Anda di halaman 1dari 6

2.

4 Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Air Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak
sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Pengelolaan DAS sendiri menurut Surat
Keputusan Menteri Pertanian adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal
balik antara sumber daya alam dengan manusia dan segala aktivitasnya. Tujuan pengelolaan
DAS adalah untuk membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan
pemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Kita menyebutnya dengan
istilah optimalisasi 3K, yakninya kelestarian, keserasian, dan kemanfaatan.

Hal yang penting dalam pengelolaan DAS adalah kesejahteraan masyarakat, karena untuk
tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan, kegiatan pembangunan ekonomi dan
perlindungan lingkungan harus diselaraskan. Suatu DAS dapat dimanfaatkan bagi berbagai
kepentingan pembangunan, misalnya untuk areal pertanian, perkebunan, perikanan, permukiman,
pembangunan PLTA, pemanfaatan hasil hutan kayu dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut
akhirnya adalah untuk memenuhi kepentingan manusia, khususnya peningkatan kesejahteraan.
Namun demikian hal yang harus diperhatikan adalah berbagai kegiatan tersebut dapat
mengakibatkan dampak lingkungan yang jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
penurunan tingkat produksi, baik produksi pada masing-masing sektor maupun pada tingkat
DAS.
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai, Pengelolaan DAS merupakan upaya yang sangat penting sebagai akibat terjadinya
penurunan kualitas lingkungan DAS-DAS di Indonesia yang disebabkan oleh pengelolaan
sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan dan meningkatnya potensi ego sektoral dan ego
kewilayahan karena pemanfaatan dan penggunaan sumber daya alam pada DAS melibatkan
kepentingan berbagai sektor, wilayah administrasi dan disiplin ilmu. Oleh karena itu Pengelolaan
DAS diselenggarakan melalui perencanaan, pelaksanaan, peran serta dan pemberdayaan
masyarakat, pendanaan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan serta
mendayagunakan sistem informasi pengelolaan DAS.
Masalah yang sering terjadi dalam pengelolaan DAS ini sangat beragam, rumit, dan
berkaitan dengan berbagai sektor. Peranan stakeholder dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai
adalah menentukan kebijakan, penentuan sasaran dan tujuan kegiatan, rencana kegiatan,
implementasi program yang telah direncanakan serta evaluasi dan monitoring kegiatan. Peranan
stakeholder juga berkolaborasi dan bersinergi dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai untuk
mendapatkan korelasi yang baik. Contohnya BPDAS (Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai)
yang saat ini sangat bertanggung jawab terhadap pengelolaan DAS berada di bawah Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang notabene merupakan kementerian sektoral
yang berfokus di kawasan hutan sehingga kekuatan dari lembaga ini pun tidak cukup kuat.
Sektor-sektor tertentu pun bahkan sering terjadi tumpang tindih dalam pengelolaan DAS, sebut
saja sektor pertambangan dan kehutanan, dua sektor ini memiliki kepentingan tersendiri dalam
memanfaatkan DAS sehingga tujuan bersama akan sulit untuk dicapai. Karena itu upaya untuk
mengelola DAS secara baik dengan mensinergikan kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada di
dalam DAS sangat diperlukan bukan hanya untuk kepentingan menjaga kemapuan produksi atau
ekonomi semata, tetapi juga untuk menghindarkan dari bencana alam yang dapat merugikan
seperti banjir, longsor, kekeringan dan lain-lain.

Pengelolaan DAS (Daerah Air Sungai) harus melibatkan multi disiplin ilmu dan multi
stakesholders, seperti pertanian, kehutanan, industri, tambang, energi, wisata. Selain itu,
pengeloalan DAS juga harus dilaksanakan secara terencana dan terintegrasi. DAS saling
berkaitan pengelolaan hulu dan hilirnya, dan tidak bisa dilakukan hanya pada hulu atau hilir saja.
Permasalahan yang ada pada pengelolaan DAS adalah pengelolaan yang harus terintegrasi dari
hulu ke hilir. Jika pengelolaan dihulu tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan
bencana pada hilirnya, begitu juga sebaliknya.
Gambar 2.4 Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis Wilayah Sungai.
(Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ditjen Sumber Daya Air Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara 2)

