Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Iman kepada Qadha dan Qadar

Secara bahasa, qadha’ mengandung beberapa makna berbeda sesuai Konteks kalimatnya.
Di antaranya berarti:
a. Memutuskan hukum (al-hukmun). Qadha yaqdhi qadhaan. Berarti menghukumi
b. Perintah (al-amr).
c. Kabar.
Dan maksud qadha’ di sini ialah makna pertama:memutuskan hukum.
Qadar ialah takdir. Ketentuan takdir segala sesuatu sebelum terjadi dan penulisannya di
Lauh mahfuzh.
Taqdir adalah ketentuan Allah untuk seluruh yang ada sesuai dengan ilmu dan hikmah-Nya.
Taqdir ini kembali kepada kudrat (kekuasaan) Allah, sesungguhnya Dia atas segala sesuatu
maha kuasa, dan berbuat apa yang dikehendaki-Nya. Adapun pendapat lain yang
menyatakan bahwa qadha’ berarti kehendak manusia dan qadar adalah ketetapan Allah,
atau juga sebaliknya.
Kebebasan Kehendak Allah dan Kehendak Manusia
Iman kepada qadha’ dan qadar Allah adalah rukun iman yang keenam, sebagaimana
jawaban Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam saat Jibril bertanya kepada beliau tentang
iman. Beliau bersabda, “Berimanlah kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
pacar Rasul-Nya, beriman kepada hari Akhir, serta takdir-Nya: yang baik maupun yang
buruk.”
Beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk termasuk rukun iman. Takdir adalah
aturan tauhid, sedangkan iman kepada sebab-sebab yang menghantar pada takdir baik dan
buruk adalah aturan syariat. Perkara dunia dan agama tidak akan lurus dan benar tanpa
iman kepada tauhid dan syariat.
Mengimani bahwa Allah Ta’ala sebelumnya telah menulis takdir semua makhluk-Nya di
lauhul mahfuzh, tidak ada satu pun yang terlupa oleh-Nya. Hingga surga dan Neraka sudah
ditetapkan kepada makhluk-Nya.
Hikmah Mengimani Qadha dan Qadar
Hikmah beriman kepada takdir (qadha dan qadar) membuahkan hasil dan dampak yang baik
untuk umat dan individu, di antaranya:
1. Akan membuahkan berbagai macam amal saleh dan sifat yang terpuji, seperti ikhlas,
tawakal, rasa takut dan pengharapan kepada Allah, berbaik sangka kepada-Nya, sabar dan
tabah, menghilangkan rasa putus asa, ridha dengan Allah, hanya bersyukur kepada Allah,
dan senang dengan karunia dan rahmat-Nya.
2. Seorang mukmin dengan taqdir akan berjalan dalam hidupnya di atas jalan kebenaran,
nikmat tidak akan membuat dia berputus asa serta meyakini bahwa segala kesulitan yang
menimpanya adalah merupakan taqdir dan ujian dari Allah.
3. Beriman kepada taqdir, melindunginya dari sebab-sebab yang menjerumuskan kepada
kesesatan dan suul khatimah (pengakhiran hidup yang jelek) karena taqdir membuat
seseorang senantiasa bersungguhsungguh untuk istiqamah.
4. Menumbuhkan pada jiwa orang-orang beriman keteguhan hati dan keyakinan yang
mantap di samping mengusahakan sebab dalam Menghadapi musibah dan berbagai
kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai