Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MEGACOLON/HISPRUNG
A. Pengertian
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel
– sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak
adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit
Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm
dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan.
( Arief Mansjoeer, 2000).
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam
pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah
bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 :
317).
1. Anak – anak
a. Konstipasi
c. Distenssi abdomen
e. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 :
197 ).
E. Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. Konstipasi
d. Entrokolitis
e. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden,
2002 : 197 )
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan :
a. Daerah transisi
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada
penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase
( Darmawan K, 2004 : 17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus ( Betz, cecily &
Sowden, 2002 : 197 )
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi
pembusukan.
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan
motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama
antara lain :
H. Patofisiologi
A. Pengkajian Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan
kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan
lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan
pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan yang
melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada
anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering
ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir),
perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada survey umum
terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi dan takikardi dimana
menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi
dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan
didapatkan
Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan rectum dan
fese akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan berbau busuk.
Auskultasi : Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan
hilangnya bisng usus.
Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
Palpasi: Teraba dilatasi kolon abdominal.
1. Sistem kardiovaskuler :Takikardia.
2. Sistem pernapasan :Sesak napas, distres pernapasan.
3. Sistem pencernaan :Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah
berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus
jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya
udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
4. Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
5. Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman : nyeri
6. Sistem endokrin :Tidak ada kelainan.
7. Sistem integument : Akral hangat, hipertermi
Konstipasi D.0049
Definisi
Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses dan tidak tuntas serta feses kering dan
banyak
Penyebab
Fisiologis
1. Penurunan motilias gastrointestinal
2. Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3. Ketidakcukupan diet
4. Ketidakcakupan asupan serat
5. Ketidakcukupan asupan caira
6. Aganglionik
7. Kelemahan otot abdomen
Psikologis
1. Konfusi
2. Depresi
3. Gangguan emosional
Situasional
1. Perubahan kebiasan makan
2. Ketidakadekuatan toileting
3. Aktifitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4. Penyalahgunaan laktasif
5. Efek agen farmakologis
6. Ketidakteraturan kebiasan defekasi
7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8. Perubahan lingkungan
Definisi
Mengidentifikasi dan megelola gangguan pola eliminasi fekal
Tindakan
Observasi
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal
- Monitor buang air besar
- Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi
Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
- Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
- Jelaskan jenis makana yang membantu meingkatkan keteraturan peristaltik usus
- Anjurkan mencatat warna, frekuensi konsistensi dan volume
- Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas
- Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat supositoria anal
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pencegahan dan mengatasi sembelit
Tindakan
Observasi
- Periksa tanda dan gejala konstipasi
- Periksa pergerakan usus, karakterisrik feses
- Indentifikasi faktor resiko konstipasi
- Monitor tanda dan gejala ruptur usus
Terapeutik
- Anjurkan diet tinggu serat
- Lakukan masase abdomen
- Lakukan evaluasi feses secara manual
- Berikan emema dan irigasi
Edukasi
- Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- Anjurkan peningkatan asupan cairan
- Latih buang air besar secara teratur
- Ajarkan cara mengatasi kosntipasi
Kolaborasi
- Konsultasi dengn tim medis tentang penurunan frekuensi suara usus
- Kolaborasi penggunaan obat pencahar
Eliminasi fekal L.04033`
Definisi
Proses defekasi normal yang disertai dengan pengeluaran feses mudah dan konsistensi
frekuensi serta bentuk feses normal
Ekspetasi membaik
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun sedang meningkat
menurun meningkat
Kontrol pengeluaran
1 2 3 4 5
fese
Cukup Cukup
Meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Keluhan defekasi lama
1 2 3 4 5
dan sulit
Mengejan saat defekasi 1 2 3 4 5
Diistensi abdomen 1 2 3 4 5
Terasa massa pada
1 2 3 4 5
rektal
Urgency 1 2 3 4 5
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Kram abdomen 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk sedang membaik
memburuk membaik
Konsistensi feses 1 2 3 4 5
Frekuensi defekasi 1 2 3 4 5
Peristaltik usus
Status Nutrisi........................................................................................L.03030
Definisi : Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Ekspetasi Membaik
Kriteria Hasil
- Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis. Disorientasi, otot berkedut, sakit
kepala, membrane mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi, penurunan
kesadaran)
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan.
Manajemen Cairan (1.03098)
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi
akibat ketidakseimbangan cairan
Tindakan
Observasi
- Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembaban mukosa, tugor kulit, tekanan darah)
- Identifikasi tanda hipervolemia (mis. Dispnea, edema perifer, edema anaserka, JVP
meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, berat badan menurun
dalam waktu singkat).
Behrman, dkk.1996. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta: EGC. Budi. 2010.
Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung. Disitasi dari
http://www.mediakeperawatan.com/?id=budixtbn. pada tanggal 26 Oktober 2010.
Yuda. 2010. Penyakit Megacolon. Disitasi dari
http://dokteryudabedah.com/wp- content/uploads2010/01/mega-colon pada tanggal
26 Oktober 2010.
Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PRODI PENDIDIKANPROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
1. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : By. A No. Reg : 1175670
Nama Panggilan : By. A
Umur : 4 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat :─
Diagnosa Medis : Obstruksi Usus Letak Rendah + Hisprung Disease
Tanggal MRS : 9 Mei 2019
Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2019
Golongan Darah :─
B. Natal :
Cara Persalinan : Normal/Spontan, Tempat : Polindes, Penolong : Bidan, Usia
gestasi 37-38 minggu, Kondisi Ketuban :Warna Jernih, Letak : Bujur dan BB/PB/LK/LD :
3600 gram/55cm/39cm/32cm.
