap radikalisme Masa Depan Politik Dunia”, dalam Jurnal
agama?. Dan keempat bagaimana radikalisme Ulumul Qur’an, Vol. 4, No. 5, 1993; Kelima,
dalam perspektif hukum Islam? A. Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdlatul
Fokus kajian akan dibatasi hanya pada Ulama: Masa Depan Moderatisme Islam
dogma agama dan bagaimana hukum di Indonesia, Yogyakarta: Logung Pustaka,
Islam berbicara mengenai gerakan radikal. 2010; Keenam, Azyumardi Azra menulis
Permasalahan penelitian akan dipecahkan Pergolakan Politik Islam, dari Fundamentalisme,
melalui tiga proses. Pertama, penulis akan Modernisme Hingga Post-Modernisme, Jakarta:
mengkaji Alquran dalam ordo historis untuk Paramadina, 1996; Ketujuh, Junaidi Abdillah,
mengapresiasi tema-tema dan gagasan- menulis “Dekonstruksi Tafsir Ayat-ayat
Kekerasan”, dalam jurnal Analisis, Volume
XI, Nomor 1, Juni 2011; Kedelapan, Zuhairi
8
Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban, Masa
Depan Politik Dunia”, Jurnal Ulumul Qur’an, Vol. 4, No. 5,
Misrawi, menulis Alquran Kitab Toleransi:
1993, h. 11-25. Inklusivisme, Pluralisme dan Multikulturalisme,
596| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

Jakarta: Grasindo, 2010; Kesembilan, M. jarang pada akhirnya memporakporandakan


Harfin Zuhdi, “Fundamentalisme dan Upaya negara.
Radikalisasi”, RELIGIA, Vol. 13, No. 1, April Samuel P. Huntington mencitrakan buruk
2010; Kesepuluh, Abd. Moqsith Ghazali, terhadap Islam. Dalam Tesisnya, Huntington
Argumen Pluralisme Agama: Membangun mendudukkan Islam sebagai musuh Barat
Toleransi Berbasis Alquran, Depok: KataKita, setelah kehancuran komunisme di Uni
2009; Kesebelas, Muhammad Harfin Zuhdi, Soviet.9 Berbeda dengan Huntington, citra
Fundamentalisme dan Upaya Deradikalisasi buruk tentang Islam seperti digambarkan-
Pemahaman Alquran dan Hadis”, RELIGIA, nya, mendapat reaksi dan tantangan cukup
Vol. 13, No. 1, April 2010; Keduabelas, signifikan dari penulis Barat sendiri, John
Muchlis M. Hanafi, “Konsep Wasathiyyah L. Esposito. Esposito termasuk sarjana Barat
dalam Islam”, dalam Nurhison M. Nuh yang giat menyuarakan pandangan yang
(ed.), Peranan Pesantren dalam Pengembangan positif tentang Islam di berbagai tulisan
Budaya Damai”, Jakarta: Balitbang dan dan media Barat.
Diklat Kementerian Agama RI–Maloho Esposito dalam karya bertajuk Islamic
Jaya Abadi Press, 2010; Ketigabelas, Ali Threat: Myth or Reality? menyatakan bahwa
Musthofa Ya’qub, “Radikalisme dan Metode gerakan-gerakan Islam tidaklah menakutkan
Memahami Teks Agama”, Makalah Seminar seperti yang umumnya digambarkan oleh
Nasional Islam dan Terorisme, tahun 2006; media-media massa di Barat. Bahkan, pada
Keempatbelas, Muhammad ‘Imarah menulis bagian kesimpulan bukunya, Esposito juga
Fundamentalisme dalam Perspektif Barat mengatakan bahwa berbagai gerakan yang ia
dan Islam, Abdul Hayyie al-Kattani (pent.), sebut dengan istilah revivalisme Islam yang
Jakarta: Gema Insani Press, 1999; Kelimabelas, muncul di banyak belahan dunia lebih tepat
Syamsul Bakri menulis “Islam dan Wacana untuk disebut sebagai sebuah “tantangan”
Radikalisme Agama Kontemporer”, dalam (challenge) daripada “ancaman” (threat) karena
jurnal Dinamika, Vol. 3, No. 1, Januari 2004. gerakan-gerakan tersebut lebih merupakan
Keenambelas, Abdul Munip, “Menangkal gerakan sosial bukan gerakan politik yang
Radikalisme di Sekolah”, Jurnal Pendidikan berorientasi pada pembentukan tatanan
Islam, Vol. I, No. 2, Desember 2012/1434, masyarakat yang Islami. Oleh karenanya,
h. 162; Ketujuhbelas, Muhammad Harfin kata Esposito, ... most Islamic Movement are
Zuhdi, Fundamentalisme dan Upaya not necessarily anti-Western, anti-American,
Deradikalisasi Pemahaman Alquran dan or anti-Democratic.10
Hadis”, RELIGIA, Vol. 13, No. 1, April Yusuf al-Qaradhâwî mengatakan bahwa
2010; Kedelapanbelas, Syamsul Bakri, faktor utama munculnya sikap radikal adalah
“Islam dan Wacana Radikalisme Agama karena ketidakmampuan dalam memahami
Kontemporer”, Dinamika, Vol. 3, No. 1, teks agama. Sehingga, Islam hanya dipahami
Januari 2004. secara dangkal dan parsial.11 Alquran akan
selalu kontekstual sesuai dengan masa dan
Menelusuri Sejarah Munculnya Gerakan zamannya (shâlihun likulli zamân wa makân).
Radikal Beragam metodologi tafsir pun bermunculan
Sebagaimana diketahui, hingga saat ini, dalam rangka menjawab banyak persoalan
berbagai kalangan termasuk asing menyorot masyarakat. Fazlur Rahman mengenalkan
secara tajam fenomena munculnya gerakan
Islam radikal di Indonesia. Dengan demikian, 9
Lihat Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban,
fenomena tersebut perlu dikaji dan di- Masa Depan Politik Dunia”, h. 11-25.
renungkan, sebab tumbuhnya gerakan Islam 10
John L. Esposito, Islamic Threat: Myth or Reality,
(Oxford: Oxford University Press, 1992), h. 212.
radikal pada akhirnya berimplikasi terhadap 11
Yûsuf al-Qaradhâwî, al-Shahwah al-Islâmiyyah Bayna al-
kerukunan umat beragama. Bahkan, tidak Juhûd wa al-Tatharruf, (Kairo: Bank al-Taqwâ, 1989), h. 59-67.
Hasani Ahmad Said: Radikalisme Agama |597

