Anda di halaman 1dari 4

Bab V

Kesesatan Dalam Berpikir

A. Pemahaman Sesat Pikir

Kesesatan berpikir atau sering disingkat dengan kesesatan atau fallacia dalam bahasa latin
dan fallacy dalam bahasa inggris dapat berarti kekeliruan penalaran yang disebabkan oleh
pengambilan kesimpulan yang tidak sah, melanggar aturan ketentuan dalam logika atau
susunan bahasa serta penekanan kata kata yang secara sengaja atau tidak sengaja
menyebabkan penyampaian gagasan yang tidak tepat.

Kesesatan bisa terjadi karena dua hal, yaitu kesalahan penyalahgunaan bahasa dan
atau penggunaanya yang tidak tepat. Kesesatan inilah yang dalam logika dikenal pula dengan
istilah fallacial/fallacy yang merupakan bagian dari logika. Pada dasarnya, logika diajarkan
untuk menghindari kesesatan dalam berfikir, agar seseorang tidak keliru dalam mengambil
kesimpulan dari beberapa proposisi.

Kesesatan dibagi menjadi dua secara garis besar oleh Soekadijo, yaitu kesesatan
formal dan kesesatan material. Kesesatan formal adalah kesesatan karena melanggar dari
aturan atau prinsip logika yang tidak sah. Kesesatan material adalah kesesatan yang
menyangkut isi atau materi dari penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa
(kesesatan bahasa) yang menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan juga dapat
terjadi karena tidak ada hubungan yang relevan antara premis dan kesimpulannya (kesesatan
relevansi).

John Dewey membagi beberapa kesesatan berfikir yang akhirnya menyebabkan


eprilaku yang sesat juga. Yang pertama adalah kesesatan yang terjadi karena subjek
sesungguhnya jarang befikir sendiri atau berfikir sesuai dengan apa yang dipikirkan dan
dilakukan oleh orang yang lain. Biasanya dilakukan hanya untuk mencari aman untuk diri
sendiri.

Kedua, di mana subjek bertindak seakan sangat mengharagai rasio, tetapi pada
impementasinya tidak menggunakan rasionya sendiri dengan baik. Ketiga adalah kesesatan
yang terjadi akrena akibat subjek tidak terbuka untuk melihat persoalan secara komprehensif,
hanya terpaku pada sumber tertentu. orang yang menggunakan pemikiran seperti ini
menggunakan rasio dengan baik tetapi karena cara pandangmnya yang sempit maka untuk
menjawab persoalan pun menjadi tidak tepat.

Maka sebab itu orang yang mempunyai argumen harus dapat memilah-milah kata
yang mempunyai arti ganda ataupun kata yang mirip dalam tulisan maupun penyebutannya,
karena hal ini juga bisa menyebabkan kesesatan pada orang yang mendengarkan atau ketika
orang membaca argumen kita. Maka dapat disimpulkan bahwa kesesatan ini dapat berakibat
fatal dalam logika, karena dapat membuat seseorang keliru dalam menyimpulkan makna atau
menarik kesimpulan. Ada beberapa macam kesesatan yang belum disepakati pembakuannya
oleh para logisi. Namun secara umum kesesatan terjadi karena tidak mengikuti aturan aturan
penyimpulan. Kesalahan itu dapat dibagi menjadi 4 hal yaitu :
1. Kesalahan formal, adalah kesalahan yang terjadi karena bentuknya (formal) sehingga
menghasilkan penalaran yang tidak sah.

2. Kesalahan material, adalah kesalahan yang berkaitan dengan isi atau faktanya. Bisa berupa
kesalahan pada buktinya atau kesalahan karena ketidaksesuaianya.

3. Kesalahan logika linguistik, adalah kesalahan yang berkaitan dengan sifat bahasa yang
ambigu. Ambigu ini sering membawa masalah pada kesimpulan, yang dapat terbagi ke dalam
:

a) Kesalahan aksenstuasi verbal, yang terjadi karena suku kata tersebut harus diberi
tekanan, jika tidak maka akan menimbulkan perubahan arti.
b) Kesalahan aksenstuasi non-verbal, contohnya adalah “dengan seratus ribu rupiah anda
sudah dapat membawa pulang hp ini” padahal seratus rupiah adalah dp yang harus
dibayarkan, sesudahnya harus membayar sejumlah uang tertentu.
c) Kesalahan ekuivasi non-verbal, misalnya menggunakan pakaian yang serba putih
diasumsikan dengan orang yang memiliki kebersihan secara religius, namun jika bagi
wanita di india hal ini berarti orang yang telah bercerai dengan suaminya.
d) Kesalahan ekuivasi verbal, yaitu terjadi karena bunyi yang sama dimaknai dengan dua
arti yang berbeda.
e) Kesalahan Amfiboli, biasanya disebut dengan kesalahan gramatical. Akibatnmya
proposisi dapat memiliki makna ganda atau dapat mengakibatkan penafsiran yang
berbeda
f) f. Kesalahan Metaforis, adalah kesalahan yang terjadi karena adanya pencampuran
antara kiasan dan makna yang sebenarnya.