C. Post Natal :
Pernafasan : Bayi langsung menangis spontan tanpa alat bantu, Skor A PGAR : 1 m
enit = 7, 5 menit = 9, Down skore :Trauma L ahir : T idak a da dan Keterangan lain : Anus +,
BAB -, muntah meconium 1x
E. Alergi
Ibu klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
F. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat kecelakaan pada masa lalu
G. Imunisasi
Ibu klien mengatakan saat masih bayi pernah di imunisasi Hb0
5. DATA PSIKOSOSIAL
A. Yang Mengasuh Anak :
Yang mengasuh anak, kedua orang tuanya dan keluarga
B. Pola tidur
Tidak terkaji
Kebiasaan-kebiasaan sebelum tidur (Apakah perlu mainan, perlu dibacakan cerita
sebelum dibawakan tidur?)
Tidak Terkaji
Mandi
Pasien masih bayi usia 4 hari + seka waslap
Aktifitas bermain
Ibu pasien mengatakan belum bisa aktivitas bermain pasien masih bayi usia 4 hari
Eliminasi
Bayi tidak dapat buang air besar sejak lahir, kentut hanya sekali, dan perut membesar.
9. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
- Postur : Normal
- Kesadaran : Compos mentis
B. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1) Kepala
- Kebersihan : Cukup
- Bentuk Kepala : Normal, simetris, wajah grimace
- Keadaan rambut : hitam lebat
- Sutura Sagitalis : Tepat
- Distribusi rambut : Merata
- Caput : Ada
2) Mata
- Kebersihan : Bersih
- Pandangan : Baik, belum terfokus
- Sklera : Tidak Icterus
- Konjungtiva : Anemis
- Pupil : Normal, Reflek cahaya baik, bereaksi bila ada cahaya.
- Gerakan bola mata : Normal, memutar dengan baik
- Sekret : T idak ada
3) Hidung
- Pernapasan cuping hidung : ada
- Struktur : N ormal
- Kelainan l ain : T idak ada
- Sekresi : T idak ada
4) Telinga
- Kebersihan : Bersih
- Sekresi : T idak a da
- Struktur : Normal, simetris, sejajar dengan garis mata
5) Mulut dan Tenggorokan
- Kandidiasis : T idak a da
- Stomatitis : Tidak ada
- Mukosa B ibir : K erring
- Kelainan Bibir dan Rongga Mulut : Tidak ada, sianosis
- Problem menelan : Tidak ada
6) Leher
- Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran
- Arteri Karotis : Teraba berdenyut teratur dan kuat
- Trachea : Berada digaris tengah
C. Pemeriksaan Dada / Thorak
- Bentuk d ada : Simetris, barrel c hest
- Pergerakan dinding dada : Simetris, tidak ada retraksi
- Tarikan dinding dada (retraksi) : Normal, tidak terdapat retraksi
- Suara pernafasan : Sonor, tidak ada wheezing dan ronchi
- Abnormalitas suara nafas : Tidak ada
- Inspeksi : i ctus c ordis t idak t ampak
- Perkusi : pe kak
- Palpasi : ict cordis palpable midclavicula line sinistra
- Auskultasi : Suara jantung I, suara jantung II ; tunggal, kuat, regular, gallop ,murmur
- Kelainan jantung bawaan : Tidak ada
D. Pemeriksaan Abdomen
- Kebersihan : Bersih
- Keadaan kelamin luar : Normal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan abnormal
- Anus : Normal,
- Kelainan : Tidak ada
Tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan pada punggung
G. Pemeriksaan Neurologi
H. Pemeriksaan Integumen
Risiko ketidakseimbangan
elektrolit berhubungan dengan
muntah ditandai dengan Bayi
muntah saat diberi ASI/SF dan
perut membesar, Hari ke 1
lahir: ASI ± 5 ml/ 2 jam, Hari
ke 2 ASI ± 5 ml/ 2 jam, Hari ke
3 ASI+ SF 7 ml/2 jam dan
IVFD CN 10% + CaGluc 10%
3cc + KCl 7,4% 3cc.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
2. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SIKI :
l. Dipertahankan/ditingkatkan pada
m. Dipertahankan/ditingkatkan pada
n. Dipertahankan/ditingkatkan pada
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada
13.15
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor kehilangan
cairan, jika perlu
- Dokumentasikan
pemantauan
CATATAN PERKEMBANGAN
O:
P : Intervensi dilanjutkan.
O:
- Muntah
- Asupan cairan
- Turgor kulit
- Dokumentasikan pemantauan
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
4. 2 16.30
S : Bayi saat diberikan ASI /atau SF sudah tidak
mual dan muntah , tidak rewel.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
GAMBARAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL PADA PASIEN ANAK
DENGANHIRSCHPRUNG DISEASE DI RUANG
CENDANA 4 IRNA I RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA
Intervensi.
.