teori ideal moral dan teori double movement. Polarisasi Islam, Mengupas Geneologi
Nashr Hâmid Abû Zayd terkenal dengan Islam Radikal
teori rekonstruksi ‘Ulûm al-Qur’ân yang ber- Menurut Geertz, Islam Indonesia sangat kaya
akhir pada pentingnya melakukan reformulasi dengan polarisasinya. Sejak pra-kemerdekaan,
ta’wîl. Sedangkan Muhammad ‘Âbid al- Islam sudah menunjukkan wajah beraneka
Jâbiri mengembangkan formulasi nalar Arab ragam dan memunculkan banyak nama
dengan trilogi paradigmatiknya, dan masih seperti Islam abangan, Islam puritan, Islam
banyak pemikir lainnya. Semua metodologi skriptualis, Islam substantif, Islam literal, Islam
yang ditawarkan tersebut dalam rangka ekstrim, Islam militan, Islam tradisionalis,
menghidupkan Alquran kembali sesuai dengan Islam modernis, dan sebagainya.14
zamannya tanpa kehilangan ruhnya.
Selain istilah radikalisme, ada pula istilah
Menurut sejarah, munculnya gerakan lain yang memiliki makna yang sama yaitu
radikal di Indonesia bermula dari kekecewaan Neo-Khawarij,15 Khawarij abad ke-20,16
umat Islam Indonesia terkait dengan dasar dan fundamentalisme.17 Namun, istilah
negara. Ketika Piagam Madinah diajukan radikalisme untuk menyebut kelompok
oleh tokoh-tokoh Islam semisal KH. Wahid garis keras dipandang lebih tepat ketimbang
Hasyim dan Teuku Muhammad Hasan, fundamentalisme karena fundamentalisme
namun usulan tersebut ditolak oleh Panitia sendiri memiliki makna yang interpretable.18
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Radikalisme agama sering disebut dengan
Meskipun dalam perjalanan sejarah, penolakan
al-tatharuf al-dîny yang mengandung arti
tersebut diterima dan diakomodir oleh umat
berdiri di ujung, atau jauh dari pertengahan,
Islam dengan berbagai pertimbangan. Namun
atau dapat juga diartikan radikal, ekstrim
tidak jarang masih juga ada anggapan hal itu
dan berlebihan dalam berbuat sesuatu. Pada
merupakan pengkerdilan dari cita-cita Islam.
awalnya kata al-tatharuf diartikan untuk
Kekecewaan itu melahirkan gerakan radikal
hal-hal yang bersifat kongkrit. Akan tetapi
yang dikenal dengan Darul Islam/Tentara
perkembangan selanjutnya bermakna hal-
Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat dan
hal yang bersifat abstrak; seperti berlebihan
Sulawesi Selatan. Bahkan, pasca orde baru
dalam berpikir, berbuat, dan beragama.
muncul pula gerakan Hizbur Tahrir Indonesia
Dengan demikian, al-tatharuf al-dîny bisa
(HTI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI),
diartikan segala perbuatan yang berlebihan
Front Pembela Islam (FPI) dan lainnya.12
dalam beragama merupakan lawan kata dari
Menurut hasil  Penelitian Badan wasath (tengah/moderat) yang memiliki
Litbang dan Diklat Kemenag RI tentang makna baik dan terpuji.
Perkembangan Paham Keagamaan Trans-
Fundamentalisme dalam perspektif Barat,
nasional di Indonesia Tahun 2010. Dari hasil
berarti paham orang-orang kaku ekstrim
penelitian itu ditemukan adanya gerakan
serta tidak segan-segan berperilaku dengan
keagamaan transnasional di Indonesia seperti
Salafi, Syi’ah, Jama’ah Tabligh, Ikhwanul
Muslimin (IM) dan Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)”, diakses dari http://puspenda.kemenag.go.id/?p=517,
(HTI). Penelitian itu juga mengcover gerakan pada 6 April 2015.
di luar Islam termasuk Gereja Pantekosta di 14
Clifford Geertz, The Religion of Java, (Glencoe: Free
Indonesia, Buddha Meitreya dan Buddha Press, 1960), h. 27.
15
Lihat M.A. Shaban, Islamic History, (Cambridge:
Soka Ghakai di Indonesia.13 Cambridge University Press, 1994), h. 56.
16
Lihat Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung:
Mizan, 1995), h. 125.
12
Lihat Akhmad Elang Muttaqin, “Mengakrabi Radikalisme 17
Akbar S. Ahmed, Postmodernisme: Bahaya dan Harapan
Islam”  dalam Erlangga Husada, dkk., Kajian  Islam Kontemporer, bagi Islam, M. Sirozi (pent.), (Bandung: Mizan, 1993), h. 171.
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 18
Muhammad Imarah, Fundamentalisme dalam Perspektif
2007), h. 5. Barat dan Islam, Abdul Hayyie al-Kattani (pent.), (Jakarta:
13
Abdurrahman Mas’ud, “Pengaruh Radikalisme Agama Gema Insani Press, 1999), h. 22.
598| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

kekerasan dalam mempertahankan ideologi- gerakan kelompok ini sering berseberangan


nya. Sementara dalam perspektif Islam, dengan masyarakat luas termasuk pemerintah.
fundamentalisme berarti tadjîd berdasarkan Oleh karena itu, terkadang terjadi gesekan
pesan moral Alquran dan al-Sunnah.19 ideologis bahkan fisik dengan kelompok lain,
Menurut Fazlur Rahman, Fundamentalisme termasuk pemerintah.24 Keenam, kelompok
juga berarti anti-pembaratan (westernisme).20 ini menggunakan teks-teks keagamaan sebagai
Selain itu, menurut Kuntowijoyo fundamen- alat legitimasi atau pembenaran bagi tindakan
talisme juga diartikan sebagai radikalisme dan mereka. Pemahaman literal dan parsial atau
terorisme dikarenakan gerakan ini memiliki sepotong-potong terhadap ayat-ayat Alquran
implikasi politik yang membahayakan negara- dan Hadis Nabi, sering mengakibatkan se-
negara industri di Barat.21 Dalam pemikiran seorang terperangkap dalam wawasan sempit
teologi keagamaan, fundamentalisme lebih dan tidak mampu melakukan kontekstualisasi
kepada gerakan untuk mengembalikan seluruh ajaran dengan kehidupan konkrit.25
perilaku dalam tatanan kehidupan umat Islam Pendapat-pendapat di atas, sejalan
merujuk kepada Alquran dan Hadis.22 Sebutan dengan apa yang disampaikan oleh Yusuf
lain dari fundamentalis terkadang bermaksud al-Qaradhâwî dengan mengatakan bahwa
menunjuk kepada kelompok pengembali faktor utama munculnya sikap radikal dalam
(revivalis) Islam.23 beragama adalah kurangnya pemahaman yang
Paling tidak ada enam ciri sebuah gerakan benar dan mendalam atas esensi ajaran agama
disebut dengan gerakan radikal. Pertama, Islam itu sendiri. Dengan kata lain, Islam
menjadikan Islam sebagai ideologi final hanya dipahami secara dangkal dan parsial.26
dalam mengatur kehidupan individual dan Ketika teks agama Islam dipahami secara
juga politik ketatanegaraan. Kedua, nilai-nilai dangkal, maka tidak menutup kemungkin-
Islam yang dianut mengadopsi sumbernya- an akan melahirkan paham dan gerakan
di Timur Tengah-secara apa adanya tanpa radikal. Untuk menangkal gerakan radikal
mempertimbangkan perkembangan sosial dan membutuhkan tafsir yang ramah terhadap
politik ketika Alquran dan Hadis hadir di radikalisme. Dengan demikian diperlukan
muka bumi ini, dengan realitas lokal kekinian. gerakan moderasi dalam memahami Islam.
Ketiga, karena perhatian lebih terfokus pada Gagasan moderasi paling tidak didasarkan
teks Alquran dan Hadis, maka purifikasi ini pada dua hal. Pertama, secara diskursif, gerakan
sangat berhati-hati untuk menerima segala moderasi umat diyakini sebagai penopang
budaya non-asal Islam (budaya Timur Tengah) terciptanya harmonisasi sosial masyarakat di
termasuk berhati-hati menerima tradisi lokal era mulikultural. Dengan demikian, ekslusivitas
karena khawatir mencampuri Islam dengan beragama diyakini secara total sebagai ke-
bid’ah. Keempat, menolak ideologi Non- benaran agama (religious truth) bisa menjadi
Timur Tengah termasuk ideologi Barat, seperti batu sandungan ideologis untuk memecahkan
demokrasi, sekularisme dan liberalisme. Sekali problem pluralisme di Indonesia. Kedua,
lagi, segala peraturan yang ditetapkan harus secara praksis, praktik kehidupan beragama
merujuk pada Alquran dan Hadis. Kelima, dengan klaim kebenaran dan keselamatan
dalam masing-masing umat beragama mesti
19
Syamsul Bakri, “Islam dan Wacana Radikalisme Agama
Kontemporer”, Dinamika, Vol. 3, No. 1, Januari 2004, h. 3. 24
A. Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdlatul Ulama; Masa
20
Fazlur rahman, Islam and Modernity, (Chicago: The Depan Moderatisme Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Logung
University of Chicago Press, 1982), h.136. Pustaka, 2010), h. 63; Lihat pula Abdul Munip, “Menangkal
21
Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, (Bandung: Radikalisme di Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. I, No. 2,
Mizan, 1997), h. 49. Desember 2012/1434, h. 162.
22
William Montgmery Watt, Islamic Fundamentalism and 25
Abd A’la, Melampaui Dialog Agama, (Jakarta: Kompas,
Modernity, (London: T.J. Press, 1998), h. 2. 2002), h. 17.
23
H.A.R. Gibb, Aliran-aliran Moderen dalam Islam, 26
Yûsuf al-Qaradhâwî, al-Shahwah al-Islâmiyyah Bayna al-
Machnun Husein (pent.), (Jakarta: Rajawali Press, 1990), h. 52. Juhûd wa al-Tatharruf, (Kairo: Bank al-Taqwâ, 1989) h. 59-67.
Hasani Ahmad Said: Radikalisme Agama |599