2.4.1 Pengelolaan Sumber Daya Air Sungai Karang Mumus


“Dalam perencanaan dan pelaksanaan daerah aliran sungai di sungai karang mumus kota
samarinda mengacu pada PERDA RT RW yang telah ada yang kemudian kami uraikan
juga mengenai perencanaan tentang pelaksanaan perencanaan pengelolaan daerah aliran
sungai di sungai karang mumus kota samarinda” (Zairullah, 2016).
1. Perencanaan yang dilihat dari prosedur perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah
Kota Samarinda yang saat ini sedang berjalan dari, normalisasi Sungai Karang Mumus
dengan membuat sedotan/saluran diversi dilengakapi bangunan pelimpahan samping
dan pintu-pintu di bagian hilir serta penyaringan penangkapan sampah, perbaikan
dimensi penampang bangunan-bangunan pelengkap seperti: jembatan dan gorong-
gorong, pembuatan saluran drainase, pembuatan sumur resapan, pembuatan kolam
lumpur.
2. Pelaksanaan, yaitu mengenai pelaksanaan perencanaan yang akan dilakukan oleh
pemerintah Kota Samarinda dalam pengelolaan daeah aliran sungai di Sungai Karang
Mumus, pelaksanaan yang berjalan saat ini yang dilakukan oleh pemerintah Kota
Samarinda adalah dengan melakukan merelokasi warga di bantaran Sungai Karang
Mumus.
3. Monitoring dan evaluasi, dimana pemerintah Kota Samarinda akan melakukan tinjauan
ulang terhadap perencanaan pengelolaan yang sebelumnya sudah berjalan atau yang
masih berjalan pemerintah Kota Samarinda wajib melakukan tinjauan ulang terhadap
perencanaan yang telah dilaksanakan dan mengontrol proses berjalannya pelaksanaan
perencanaan tersebut yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Samarinda.

2.4.2 Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (PSDAT) adalah proses yang ditujukan untuk
meningkatkan pengembangan dan pengelolaan air, lahan dan sumber daya terkait secara
terkoordinasi demi tercapainya kesejahteraan ekonomi dan sosial yang maksimum dengan
cara yang adil dan secara mutlak mempertahankan keberlanjutan ekosistem yang vital atau
dengan sumber daya terkait lainnya antar sektor, antar wilayah secara berkelanjutan tanpa
harus mengorbankan lingkungan dan diselenggarakan dengan pendekatan partisipatif.
2.4.3 Pentingnya Pengelolaan DAS Terpadu
Pentingnya asas keterpaduan dalam pengelolaan DAS erat kaitannya dengan
pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan DAS, yaitu pendekatan ekosistem.
Ekosistem DAS merupakan sistem yang kompleks karena melibatkan berbagai komponen
biogeofisik dan sosial ekonomi dan budaya yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Kompleksitas ekosistem DAS mempersyaratkan suatu pendekatan pengelolaan yang
bersifat multi-sektor, lintas daerah, termasuk kelembagaan dengan kepentingan masing-
masing serta mempertimbangkan prinsip-prinsip saling ketergantungan. Hal-hal yang
penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan DAS:
a) Terdapat keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam.
b) Melibatkan berbagai disiplin ilmu dan mencakup berbagai kegiatan yang tidak selalu
saling mendukung.
c) Meliputi daerah hulu, tengah, dan hilir yang mempunyai keterkaitan biofisik dalam
bentuk daur hidrologi.
Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan
DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu
1. Pertama, DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi
tata air/ konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak
terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS,
kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Karena itu setiap terjadinya
kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan
fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya.

2. Kedua, DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat
diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian
muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan
danau.

3. Ketiga, DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui
kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait
untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

Oleh karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat
dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.

2.4.4 Konsepsi Pengelolaan DAS Terpadu


Pengelolaan DAS terpadu mengandung pengertian bahwa unsur-unsur atau aspek-aspek
yang menyangkut kinerja DAS dapat dikelola dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif
yang akan meningkatkan kinerja DAS dalam menghasilkan output, sementara itu karakteristik
yang saling bertentangan yang dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak
merugikan kinerja DAS secara keseluruhan.
Suatu DAS dapat dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan pembangunan misalnya untuk
areal pertanian, perkebunan, perikanan, permukiman, pembangunan PLTA, pemanfaatan hasil
hutan kayu dan lain-lain. Semua kegiatan tersebut akhirnya adalah untuk memenuhi kepentingan
manusia khususnya peningkatan kesejahteraan. Namun demikian hal yang harus diperhatikan
adalah berbagai kegiatan tersebut dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang jika tidak
ditangani dengan baik akan menyebabkan penurunan tingkat produksi, baik produksi pada
masing-masing sektor maupun pada tingkat DAS. Karena itu upaya untuk mengelola DAS secara
baik dengan mensinergikan kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada di dalam DAS sangat
diperlukan bukan hanya untuk kepentingan menjaga kemapuan produksi atau ekonomi semata,
tetapi juga untuk menghindarkan dari bencana alam yang dapat merugikan seperti banjir,
longsor, kekeringan dan lain-lain.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai

Sagita, Rani Helmi. 2019. Pentingnya Pengelolaan DAS. Diakses pada 03 Juni 2021 di
https://forestation.fkt.ugm.ac.id/2019/05/15/pentingnya-pengelolaan-das/

Sidharno, Willem. 2017. Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis Wilayah Sungai. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ditjen Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai
Nusa Tenggara 2. Diakses pada 03 Juni 2021 di https://www.slideshare.net/willem
sudarmadji/pengelolaan-sumber-daya-air-berbasis-wilayah-sungai?from_action=save

Zairullah. 2016. Implementasi Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan


Daerah Aliran Sungai Di Sungai Karang Mumus Kota Samarinda. eJournal Ilmu
Pemerintahan, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1387-1400

Anda mungkin juga menyukai