Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Photon Vol. 3 No.

1, Oktober 2012

PEMANFAATAN KULIT SINGKONG SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU


EDIBLE FILM

Sri Hilma Siregar, dan Widarti Irma

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau


Jalan K.H. Ahmad Dahlan No.88 Pekanbaru
Telp. (0761)35008, 20497 Fax.(0761)36912, email: srihilma_siregar@yahoo.com

ABSTRAK
Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas. Salah satu cara
untuk mencegah atau memperlambat fenomena tersebut adalah dengan pengemasan yang tepat. Bahan
pengemas dari plastik banyak digunakan dengan pertimbangan ekonomis dan memberikan perlindungan
yang baik dalam pengawetan. Penggunaan material sintetis tersebut berdampak pada pencemaran
lingkungan, sehingga dibutuhkan penelitian mengenai bahan pengemas yang dapat diuraikan. Alternatif
penggunaan kemasan yang dapat diuraikan adalah dengan menggunakan edible film. Edible Film
didefinisikan sebagai lapisan yang dapat dimakan yang ditempatkan di atas atau di antara komponen
makanan, dapat memberikan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak pada pencemaran
lingkungan karena menggunakan bahan yang dapat diperbaharui dan harganya murah. Polisakarida
seperti pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan edible film menggantikan polimer plastik
karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi gliserol, maka semakin meningkat pula
ketebalan dari edible film tersebut ( 0,097 ± 0,0029% ) pada pati kulit ubi kayu 5 gram dengan variasi
gliserol 0,8 ml/gram). Daya kuat tarik yang tertinggi diperoleh pada pati kulit ubi kayu dengan variasi
gliserol 0,6 ml/gram yaitu sebesar 2,0 GPa ± 0,4. Sedangkan persentase pemanjangan (elongasi) tertinggi
pada pati kulit ubi kayu 5 gram dengan variasi gliserol 0,8 ml/gram yaitu 11%±4%. Penambahan gliserol
tidak menunjukkan adanya penambahan gugus fungsi pada edible film, tetapi terjadi interaksi ikatan gaya
Van Der Walls dan ikatan hidrogen antar molekul penyusun edible film.

Kata kunci: Kulit singkong, edible film, membran

1. PENDAHULUAN Hui, 2006). Menurut Robertson (1993), dikutip


Bahan makanan pada umumnya sangat Maulana (2008) bahan pengemas yang dapat
sensitif dan mudah mengalami penurunan digunakan antara lain plastik, kertas, logam, dan
kualitas karena faktor lingkungan, kimia, kaca. Bahan pengemas dari plastik banyak
biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas digunakan dengan pertimbangan ekonomis dan
tersebut dapat dipercepat dengan adanya oksigen, memberikan perlindungan yang baik dalam
air, cahaya, dan temperatur. Salah satu cara untuk pengawetan. Sekitar 60% dari poliethilen dan
mencegah atau memperlambat fenomena tersebut 27% dari polyester diproduksi untuk membuat
adalah dengan pengemasan yang tepat bahan pengemas yang digunakan dalam produk
(Komolprasert, 2006 dalam Hui, 2006). makanan. Akan tetapi penggunaan material
Pengemasan makanan yaitu suatu proses sintetis tersebut berdampak pada pencemaran
pembungkusan makanan dengan bahan pengemas lingkungan (Alvin dan Gil, 1994 dikutip
yang sesuai. Pengemasan dapat dibuat dari satu Henrique, Teofilo, Sabino, Ferreira, Cereda,
atau lebih bahan yang memiliki kegunaan dan 2007). Oleh karena itu pada saat ini dibutuhkan
karakteristik yang sesuai untuk mempertahankan penelitian mengenai bahan pengemas yang dapat
dan melindungi makanan hingga ke tangan diuraikan (biodegradable) (Henrique et. al.,
konsumen, sehingga kualitas dan keamanannya 2007).
dapat dipertahankan (Komolprasert, 2006 dalam