dikikis habis agar tidak terjadi sikap saling kerapkali terjadi. Anehnya, itu diabsahkan
menyalahkan antara satu agama dengan agama dengan dalil ayat-ayat Alquran. Jika dibaca
lain. Problem pluralisme seringkali disebabkan lebih cermat, Alquran adalah lumbung ajaran
fanatisme kebenaran agama yang menimbulkan toleransi nan adiluhung. Ia mengajarkan per-
sikap-sikap radikal.27 damaian, kedamaian, dan ko-eksistensi. Dan
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa sebaliknya, mengecam keras segala bentuk
banyak faktor penyebab terjadinya gerakan kekerasan dan permusuhan.34
radikal. Mulai dari faktor ekonomi, sosial, Di antara banyak dalil yang mendukung
budaya dan bahkan politik. Selain faktor bahwasanya Islam sebagai agama universal35
tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa di antaranya adalah: Pertama, dalam surat
pemahaman agama menjadi penyebab utama- al-Mâidah [5]: 77 yang berbunyi:
nya. Sehingga, Arkoun mengatakan bahwa
Alquran telah digunakan kaum Muslim
untuk mengabsahkan perilaku, menjustifikasi
tindakan peperangan, melandasi berbagai
apresiasi, memelihara berbagai harapan, dan Katakanlah hai Ahli Kitab, janganlah kamu
memperkukuh identitas kolektif.28 berlebih-lebihan dengan cara tidak benar
dalam agamamu.
Menelususuri Dogma Agama, Upaya Kedua, Alquran sangat tegas memberikan
Meluruskan Pemahaman yang Keliru jaminan kebebasan dalam beragama, sebagai-
Islam29 adalah agama universal30 dan moderat mana firman Allah Swt. Q.s. al-Baqarah [2]:
(ummatan wasthan).31 Islam juga dikenal 256 yang berbunyi: 
dengan mengajarkan nilai-niali toleransi
(tasâmuh) yang menjadi salah satu ajaran inti
Islam yang sejajar dengan ajaran lain seperti Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
kasih (rahmat), kebijaksanaan (hikmat), dan (Islam)….
keadilan (‘adl).32 Alquran yang menegaskan
Islam sebagai rahmat bagi alam semesta Secara historis, praktik keseharian Nabi
(rahmatan li al-‘âlamîn)33 secara gamblang Saw. juga meneguhkan visi dan misi Islam
mengakui kemajemukan keyakinan dan agama. sebagai agama yang humanis dan toleran.
Ratusan ayat secara eksplisit menyerukan sikap Terbukti ketika  Fath Makkah, beliau me-
santun toleran terhadap umat agama lain. Tapi, nunjukkan sikap yang sangat humanis, tidak
aksi kekerasan dan tindak intoleransi masih ada balas dendam, apalagi pembunuhan.
Demikian pula, ketika di Madinah beliau
telah membuat piagam Madinah yang
27
Lihat M. Harfin Zuhdi, “Fundamentalisme dan Upaya mencerminkan nilai-nilai toleransi terhadap
Radikalisasi”, RELIGIA, Vol. 13, No. 1, April 2010, h. 89; Lihat non-Muslim, terutama kaum Yahudi.36
pula Zuhairi Mishrawi dan Khamami Zada, Islam Melawan
Terorisme, (Ciputat: LSIP, 2004), h. 56. Ketiga, dalam Hadis riwayat Ahmad,
28
Mohammed Arkoun, Berbagai Pembacaan Alquran, “Hindarilah perilaku berlebihan (ghuluw) dalam
Machasin (pent.), (Jakarta: INIS, 1997), h. 9.
29
Dalam Alquran, kata Islâm seakar dengan silm dan salam
beragama, karena sesungguhnya hancurnya umat
(damai) dengan segala bentuk derivasinya terulang sampai sebelum kalian disebabkan perilaku berlebihan
50 kali, dan salah satu derivasinya dipakai untuk salah satu
asma Allah, yaitu  al-salâm  (Dzat yang memberi kedamaian).
Muhammad Fuad Abdul Baqi’, al-Mu’jam al-Mufahrasy li Alfâdz
al-Qur’an, (Bayrût: Dâr al-Fikr 1981), h. 355-356. 34
Zuhairi Misrawi, Alquran Kitab Toleransi: Inklusivisme,
30
Lihat Q.s. al-A’raf [7]: 158. Pluralisme dan Multikulturalisme, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 75
31
Lihat Q.s. al-Baqarah [2]: 143. 35
Junaidi Abdillah, “Dekonstruksi Tafsir Ayat-ayat
32
Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama: Kekerasan”, Analisis, Volume XI, Nomor 1, Juni 2011, h. 73.
Membangun Toleransi Berbasis Alqur’an, (Depok: KataKita, 36
Muhammad Sa’id Ramdhan al-Bûthi,  Fiqh al-Sîrah:
2009), h. 215. Dirâsah Manhâjiyyah Ilmiyyah li Sîrah al-Musthafâ, (Bayrût: Dâr
33
Lihat Q.s. al-Anbiyâ’ [21]:107. al-Fikr, 1990), h. 207 dan 374-377.
600| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

dalam beragama.” Keempat, dalam riwayat


Muslim Rasulullah Saw. memperingatkan,
“Pasti hancurlah orang-orang yang melampaui Perangilah/bunuhlah orang-orang musyrik secara
batas (al-mutanaththi‘ûn)!”. Dalil ini dengan keseluruhan….
jelas menyatakan larangan berbuat ghuluw, Berbasis pada pemahaman tekstual-literal
tatharruf, dan sejenisnya dalam beragama. bahwa orang musyrik harus diperangi, bisa
Kelima, di dalam Alquran   dan  Hadis saja seseorang lalu melakukan kekerasan
Nabi  terdapat banyak kata jihad yang berarti terhadap orang lain, manakala ia melihat
berjuang dengan dakwah, firman Allah Q.s. praktik kemusyrikan menurut versinya. Kedua,
al-Furqân [25]: 52 yang berbunyi: Q.s Ali ‘Imran [3]: 19 yang berbunyi:

Sesungguhnya agama yang diridlai Allah


adalah  “Islam”
Maka janganlah kamu mengikuti orang-
orang kafir, dan berjihadlah kamu dengan Ayat tersebut dipahami sementara orang
Alquran,  dengan jihad yang besar. sebagai sebuah legitimasi untuk menafikan
eksistensi agama lain. Yahudi dan Nasrani
Keenam, jangan melampaui batas, firman dinilai sebagai agama yang harus dihapuskan
Allah Q.s. al-Baqarah [2]: 190 yang berbunyi: oleh Islam yang dibawa Nabi Muhammad
Saw. Bahkan ayat tersebut dianggap telah
menaskh  ayat tentang jaminan kebebasan
dalam beragama dan berkeyakinan (Q.s.
al-Baqarah [2]: 256).
Dan perangilah di jalan Allah orang orang
Ketiga, pada Q.s. al-Baqarah [2]: 208
yang memerangi kamu, dan jangan melampaui
batas,  sesungguhnya Allah tidak  menyukai  sebagai berikut:
orang orang yang melampaui batas.
Selain dalil-dalil di atas, masih banyak Wahai orang-orang yang beriman masuklah
lagi dalil yang mengajarkan kepada kita kalian dalam “agama Islam” secara keseluruhan.
untuk menebarkan Islam secara lebih toleran
seperti pada Q.s. al-Tawbah [9]: 13, Q.s. Ayat tersebut sering dijadikan justifikasi
al-Nahl [16]: 125, Q.s. Muhammad [47]: 4, untuk konsep Islam kaffah dengan formalisasi
Q.s. al-Tawbah [9]: 6, Q.s. al-Mumtahanah Negara Islam. Islam secara “formal” harus
[60]: 8, al-Baqarah [2]: 190. diterapkan secara totalitas dalam setiap lini
Berikut ini akan dikupas satu persatu kehidupan umat Islam. Maka muncul konsep
dalil yang berkaitan dengan basis radikalisme al-Islâm Dîn wa Dawlah, Islam adalah agama
agama. Harus diakui bahwa terdapat ayat- dan negara. Sebagai implikasinya, hukum-
ayat Alquran yang secara tekstual berpotensi hukum produk manusia, atau sistem negara
untuk dijadikan ‘pemantik’ terhadap tindakan yang dianggap tidak berdasarkan Islam,
kekerasan atas nama agama.37 Di antara dalil dianggap sebagai negara  thâghût. Mereka
yang dijadikan rujukan radikalisme adalah: memperkuat pandangannya dengan ayat
Pertama, firman Allah dalam Q.s. al-Tawbah kempat yaitu firman Allah Q.s. al-Maidah
[9]: 36 yang berbunyi: [5]: 44 yang berbunyi:

37
Abdul Mustaqim, “De-Radikalisasi Penafsiran Alquran
dalam Konteks Ke-Indonesia-an yang Multikultur”, diakses dari Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa
http://batampos.co.id/08-06-2014/de-radikalisasi-penafsiran- yang diturunkan Allah Swt., maka mereka
al-quran-dalam-konteks-keindonesiaan-yang-multikultur/,
pada 7 April 2015. itu adalah orang-orang kafir.
Hasani Ahmad Said: Radikalisme Agama |601