4. Kesalahan logika karena emosi, terjadi karena memasukan unsur dugaan prasangka yang
berpengaruh kepada kesimpulan.

Menurut Lorens Bagus, sesat pikir mengkomodir enam hal yaitu:


1. Bahwa gagasan adalah sesat yang berartin bahwa fakta yang diacu oleh gagasan itu tidak
ada.
2. Tidak sesuai dengan kebenaran.
3. Tidak mempunyai fakta pendukung yang baik.
4. Berarti salah
5. Basis dari dua perangkat yang nilai kebenaran menyangkalnilai kebenaran yang
ditentukan bagi suatu kenyataan.
6. Lain dari kebenaran.
Lorens Bagus membagi kesesatan dalam tiga kategori yaitu: Kesesatan secara logis, yang
terjadi apabila suatu putusan tidak menyajikan secara tepat materi yang dibicarakan. Cirinya
dalah bahwa sesuatu disangkal atau yang negatif seharusnya diafirmasi atau positif, dan
sebaliknya. Secara umum kesesatan terbagi ke dalam dua hal yaitu, kesesatan karena bahasa
dan karena penarikan kesimpulan yang salah.

B. Model Kesesatan Berfikir


1. Kesesatan Bahasa
Kesesatan bahasa yang paling sering dilakukan orang adalah kesesatan amfiboli, ini terjadi
karena kekeliruan penempatan kata dalam term sebuah ungkapan atau kalimat sehingga
ungkapannya menjadi bercabang. Akhirnya timbul lebih dari satu penafsiran, tetapi pastinya
hanya ada satu penafsiran saja yang benar atau yang dimaksud, sedangkan yang lainya pasti
salah.

2. Kesesatan Relevansi
Kesesatan ini timbul karena seseorang menarik kesimpulan yang tidak ada kaitan dengan
premisnya. Bukan merupakan implikasi dari premisnya. Kesesatan relevansi yang umum
dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Argumentum Ad Hominem.
Secara harfiah ini berarti “mnegacu pada orangnya”, terjadi apabila seseorang berusaha
menerima atau menolak suatu gagasan bukan berdasarkan faktor penalaran , tetapi
berdasarkan alasan yang menyangkut pribadi orang lain dari orang yang melontarkan
gagasan. Bila orangnya disenangi maka gagasanya diterima, bila orang yang mengagaskan
tidak disenangi maka gagasanya ditolak.

b. Argumentum Ad Populum.
Dapat berarti rakyat atau massa, adalah penalaran yang diajukan untuk meyakinkan para
pendengar dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat atau orang banyak. Tidak
diperlukan pembuktian logis, yang penting adalah perasaan massa mendengarrnya,
membangkitkan semangat, emosi agar menerima suatu pernyataan tertentu. biasanya
dijumpai dalam pidato, kampanya, dan propaganda.

c. Argumentum Ad Verecundiam.
Dapat berarti kewibawaan, sangat mirip dengan ad hominem, namun disini jika orang yang
telah dikenal sebagai ahlinya, maka pendapatnya bisa diterima benar.

d. Ignoratio Elenchi
terjadi bila seseorang menarik kesimpulan tidak memiliki kaitan dengan premisnya. Juga
memperlihatkan loncatan sembarangan dari premis ke kesimpulan yang sama sekali tidak ada
kaitanya dengan premis tadi.. biasanya kesesatan ini adalah prasangka, emosi, kepercayaan
mistis dan perasaan subjektif lainnya.
e. Kesesatan karena Generalisasi Tergesa-gesa
Sebenarnya kesesatan ini terjadi karena akibat dari induksi yang keliru karena bertumpu pada
hal khusus yang tidak mencukupi. Sementara contoh yang menjadi tolak ukurnya tidak
memadai atau kurang.

f. Kesesatan Karena komposisi


Terjadi jika seseorang berpijak pada anggapan bahwa apa yang benar berlaku nagi satu atau
beberapa orang dari suatu kelompok tertentu, pasti juga benar atau berlaku pada kelompok
seacara kolektif. Dengan kata lain hanya karena komposisi predikat itu hanya untuk satu
orang saja justru dikenakan keapda yang lain seacara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai