Anda di halaman 1dari 44

TUGAS BESAR

‘’Irigasi dan Bangunan Air’’


( DosenPembimbing :ir Andung Yunianta , ST., MT. )

Disusun Oleh:

Nama :ATAKA BADRUD DUJJA


NPM :19 611 080

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga Laporan yang berjudul “Perencanaan Bendung” dapat
penulis selesaikan dengan baik. Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk manganalisa
data-data sekunder tersebut untuk memperoleh hasilPerencanaan Bendung. Selanjutnya hasil
analisa yang diperoleh dibandingkan dengan Perencanaan Bendung Penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa Perencanaan Bendungmampu menampung debit banjir periode ulang, itu
berarti kondisi fisik Bendung dalam keadaan baik.
Dalam menyusun laporan ini, tentunya berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya laporan ini bukan semata-mata karena kemampuan penulis, melainkan karena
adanya dukungan serta Bimbingan dari Dosen Pembimbing Bapak Andung Yunianta,ST.,MT
dan bantuan dari pihak-pihak terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis dengan ketulusan
hati menyampaikan ucapan terima kasih.

Besar harapan penulis, agar laporan ini dapat memberikan manfaat pada kita semua,
khususnya mahasiwa Universitas Yapis Papua adapun bila terdapat kesalahan dalam penulisan
laporan ini, penulis mohon maaf. Dan penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah berikutnya.

Jayapura, November 2021

Penyusun
ATAKA BADRUD DUJJA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1. Latar Belakang......................................................................................................................4
2. Metode..................................................................................................................................4
3. Landasan Teori.....................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................15
PERENCANAAN BADAN BENDUNG......................................................................................15
1. Data Perencanaan...................................................................................................................15
2. Tinggi Air Sebelum Ada Bendung.........................................................................................18
4. Ukuran Hidrolis Bendung......................................................................................................34
5. Stabilitas Bendung.................................................................................................................37
6. Perhitungan Pintu-Pintu Air...................................................................................................40
7. Perhitungan Dimensi Salah Satu Saluran..............................................................................42
BAB III..........................................................................................................................................43
PENUTUP.....................................................................................................................................43
Kesimpulan................................................................................................................................43
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam perencanaan jaringan irigasi, air yang digunakan dalam pengairan diambil
dari sungai terdekat. Pengambilan air dari sungai dapat dilakukan secara bebas apabila
elevasi sawah lebih rendah daripada elevasi sungai, karena air akan dengan mudah
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Permasalahan akan timbul
apabila sungai tersebut memiliki elevasi yang lebih rendah daripada elevasi sawah yang
akan dialiri. Untuk mencapai sawah yang tinggi tersebut, air sungai harus memiliki
kecepatan yang tinggi dan konstan. Sedangkan kecepatan aliran sungai tidaklah selalu
konstan, kadang sangat tinggi, rendah bahkan sampai tidak ada air sama sekali (saat
musim kemarau).
Untuk mengatasi permasalahan diatas maka dibuatlah bendung yang memotong
langsung aliran sungai. Bendung berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air sungai untuk
mendapatkan kecepatan aliran yang diinginkan, sehingga sawah terjauh yang memiliki
elevasi lebih tinggi dari elevasi sungai dapat dialiri air.

2. Metode
Metode yang dipakai adalah metode studi literatur, yaitu berdasarkan teori-teori
yang diambil dari buku dan bimbingan, arahan dari dosen pembimbing.

3. Landasan Teori
a. Pengertian Bendung
Bendung merupakan salah satu apa yang disebut Diversion Hard Work,
yaitu bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang berfungsi untuk menyadap
air dari suatu sungai sebagi sumbernya. Bendung adalah suatu bangunan konstruksi
yang terletak melintang memotong suatu aliran sungai dengan tujuan untuk
menaikkan elevasi muka air yang kemudian akan digunakan untuk mengaliri
daerah yang lebih tinggi.
b. Fungsi Bendung
Fungsi dibangunnya suatu bendung adalah:

a. Menaikkan elevasi air sungai sehingga daerah yang diairi menjadi lebih luas,
b. Memasukkan air dari sungai ke saluran melalui intake,
c. Mengurangi fluktuasi sungai,
d. Menyimpan air dalam waktu singkat,
e. Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran.

c. Syarat-syarat dan Lokasi Bendung


Syarat-syarat konstruksi bendung yang harus dipenuhi antara lain :

1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di
bawahnya.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran
sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah.
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang
diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil
dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh
bendung.
Lokasi yang tepat untuk membangun bendung adalah :

1. Lokasi dengan profil sungai teratur serta kelandaian (I) yang kecil, sehingga
penggerusan pada waktu banjir yang terjadi pada bagian dasar atau tepi sungai
tidak terlampau besar.
2. Lokasi dengan sungai yang lurus atau belokan dengan jari-jari (R) yang besar
serta arah pengaliran yang tetap, sehingga tidak terjadi penggerusan tepi.
3. Lokasi dengan bagian sungai yang tanah dasarnya cukup kuat dan cukup kedap
air, tanggul banjir sependek mungkin hubungkan dengan saluran pembawa.
4. Jika sungai berbelok-belok, maka dicari lokasi bendung dengan coupare yang
seideal mungkin. Bendung dibangun di coupare, kemudian setelah
pembangunan bendung selesai ditimbun, sungai baru yang melewati bendung
tersebut dibangun. Dengan demikian, lokasi bendung akan berada pada sungai
yang lurus.

d. Bangunan yang terdapat pada Bendung


1. Tubuh Bendung (Weir)
Adalah bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal
maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap :

- Tekanan air
- Tekanan akibat perubahan debit yang mendadak
- Tekanan gempa
- Akibat berat sendiri
2. Bangunan Pembilas
Pada hulu bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas guna
mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam saluran irigasi.

Ada 4 macam tipe, yaitu :

- Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan


- Pembilas bawah
- Shunt Under sluice
- Pengambilan bawah tipr boks
- Untuk mengurangi aliran yang bergolak (turbulent) yang terjadi didekat
intake maka perlu dibangun bangunan penguras (under sluice).
3. Bangunan Penguras
Fungsinya adalahuntuk mengurangi aliran yang bergolak (turbulent) yang
terjadi di dekat intake. Puncak ambang dari under sluice dijaga agar lebih
rendah dari puncak ambang bendung, sehingga akan membantu membawa
debit pada musim kering ke arah under sluice. Normalnya, permukaan puncak
ambang under sluice ini sama dengan permukaan dasar saluran terdalam pada
musim kering. Dengan membukanya pintu penguras, maka akan
menggelontor endapan lumpur yang terdapat di depan intake maupun di under
sluice.

4. Dinding Pemisah (Divide Wall)


Terbuat dari susunan batu kali atau beton yangn dibangun disebelah kanan
sumbu bendung dan membatasi antara tubuh bendugn dengan under sluice
(bangunan penguras). Fungsi utama dari dinding pemisah, yaitu :

- Membagi antara bendung utama dengan under sluice, karena kedudukan


under sluice lebih rendah daripada tubuh bendung.
- Membentu mengurangi arus yang bergolak didekat intake sehingga
lumpur akan mengendap di under sluice dan air yang bebas lumpur akan
masuk ke intake.
5. Canal Head Regulator
Berfungsi sebagai :

- Mengatur pemasukan air ke dalam saluran


- Mengontrol masuknya lumpur ke dalam sungai
- Menahan banjir sungai masuk ke dalam saluran.
Regulator umumnya terletak di sisi sebelah kanan bendung dan agak
menyudut ( antara 90o – 110o dengan sumbu horizontal)

6. Kantong Lumpur
Berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari
fraksi pasir halus (0,06 s/d 0,07 mm) dan biasanya ditempatkan persis
disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap
dalam kantong lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran
pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan
endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.
7. Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke
bangunan utama untuk keperluan :

- Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai


- Pengoperasian pintu
- Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan
- Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

e. Keadaan Tubuh Bendung


1. Menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai

Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:

 Kemiringan dasar sungai ( I ),


 Lebar dasar sungai (b),
 Debit rencana (Q).
2. Menentukan tinggi mercu bendung

Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) atau cathment area


 Panjang total sungai ,
 Lebar dasar sungai ,
 Elevasi dasar sungai pada hulu sungai
 Elevasi dasar sungai pada dasar bendung
 Elevasi sawah tertinggi yang dialiri
 Tinggi air di sawah/ genangan
 Kehilangan tekanan saluran dan bangunan air
 Bahan tubuh bendung
 Kebutuhan air tanaman
 Berat Jenis Bahan

3. Menentukan tinggi air di atas mercu bendung

Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh:

 Lebar Bendung (B)


Lebar bendung adalah jarak antara tembok pangkal di satu sisi dengan
tembok pangkal sisi lain. Biasanya lebar bendung (B)6/5 lebar normal
(Bn) yaitu diperbesar 20%.

 Lebar Efektif Bendung (Bef)


Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk
melewatkan debit. Untuk menetapkan besarnya lebar efektif bendung, pelu
diketahui mengenai eksploitasi bendung, karena pengaliran air di atas
pintu lebih sukar daripada pengairan air di atas mercu bendung, maka
kemampuan pintu pembilas untuk pengaliran air dianggap hanya 80%,
maka lebar efektif bendung dapat dihitung dengan rumus:

Bef = B - Σb - Σt + 0,80 Σb

= B - Σt - 0,20 Σb

Dimana:

Bef = Lebar efektif bendung

B = Lebar seluruh bendung

Σt = Jumlah tebal pilar

Σb = Jumlah lebar pintu pembilas

4. Menentukan panjang dan dalam kolam Olak


Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi
yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari
suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh
tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran. Rumus yang dipakai
untuk menentukan dalam kolam olak adalah Rumus Schoklish yaitu:

4 , 75
0 ,32
. h . d 0,2 .q 0 ,53
T = d

Dimana: T = Scouring depth

d = Diameter terbesar yang hanyut waktu banjir

h = Beda tinggi

q = Debit persatuan lebar

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan panjang kolam olak adalah
Rumus Angerholzer, yaitu:

[ Vi+√ 2 g . Hd ] 2 p +H
Ls = √ 2

Dimana: Ls = Scouring length

Hd = Tinggi air diatas bendung

Vi = Kecepatan pada kolam olak

g = gravitasi

5. Menentukan panjang lantai muka


Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan,
selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air
mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”,
maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan
memberi lantai muka atau suatu dinding vertical.

Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau teori:
 Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah
sebanding dengan panjang jalan Creep Line.

L
Δ H = cBligh

Dimana: Δ H = Beda tekanan

L = Panjang creep line

c = creep ratio

 Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi
yang diperlukan oleh air untuk mengalir kea rah vertical lebih besar
daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1, sehingga dapat
dianggap:

Lv = 3 LH

1
LV + LH
3
H=
C lane

Dimana:

H = Tekanan

L = Panjang creep line

6. Menentukan stabilitas bendung


Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai
dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Stabilitas bendung ditentukan oleh gaya-gaya yang bekerja pada bendung,
seperti:

 Gaya berat sendiri,


 Gaya gempa,
 Tekanan lumpur,
 Gaya hidrostatis,
 Gaya angkat(up lift pressure).
7. Perencanaan pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur benyaknya air yang masuk ke saluran
dan mencegah masukknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran
(pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa
terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu tergantung letak
daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang
terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah
masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau
dibatasi oleh ukuran pntu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup
ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu
tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka
yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu
ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya maksimal 2 m
untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus
dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

8. Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B),
sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Dan bila banjir lewat di
atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh
karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air
banjir.

f. Stabilitas Bendung
Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat-syarat konstruksi dari bendung,
antara lain:

a. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir,
b. Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai
dan aliran air yang meresap di dalam tanah,
c. Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya,
d. Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka
air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi,
e. Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa pasir,
kerikil, dan batu-batuan dan tidak menimbulkan kerusakan pada puncak
ambang.

g. Tipe Mercu Bendung


Di Indonesia ada 2 type mercu untuk bendung pelimpah yang umum digunakan,
yaitu:

1. Type Mercu Bulat


Untuk bendung denagn mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh
lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada
sungai-sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi
lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu.
Untuk bendung dengan 2 jari-jari hilir akan digunakan untuk menemukan
harga koefisien debit.

r
r

Gambar 1.1 Mercu Type Bulat

2. Type Mercu Ogee


Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang
tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer
pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit
rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan
permukaan hilir.

r2 r
r
r2 1 1

Gambar 1.2 Mercu Type Ogee


BAB II

PERENCANAAN BADAN BENDUNG

Data Perencanaan
A. Karakteristik Sungai

1. Luas Daerah Aliran sungai (DAS) atau cathment area F = 25,80 km2
2. Panjanng soal sungai L = 15,80 Km
3. Lebar dasae sungai = 21,80 m
4. Elevasi dasar sungai pada hulu sungai = 32,80 m
5. Elevasi dasar sungai pada dasar bendung = 29,80 m
6. Elevasi sawah tertinggi yang dialiri = 15,80 m
7. Tinggi air disawah / genangan = 0,18 m
8. Kehilangan tekanan saluran dan bangunan air = 1,78 m
9. Bahan tubuh bendung = Beton Bertulang
10. Kebutuhan air tanaman = 1,2 1 /dtk/Ha
Batu kali = 2200 kg/m3
Beton massa = 2300 kg/m3
Beton Bertulang = 2400 kg/m3

B. Lingkup Tugas:

1. Hitung debit banjir rencana


2. Tinggi air sebelum ada bendung
3. Tinggi air diatas merbu sesudah ada bendung
4. Ukuran Hidrolis Bendung
5. Stabilitas bendung
6. Perhitungan pintu – pintu air
7. Perhitungan dimensi salah satu saluran
1. Debit Banjir Rencana

a) Perhitungan Curah Hujan Wilayah


Tabel 2. 1 Rekapan Curah Hujan Harian Maksimum

Tahun Xi
2011 70,99
2012 77,53
2013 99,09
2014 108,85
2015 121,54
2016 125,07
2017 137,65
2018 137,66
2019 153,65
2020 161,59

Tabel 2. 2 Perhitungan parameter statistic curah hujan untuk Log Pearson Type III

Log xi-Log (Log xi - Log (Log xi - Log


No Xi
Log xi x x)2 x)3
1 70,99 1,85120 -0,21160 0,04477 -0,00947372
1,8894697
2 77,53
8 -0,17332 0,03004 -0,00520678
1,9960298
3 99,09
3 -0,06676 0,00446 -0,00029758
4 108,85 2,03683 -0,02596 0,00067 -0,00001750
5 121,54 2,08472 0,02193 0,00048 0,00001054
6 125,07 2,09715 0,03436 0,00118 0,00004057
7 137,65 2,13878 0,07598 0,00577 0,00043869
8 137,66 2,13881 0,07601 0,00578 0,00043923
9 153,65 2,18653 0,12374 0,01531 0,00189464
10 161,59 2,20841 0,14562 0,02121 0,00308800
1193,6
Jumlah
2 20,62793 0,00000 0,12968 -0,00908391
Ẍ 119,36 2,06279
b) Perhitungan Curah Hujan Rencana
Berdasarkan data hasil perhitungan curah hujan, dihitung curah hujan
rencana untuk kala ulang 10 tahun.
Tabel 2. 3 Perhitungan Statistik Curah Hujan Periode

Log x Log Pearson Tipe III


No Periode S.Log x Cs K
rata2 Y X (mm)
1 2 2,06279 0,043225 -1,562 0,254 2,073769 118,5139
2 5 2,06279 0,043225 -1,562 0,817 2,098105 125,3444
3 10 2,06279 0,043225 -1,562 0,994 2,105756 127,5721

Dari perhitungan Statistik Curah Hujan Periode diatas, diperoleh nilai Curah Hujan
Rencana ( R24 ) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. 4 Hasil Perhitungan Curah Hujan Periode

No. Periode R24


1 2 118,5139
2 5 125,3444
3 10 127,5721

c) Koefisien Aliran dan Luas DAS


Untuk menentukan Debit Puncak saluran (Q) salah satu konsep dalam upaya
mengendalikan banjir adalah koefisien aliran permukaan © yang dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 2. 5 Perhitungan Koefisien aliran © dan luas DAS


Luas
No. Tutupan Lahan
Km2 C (% Luas) C x (% Luas)
1 Perumahan 7,267 0,4 33,33 13,33
2 Ladang 4,267 0,175 19,57 3,43
3 sawah irigasi 5,267 0,175 24,16 4,23
4 sawah tadah hujan 3 0,175 13,76 2,41
5 hutan 2 0,15 9,17 1,38
Total 21,8   100,00 24,77
Sehingga Nilai C = 0,2477
Sehingga Nilai C = 0,2477
d) Perhitungan Intensitas Curah Hujan
Selanjutnya hasil Perhitungan Intensitas curah hujan untuk Kala ulang 2,
5, dan 10 tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. 6 Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional


periode ulang A Rt L H C W tc i Qt
NO (tahun) (km2) (mm) (km) (km) (km/jam) (mm/jam) (mm/jam) (m3/dtk)
1 2 21,8 103,54 15,8 1 0,2477 13,74 1,1 33,685 50,568
2 5 21,8 130,869 15,8 1 0,2477 13,74 1,1 42,577 63,917
3 10 21,8 148,789 15,8 1 0,2477 13,74 1,1 48,407 72,669
4 25 21,8 171,828 15,8 1 0,2477 13,74 1,1 55,902 83,92
5 50 21,8 205,624 15,8 1 0,2477 13,74 1,1 66,897 100,426
6 100 21,8 222,404 15,8 1 0,2477 13,74 1,1 72,356 108,621

2. Tinggi Air Sebelum Ada Bendung


a. Menentukan Tinggi Air Maksimum pada Sungai
Data sungai :

 Kemiringan dasar sungai ( I ) = 0.0035


 Lebar dasar sungai ( b) = 21.80
 Debit banjir rencana (Q) = 72.669
 Kemiringan tepi sungai dianggap = 1;1
 ꙋ koefisien chezy tanah biasa = 1.3
Persamaan :

Q= A. V

V =C √ R . I

87
C=
(1+ √γR )
Dimana :

Q = Debit (m3/dt)

A = Luas Penampang (m2)


V = Kecepatan aliran sungai di hilir (m/dt)

P = keliling basah (m)

R = Jari-jari basah (m)

I = Kemiringan dasar sungai

γ = koef. kekasaran dinding saluran (1,3; dinding saluran dari tanah biasa)

C = koefisien Chezy

Gambar 2.1 Penampang Sungai

Kedalaman / tinggi air sungai maksimum di hilir bendung dicari dengan cara coba – coba
(Trial and Error) sampai didapat Q = Qdesign

Jadi, didapat kedalaman maksimum air di hilir bendung (d3) = m

 Cek jenis aliran air dengan Bilangan Froude (Fr) :


Fr = 1 aliran kritis
Fr > 1 aliran super kritis
Fr < 1 aliran sub kritis
2,606
Fr= ܸ/(√݃.ℎ = = 0,717 <1
3,635

aliran sub kritis


b. Menentukan Panjang Bendung
2.7 Perhitungan Tinggi Air Maksimum Di Hilir Bendung
perkiraan tinggi air d3
bagian 1 1,2 1,25 1,3468

A= b.h + h2 22,8 27,6 28,8125 31,174

P = b + 2 √2.h 24,628 25,194 25,336 25,609

R= A/P
0,926 1,095 1,137 1,217
87/((1+ ߛ/(√
C= ܴ))
37,006 38,799 39,204 39,937

V3= C√ܴ.‫ܫ‬
2,107 2,402 2,473 2,606
Q= A . V
48,04 66,295 71,253 81,239

Gambar 2.2 Penampang Sungai

MENENTUKAN PANJANG BENDUNG


a. lebar sungai rata-rata
Bn= b + 2. (1/2 . H)
Bn= 21,8 1,3468
Bn= 23,1468

b. lebar maksimum panjang bendung


B= (6/5).Bn
B= 27,77616 = 28
MENENTUKAN PANJANG EFEKTIF BENDUNG
a. lebar pintu pembilas
∑b1= B/10
∑b1= 2,8

lebar maksimum pintu penguras = 1,5 m


n= ∑b1/ lpenguras
n= 1,867 = 2 buah

b1= ∑b1/n
b1= 1,4 m

lebar pilar (t) di ambil = 1 m

b. Beff= B - ∑t -0.2 . ∑b1


Beff= 28 2 0,2 2,8
Beff= 25,44

c. Be= B - 2 (n.Kp + Ka) H1


B = 28
N = 2
T = 1
ujung pilar bulat Kp = 0,01
bersudut 45 ke aliran Ka = 0
B= B - N.T
B= 26

Be= 26 2 2 0,01 0 He
Be= 26 - 0,04 He
bila He= 2
Be= 25,92
b
t
b
t
b
t

Gambar 2.3 Pintu Bendung

3. Tinggi Air Diatas Mercu Sesudah Ada Bendung


Menentukan Tinggi Bendung
4 Elevasi sawah bagian hilir, tertinggi, dan terjauh = 32,8 m
5 Tinggi genangan air di sawah = 0,18m
6 Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah = 0,1m
7 Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke tersier =0,1m1`
8 Kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder = 0,1 m
9 Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran = 0,3m
10 Kehilangan tekanan pada alat-alat ukur = 0,4m
11 Kehilangan tekanan dari sungai ke primer = 0,2m
12 Kehilangan tekanan karena eksploitasi = 0,1m
13 Kehilangan tekanan karena bangunan - bangunan = 1,78 m +
k. Elevasi minimum mercu bendung (x) : JUMLAH = 36.06 m

l. Elevasi dasar sungai pada dasar bendung (y) = 29,8 -

m. Tinggi Mercu Bendung (p) = 6,26m


3.1 Perhitungan Tinggi Air Maksimum Diatas Mercu Bendung

Gambar 2.4 Rencana Bendung

a. Tinggi Air di atas Mercu (Peil) Bendung


1. Tinggi mercu bendung (p) = 6.26

2. Panjang efektif bendung (Lef) = 25.92m

3.Debit banjr (Q) = 72,669

4.Ambil C = 2.2

5.Tinggi air = 1.3468

Dipakai Bendung type Ogee :

3 2
Q Q
He =
2
C x Lef
⇒ He=
(
C× Lef ) 3

Untuk menentukan tinggi air di atas bendung digunakan cara coba-coba (Trial and
Error) dengan menentukan tinggi perkiraan terlebih dahulu.

Dicoba : He = 2 m, maka :

di coba He = 2

P/He = 3,13 C0 = 2,15


hd = p + He - h = 6,9132
(hd + h)/ He = 4,13 C1 = 1
hd/He = 3,457 C2 = 1
maka di dapat C = C0 . C1.
C2 = 2,15

He'= (Q/(C.L))3/2
1,5
He'= 72,669 2,15 25,92
He'= 1,489 He' ≠ He

Tabel 2.8 Perhitungan Tinggi Air Di Atas Mercu Bendung

perkiraan tinggi He
bagian 1 1,28 1,29 catatan
Q 72,669 72,669 72,669
P/He 6,26 4,891 4,853
hd = p + He - h 5,913 6,193 6,203
(hd + h)/He 7,26 5,89 5,853
hd/He 5,913 4,838 4,809
C0 2,152 2,151 2,15
C1 1 1 1
C2 1 1 1
C= C0.C1.C2 2,152 2,151 2,15
He'= (Q/(C.L))3/2 1,193 1,193 1,193 He'=He

Jadi, didapatkan tinggi air di puncak/mercu bendung (He) = 1.193m

Keterangan :

Qd = Debit banjir rencana (m3/dt)

He = Tinggi energi dari puncak mercu bendung (m)

C = Koefisien debit (discharge coefficient)

C1 = Dipengaruhi sisi depan bendung

C2 = Dipengaruhi lantai depan

C3 = Dipengaruhi air di belakang bendung


Nilai C1, C2, dan C3 didapat dari grafik ratio of discharge coefficient yang terlampir pada
halaman lampiran.
b. Tinggi Air Maksimum Diatas Mercu Bendung
Tabel 2.9 Perhitungan Tinggi Air Maksimum Diatas Mercu Bendung

perkiraan tinggi (hvo


bagian 0,01 0,02 0,03 catatan
H= He - hvo 1,183 1,173 1,163 He= 1,193
do = H + P 7,443 7,433 7,423 P= 6,26
A= Bef . do 192,923 192,663 192,404 Bef= 25,92
Vo= Q/ A 0,377 0,377 0,378 Q= 72,669
hv' = Vo 2/2g 0,01 0,01 0,01 hv' = hvo

3.2 Perhitungan Ketinggian Energi Pada Tiap Titik


a. Tinggi Energi Pada Aliran Kritis
 Menentukan harga dC :
Q
=
Bef
q= 2.804m2/det

1
q2 3
dC =
()
g
=0 ,929
m

 Menentukan harga Ec :
q 2, 804
= =3 ,018
d 0 , 929
VC = c m/det

VC ( 3 , 018 )2
2

= =0 , 464
hVC = 2g 2×9 , 81 m

EC = dC + hVC + P

= 0,926+0,464+6,26

= 7.653 m
Keterangan :

dC = tinggi air kritis diatas mercu (m)

VC = kecepatan air kritis (m/dt)

hVC = tinggi kecepatan kritis (m)

EC = tinggi energi kritis (m)

b. Tinggi Energi (Air Terendah) Pada Kolam Olakan


Tabel 2.10 Perhitungan Tinggi Energi (Air Terendah) Pada Kolam Olakan

perkiraan kecepatan (V1)


bagian catatan
12,1 12,12 12,124
d1= q/V1 0,232 0,231 0,231 q= 2,804
2 7,462 7,487 7,492 g= 9,81
hv1 = V1 /2g
E1= d1 + hv1 7,694 7,718 7,723 E1 = Ec

E1 ¿ Ec

Maka, didapatkan : V1 = 12,124m/dt

d1 = 0,231 m

hV1 = 7,492m

E1 = 7,723m

Keterangan :

d1 = tinggi air terendah pada kolam olakan (m)

V1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/det)

hV1 = tinggi kecepatan (m)

E1 = tinggi energi (m)

c. Tinggi Energi (Air Tertinggi) Pada Kolam Olakan


V1
Fr =
√ g . d1
=8,054
1

d2 =
d1
2
[ (1+8 . Fr ) −1]
2 2

= 2,518 m

q
V2 =
d2

=1,114 m/det

V
22
h V2 =
2g

=0,063 m

E2 = d2 + hV2

= 2,581 m

Keterangan :

Fr = bilangan Froude

d2 = tinggi air tertinggi pada kolam olakan (m)

V2 = kecepatan aliran (m/det)

hV2 = tinggi kecepatan (m)

E2 = tinggi energi (m)

d. Tinggi Energi Di Hilir Bendung


Pada perhitungan sebelumnya telah didapat :

V3 = 2,606 m/det
D3 = 1,3468m
2
V3
h V3 =
2g

h V3 = 0,092m

E3 = d3 + hV2
E3 = 1,4388m
Keterangan :

V3 = kecepatan aliran di hilir bendung (m/det)

d3 = tinggi air di hilir bendung (m)

hV3 = tinggi kecepatan di hilir bendung (m)

E3 = tinggi energi di hilir bendung (m)

e. Perhitungan Panjang Dan Dalam Penggerusan


Dalam penggerusan (scouring depth) :
dalam penggerusan (scoiring depth)
d
o
-
h d
= 3
7 1
, ,
4 3
2 4
h 3 6
= - 8
6
,
0
7
h 6
= 2

q 2
= ,
8
0
4

3
D 0
schoklish formula = 0
T
= (4.75/d0.32).h0.2 . Q0.57

1
,
9
T 7
= 7

Keterangan :

h = beda tinggi muka air di hulu dan di hilir (m)

d = diameter material terbesar yang jatuh ke dalam kolam olak (mm)


= 300 mm

T = dalam penggerusan (m)

Panjang penggerusan (Scouring Length) :


V1 = 12,124 m/det

H = 1,193 m

P = 6,26 m

G = 9.81 m

Angelholzer Formula:

L =
{( V 1+√ 2 g H ) .
√ }
2P
g
+H

= 20,355 m

Keterangan :
V1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/det)

H = tinggi air maksimum dari puncak mercu (m)

P = tinggi mercu bendung (m)

L = panjang penggerusan (m)

elevasi masing-masing titik


elevas dasar sungai = 29,8
elevasi muka air normal = 29,8 + P
= 36,06
elevasi muka banjir = 29,8 + d0
= 37,223
elevasi energi kritis = 29,8 + Ec
= 37,453
elevasi di hilir bendung = 29,8 + E3
= 31,2388
elevasi dasar kolam olakan = 29,8 - (T-d3)
= 29,17
elevasi sungai maksimum = 29,8 + d3
= 31,1468

f. Tinggi Energi Di Hilir Bendung


elevasi masing-masing titik
elevas dasar sungai = 29,8
elevasi muka air normal = 29,8 + P
= 36,06
elevasi muka banjir = 29,8 + d0
= 37,223
elevasi energi kritis = 29,8 + Ec
= 37,453
elevasi di hilir bendung = 29,8 + E3
= 31,2388
elevasi dasar kolam olakan = 29,8 - (T-d3)
= 29,17
elevasi sungai maksimum = 29,8 + d3
= 31,1468

-Pada perhitungan sebelumnya telah didapat :


V3 = 2,606 m/det
D3 = 1,3468m

2
V3
h V3 =
2g

h V3 = 0,092m

E3 = d3 + hV2
E3 = 1,4388m

Keterangan :

V3 = kecepatan aliran di hilir bendung (m/det)

d3 = tinggi air di hilir bendung (m)

hV3 = tinggi kecepatan di hilir bendung (m)

E3 = tinggi energi di hilir bendung (m)

3.3 Bagian muka bendung (upstream face) :

P = 6,26
He = 1,29
Hv0 = 0,01
P/He = 4,853
Hd = He-Hv0
Hd = 1,28

pada bagian up stream di peroleh nilai sebagai


berikut
X0= 0,175 Hd = 0,224
X1= 0,282 Hd = 0,361
R0= 0,5 Hd = 0,64
R1= 0,2 Hd = 0,256

3.4 Bagian belakang Bendung (down stream)

Perencanaan permukaan mercu Ogee di bagian hilir, digunakan persamaan:

X n =K . H (n−1 ) . Y

Bagian up stream : vertikal, dari tabel 2.6 diperoleh : k = 2

n = 1,85

Penampang melintang bagian belakang (down stream)

Persamaan :

k =2 n = 1,85
Xn= K.Hd (n-1).Y

X 1,85 = 2 . 1,281,85 . Y

X 1,85 = 2,467

Y = 0,405 . X 1,85

Menentukan koordinat titik singgung antara garis lengkung dengan garis lurus
sebagian hilir spillway

- kemiringan bendung bagian down stream (kemiringan garis lurus)


dy
=
dx 1 ( 1 : 1)

- Turunan pertama persamaan tersebut :

dy/dx= 0,405 X 1,85

= 0,749 X 1,85

- Kemiringan garis lurus 1;1


1 = 0,749 X 1,85

X 1,85 = 1,335
Xc= 1,405
Yc= 0,76

Lengkung Mercu spillway Bagian Hilir

X Y elevasi
0 0 36,06
0,2 0,021 36,039
0,4 0,074 35,986
0,6 0,157 35,903
0,8 0,268 35,792
1 0,405 35,655
1,2 0,567 35,493
1,4 0,755 35,305
1,405 0,76 35,3

Bagian Hilir Spillway dengan kemiringan 1: 1

o
tan θ=1 ; θ = 45
x y elevasi
0 0 0
0,2 0,2 -0,2
0,4 0,4 -0,4
0,6 0,6 -0,6
0,8 0,8 -0,8
1 1 -1
1,2 1,2 -1,2
1,4 1,4 -1,4
1,6 1,6 -1,6
1,8 1,8 -1,8
2 2 -2
2,2 2,2 -2,2
2,4 2,4 -2,4
2,6 2,6 -2,6
2,8 2,8 -2,8
3 3 -3
3,2 3,2 -3,2
3,4 3,4 -3,4
3,6 3,6 -3,6
3,8 3,8 -3,8
4 4 -4
4,2 4,2 -4,2
4,4 4,4 -4,4
4,6 4,6 -4,6
4,8 4,8 -4,8
5 5 -5
5,2 5,2 -5,2
5,4 5,4 -5,4
5,6 5,6 -5,6
5,8 5,8 -5,8
6 6 -6
6,2 6,2 -6,2
6,26 6,26 29,04

y
=tan θ =1⇒ y = x
ersamaan x
P

4. Ukuran Hidrolis Bendung


4.1 Perencanaan Lantai Depan ( Apron )
Untuk mencari panjang lantai muka, maka yang menentukan adalah ΔH terbesar. ΔH
terbesar ini biasanya terjadi pada saat air muka setinggi mercu bendung, sedangkan di
belakang bendung adalah kosong. Seberapa jauh lantai muka ini diperlukan, sangat
ditentukan oleh garis hidraulik gradien yang digambar kearah upstream dengan titik ujung
belakang bendung sebagai titik permulaan dengan tekanan sebesar nol. Miring garis
hidraulik gradien disesuaikan dengan kemiringan yang diijinkan untuk suatu tanah dasar
tertentu, yaitu dengan menggunakan Creep Ratio ( c)

