Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak
sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Pengelolaan DAS sendiri menurut Surat
Keputusan Menteri Pertanian adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal
balik antara sumber daya alam dengan manusia dan segala aktivitasnya. Tujuan pengelolaan
DAS adalah untuk membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan
pemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Kita menyebutnya dengan
istilah optimalisasi 3K, yakninya kelestarian, keserasian, dan kemanfaatan.
Hal yang penting dalam pengelolaan DAS adalah kesejahteraan masyarakat, karena untuk
tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan, kegiatan pembangunan ekonomi dan
perlindungan lingkungan harus diselaraskan. Suatu DAS dapat dimanfaatkan bagi berbagai
kepentingan pembangunan, misalnya untuk areal pertanian, perkebunan, perikanan, permukiman,
pembangunan PLTA, pemanfaatan hasil hutan kayu dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut
akhirnya adalah untuk memenuhi kepentingan manusia, khususnya peningkatan kesejahteraan.
Namun demikian hal yang harus diperhatikan adalah berbagai kegiatan tersebut dapat
mengakibatkan dampak lingkungan yang jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
penurunan tingkat produksi, baik produksi pada masing-masing sektor maupun pada tingkat
DAS.
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai, Pengelolaan DAS merupakan upaya yang sangat penting sebagai akibat terjadinya
penurunan kualitas lingkungan DAS-DAS di Indonesia yang disebabkan oleh pengelolaan
sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan dan meningkatnya potensi ego sektoral dan ego
kewilayahan karena pemanfaatan dan penggunaan sumber daya alam pada DAS melibatkan
kepentingan berbagai sektor, wilayah administrasi dan disiplin ilmu. Oleh karena itu Pengelolaan
DAS diselenggarakan melalui perencanaan, pelaksanaan, peran serta dan pemberdayaan
masyarakat, pendanaan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan serta
mendayagunakan sistem informasi pengelolaan DAS.
Masalah yang sering terjadi dalam pengelolaan DAS ini sangat beragam, rumit, dan
berkaitan dengan berbagai sektor. Peranan stakeholder dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai
adalah menentukan kebijakan, penentuan sasaran dan tujuan kegiatan, rencana kegiatan,
implementasi program yang telah direncanakan serta evaluasi dan monitoring kegiatan. Peranan
stakeholder juga berkolaborasi dan bersinergi dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai untuk
mendapatkan korelasi yang baik. Contohnya BPDAS (Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai)
yang saat ini sangat bertanggung jawab terhadap pengelolaan DAS berada di bawah Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang notabene merupakan kementerian sektoral
yang berfokus di kawasan hutan sehingga kekuatan dari lembaga ini pun tidak cukup kuat.
Sektor-sektor tertentu pun bahkan sering terjadi tumpang tindih dalam pengelolaan DAS, sebut
saja sektor pertambangan dan kehutanan, dua sektor ini memiliki kepentingan tersendiri dalam
memanfaatkan DAS sehingga tujuan bersama akan sulit untuk dicapai. Karena itu upaya untuk
mengelola DAS secara baik dengan mensinergikan kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada di
dalam DAS sangat diperlukan bukan hanya untuk kepentingan menjaga kemapuan produksi atau
ekonomi semata, tetapi juga untuk menghindarkan dari bencana alam yang dapat merugikan
seperti banjir, longsor, kekeringan dan lain-lain.
Pengelolaan DAS (Daerah Air Sungai) harus melibatkan multi disiplin ilmu dan multi
stakesholders, seperti pertanian, kehutanan, industri, tambang, energi, wisata. Selain itu,
pengeloalan DAS juga harus dilaksanakan secara terencana dan terintegrasi. DAS saling
berkaitan pengelolaan hulu dan hilirnya, dan tidak bisa dilakukan hanya pada hulu atau hilir saja.
Permasalahan yang ada pada pengelolaan DAS adalah pengelolaan yang harus terintegrasi dari
hulu ke hilir. Jika pengelolaan dihulu tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan
bencana pada hilirnya, begitu juga sebaliknya.
Gambar 2.4 Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis Wilayah Sungai.
(Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ditjen Sumber Daya Air Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara 2)
2. Kedua, DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat
diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian
muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan
danau.
3. Ketiga, DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui
kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait
untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Oleh karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat
dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai
Sagita, Rani Helmi. 2019. Pentingnya Pengelolaan DAS. Diakses pada 03 Juni 2021 di
https://forestation.fkt.ugm.ac.id/2019/05/15/pentingnya-pengelolaan-das/
Sidharno, Willem. 2017. Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis Wilayah Sungai. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ditjen Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai
Nusa Tenggara 2. Diakses pada 03 Juni 2021 di https://www.slideshare.net/willem
sudarmadji/pengelolaan-sumber-daya-air-berbasis-wilayah-sungai?from_action=save