Terulang pada tiga ayat yang menye- antara dua kepentingan (kemaslahatan) itu,
butkan siapa yang tidak berhukum kepada maka kepentingan kolektif akan diutamakan
apa yang diturunkan Allah, maka mereka daripada kepentingan individu.41 Tentu masih
kafir, zalim dan fasik.38 Sebagai implikasinya, banyak ayat dan juga hadis yang bisa dijadikan
kelima, golongan Islam radikal juga mengkritik landasan gerakan radikal sebagai pembenaran
sistem demokrasi, dan memandangnya sebagai atas tindakannya mengatasnamakan agama
jahiliyah modern, dengan berdasarkan Q.s. di antaranya Q.s. al-Tawbah [9]: 29, Q.s.
al-Mâ’idah [5]: 50).39 al-Tawbah [9]: 5, Q.s. al-Mâ’idah [5]: 50,
Keenam, terdapat dalam Q.s. al-Mâ’idah dan Q.s. al-An’âm [6]: 116.
[5]: 51, firman Allah: Kalau dilihat sepintas, dalih-dalil tersebut
di atas sepertinya benar, dan dalil-dalilnya
pun kuat. Akan tetapi apabila diperhatikan
dengan seksama maka akan terlihat bahwa
mereka kurang teliti dalam memahami dalil-
Hai orang-orang yang beriman, janganlah dalil tersebut, baik teks maupun konteksnya,
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan sehingga melahirkan pandangan yang sempit,
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu).... ekstrim dan radikal, dan pada gilirannya
akan menimbulkan terorisme.
Pada ayat ini pemahaman golongan radikal
antipati terhadap pemimpin yang dianggap Dari beberapa ayat di atas, penulis contoh-
kafir karena tidak berhukum kepada Allah. kan satu di antara contoh penafsiran radikal
Ayat ini tidak jarang dimaknai secara literal pada Q.s. al-Tawbah [9]: 5, firman Allah:
yang kemudian menjadikan mereka eksklusif,
yang tidak jarang menuntut mereka untuk
melakukan penampilan dan aksi simbolik
yang bertujuan untuk membedakan antara
Muslim dan non-Muslim. Para kelompok
radikal militan membaca ayat-ayat Alquran
dalam kesunyian, seakan-akan makna ayat
tersebut begitu transparan sehingga ide moral Jika habis bulan-bulan Haram, maka bunuh-
dan konteks sejarah tidak relevan dalam lah orang-orang musrik itu di mana saja
penafsiran mereka. Padahal, pemahaman kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka,
terhadap konteks diturunkannya ayat-ayat kepunglah mereka dan intailah mereka di tempat
Alquran sangatlah penting, karena Alquran pengintaian. Jika mereka bertaubat, mendirikan
tidak turun dalam sebuah ruang hampa.40 salat dan menunaikan zakat, maka berilah
Pada dasarnya agama Islam sangat mem- kebebasan untuk mereka, sesungguhnya Allah
perhatikan kemaslahatan individual maupun Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
kolektif secara keseluruhan. Karenanya, Secara bombastis sepintas perintah mem-
tidak ada suatu kemaslahatan individu atau bunuh pada ayat di atas sangat radikal.
pun kolektif yang melampui kemaslahatan Menurut Ibn al-Katsîr, bila didekati dengan
lainnya. Akan tetapi, jika ada benturan kaidah Ushûl fikih “al-amru ba‘da al-nahy li
al-ibâhah” artinya perintah yang jatuh setelah
larangan hanya untuk memperbolehkan.
38
Lihat Q.s. al-Mâ’idah [5]: 44, 45 dan 47.
39
Lihat Ibn Katsir,  Tafsîr Ibn Katsîr  dan al-Qurtubî, al- Dengan demikian, perintah pada ayat di atas
Jâmi’ li al-Ahkâm al-Qur’an dalam CD al-Maktabah al-Syâmilah.
Edisi II. Baca pula Yûsuf al-Qaradlâwî, Kayf Nata’âmal Ma’a al-
Qur’an al-Azhîm, (Misr: Dâr al-Syurûq 2000), h. 326-332. 41
Maimun Zubair, “Islam Radikal Antara Pro dan Kontra”,
40
Muhammad Harfin Zuhdi, Fundamentalisme dan Upaya diakses dari https://id-id.facebook.com/notes/kh-maimun-zubair/
Deradikalisasi Pemahaman Alquran dan Hadis”, RELIGIA, Vol. islam-radikal-antara-pro-dan-kontra/10150103230997649”,
13, No. 1, April 2010, h. 86. pada 6 April 2015.
602| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

tidak memiliki perintah “wajib” yang mutlak. memberikan pemahaman yang berbeda dari
Perintah ayat di atas menjadi wajib, manakala teks aslinya ketika dipahami secara benar
mereka memang sangat membahayakan dan dan mendalam. Sudah saatnya umat Muslim
tidak mau bertaubat.42 merekonstruksi ulang penafsiran radikal agar
Contoh ayat lainnya yang diduga dijadikan tidak terjadi kesalahpahaman dan bahkan
sumber radikalisme agama, misalnya terdapat dengan seenaknya melakukan tindakan radikal
dalam surat al-Taubah [9]: 29 yang berbunyi: atas dasar teks agama. Melihat urgennya akan
tafsir yang ramah, kontekstual dan humanis,
maka dianggap penting memetakan ayat mana
saja yang sering dijadikan landasan ideologi
radikal untuk dicarikan solusi melalui nalar
ramah dan humanis.

Radikalisme Agama Perspektif Hukum


Islam
Perangilah orang-orang yang tidak beriman Pada dasarnya agama mengajarkan kepada
kepada Allah dan hari kemudian, dan tidak manusia kedamaian dan kesetiakawanan
mengharamkan apa yang telah diharamkan satu sama lain, saling hormat menghormati,
Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama membangun kesetiakawanan baik dalam
dengan agama yang benar, yaitu orang yang seagama maupun penganut agama di luar
diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai agama yang dianutnya. Namun dalam ke-
mereka membayar jizyah, sedangkan mereka seharian kita, tidak sedikit menemukan
dalam keadaan patuh dan tunduk.
kekerasan oleh seseorang yang menganut
Sepintas pemahaman radikal akan muncul suatu agama, baik terhadap seagama maupun
ketika membaca ayat di atas. Namun, bila kepada orang yang lain yang menganut
ditinjau dari pendekatan sebab turunnya ayat agama yang berbeda.
(asbâb al-nuzûl), ayat ini berkenaan dengan Namun memang harus diakui bahwa
perang terhadap ahli Kitab (musyrik), karena pasca era reformasi yang membawa kebebasan
ada sekelompok Nasrani yang merasa khawatir yang berlebihan membawa dampak adanya
terhadap ajaran Muhammad, lalu mereka kelompok yang ingin merubah Pancasila,
mengumpulkan pasukan dari suku Arab yang baik yang berasal dari kelompok sekularisme
beragama Kristen dan bergabung dengan radikal ataupun radikalisme agama. Kelompok
kekuasaan Romawi untuk menyerang kaum sekularisme radikal menginginkan perubahan
Muslim, sehingga orang Muslim merasa cemas tafsir terhadap Pancasila. Kelompok sekuler
terlebih setelah mereka mendengar bahwa ini menginginkan Pancasila sebagai dasar
pasukan sudah sampai di dekat Yordania. negara harus dibebaskan dari pengaruh agama,
Kecemasan kaum Muslim tersebut dijawab karenanya mereka gigih menolak adanya
oleh Allah dengan menurunkan ayat di penyerapan nilai ajaran agama, khususnya
atas.43 Konteks masa Nabi tentu jauh berbeda Islam, ke dalam sistem hukum nasional, karena
dengan kondisi saat ini, sehingga ayat ini dianggap tidak sesuai dengan Pancasila.44
tidaklah menjadi relevan lagi dengan konteks
Lahirnya gerakan radikalisme agama
saat ini. Apalagi untuk konteks Indonesia.
sebagaimana dikupas di atas merupakan segala
Contoh model penafsiran di atas betapa

