Paper Pancasila Upload
Paper Pancasila Upload
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-
cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai filsafat
karena merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan
oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang
tepat. Jika ditilik dari soal tempat, Filsafat Pancasila merupakan bagian dari
Filsafat Timur dan juga bagian dari Filsafat Barat. Nilai Ketimuran yang
termuat dalam Pancasila seperti, soal pengakuan akan adanya Tuhan(yang
tercantum dalam sila pertama), kerakyatan(dalam sila keempat), keadilan
yang diidentikkan dengan paham mengenai “ratu adil”(yang termuat dalam
sila kelima), dan sebagainya. Sedangkan paham Barat yang termuat dalam
Pancasila seperti, kemanusiaan(tercantum dalam sila kedua), demokrasi(sama
seperti “mufakat” dalam usulan Soekarno sebagai sila ketiga), dan seterusnya.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia
mengandung makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan
dan kemasyarakatan harus didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan, karena itu semua
merupakan dasar dari negara Indonesia yang tercantum dalam lima sila
Pancasila. (Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.)
Pembahasan
Dalam sejarah penyusunan sila-sila yang termuat di Pancasila, para tokoh
yang tergabung dalam BPUPKI dan PPKI telah menyusun dan menetapkan
sila-sila Pancasila tersebut dengan mempertimbangkan apa yang cocok dan
apa yang menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia ini. Karena Pancasila
merupakan dasar dari negara Indonesia ini nantinya. Sidang-sidang telah
diadakan beberapa kali demi mendapat apa yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia yang cocok untuk dijadikan sebagai patokan dasar dalam
menjalankan pemerintahan Indonesia.
Ada beberapa tokoh yang telah menyampaikan pendapatnya tentang isi
dari Pancasila yang di tawarkan oleh Soekarno sebagai dasar negara atau
disebut Weltanschauung. Sebelum Soekarno menyampaikan pendapatnya
mengenai isi atau prinsip dari Pancasila, Soepomo terlebih dulu
menyampaikan teori-teori yang harus ada dalam suatu dasar negara. Ada tiga
teori yang disampaikan oleh Soepomo, yaitu :
1. Teori individualis
2. Teori golongan
3. Teori integralistik
Kemudian Soekarno menyampaikan pendapatnya pada tanggal 1 Juni 1945,
dan juga Muhammad yamin yang masih belum diketahui pasti kapan beliau
mengutarakan pendapatnya tentang dasar negara tersebut
Soekarno pun telah menjelaskan tentang lima prinsip yang dinamakan
Pancasila dan diusulkan menjadi Weltanschauung negara Indonesia Merdeka
yaitu :
1. Kebangsaan: yang dimaksud oleh soekarno adalah Nationale Staat dan
nasionalisme Indonesia. Yang berarti setiap warga negara Indonesia harus
merasa mempunyai satu bangsa dan satu tumpah darah yang sama, yakni
Indonesia.
2. Perikemanusiaan : hal ini penting agar bangsa Indonesia merasa menjadi
bagian dari seluruh umat manusia di dunia.
3. Permusyawaratan : yang dimaksud Soekarno adalah perjuangan ide dari
seluruh rakyat Indonesia lewat wakil-wakilnya demi demi mewujudkan
kesejahteraan umum.
4. Kesejahteraan sosial : yaitu kemakmuran yang harus bisa dinikmati oleh
segenap bangsa Indonesia, karena untuk kepentingan inilah suatu bangsa
terbentuk.
5. Ketuhanan: yang dimaksud Soekarno adalah Ketuhanan yang
berkebudayaan. Artinya bangsa Indonesia menghargai pengakuan setiap
manusia Indonesia akan peran Tuhan dalam pencapaian kemerdekaan ini.
Bangsa Indonesia mengakui keberadaan agama-agama, dan hendaknya
ada rasa saling menghargai di antara mereka, karena dengan demikianlah
bangsa Indonesia bisa disebut bangsa yang berbudaya. (Dewantara, A.
(2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.)
Dalam kasus ini memang benar adanya suatu tindakan yang patut
untuk diadilkan. Namun, perkara pencurian ini tidaklah pencurian yang
besar. Hanya buah pisang yang menjadi objek pencurian. Walau dalam
penjelasan sang pemilik kebun telah kehilangan pisang setiap hari dan
bukti kulit pisang juga ada di tempat kakek itu, tapi setidaknya janganlah
sampai pada pengadilan yang berujung penjara. Perkara seperti ini
sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik dengan jalan damai saja.
Karena usia kakek itu juga sudah sangat sepuh dan telah pada masa
tuanya. Dalam Pancasila juga tertuang sila kedua yaitu “Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab”. Seharusnya dengan memahami dari kedua sila
itu saja sudah bisa menunjukkan keadilan dan tidak terlalu keterlaluan
akan seorang kakek.
Dengan kasus kakek ini saja yang tidak besar bisa sampai ke
pengadilan yang berujung penjara. Apa kabar dengan para tikus berdasi?
Apakah koruptor-koruptor juga diperlakukan demikian?
Dengan adanya dua contoh kasus di atas, apakah keadilan sosial versi
Soekarno masih berlaku? TIDAK! Mengapa? Karena hukum sekarang tajam
ke bawah dan tumpul ke atas. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Uang dan
jabatan yang berbicara. Telah banyak penegak hukum yang terlibat suap
hanya karena uang. Orang besar, pejabat bisa membeli hukum dengan uang
yang dimilikinya, tapi untuk rakyat kecil? Uang dari mana mereka untuk
menyuap? Untuk makan saja susah apalagi untuk menyuap aparat penegak
hukum. Tidak terlintas dipikiran mereka mungkin malahan.
Jadi, bagi saya keadilan sosial yang dijelaskan oleh Soekarno dulu
sangatlah berbeda dengan keadilan sosial pada masa kini. Sekarang, keadilan
sosial malah tidak membuat masyarakat makmur dan sejahtera seluruhnya.
Mungkin hanya mensejahterakan masyarakat dengan ekonomi kalangan atas
saja. Sedangkan masyarakat dengan ekonomi kalangan bawah tidak terlalu
mendapat kesejahteraan. Juga dalam hal main hakim sendiri itu adalah sebuah
kasus yang sangat mengerikan. Karena orang yang sebenarnya tidak bersalah
pun bisa menjadi kehilangan nyawanya. Egois yang tinggi dan rasa sok pintar
yang dimiliki sebagian orang bisa membuat mara bahaya bagi orang lain, jika
diambil dalam contoh kasus pertama saya tadi. Tapi, dalam kasus-kasus yang
lain pun banyak dijumpai kerugian yang ditimbulkan akibat dari adanya main
hakim sendiri yang dilakukan oleh masyarakat tak berpengetahuan, menurut
saya.
Masalah keadilan yang kecil dan yang sering terjadi diantara kehidupan
sehari-hari saya saja juga banyak. Salah satunya adalah bersikap adil dalam
kehidupan pertemanan, seperti tidak membedakan teman karena setiap orang
memiliki hak untuk menjadi teman dan tidak dikucilkan, selain untuk sila
keadilan, ini juga bisa menjadi contoh untuk sila persatuan. Contoh lain lagi
yaitu menghormati hak-hak orang lain, karena setiap orang memiliki hak
untuk berpendapat dan mengemukakannya.
Kesimpulan
Dari uraian teori dan juga argumentasi beserta contoh yang telah saya
paparkan di atas, dapat saya simpulkan bahwa keadilan yang dibentuk,
direncanakan dan diinginkan oleh Soekarno dan juga tokoh-tokoh pejuang
kemerdekaan sangat beda jauh dengan kenyataan kejadian dan fenomena
pada masa kini. Keadilan hanya berdasarkan materi (harta / uang / jabatan /
kedudukan) yang terjadi sekarang ini. Siapa memiliki uang, siapa berani
membayar mahal, itulah yang akan menang.
Kita sebagai mahasiswa seharusnya bisa menjadi peka dan peduli terhadap
mirisnya keadilan yang terjadi sekarang ini. Dengan adanya materi
pembelajaran Pancasila, kita bisa memahami bagaimana seharusnya dan
bagaimana baiknya keadilan itu diterapkan dan dalam menangani setiap
kejadian yang terjadi. Bukan hanya tentang keadilan, namun untuk semua sila
yang ada dalam Pancasila patut dan memang sudah seharusnya kita amalkan
setiap hari dalam kehidupan nyata kita sebagai orang yang bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/05/08333431/pria-yang-
dibakar-hidup-hidup-di-Bekasi-benarkah-pencuri-
http://m.tribunnews.com/metropolitan/2017/08/03/dituduh-mencuri-padahal-
tidak-pria-mampir-salat-dibakar-hidup-hidup
https://m.kaskus.co.id/thread/5953850262088134088b456f/mencuri-pisang-
karena-kelaparan-kakek-75-tahun-di-tuntut-18-bulan-penjara/