Fungsi lantai muka adalah menjaga jangan sampai pada ujung belakang bendung
terjadi tekanan yang bisa membawa butir-butir tanah.

Perencanaan lantai depan apron

∆H= L/c
L= c.H
c= 5

∆H lk= 2.5/5. 0,5


∆H kj= 2.5/5. 0,5
∆H ji= 2/5. 0,4
∆H ih= 2/5. 0,4
∆H hg= 1/5. 0,2
∆H gf= 2.5/5. 0,5
∆H fe= 1.5/5. 0,3

∑∆H= 2,8
L= 14

faktor keamanan 20% dari 14 = 2,8


jadi total L = 16,8

4.2 Menentukan Panjang Creep Line


 Panjang horizontal (Lh) = 3 + 4 + 1 + 4 + 3 + 2,5 + 3 = 20,5
 Panjang vertikal (Lv) = 1,5 + 1 + 1 + 1 + 2 + 1,5 + 2,5 + 3 = 13,5
 Panjang total creep line (∑L) = 20,5 + 13,5 = 34

4.3 Pengujian Creep Line ada dua cara yaitu:


a. Teori Bligh

L = CC . H b

DI mana L = panjang creep line yang di ijinkan

CC = koefesien bligh (Cc di ambil 5)

HB = beda tinggi muka air

HB = P + H - d3

= 3,26+1,5387-2,7083 = 2,0904 ~ 2,09

Sehingga L = Cc .hb

= 5 . 2,09 = 10,45

Syarat = L < £L

10,45 < 34 m ……(OK)

b. Teori Lane

teori line
L= Cw . Hb Cw= 3

Hb= P + H - d3
Hb= 6,2032

L= 18,61

Ld= Lv + 1/3 Lh
Ld= 20,333
syarat L < Ld
18,61 < 20,333 ok

5. Stabilitas Bendung

- Tekanan air normal


h= 6,26
b= 1
ꙋair = 1 Ka= 1

(-) pa1= 1/2.ꙋair.h2.Ka 1 y= 2,868

pa1= 0,5 . 1 . 39,188 . 1 x= 8

pa1= 19,594

(-) pa2 = b.h.ꙋair

pa2 = 1 . 6,26 . 1
pa2 = 6,26

Tabel 2.11 Perhitungan Tekanan Air Normal

gaya (t) lengan (m) momen ™


bagian v h x y mr m0
pa1   19,594   2,868   56,19559
pa2 6,26   8   50,08  
jumlah 6,26 19,594     50,08 56,19559

- Tekanan air banjir :

ꙋair= 1
h1= 6,26 x1= y1= 3,292 b2= 1,26
h2= 6,26 x2= y2= 2,868 b3= 1
h3= 7,423 x3= 8 y3= b4= 1,36
h4= 1,26 x4= 7,819 y4=
h5= 2,538 x5= 0,786 y5=
h6= 2,538 x6= y6= 0,786

pa1= 1/2.ꙋair.h2
pa1= 19,594

pa2= b.h.ꙋair
pa2= 1,26 . 6,26 . 1
pa2= 7,888

pa3= b.h.ꙋair
pa3= 1 . 7,423 . 1
pa3= 7,423

pa4= b.h.ꙋair
pa4= 1,36 . 1,26 . 1
pa4= 1,7136

pa5= 1/2.ꙋair.h2
pa5= 0,5 . 1 2,538 . 2
pa5= 3,221

pa6= 1/2.ꙋair.h2
pa6= -0,5 . 1 2,538 . 2
pa6= -3,221

Tabel 2.12 Perhitungan Tekanan Air Banjir

gaya (t) lengan (m) momen ™


bagian V H x y Mr Mo
Pf1   19,594   3,292   64,503
Pf2   7,888   2,868   22,623
Pf3 7,423   8   59,384  
Pf4 1,7136   7,819   13,399  
Pf5 3,221   0,786   2,532  
Pf6   -3,221   0,786   -2,532
jumlah 12,3576 24,261     75,315 84,594

beton bertulang= 2400 2,4


parabola= 2/3 . L . H. 0,667
segitiga siku= 0,5
Tabel 2.13 Perhitungan Tekanan Berat Sendiri Bendung

segme berat lengan lengan Mr Mo


beton
n L H 3/8 L 3/8 H (ton) x y w.x w.y
w1 0,36 0,405 0,135 0,152 2,4 0,233 7,275 9,779 1,695 2,279
w2 0,995 0,405 0,373 0,152 2,4 0,645 6,767 9,779 4,365 6,307
w3 1,335 0,63     2,4 2,019 6,825 9,314 13,78 18,805
w4 0,411 0,359 0,154 0,135 2,4 0,236 5,991 9,407 1,414 2,22
w5 0,411 0,271     2,4 0,267 5,94 9,137 1,586 2,44
w6 0,245 0,271 0,092 0,102 2,4 0,106 5,642 9,103 0,598 0,965
262,11 192,06
w7 2 8,001     2,4 38,405 6,825 5,001 4 3
w8 2,5 2,721 0,938 1,02 2,4 8,163 4,553 7,3 37,166 59,59
w9 2,5 3,279     2,4 19,674 4,245 4,39 83,516 86,369
w10 3 3,279 1,125 1,23 2,4 11,804 1,874 4,231 22,121 49,943
w11 3 3     2,4 21,6 1,5 1,5 32,4 32,4
w12 1 2,786     2,4 6,686 8 2,393 53,488 16
109,83 514,24 469,38
jumlah   8   3 1