42
Imam Abû al Fada’ al-Hâfidz Ibn Kastîr, Tafsir al-Qur’ân 44
Ma’ruf Amin, “ISIS: Gerakan Kekhalifahan Islam Global
al-Adzîm, (Bayrût: Maktabah al-Nûr al-‘Ilmiyyah, 1992), J. 3, dan Tantangan Bagi NKRI dan Islam Rahmatan Lil’alamin”,
h. 321-322. makalah Seminar Nasional Fenomena ISIS bagi NKRI dan Islam
43
Lihat Ahmad Musthafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Rahmatan Lil’alamin, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
(Bayrût: Dâr al-Fikr, 2001), j. 3, h. 52-53. Islam Kementerian Agama RI, Jakarta, 9 Agustus 2014.
Hasani Ahmad Said: Radikalisme Agama |603

perbuatan yang berlebihan dalam beragama pidanya.47 Kelima bab itu adalah: Pertama,
yang pada gilirannya paham ini melahirkan kejahatan terhadap keamanan negara.48
orang-orang yang kaku dan ekstrim serta tidak Kedua, kejahatan yang membahayakan ke-
segan-segan berperilaku dengan kekerasan amanan umum bagi orang atau barang.49
dalam mempertahankan ideologinya. Ketiga, kejahatan terhadap nyawa.50 Keempat,
Sebelum disinggung tentang pelaku penganiayaan51 dan kelima, menghancurkan
makar dari sisi hukum Islam, maka di atau merusakkan barang.52
bawah ini akan dikupas sedikit tentang
segala perbuatan-perbuatan yang berhubungan 47
Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, (Jakarta:
dengan al-baghy serta hukuman yang di- PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h.79-80.
48
Tentang kejahatan terhadap negara, ada tiga pasal, yaitu
jatuhkan bagi pelakunya dalam Perspektif Pasal 106: Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian
Regulasi Pemerintahan Indonesia (KUHP). Di wilayah negara jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagian
dari wilayah negara, diancam dengan pidana penjara seumur
atas telah disinggung bahwa akibat perilaku hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
radikalisme mengatasnamakan agama tidak Pasal 107: (1)  Makar dengan maksud untuk menggulingkan
jarang menjurus kepada aksi terorime. Maka, pemerintah, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun. (2) Para pemimpin dan para pengatur makar tersebut
regulasi negara melalui pemerintah telah dalam ayat 1, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau
mengeluarkan UU tentang terorisme. pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun. Pasal
108: (1)  Barangsiapa bersalah karena pemberontakan, diancam
A.M. Hendropriyono memberikan pen- dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. a.  Orang
jelasan tentang terorisme dengan mengutip yang melawan Pemerintah Indonesia dengan senjata; b. Orang
yang dengan maksud melawan Pemerintah Indonesia menyerbu
pendapat Walter Reich mengatakan bahwa bersama-sama atau menggabungkan diri pada gerombolan yang
terorisme adalah suatu strategi kekerasan yang melawan Pemerintah dengan senjata. (2) Para pemimpin dan para
dirancang untuk meningkatkan hasil-hasil pengatur pemberontakan diancam dengan penjara seumur hidup
atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
yang diinginkan, dengan cara menanamkan Lihat Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, h.79-80.
ketakutan di kalangan masyarakat umum.45 49
Tentang kejahatan yang membahayakan keamanan
umum terdapat satu pasal yaitu Pasal 187: Barang siapa dengan
Menariknya, motif terorisme bukan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, diancam:
hanya bermuatan politik, akan tetapi sarat 1. Dengan pidana penjara paling lama 12 tahun, jika karena
perbuatan tersebut di atas timbul  bahaya umum bagi barang;
pula dengan nuansa agama dan ideologi. 2. Dengan pidana penjara paling lama 15 tahun, jika karena
Sama halnya dengan aksi radikalisme, perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain. 3.
mereka melakukan gerakan makar dengan Dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu
paling lama 20 tahun, jika karena perbutan tersebut di atas timbul
dalih ideologi dan agama dengan melakukan bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan orang mati.
pembenaran-pembenaran terhadap teks-teks Lihat Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, h. 111.
50
Perihal kejahatan terhadap nyawa, terdapat satu pasal
keagamaan. Hal ini bisa dipahami dari yaitu Pasal 338: Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa
pengertian lain yang dapat dikutip dari orang lain, diancam karena pembunuhan dengan penjara paling
beberapa badan yang berwenang dalam lama lima belas tahun. Pasal 340: Barangsiapa dengan sengaja
dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang
menangani terorisme, adalah penggunaan lan, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan
kekerasan yang diperhitungkan dapat me- pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Lihat Soenarto
maksa atau menakut-nakuti pemerintah- Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, h. 207.
pemerintahan, atau berbagai masyarakat 51
Perihal penganiayaan, terdapat satu pasal, yaitu Pasal
untuk mencapai tujuan-tujuan yang biasanya 351: (1)  Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak
bersifat politik, agama atau ideologi.46 empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika perbuatan mengakibatkan
Tentang terorisme, dalam KUHP tentang luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun. (3) Jika mengakibatkan mati, diancam
pidana terorisme, di sini akan dikemuka- dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. (4)  Dengan
kan lima bab saja yang berkenaan dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5)  Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Lihat Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, h. 212.
52
Adapun tentang menghancurkan atau merusakkan barang,
45
Lihat A. M. Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis terdapat satu pasal yaitu Pasal 406: (1) Barangsiapa dengan sengaja
Kristen, Yahudi, Islam, (Jakarta: Kompas, 2009). h. 25-26. dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak
46
Lihat A. M. Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya
Kristen, Yahudi, Islam, h. 25-26. atau sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana penjara
604| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

Berdasarkan hal di atas kiranya telah Pemerintah untuk berunding, dan diperangi
jelas dibicarakan tentang apa saja hukuman apabila tidak bersedia kembali bergabung
bagi pelaku makar dalam UU, dalam hal dalam masyarakat. Bahkan mayatnya tidak
ini aturan dalam KUHP. perlu disalati seperti yang dilakukan oleh ‘Ali
Dalam perspektif hukum Islam, perilaku bin Abî Thâlib.55
yang melahirkan paham ekstrim dengan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada
me luapkannya melalui kekerasan demi tiga pengertian berontak. Pertama, meronta-
mempertahankan ideologinya bisa dianggap ronta hendak melepaskan diri. Kedua, melawan,
sebagai al-baghy (pemberontak). Dalam tidak menurut pemerintah. Ketiga, melawan
hukum Islam, pemberontak (al-baghy) masuk pemerintah (kekuasaan dan sebagainya) secara
dalam kategori kejahatan (jarîmah) yang serentak. Sedang pemberontakan adalah orang
bisa jadi kena sanksi pidana mati. Selain yang melawan atau yang menentang kekuasaan
pemberontak (al-baghy), ada juga murtad yang sah.56 al-Baghy (makar) dalam KBBI,
atau keluar dari Islam (al-riddah), berzina, makar diartikan sebagai 1. Akal busuk, tipu
perampok, dan membunuh (qishâsh/diyât). muslihat. 2. Perbuatan (usaha) dengan maksud
Hukum Islam membagi tindak pidana hendak menyerang (membunuh) orang. 3.
menjadi tiga bagian, yaitu pidana hudûd, Perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah
qishâsh/diyât, dan ta’zîr.53 yang sah.57
Menurut bahasa, al-baghy yang me- Dari pengertian di atas, dapat ditarik
miliki beberapa pengertian, yaitu mencari, kesimpulan bahwa al-baghy (pemberontak/
menghendaki, menginginkan,  melampaui makar) adalah sebuah upaya penggulingan
batas, zalim, aniaya, perbuatan jahat, terhadap pemerintahan yang sah. Jika pe-
durhaka, menyimpang dari kebenaran, ngertian ini ditarik ke konteks bahasan
dan melanggar, menentang. Kata al-baghy radikalisme agama, maka akan ditemukan
artinya zalim atau aniaya, sedangkan kata kesamaan pandangan antara pelaku makar
al-baghy menurut istilah ulama adalah orang dengan pelaku radikal. Sebagaimana di-
yang menentang pemerintah yang adil dan jelaskan pada bahasa sebelumnya, gerakan
tidak mau melaksanakan apa yang menjadi radikalisme merupakan sebuah upaya makar
kewajibannya.54 untuk menggulingkan pemerintah yang sah
Sementara secara terminologis, makar/ karena berbagai dogma agama yang dijadikan
al-baghy adalah tindakan sekelompok orang pembenaran dengan alasan ketidaksamaan
yang memiliki kekuatan untuk menentang pandangan antara pelaku radikal dengan
pemerintah, dikarenakan terdapat perbedaan pemerintah.
paham mengenai masalah kenegaraan. Ada juga Menurut Teungku Muhammad Hasbi
memberikan interpretasi lain yaitu keluarnya ash-Shiddieqy menjelaskan bahwa para
seseorang dari ketaatan kepada Imam yang sah mujtahidin sepakat, apabila seseorang atau
tanpa alasan. Pemberontakan merupakan upaya sesuatu golongan memberontak terhadap
melakukan kerusakan. Islam memerintahkan negara dengan cukup alasan, dibolehkan
kepala negara memerangi mereka sehingga
paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling mereka kembali kepada kebenaran. Apabila
banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Dijatuhkan pidana yang mereka menyadari kesalahan, hendaklah
sama terhadap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum
membunuh, merusakkan, membuat tak dapat digunakan atau
menghilangkan hewan, yang seluruhnya atau sebagian milik orang
lain. Lihat Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, h. 264. 55
Taqî al-Dîn Abû Bakar al-Husaini, Kifâyat al-Akhyâr, J.
53
Lihat ‘Abd al-Qâdîr ‘Audah, “al-Tasyrî’ al-Jimâ’i al- 3, h. 125-127.
Islâmî Muqarranan bî al-Qanûni al-Wadhî’î” dalam Ensiklopedi 56
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Islam, Tim Tsalisah (pent.), (Bogor: PT Kharisma Ilmu, Bahasa Kemendikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 2,
t.t.), h. 111. cet. IX, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 124-125.
54
Taqî al-Dîn Abû Bakar al-Husaini, Kifâyat al-Akhyâr, 57
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), J. 3, h. 125. Bahasa Kemendikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 618.
Hasani Ahmad Said: Radikalisme Agama |605