FMIPA-UMRI 15
Vol. 3 No.1, Oktober 2012 Jurnal Photon

Menurut Hamrad (2007), dikutip Hanum Seiring dengan kesadaran manusia akan
(2011) Industri merupakan salah satu kegiatan masalah ini, maka dikembangkanlah jenis
ekonomi yang cukup strategis untuk kemasan dari bahan organik, dan berasal dari
meningkatkan pendapatan dan perekonomian bahan-bahan terbarukan (renewable) dan
masyarakat secara cepat yang ditandai dengan ekonomis. Salah satu jenis kemasan yang bersifat
meningkatnya penyerapan tenaga kerja, transfer ramah lingkungan adalah kemasan edible (edible
teknologi dan meningkatnya devisa negara. Akan packaging). Keuntungan dari edible packaging
tetapi, selain memberikan dampak yang positif adalah dapat melindungi produk pangan,
ternyata perkembangan di sektor industri juga penampakan asli produk dapat dipertahankan dan
memberikan dampak yang negatif berupa limbah dapat langsung dimakan serta aman bagi
industri yang bila tidak dikelola dengan baik dan lungkungan.
benar akan mengganggu keseimbangan Edible film adalah bahan pengemas organik
lingkungan, sehingga pembangunan yang yang dapat dimakan sekaligus dengan bahan
berwawasan lingkungan tidak dapat tercapai. pangan yang dikemasnya, biasa terbuat dari
Menurut Purba (1999) dikutip Hanum (2011) senyawa polisakarida dan turunan lemak. ahan
Salah satu industri yang menghasilkan air limbah yang digunakan antara lain polisakarida yang
adalah pabrik tepung tapioka yang jenis berasal dari rumput laut (agarose, karaginan, dan
limbahnya adalah limbah organik. Limbah alginat), polisakarida pati, amilosa film, gelatin,
tapioka jika tidak dikelola dengan baik sebelum gum arabik, dan turunan monogliserida. Contoh
dibuang ke badan air akan mengakibatkan pengemasan edible film adalah pada sosis,
gangguan kesehatan seperti timbulnya penyakit permen, kapsul minyak ikan, sari buah dan lain-
gatal-gatal, badan air menjadi keruh dan berbau, lain. Polisakarida seperti pati dapat digunakan
membunuh kehidupan biota-biota yang ada di air sebagai bahan baku pembuatan edible film. Pati
serta merusak keindahan karena bau busuk dan sering digunakan dalam industri pangan sebagai
pemandangan yang tidak sedap dipandang mata. biodegradable film untuk menggantikan polimer
Selain limbah cair, pabrik tepung tapioka plastik karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan
juga menghasilkan limbah padat. Limbah padat memberikan karakteristik fisik yang baik
berupa kulit singkong, ampas basah dan ampas (Bourtom, 2007). Ubi-ubian, serealia, dan biji
kering. Selama ini limbah kulit singkong belum polong-polongan merupakan sumber pati yang
dimanfaatkan secara maksimal di masyarakat. paling penting. Ubi-ubian yang sering dijadikan
Kulit singkong biasanya dijadikan sebagai sumber pati antara lain ubi jalar, kentang, dan
makanan ternak, bahan kompos untuk tanaman singkong (Liu, 2005 dalam Cui, 2005). Pati
dan selebihnya dibuang ke TPA karena singkong sering digunakan sebagai bahan
mengandung Cyanogenic glucosides yang dapat tambahan dalam industri makanan dan industri
meracuni hewan ternak. yang berbasis pati karena kandungan patinya
Singkong merupakan makanan yang sudah yang cukup tinggi (Niba, 2006 dalam Hui, 2006).
mendarah daging bagi banyak orang di Indonesia.
Hampir semua bagian dari pohon singkong bisa 2. METODE PENELITIAN
dimanfaatkan mulai dari ubi hingga daunnya. A. 1.Diagram Alir Penelitian
Sama halnya dengan Pabrik tapioka, Home Metode casting merupakan salah satu metode
industri yang bergerak di bidang pembuatan yang sering digunakan untuk membuat film. Pada
keripik singkong biasanya hanya diambil metode ini protein atau polisakarida didispersikan
dagingnya saja, sedangkan kulitnya dibuang pada campuran air dan plasticizer, yang
begitu saja, sehingga kulit singkong bertumpuk- kemudian diaduk. Setelah pengadukan dilakukan
tumpuk di TPA, hal ini akan menyebabkan bau pengaturan pH, lalu sesegera mungkin campuran
busuk yang sangat menusuk disekitar daerah tadi dipanaskan dalam beberapa waktu dan
TPA tersebut. dituangkan pada casting plate. Setelah
dituangkan kemudian dibiarkan mengering

