Penggunaan motor DC pada industri banyak kita dapat dibagi menjadi ke dalam dua proses, yaitu
temui. Hal ini dikarenakan pengaturan kecepatannya pembawaan trajektori status menuju ke keadaan yang
yang cukup mudah dan murah. Banyak metode diinginkan dan menjaga agar trajektori status itu tetap
pengaturan kecepatan telah digunakan mulai dari berada disana untuk sisa waktu berikutnya. Pada SMC
pengontrolan menggunakan kontroler PID sampai dikenal istilah permukaan luncur yaitu suatu batasan
dengan penggunaan kontroler SMC. yang dibuat oleh perancang dimana nantinya trajektori
SMC merupakan kendali umpan balik pensaklaran status tersebut akan dipaksa untuk menuju ke permukaan
frekuensi tinggi yang memiliki sifat kokoh. Kendali luncur dan meluncur (sliding) menuju ke kondisi yang
SMC dipilih karena kekokohan yang dimiliki sistem diinginkan. Pada saat status dari sistem sudah berada di
kendali ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan permukaan luncur maka sistem menjadi kebal dari
perubahan parameter dari motor DC akibat gangguan dari luar maupun perubahan parameter yang
pembebanan. Perubahan parameter dapat terjadi pada sistem. Sehingga diharapkan trajektori status
mengakibatkan perubahan respon yang cukup dari sistem dapat dengan cepat menuju permukaan luncur
signifikan. Namun kekurangan yang dimiliki oleh agar sistem menjadi tidak peka akan perubahan
kendali SMC adalah timbulnya fenomena chattering parameter maupun gangguan dari luar. Waktu yang
yang berpengaruh terhadap stabilitas sistem kendali. dibutuhkan trajektori status sistem menuju ke permukaan
Untuk itu dilakukan penambahan fungsi luncur disebut dengan hitting time. Proses selanjutnya
successive pada metode SMC konvensional yang yaitu pemeliharaan trajektori status sistem disekitar
bertujuan untuk meredam fenomena chattering. Dari permukaan luncur mengakibatkan timbulnya fenomena
hasil simulasi dapat dilihat bahwa successive SMC chattering yaitu gerak osilasi trajektori status disekitar
memiliki respon keluaran yang lebih baik dalam permukaan luncur. Fenomena chattering dapat
meredam chattering dibandingkan dengan metode mempengaruhi stabilitas dari sistem kendali.
SMC konvensional. Sifat kokoh dari kontroler SMC Banyak penelitian telah dilakukan untuk
juga dimiliki kontroler SSMC yang dapat meminimasi hitting time dan chattering. Seperti
mempertahankan performansinya bahkan pada saat penggunaan penguatan umpan balik yang tinggi untuk
motor diberikan beban sehingga terjadi penurunan mempercepat trajektori status menuju permukaan luncur.
kecepatan sebesar 20%. Namun hal ini justru membuat terjadinya peningkatan
pada fenomena chattering. Dari penelitian tersebut dapat
Kata kunci : Pengaturan Kecepatan, Motor DC Shunt, disimpulkan bahwa diperlukan penguatan yang tinggi
Successive Sliding Mode Control untuk membawa trajektori status agar cepat menuju ke
permukaan luncur dan sebaliknya dibutuhkan penguatan
yang kecil untuk meredam fenomena chattering.
I. PENDAHULUAN Berdasarkan hal tersebut dilakukan penambahan
fungsi successive pada kendali SMC konvensional yang
Motor DC banyak digunakan di industri karena bertujuan untuk meminimasi hitting time dengan
kemudahan dalam penggunaan dan pengaturan memberikan penguatan yang tinggi dan setelah trajektori
kecepatannya. Oleh karena itu banyak dilakukan status mencapai permukaan luncur perlahan-lahan
penelitian akan pengaturan kecepatan pada motor DC. penguatan penyaklaran dikurangi untuk meredam
Salah satunya pengaturan kecepatan menggunakan fenomena chattering. Dasar dari fungsi successive yang
kontroler SMC. SMC adalah kendali umpan balik akan dirancang adalah dengan memanfaatkan gerakan
pensaklaran frekuensi tinggi yang dapat digunakan untuk bolak-balik trajektori status di sekitar permukaan luncur.
mengendalikan sistem linear maupun nonlinear. Dengan Setiap kali trajektori status memotong permukaan luncur
adanya kemajuan teknologi semikonduktor yang maka pada saat itu pula dilakukan pengurangan besar
memungkinkan penggunaan penyaklaran PWM dengan penguatan.
kecepatan tinggi maka pengaplikasian SMC mulai Ada beberapa hal yang akan dipaparkan pada
banyak dilakukan. makalah ini, yaitu : Pada bagian I akan dibahas mengenai
Kendali yang dilakukan pada SMC bertujuan untuk latar belakang dan perkembangan penelitian mengenai
membatasi gerak trajektori status agar tetap berada di SMC. Perumusan masalah yang ada pada SMC
kondisi yang diinginkan oleh perancangnya. Sehingga mengenai hitting time dan chattering akan dibahas pada
secara garis besar kendali yang dilakukan pada SMC bagian II. Untuk Selanjutnya, bagian III akan membahas
1
perancangan sistem dari pengaturan kecepatan motor DC Untuk pengaturan kecepatan motor DC, tegangan
shunt serta kontroler successive SMC yang digunakan. terminal motor VT adalah variabel yang diatur untuk
Bagian IV Menampilkan hasil simulasi dari kontroler mendapatkan kecepatan motor yang dikehendaki.
yang telah dirancang dan melakukan analisa dari proses Blok diagram dari dari pengaturan kecepatan pada
tersebut. Bagian akhir terdapat pada bagian V yang akan motor DC shunt menggunakan successive SMC dapat
memberikan kesimpulan dari beberapa hal yang telah dilihat pada gambar 3.1. Pengaturan kecepatan pada
dilakukan dan saran untuk penelitian yang masih dapat motor ini dilakukan dengan memberikan masukan
dikembangkan. berupa tegangan terminal sebagai sinyal referensi. Untuk
dapat dibandingkan dengan sinyal referensi yang berupa
II. PERUMUSAN MASALAH tegangan maka keluaran dari motor DC yang berupa
kecepatan perlu dikonversi terlebih dahulu menggunakan
Pembebanan yang diberikan pada motor DC sensor kecepatan yaitu tachometer. Berdasarkan blok
menyebabkan perubahan parameter-parameter plant. diagram tersebut maka perancangan sistem pengaturan
Perubahan parameter ini dapat mengakibatkan perubahan kecepatan motor DC ini dapat dibagi-bagi ke dalam
respon secara signifikan. Untuk mengatasi permasalahan beberapa bagian, yaitu :
ini maka kontroler yang umum digunakan adalah 1) Perancangan motor DC shunt
kontroler yang memiliki sifat kokoh. i. Pemodelan motor DC shunt
Selain itu motor DC shunt merupakan sistem ii. Pengujian secara open loop
nonlinear sehingga tidak semua kontroler dapat 2) Perancangan sensor kecepatan
digunakan. Berdasarkan pengetahuan akan kedua hal 3) Perancangan kontroler :
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk i. Perancangan SMC
pengaturan kecepatan motor DC shunt ini diperlukan ii. Perancangan fungsi successive
metode kontrol nonlinear yang juga memiliki sifat kokoh
terhadap gangguan maupun perubahan parameter plant. 3.1. Perancangan Motor DC Shunt
x2 Pada bagian ini akan dilakukan pemodelan untuk
trajektori
mendapatkan model matematik dari motor DC shunt
yang diperlukan dalam simulasi serta melakukan
pengujian secara open loop terhadap model motor DC
shunt yang telah didapatkan.
x1
3500
Tujuan dari pengendalian motor DC ini adalah
3000 membuat keluaran mengikuti referensi yang diberikan
2500
dan perubahan kesalahan penjejakan terhadap waktu
kecepatan (rpm)
2000
sama dengan nol. Sehingga untuk permukaan luncur nya
1500
1000
dapat ditulis sebagai berikut :
x* e
σ ( x ) = sX * = [s1 s 2 ] = [s1 s 2 ] * = s1e + s 2 e (3-6)
500
*
1
0
0 2 4 6 8 10 12
x 2
* e
tegangan masukan (volt)
3
3.3.1.2 Perancangan Sinyal Kendali IV. SIMULASI DAN ANALISA
Secara umum kendali pada SMC dapat dipisah
menjadi dua bagian sinyal kendali yaitu ueq dan un. Berdasarkan metodologi dan proses penghitungan
dimana ueq merupakan sinyal kendali ekivalen yang yang telah dilakukan dan dibahas pada BAB III, maka
akan membawa trajektori status ke permukaan luncur, selanjutnya dilakukan simulasi dan analisa data. Hasil
sedangkan un merupakan sinyal kendali natural untuk simulasi pengaturan kecepatan menggunakan SMC dan
menjaga agar trajektori status tetap berada pada successive SMC ditunjukkan oleh Gambar 4.1.
permukaan luncur.
u eq = − ( sB ) −1 sAx (3-7) 600
kontroler SMC
u n = −k ( sB) −1 sign(σ )
500 kontroler SSMC
(3-8)
400
Sehingga persamaan sinyal kendali SMC dapat ditulis :
kecepatan (rpm)
u (t ) = −( sB) −1 sAx − k ( sB) −1 sign(σ ) (3-9) 300
dimana : 200
k = penguatan penyaklaran
0
A = matrik status 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
waktu (detik)
0.7 0.8 0.9 1
12
berguna untuk mengatasi masalah perubahan respon Gambar 4.2 Sinyal Kendali SMC
secara signifikan misalnya disebabkan oleh pembebanan.
14
Prinsipnya yaitu ketika perbedaan kesalahan penjejakan
lebih besar daripada batas yang telah ditentukan maka 12
k (n) = fp k (n − 1)
waktu (detik)
k (n) = k (0)
penguatan penyaklaran
-1000
-1500
dimana :
• u adalah sinyal keluaran dari fungsi sign (σ), -2000
•
waktu (detik)
fp adalah faktor pengali yang menentukan seberapa
Gambar 4.4 Nilai Penguatan Penyaklaran
besar perubahan nilai penguatan penyaklaran,
• b adalah batas perbedaan kesalahan penjejakan yang
Respon keluaran dari kedua kontroler yaitu SMC
mengakibatkan nilai penguatan penyaklaran dibawa
dan successive SMC hampir sama hanya saja pada SMC
kembali ke nilai awalnya.
masih terdapat chattering. Hal ini dapat dilihat lebih
jelasnya pada Gambar 4.2 bahwa sinyal kendalinya
selalu berosilasi.
4
Setelah itu dilakukan pengujian kepada kontroler 0
penguatan penyaklaran
-1500
Gambar 4.5.
-2000
-2500
4000 -3000
-3500
3500
k=1000 -4000
3000 k=5000
-4500
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2500
kecepatan (rpm)
waktu (detik)
kontroler SMC
IES’2001,ITS,Nopember 2001.
3000 kontroler SSMC
[4] [4] Pahrudin Hasibuan, Muhammad Ashari,
2500
Soebagio, “Kendali kecepatan motor DC dengan
kecepatan (rpm)
2000
Fuzzy Logic Controller dan Fuzzy Current Limiter”,
1500 Tugas Akhir, Juni 2007
1000 [5] Ogata, K., 1917. “Modern Control Engineering”
500 Prentice-Hall, Inc.
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
[6] DeCarlo, A., Raymond., Zak, H., Stanislaw.,
waktu (detik)
Matthews, P. Gregory., 1988. “Variable Structure
Gambar 4.7 Respon Keluaran Ketika Dilakukan Pembebanan Control of Nonlinear Multivariable Systems: A
tutorial” IEEE.
5
RIWAYAT PENULIS
Danu Bhrama Putra dilahirkan di
kota Surabaya pada tanggal 30
Oktober 1987, merupakan anak
keempat dari pasangan Herry
Singgih dan Lasmiati B.N.
Setelah lulus dari SMUN 5
Surabaya tahun 2006, penulis
melanjutkan studi di Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas
Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya. Selama berkuliah di ITS, penulis sempat
mempelajari ilmu elektronika sebelum akhirnya
memutuskan untuk mendalami ilmu kontrol. Pada bulan
Juni 2010, penulis mengikuti seminar dan ujian Tugas
Akhir di bidang studi Teknik Sistem Pengaturan, Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Elektro.