dihentikan penumpasan.58
Dalam Fikih Jinâyah, jarîmah mengenai
jinâyah, perbuatan makar atau al-baghy telah
diatur dalam nas baik Alquran maupun Sunnah
selain telah diatur dalam Hukum Pidana Islam Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan
perbuatan inipun telah dibahas dalam regulasi yang serupa. Maka barang siapa memaafkan dan
pemerintahan Indonesia yang biasa disebut berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan)
dalam Undang-undang sebagai kejahatan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-
terorisme. Tindakan radikalisme agama yang orang yang zalim. (Q.s. al-Syurâ [42]:40.
pada gilirannya melahirkan terorisme. Sehingga Pada surah yang lain, Allah menegaskan
hemat penulis, pelaku radikal bisa dijerat dalam Q.s. al-Syûrâ [42]: 40, Allah men-
dengan Undang-undang tentang terorisme. jelaskan bahwa pelaku kejahatan dibalas
Adapun dasar hukuman bagi pelaku dengan kejahatan yang serupa. Namun
makar/pemberontak sangat jelas diuraikan demikian, Allah melanjutkan siapa memaafkan
dalam banyak ayat Alquran. Di antaranya dan berbuat baik,  maka pahalanya atas
dalam Q.s. al-Mâ’idah [5]: 33, Q.s. al-Syûrâ (tanggungan) Allah. Pada ayat ini, meskipun
[42]: 40, Q.s. al-Hujurat [49]: 9. Ayat-ayat Allah tegas dan gamblang menghukum bagi
tersebut adalah: pelaku kejahatan, namun Allah sesungguhnya
tidak ingin menunjukkan sikap tegasnya.
Sehingga Allah menegaskan memaafkan itu
jauh lebih baik dibanding membalas dengan
kejahatan yang serupa.

Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-


orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan di muka bumi,
hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau
dipotong tangan dan kaki mereka dengan Dan kalau ada dua golongan dari mereka
bertimbal balik, atau dibuang dari negeri yang beriman itu berperang hendaklah kamu
(tempat kediamannya). yang demikian itu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,
dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu
yang besar. (Q.s. al-Mâidah [5]: 33). perangi sampai surut kembali pada perintah
Dalam Q.s. al-Mâ’idah [5]: 33 di atas, Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah
Allah mengancam bagi orang-orang yang me- antara keduanya menurut keadilan, dan
merangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat hendaklah kamu berlaku adil. Sesungguhnya
kerusakan di muka bumi, mereka akan diberikan Allah mencintai orang-orang yang berlaku
hukuman yang sadis yakni mereka dibunuh adil. (Q.s. al-Hujurat [49]: 9).
atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki Selanjutnya, dalam Q.s. Al-Hujurât [49]:
mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang 9, Allah menguraikan bagaimana kalau ada
dari negeri (tempat kediamannya). Betapa tegas dua golongan yang beriman akan tetapi
dan jelasnya hukum Allah dalam ayat ini. keduanya terlibat dalam peperangan, Allah
menjelaskan dengan instruksi untuk me-
58
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy,  Hukum- lakukan perdamaian dengan cara dilakukan
hukum Fiqh Islam,  (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), h.
478-479. kesepakatan-kesepakatan dalam perjanjian.
606| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

Akan tetapi, jika ada salah satu golongan umatku. (H.r. Bukhâri dan Muslim dari
itu melanggar perjanjian damai yang telah Ibn ‘Umar).
disepakati bersama itu, maka Allah dengan Pada hadis di atas, begitu perhatiannya
tegas memerintahkan untuk memerangi Nabi terhadap keamanan dan kenyamanan
golongan yang melanggar perjanjian itu bersama. Sampai-sampai Nabi berkata orang
sampai ia kembali mematuhi perjanjian dan yang mengacau tidak termasuk pengikutnya.
dalam koridor aturan Allah. Maka Allah Di sinilah sesungguhnya nilai Islam yang
juga berpesan hendaklah menjunjung tinggi mengajarkan kedamaian dan toleransi.
keadilan. Karena Allah sangat senang kepada
hambanya yang mampu berbuat adil.
Sedangkan penjelasan Hadis berkenaan
dengan hukuman bagi pelaku makar adalah Barang siapa keluar dari loyalitas agama dan
sebagai berikut: berpisah dari jama’ahnya kemudian ia mati
maka mayatnya adalah mayat jahiliah. (H.r.
Muslim).
Hadis di atas memberikan banyak kesan
kepada kita. Kesan itu misalnya jangan sekali-
kali keluar dari loyal terhadap agama dan loyal
Siapa yang telah memberikan bai’atnya ke-
dan berpisah dari jamaahnya. Maksudnya
pada seorang imam (penguasa) dan telah
adalah ketika ketika kita kontekstualisasikan
menyatakan kesetiaan hatinya, maka patuhilah
dia semaksimal mungkin. Bila datang yang dengan pelaku radikal. Hadis ini seolah-olah
lain memberikan perlawanan kepadanya, maka berpesan, janganlah kalian keluar dari loyal
bunuhlah dia. (H.r. Muslim). terhadap komunitas negara yang aman dan
damai. Jangan pula melepaskan diri dari
Dalam hadis di atas, Rasulullah ber- jamaah negaramu dengan melakukan makar
pesan untuk mentaati (berbai’at) semua dengan dalih apapun. Karena kalau itu anda
aturan yang dibuat oleh penguasa (imam). lakukan, maka sesungguhnya ketika engkau
Bahkan Rasulullah menegaskan, jika ada yang mati keluar dalam barisan negara dengan
melakukan perlawanan, maka Rasulullah tidak melakukan ancaman dan teror tersebut,
segan-segan menyuruh untuk membunuhnya. pelakunya sama mati dalam keadaan jahiliyah.
Fakta ini tidak selalu dipahami secara tekstualis.
Dari dua sumber utama di atas, maka
Maka catatan-catatan yang dimunculkan misal-
bisa ditarik benang merah bahwa pelaku
nya taat kepada pemimpin selama pemimpin
radikal yang dilakukan dengan makar, bisa
itu benar. Jika tidak benar, maka tugas kita
diantisipasi dengan berbagai pendekatan,
untuk meluruskan dan mengingatkannya.
yaitu: Pertama, islâh. Islâh menjadi pintu
Selanjutnya, kendati Nabi menganjurkan
pertama yang harus dilakukan. Kedua, bila
membunuh bagi siapa saja yang melakukan
jalan islâh ini buntu, maka cara yang kedua
perlawanan bahkan membunuh bagi pelaku
adalah dengan melakukan perang dan bahkan
makar terhadap pemimpin. Membunuh di
sampai membunuh.59 Perang dan membunuh
sini bisa juga berarti diingatkan, disurati,
hingga tersadarkan bahwa melakukan tindakan
membunuh perilaku orang yang melakukan
radikal tidak benar, sampai tersadarkan dan
perlawanan agar tidak melakukan perlawanan
dalam jalur Allah. Perang dan membunuh
lagi. Sehingga dengan itu, pelaku makar
di sini lebih tepatnya tidak diartikan secara
tersadarkan dengan hal tersebut.
hakiki, akan tetapi secara majâzi. Bisa dengan