16 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 3 No. 1, Oktober 2012

dengan sendirinya pada kondisi lingkungan dan fisikokimia yang diinginkan akan berbeda.
waktu tertentu. Film yang telah mengering Penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam
dilepaskan dari cetakan (casting plate) dan pembuatan edible film berbasis pati seringnya
kemudian dilakukan pengujian terhadap dilakukan penambahan hidrokoloid dan
karakteristik yang dihasilkan. (Lee dan Wan, plasticizer agar didapatkan karakteristik film
2006 dalam Hui, 2006). yang baik. Hidrokoloid berfungsi untuk
membentuk struktur film agar tidak mudah
B. Uji Parameter Fisik hancur. Plasticizer berfungsi untuk meningkatkan
 Ketebalan elastisitas dari film dengan mengurangi derajat
 Kuat Tarik ikatan hidrogen dan meningkatkan jarak antar
 Elongasi molekul dari polimer (Lee dan Wan, 2006 dalam
Hui 2006). Penggunaan plasticizer yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN terlampau banyak akan meningkatkan
Komposisi Sampel Pengujian permeabilitas terhadap uap air (Dohowe dan
Pati yang digunakan sebagai edible film dapat Fennema, 1994 dalam Krochta et. al., 1994; Lee
pati singkong murni atau pati yang telah dan Wan 2006 dalam Hui, 2006 ).
dimodifikasi. Dari setiap bahan tersebut akan Menurut Santoso dkk. (2004), Pembuatan
mengasilkan karakteristik film yang berbeda- larutan edible film komposit antara bahan bersifat
beda. Menurut Careda et. al. (2000), konsentrasi hidrofobik dengan hidrofilik, harus ditambahkan
3 % pati singkong tanpa modifikasi akan emulsifier agar larutan lebih stabil.
menghasilkan pori-pori yang kecil, yang Film dari pati dengan penambahan sorbitol
mungkin disebabkan gelembung-gelembung kecil sebagai plasticizer memiliki permebilitas yang
dari udara terlarut ketika pemanasan. Pori-pori rendah terhadap uap air dibandingkan dengan
yang kecil mengakibatkan edible film dari pati glikol, gliserol, polietilen glikol, maupun sukrosa
singkong memiliki laju transmisi rendah terhadap pada konsentrasi yang sama (McHugh et. al.,
uap air dan gas (Santoso dkk., 2004). Pada 1994 dikutip Bourtoom, 2007). Jenis dan
penelitian ini, kami menggunakan konsentrasi konsentrasi dari plasticizer akan berpengaruh
pati singkong tanpa modifikasi 3%. Pencampuran terhadap kelarutan dari film berbasis pati.
pati kulit singkong dengan penambahan variasi Semakin banyak penggunaan plasticizer maka
gliserol dilakukan dengan cara memanaskan akan meningkatkan kelarutan. Begitu pula
diatas hot plate dan dilakukan pengadukan dengan penggunaan plasticizer yang bersifat
manual dengan menggunakan batang pengaduk. hidrofilik juga akan meningkatkan kelarutannya
Hal inilah yang menyebabkan hasil dari larutan dalam air. Gliserol memberikan kelarutan yang
edible film kurang homogen, sehingga kualitas lebih tinggi dibandingkan sorbitol pada edible
edible film yang di dapatkan kurang baik. film berbasis pati (Bourtoom, 2007).
Komposisi Variasi Penambahan Plastisiser Pada penelitian ini dilakukan variasi
Gliserol konsentrasi dari penambahan gliserol. Pada Tabel
Menurut Flores et. al. (2006) dalam 5.1. dibawah ini tertera kode sampel penguji
Bourtoom (2007), tidak ada metode standar dimana setiap sampel divariasikan konsentrasi
dalam pembuatan edible film sehingga dapat dari gliserol ataupun dengan tanpa penambahan
dihasilkan film dengan fungsi dan karakteristik gliserol.

Tabel 1. Variasi Konsentrasi Plastisiser Gliserol Pada Edible Film Pati Kulit Singkong
Massa Sampel Konsentrasi Gliserol Pelarut Air
Kode Sampel
(gram) ( ml/gram) (ml)
A1G0 5 gram Tanpa gliserol 100
A2G1 5 gram 0,2 100
A3G2 5 gram 0,4 100
A4G3 5 gram 0,6 100