(-) Gaya gempa horizontal


Gaya = kh.W
= 0,1 . 109,838
= 10,9838
Momen= kh.∑Wo
= 0,1 . 469,381
= 46,938
(-) Gaya gempa vertikal
Gaya = kh.W
= 0,05 . 109,838
= 5,4919
Momen = kh.∑Wo
= 0,05 . 514,243
= 25,712
Tabel 2.14 Akumulasi Beban-Beban Pada Bendung

gaya (t) momen ™


no keterangan V H Mr Mo
1 2 3 4 5 6
Tekanan
a Air Normal 6,26 19,594 50,08 56,19559
b Air Banjir 12,3576 24,261 75,315 84,594
c Berat Bendung 109,838 514,243 469,381
Gaya Gempa
Gempa
d Horizontal 10,9838 46,938 46,938
e Gempa Vertikal 5,4919 25,712 25,712

6. Perhitungan Pintu-Pintu Air


Perhitungan detail pintu ditentukan pada bangunan PUP1S6, dengan potongan skema
sebagai berikut:
-Pintu pengambilan

A = 5267 (luar daerah yg di aliri)


a = 1,2 (kebutuhan air)
c = 1,2 (koefisien lengkung)
maka Q = c.a.A
= 7584,48 . 7,584
- Ukuran pintu intake

Q = 7,584
m = 0,85
z = 0,2
b =2,6
Q = m.b.h.√2.g.z
7,584 = 0,85 . 2,6. h . 1,98
= 4,3758 h
h= 0,577 = 1

 Elevasi dasar bendung = 29,8


 Elevasi air normal = 36,06
 Elevasi muka iar banjir = 37,223 7,423
 Elevasi pengambilan = 31,8 5,423
 Tinggi ambang di bawah pintu = 2

- Perencanaan tebal pinti intake

Mutu kayu kelas II ợg = 100 kg/cm2 = 1000 t/cm2


E = 100000 kg/cm2
Ukuran papan = 0,2 m
- Pemasukan di bagi dua pintu masing-masing bt = 1,3

lebar pintu intake bt = 1,7


tinggi pintu intake = h+0.15 = 1,15
tinggi air waktu banjir = 37,223 - 31,8
h1 = 5,423
h2 = 5,223
- Tekanan air tiap meter

q = (5,423 + 5,223)/2 . 0,2 . 1


q =1,0646
- Momen lentur

m=1/8*q*bt2
m = 0,385
= M = M. x
w Iy
= M.
1/6 . h . t2
1000 = 0,385
0,04 t²
t² = 0,01
t = 0,1 (ambil tebal pintu = 0,15 m) 15cm

7. Perhitungan Dimensi Salah Satu Saluran


Dimensi saluran primer

Q = 7,584

b = 2,6

Kemiringan saluran = 1;1

Tabel 2.15 Perhitungan Dimensi Saluran

Perkiraan Tinggi Air h


Bagian
1 1,6 1,7
A= b.h + h2 3,6 6,72 7,31
V
1 1 1

Q= A . V 3,6 6,72 7,31


- Bangunan pembilas
 Pintu terbuka sebagian :

Vc = 3,697

C = 0,62

y = tinggi muka pintu

H = MAN = 6,26

Z= 1,814

1/2Y = 4,446

Y= 8,892

 Pintu di buka penuh :


պ = 0,75

∆H = H/3

13,66781 = 11,03625 H/3

H = 3,715

∆ = 1/3.H

∆H = 1,238

d = H-∆H

d = 2,477
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari seluruh hasil perhitungan diatas dapat dirangkumkan sebagai berikut :
d3 tinngi air di hilir bendung 1,3468 V1 kecepatan aliran pada punggung bendung 12,124
V3 kcepatan aliran sungai di hilir 2,606 d1 tinggi air terendah pada kolam olakan 0,231
Bef panjang efektif bendung 25,92 hv1 tinggi kecepatan pada kolam olakan 7,492
P tinggi mercu bendung 6,26 E1 tinggi energi pda kolam olakan 7,723
He tinggi air di puncak/mercu bendung 1,29 d2 tinggi air tertinggi pada kolam olakan 2,518
hv0 tinggi kecepatan di hulu sungai 0,03 v2 kecepatan aliran 1,114
d0 tinggi muka air di hulu bendung 7,423 hv2 tinggi kecepatan 0,063
H tinggi air maksimum di atas mercu 1,163 E2 tinggi energi 2,581
V0 kecepatan aliran di hulu bendung 0,378 T dalam penggerusan 1,977
dc tinggi air kritis di atas mercu 0,929 L panjang penggerusan 18,61
vc kecepatan air kritis 3,018 hv3 tinggi kecepatan di hilir bendung 0,092
hvc tinggi kecepatan kritis 0,464 E3 tinggi energi di hilir bendung 1,4388
Ec tinggi energi kritis 7,653 ∑L panjang total creep line 34

Anda mungkin juga menyukai