Barang siapa membawa senjata untuk me-


Lihat Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta:
59
ngacau kita, maka bukanlah ia termasuk Kencana, 2005), h. 315.
Hasani Ahmad Said: Radikalisme Agama |607

menasehati, bisa pula dengan memberikan diperhatikan seperti asas keadilan, kepastian
penyadaran terhadap ideologi yang keliru hukum, dan kemanfaatannya.62
menuju ideologi yang benar dan lurus. Berdasarkan pijakan Alquran, paling tidak
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, ada tiga hukuman bagi pelaku pembunuhan,
untuk dapat menentukan hukuman terhadap yaitu: Pertama, hukuman pokok, terhadap
pemberontak, ulama fikih membagi pem- pembunuhan sengaja adalah qishâsh atau
berontakan menjadi dua bentuk: Pertama, balasan setimpal. Karena pembunuhan ini
para pemberontak yang tidak memiliki mengakibatkan kematian, maka balasannya
kekuatan persenjataan dan tidak menguasai yang setimpal adalah kematian juga. Hal ini
daerah tertentu sebagai basis mereka. Untuk sesuai dengan firman Allah Q.s. al-Baqarah
pemberontak seperti ini, ulama fikih sepakat [2]: 178. Kedua, hukuman pengganti,
menyatakan bahwa pemerintah yang sah hukuman ini dilaksanakan jika mendapat
boleh menangkap dan memenjarakan mereka maaf dari kerabat yang terbunuh. Hal ini
sampai mereka sadar dan bertaubat. Kedua, berdasarkan firman Allah Q.s. al-Baqarah [2]:
pemberontak yang menguasai suatu daerah dan 178, mengganti dengan memberikan 100 ekor
memiliki kekuatan bersenjata. Terhadap para unta. Ketiga, hukuman tambahan, baik qishâsh
pemberontak seperti ini, pihak pemerintah maupun diyât merupakan hak bagi kerabat
menghimbau terlebih dahulu untuk menyerah yang terbunuh, maka mereka bisa menuntut,
dan bertaubat, jika masih melawan maka bisa juga tidak. Namun hukuman tambahan
pemerintah dapat memerangi mereka. ini merupakan hak Allah yang tidak dapat
Sayyid Sâbiq menjelaskan paling tidak dimaafkan. Hukuman tambahan pertama
ada empat syarat seorang pemberontak dikenai adalah kafârah dalam bentuk memerdekakan
hukuman, yaitu: Pertama, pelaku hirâbah budak. Bila tidak dapat melakukannya diganti
orang mukallaf. Kedua, pelaku hirâbah mem- dengan puasa dua bulan berturut-turut
bawa senjata. Ketiga, lokasi hirâbah jauh dari seperti dalam gambaran Q.s. al-Nisâ [4]: 92.
keramaian. Keempat, tindakan hirâbah secara Hukuman tambahan kedua adalah kehilangan
terang-terangan.60 hak mewarisi dari yang dibunuhnya.
Pembahasan hukum pidana adalah sebuah Sedangkan untuk jenis yang kedua,
pembahasan yang berkelanjutan (continuities), yakni penganiayaan dan pencederaan, para
seiring dengan kehidupan manusia. Oleh ulama fikih membagi kejahatan penganiayaan
karena itu hukum pidana berkembang se- atau pencederaan ini kepada lima bentuk,
iring dengan perkembangan zaman.  Dalam yaitu:
perspektif Hukum Pidana Islam (Fiqh al- a. Memotong bagian-bagian badan seperti
Jinâyah), paling tidak dua tindakan pelaku tangan, telinga dan alat kelamin;
makar dijatuhi hukuman. Pertama, apabila b. Menghilangkan fungsi bagian-bagian
pelaku makar (pemberontak melakukan pem- badan seperti merusak pendengaran;
bunuhan) dan kedua pelaku makar melakukan c. Pelukaan di bagian kepala;
penganiayaan dan pencederaan. Pembunuhan
di sini maksudnya adalah suatu aktifitas yang d. Pelukaan di bagian tubuh lainnya;
dilakukan oleh seseorang dan atau beberapa e. Di luar ke empat bentuk tersebut di
orang yang mengakibatkan seseorang dan atas, seperti memukul dengan alat yang
atau beberapa orang meninggal dunia.61 Ada tidak melukai.
tiga bidang hukum pidana Islam yang harus Sedangkan ancaman hukuman bagi peng-
aniaya dan pencederaan hampir sama dengan

60
Sayyid Sâbieq, Fiqh Sunnah, j. IX, (Bandung: PT al-
Ma’arif, 1993), h. 177. 62
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu
61
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, cet. X, (Jakarta: PT
Grafika, 2007), h. 25. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 117.
608| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

pembunuhan. Paling tidak bisa dipetakan nyata mampu membuka cakrawala baru
menjadi dua hukuman, yaitu: Pertama, akan pentingnya menjaga keberlangsungan
hukuman pokok yaitu qishâsh atau balasan manusia akan hak-haknya. Betapa tidak,
setimpal. Dalam lima bentuk penganiayaan agama sangat menjaga kebebasan hak-
tersebut di atas yang mungkin diberlakukan hak manusia. Jika ada yang melakukan
qishâsh hanyalah pada penghilangan atau tindakan makar maka sesungguhnya sangat
pemotongan bagian badan dan pelukaan bertentangan dengan kodrat manusia dan
di bagian kepala yang sampai pada bahkan kodrat Tuhan. Kedua, tindakan
tingkat muwadhihah, yaitu luka yang sampai radikal sama halnya seperti orang yang
menampakkan tulang. Kedua, hukuman berbuat makar atau pemberontakan baik
pengganti, yaitu  diyât  yang jumlahnya ber- kepada orang lain yang berbeda ideologi
beda antara kejahatan yang satu dengan dengan pelakunya, maupun tindakan makar
yang lainnya. Ketentuan diyât untuk setiap terhadap negara. Kalau tindakan radikalisme
bagian badan ini dijelaskan oleh Nabi dalam mengatasnamakan agama berbahaya karena
hadisnya dari Abû Bakar bin Muhammad ketidakpercayaan terhadap pemerintah
bin ‘Amru yang dikeluarkan oleh Abû Daud, yang dianggap tidak sesuai dengan syariat.
al-Nasâ’i, Ibnu Hibban dan Ahmad bahwa Begitupun dengan pelaku al-bagy (pem-
“Barangsiapa yang membunuh orang mukmin berontak). Ketiga, Alquran tidak sama
dan cukup bukti, maka hukumannya adalah sekali memberikan pembenaran terhadap
qishâsh, kecuali bila dimaafkan oleh keluarga pelaku radikalisme agama. Kalaupun ada
yang terbunuh”. Pembunuhan diyâtnya adalah dalil yang mendukung akan dogma-dogma
100 ekor unta. Bila hidung terpotong maka radikal, maka bisa dipastikan itu karena
hukumannya adalah satu diyât, untuk dua terlalu sempitnya pemahaman terhadap
mata hukumnya adalah satu diyât, untuk teks Alquran itu sendiri. Keempat, jika
lidah satu diyât, untuk dua bibir satu diyât, memungkinkan dapat pula diwacanakan
untuk zakar satu diyât, untuk dua pelir satu bahwa sanksi bagi pelaku radikal yang
diyât, untuk sulbi satu diyât, untuk satu kaki bentuknya adalah makar dalam hukum
setengah diyât, untuk setiap anak jari dari positif maupun hukum Islam adalah sama
jari kaki dan tangan 10 ekor unta, untuk yaitu hukuman mati. Jika dalam KUHP
sebuah gigi 5 ekor unta. perbuatan pelaksanaan yang tidak selesai
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, karena faktor dari dalam diri pelaku maupun
selain hukuman atau pemidanaan sebagaimana dari luar, maka pelaku dikenakan hukuman.
yang telah banyak disinggung, yang perlu Maka dalam hukum Islam, perbuatan
diperhatikan dalam penetapan hukum Islam,63 pelaksanaan yang tidak selesai karena faktor
yaitu: Pertama, pencegahan ( ).64 Kedua, dari dalam diri pelaku maupun dari luar,
perbaikan dan pendidikan ( ).65 maka pelaku tidak dikenakan hukuman.
Kelima, hukuman (ta’zîr) bukanlah solusi
hukuman satu-satunya. Selain itu, perlu
Penutup
juga cara lain yaitu pencegahan, perbaikan
Dari paparan di atas, beberapa hal yang bisa dan pendidikan. Hal ini perlu dilakukan
disimpulkan. Pertama, mengkaji radikalisme karena tujuan pokok pemidanaan bagi pelaku
agama dari perspektif hukum Islam ter- makar adalah menyadarkan semua anggota
masyarakat untuk berbuat baik dan menjauhi
63
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, cet. 5,
perbuatan jelek, mengetahui kewajiban
(Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 225. dirinya, dan menghargai hak orang lain
64
Lihat Ahmad Wardi Muslih, Pengantar dan Asas Hukum sehingga apa yang diperbuatnya di kemudian
Pidana Islam (Fiqih Jinayah), cet. I, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2004), h. 137-139. hari berdasarkan kesadaran tadi, tidak selalu
65
Lihat lebih lanjut Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah dikaitkan dengan ancaman hukuman.
Pengantar, cet. 31, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2001), h. 409.
Hasani Ahmad Said: Radikalisme Agama |609