FMIPA-UMRI 17
Vol. 3 No.1, Oktober 2012 Jurnal Photon

Massa Sampel Konsentrasi Gliserol Pelarut Air


Kode Sampel
(gram) ( ml/gram) (ml)
A5G4 5 gram 0,8 100

Edible film yang dihasilkan dari pati kulit ubi Hasil Analisis Uji Ketebalan
kayu tanpa gliserol sudah transparan, tetapi masih Ketebalan merupakan parameter penting
dalam kondisi yang keras dan kaku hal ini yang berpengaruh terhadap pembentukan edible
disebabkan film belum mengandung gliserol film. Tebal pada film diukur pada lima tempat
sebagai pemlastis. Edible film dari pati kulit yang berbeda. Berdasarkan hasil pengukuran
singkong dengan variasi gliserol 0,2 ml dan 0,4 dengan menggunakan Microcal Meshmer
ml yang dihasilkan sudah cukup transparan dan diperoleh rata-rata ketebalan bekisar antara 0,018
lebih jernih dibandingkan dengan pati tanpa mm ± 0,0011% sampai dengan 0,097 mm ±
gliserol, Tetapi secara visual masih terdapat 0,0029%. Edible film yang tidak ditambahkan
gelembung-gelembung udara yang terjebak gliserol memiliki ketebalan rata-rata 0,061 mm ±
dalam film kemasan yang terbentuk dari 0,0004%. Sedangkan edible film yang
pati.gliserol. Edible film dari pati kulit singkong ditambahkan gliserol memiliki rata-rata ketebalan
dengan variasi gliserol 0,6 dan 0,8 gliserol yang terendah sebesar 0,067 mm ± 0,0029% pada
dihasilkan semakin bertambah konsentrasi komposisi 5gram pati kulit singkong dengan
gliserol yang diberikan dalam 5 gram pati kulit variasi gliserol 0,2 ml/gram dan yang tertinggi
singkong, maka memiliki hasil film yang kurang pada ketebalan rata-rata sebesar 0,097 mm ±
baik karena karakteristik yang dihasilkan oleh 0,0029% pada komposisi 5 gram pati kulit
film lebih getas dan mudah pecah yang terlihat singkong dengan variasi gliserol 0,8 ml/gram.
secara visual. Dari kelima perlakuan diatas, bila Hasil pengukuran edible film dapat dlihat pada
dilihat secara visual maka edible film dengan Tabel.2 dibawah ini.
komposisi 5 gram pati kulit singkong dengan
variasi gliserol 0,6 ml memiliki edible film yang
transparan, elastis, dan permukaannya yang licin.

Tabel.2 Hasil Pengujian Ketebalan Edible Film disertai Standar Deviasi ( mm ± %)


Kode I II III IV V Rata-rata Standar
Sampel Deviasi
A1G0 0,061 0,062 0,061 0,061 0,061 0,061 0,0004
A2G1 0,071 0,064 0,065 0,068 0,065 0,067 0,0029
A3G2 0,67 0,070 0,073 0,073 0,076 0,072 0,0034
A4G3 0,092 0,090 0,088 0,084 0,090 0.089 0,0030
A5G4 0,101 0,099 0.094 0.095 0,098 0,097 0,0029

Dari tabel diatas, kita dapat simpulkan bahwa cetakan. Ukuran cetakan sama yaitu 21 cm x 21
penambahan gliserol berpengaruh pada ketebalan cm dengan ketebalan 5 mm.
dari suatu edible film. Semakin banyak Hasil Analisa Kekuatan Tarik (Tensile
penambahan kosentrasi gliserol yang diberikan, Strength)
maka larutan semakin kental sehingga edible film Kekuatan tarik berperanan penting dalam
yang dihasilkan semakin tebal. Ketebalan juga sifat mekanik edible film. Kekuatan tarik adalah
meningkat jika komposisi pati ubi kayu yang tegangan regangan sampel sebelum putus. Sifat
dilarutkan semakin banyak karena total padatan mekanik dipengaruhi oleh besarnya jumlah
yang terlarut akan semakin besar yang kandungan komponen-komponen penyusun film
menyebabkan edible film yang dihasilkan pati, gliserol dan serbuk. Gliserol sebagai
semakin besar. Ketebaln film juga dipengaruhi plastisiser dapat memberikan sifat elastis pada
oleh volume larutan yang ditunagkan ke dalam film yang jumlah komposisinya bervariasi

18 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 3 No. 1, Oktober 2012

sehingga dapat memberikan efek yang berbeda. kembali untuk mendapatkan kekuatan tarik,
Film berbahan pati saja bersifat elastis serta kemuluran. Dari kelima perlakuan, hanya 3
memberikan kekuatan tarik yang rendah perlakuan saja yang memenuhui syarat untuk
dibandingkan film yang mengandung diuji kuat tarik, dan elastisitas. Ketiga perlakuan
gliserol. Pengaruh terhadap sifat mekanik yang dapat diuji hanya pada sampel dengan kode
disebabkan peningkatan affinitas dengan adanya A2G1, A4G3, dan A5G4. Tabel 5.3
penambahan gliserol. Menurut Weiping Ban menunjukkan bahwa pada edible film yang
(2005) dikutip Yusmarella (2009), Faktor ditambahkan gliserol, nilai kuat tarik menurun
penting yang mempengaruhi sifat mekanik pada seiring dengan peningkatan konsentrasi gliserol.
suatu film adalah affinitas antara tiap komponen Hal ini terjadi karena pada kadar 20 % campuran
penyusunya. Affinitas adalah suatu fenomena di berada pada titik jenuh yang menyebabkan
mana atom-atom molekul tertentu memiliki molekul-molekul pemlastis hanya terdispersi dan
kecenderungan untuk bersatu atau berikatan. berinteraksi diantara stuktur rantai pati yang
Dengan adanya peningkatan affinitas maka menyebabkan rantai-rantai pati lebihsulit
semakin banyak terjadi ikatan antar molekul. bergerak akibat halangan sterik. Sementara itu
Kekuatan suatu bahan dipengaruhi oleh ikatan yang menyebabkan kekuatan tarik meningkat
kimia penyusunnya. Ikatan kimia yang kuat dikarena adanya gaya intermolekuler antar rantai
bergantung pada jumlah ikatan molekul dan jenis pati tersebut.
ikatannya (Seperti ikatan kovalen, ion, hidrogen Apabila kadar gliserol ditingkatkan 60%-
dan Van der waals). Ikatan kimia yang kuat sulit 80% akan menyebabkan kekuatan tarik menurun.
untuk diputus karena diperluhkan energi yang Hal ini disebabkan karena titik jenuh telah
cukup besar untuk memutuskan ikatan tersebut. terlampaui, sehingga molekul pemlastis yang
Sifat mekanik yang diuji dalam penelitian ini berlebih berada pada fase tersendiri di luar fase
meliputi kekuatan tarik, kemuluran. Analisa pati dan akan menurunkan gaya intermolekuler
kekuatan tarik dan kemuluran campuran pati kulit antar rantai yang menyebabkan gerakan rantai
ubi kayu dengan variasi komposisi pemlastis lebih bebas dan akibatnya gaya intermolekuler
gliserol yang berbeda merupakan faktor penting antar rantai menurun. Berdasarkan penjelasan di
untuk menentukan sifat mekanik bahan yang atas dapat dikatakan bahwa campuran pati kulit
diinginkan. Hasil dari pengujian didapat load dan ubi kayu dengan gliserol mencapai kompatibilitas
stoke. Harga load dalam satuan Kgf dan stroke tertinggi pada kadar 20%.
dalam satuan mm. Hasil pengujian ini diolah
Tabel.3 Hasil Uji Kuat Tarik Edible Film Pati Kulit Ubi Kayu
Tensile Strength Standar Modulus Elastisitas Standar
Kode Sampel
(GPa) Deviasi (GPa) Deviasi
A2G1 1,8 0,3 68,3 17,0
A4G3 2,0 0,4 53,9 1,3
A5G4 1,3 0,4 40,4 1,2

Pemilihan edible film pati kulit ubi kayu Hasil Analisis Persentase Pemanjangan
yang memiliki kuat tarik tertentu tergantung dari (Elongasi)
penggunaannya. Edible film yang memiliki nilai Pengukuran nilai kuat tarik biasanya
kuat tarik yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai dilakukan berasamaan dengan pengukuran
kemasan untuk produk-produk yang perlu persentase pemanjangan (elongasi). Data analisis
perlindungan tinggi, seperti untuk kemasan tinta. Tabel 5.4 Hasil Analisis Persentase Pemanjangan
Sedangkan edible film dengan nilai iuat tarik (Elongasi) menunjukkan bahwa pemanjangan
yang rendah dapat dimanfaatkan untuk kemasan edible film makin meningkat dengan
seperti makanan ringan, permen, bumbu mie, dan meningkatnya penambahan konsentrasi gliserol.
produk pangan lainnya. Nilai pemanjangan film pada edible film
diperoleh nilai terendah 4% ± 2% pada sampel