Pustaka Acuan 290 tahun 2015 Forum Penanganan


Ahmed, Akbar S., Postmodernisme: Bahaya Situs Internet Bermuatan Negatif ”,
dan Harapan bagi Islam, M. Sirozi diakses dari http://kominfo.go.id.
(pent.), Bandung: Mizan, 1993. Fealy, Greg dan Virginia Hooker (ed.),
‘Audah, ‘Abd al-Qadîr, “al-Tasyrî’ al-Jimâ’i Voices of Islam in Southeast Asia: A
al-Islâmî Muqarranan bî al-Qanûni Contemporary Sourcebook, Singapore:
al-Wadhî’î” dalam Ensiklopedi Hukum ISEAS, 2006.
Islam, Tim Tsalisah (pent.), Bogor: PT Geertz, Clifford, The Religion of Java,
Kharisma Ilmu, t.t. Glencoe: Free Press, 1960.
Amin, Ma’ruf, “ISIS: Gerakan Kekhalifahan Gibb, H.A.R., Aliran-Aliran Moderen dalam
Islam Global dan Tantangan Bagi NKRI Islam, Machnun Husein (pent.), Jakarta:
dan Islam Rahmatan Lil’alamin”, Rajawali Press, 1990.
Direktorat Jenderal Bimbingan Ghazali, Abd. Moqsith, Argumen Pluralisme
Masyarakat Islam Kementerian Agama Agama: Membangun Toleransi Berbasis
RI, Jakarta, 2014. Alquran, Depok: KataKita, 2009.
Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Hanafi, Muchlis M., “Konsep Wasathiyyah
Jakarta: Sinar Grafika, 2007. dalam Islam”, dalam Nurhison M.
Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam, Nuh (ed.), Peranan Pesantren dalam
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Pengembangan Budaya Damai”, Jakarta:
Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Balitbang dan Diklat Kementerian
Grafindo Persada, 2001. Agama RI-Maloho Jaya Abadi Press,
A’la, Abd, Melampaui Dialog Agama, Jakarta: 2010.
Kompas, 2002. Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana
Azra, Azyumardi, “ISIS, Khilafah dan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Indonesia”, Kompas, 5 Agustus 2014. Husaini, al-, Taqî al-Dîn Abû Bakar, Kifâyat
_____, Pergolakan Politik Islam, dari al-Akhyâr, Surabaya: PT Bina Ilmu,
Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post- 1997.
Modernisme, Jakarta: Paramadina, 1996. Hendropriyono, A. M., Terorisme:
Abdillah, Junaidi, “Dekonstruksi Tafsir Ayat- Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam,
ayat Kekerasan”, Analisis, Volume XI, Jakarta: Kompas, 2009.
Nomor 1, Juni 2011. Huntington, Samuel P., “Benturan Peradaban,
Arkoun, Mohammed, Berbagai Pembacaan Masa Depan Politik Dunia”, Jurnal
Alquran, Machasin (pent.), Jakarta: Ulumul Qur’an, Vol. 4, No. 5, 1993.
INIS, 1997. ‘Imarah, Muhammad, Fundamentalisme
Bâqi’, al-, Muhammad Fuad ‘Abd, al-Mu’jam dalam Perspektif Barat dan Islam, Abdul
al-Mufahrasy li Alfâdz al-Qur’an, Bayrût: Hayyie al-Kattani (pent.), Jakarta: Gema
Dâr al-Fikr, 1981. Insani Press, 1999.
Bûthî, al-, Muhammad Sa’id Ramdhan, Fiqh http://www.bnpt.go.id, akses pada 6 April
al-Sîrah: Dirâsah Manhajiyyah Ilmiyyah 2015.
li Sîrah al-Musthafâ,  Bayrût: Dâr al- Kastîr, Imam Abû al Fada’ al-Hâfidz Ibnu,
Fikr, 1990. Tafsîr al-Qur’ân al-Adzîm, Bayrût:
Bakri, Syamsul, “Islam dan Wacana Maktabah al-Nûr al-‘Ilmiyyah, 1992.
Radikalisme Agama Kontemporer”, Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam,
Dinamika, Vol. 3, No. 1, Januari 2004. Bandung: Mizan, 1997.
Cawidu, Ismail, “Siaran Pers Tentang Marâghî, al-, Ahmad Musthafâ, Tafsîr al-
Keputusan Menteri Kominfo Nomor Marâghî, Bayrût: Dâr al-Fikr, 2001.
610| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015

Munip, Abdul, “Menangkal Radikalisme di Ulama; Masa Depan Moderatisme


Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. Islam di Indonesia, Yogyakarta: Logung
I, No. 2, Desember 2012/1434. Pustaka, 2010.
Muslih, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Rahman, Fazlur, Islam and Modernity,
Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Chicago: The University of Chicago
Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004 Press, 1982.
Misrawi, Zuhairi, Alquran Kitab Shiddieqy, ash-, Teungku Muhammad Hasbi,
Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme dan Hukum-hukum Fiqh Islam, Semarang:
Multikulturalisme, Jakarta: Grasindo, 2010. Pustaka Rizki Putra, 2001.
_____, dan Khamami Zada, Islam Melawan Soerodibroto, Soenarto, KUHP dan KUHAP,
Terorisme, Ciputat: LSIP, 2004. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Mustaqim, Abdul, “De-Radikalisasi Syarifuddin, Amir, Garis-garis Besar Fiqh,
Penafsiran Alquran dalam Konteks Ke- Jakarta: Kencana, 2005.
Indonesia-an yang Multikultur”, diakses Sâbieq, Sayyid, Fiqh Sunnah, Bandung: PT
dari http://batampos.co.id/08-06-2014/ al-Ma’arif, 1993.
de-radikalisasi-penafsiran-Alquran-dalam- Soekanto, Soerjono, Sosiologi Sebuah
konteks-keindonesiaan-yang-multikultur. Pengantar, Jakarta: PT Grafindo Persada,
Mas’ud, Abdurrahman, “Pengaruh Radikalisme 2001.
Kanan Terhadap Bangsa dan Negara” Shaban, M.A., Islamic History, Cambridge:
diakses dari http://www.elhooda. Cambridge University Press, 1994.
net/2013/12/pengaruh-radikalisme-agama-
terhadap-bangsa-dan-negara-kesatuan- Supriadi, Muhammad, “ISIS Radikalisme
republik-indonesia-nkri/, diakses pada 6 dan Islam Jawa”, diakses dari: http://
April 2015. politik.kompasiana.com/2014/08/12/isis-
radikalisme-dan-islam-jawa-672883.html.
_____, “Pengaruh Radikalisme Agama
Terhadap Bangsa dan Negara Kesatuan Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan
Republik Indonesia (NKRI)”, diakses dari Pengembangan Bahasa Kemendikbud RI,
http://puspenda.kemenag.go.id/?p=517. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1997.
Muttaqin, Akhmad Elang, “Mengakrabi
Radikalisme Islam”  dalam Erlangga Watt, William Montgmery, Islamic
Husada, dkk., Kajian Islam Kontemporer, Fundamentalism and Modernity, London:
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif T.J. Press, 1998.
Hidayatullah Jakarta, 2007. Ya’qub, Ali Musthofa, “Radikalisme dan
Nasution, Harun, Islam Rasional, Bandung: Metode Memahami Teks Agama”,
Mizan, 1995. Makalah Seminar Nasional Islam dan
Terorisme, tahun 2006.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang
Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada Zuhdi, M. Harfin, “Fundamentalisme dan
University Press, 2003. Upaya Radikalisasi”, RELIGIA, Vol. 13,
No. 1, April 2010
Qaradhâwî, al-, Yûsuf, al-Shahwah al-
Islâmiyyah Bayna al-Juhûd wa al- Zubair, Maimun, “Islam Radikal Antara
Tatharruf, Kairo: Bank al-Taqwâ, 1989. Pro dan Kontra”, diakses dari https://
id-id.facebook.com/notes/kh-maimun-
_____, Kayf Nata’âmal Ma’a al-Quran al- zubair/islam-radikal-antara-pro-dan-
Azhîm,  Mishr: Dâr al-Syurûq, 2000. kontra/10150103230997649.
Rubaidi, A., Radikalisme Islam, Nahdlatul

Anda mungkin juga menyukai