FMIPA-UMRI 19
Vol. 3 No.1, Oktober 2012 Jurnal Photon

pati kulit ubi kayu 5 gram dengan penambahan sampel pati kulit ubi kayu 5 gram dengan
gliserol 0,2 ml/gram. Sedangkan nilai penambahan gliserol 0,8 ml/gram.
pemanjangan film yang tertinggi 11% ± 4% pada
Tabel.4 Hasil Analisa Persentase Pemanjangan (Elongasi)
Kemuluran (Elongasi)
Kode Sampel Standar Deviasi
(%)
A2G1 4 2
A4G3 10 4
A5G4 11 4

Peningkatan jumlah gliserol akan Komposisi pati kulit ubi kayu yang
menghasilkan edible film dengan persentase ditambahkan pada larutan juga
pemanjangan yang lebih tinggi dalam batasan mempengaruhi ketebalan suatu edible
edible film yang tidak sampai lembek. Hal ini film. Semakin meningkat komposisi pati
disebabkan karena adanya peningkatan jumlah kulit ubi kayu yang ditambah maka
gliserol maka akan menurunkan kekuatan gaya ketebalan edible film semakin meningkat
antar molekul sehingga mobolitas antar rantai juga.
molekul makin meningkat dan persentase
pemanjangan edible film pun semakin 5. DAFTAR PUSTAKA
meningkat. Persentase pemanjangan menentukan Bayu Tri Harsunu. 2008. Pengaruh Konsentrasi
keelastisan suatu film. Semakin tinggi persentase Plasticizer Gliserol dan Komposisi
suatu pemajangan maka film tersebut semakin Khitosan dalam Zat Pelarut Terhadap
elastis. Gliserol dalam fungsinya sebagai Sifat Fisik Edible Film dari Khitosan.
pelasticizer dapat menurunkan ikatan kohesi Skripsi, Fakultas Teknik, Departemen
ikatan mekanik antar polimer dan dapat merubah Metalurgi dan Material, UI, Jakarta.
sifat rigiditasnya sehingga edible film yang Careda, M. P., C. M. Henrique, M. A. de
terbentuk lebih elastis. Penambahan gliserol akan Oliveira, M. V. Ferraz, N. M. Vincentini.
mengurangi gaya intermolekuler sehingga 2000. Characterization of Edible Films of
mobilitas antar rantai molekul polimer Cassava Starch by Electron Microscopy.
meningkat. Braz. J. Food Technol 3: 91-95 (on line).
Cristsania. 2008. Pengaruh Pelapisan Dengan
4. KESIMPULAN Edible Coating Berbahan Baku Karagenan
1. Penambahan gliserol dalam film pati Terhadap Karakteristik Buah Stroberi
kulit ubi kayu dapat meningkatkan (Fragaria nilgerrensis) Selama
kelarutan pati dalam air dan juga dapat Penyimpanan Pada Suhu 5OC + 2 OC.
menambah kuat tarik film pati Skripsi. Teknologi Industri Pertanian,
dibandingkan tanpa gliserol, penambahan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
konsentrasi gliserol yang baik bila dilihat Deptan. 2005. Database Pemasaran Internasional
dari uji kuat tarik nya ialah pada pati Ubi Kayu. Departemen Pertanian. Jakarta.
kulit ubi 5 gram dengan variasi gliserol Emma Kemalasari. 2010. Karakteristik
0,6 ml/gram. Mikrobiologi dan Biodegradasi Edible
2. Hasil analisa persentase kemuluran Film berbasis Pati Ubi Kayu. Skripsi,
menunjukkan bahwa nilai yang tertinggi FMIPA, USU, Medan.
11% 4% pada edible film yang Farida Hanum, R. 2011. Efektifitas Karbon Aktif
Kulit Singkong Untuk Menurunkan Kadar
dihasilkan dari 5 gram pati kulit ubi kayu
Biological Oksigen Demand (BOD) dan
dengan variasi gliserol 0,8 ml/gram.
Total Suspended Solid (TSS) Air Limbah
3. Ketebalan suatu edible film bergantung
Pabrik Tepung Tapioka. Skripsi, Fakultas
pada banyaknya konsentrasi gliserol
Kesehatan Masyarakat, USU, Medan.
yang ditambahkan pada larutan.

20 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 3 No. 1, Oktober 2012

Gontard, N., Guilbert, S., dan Cuq, J. L. 1993. Method to Improve The Quality and
Water and Glyserol as Plasticizer Affect Extend The Shelf Life of Fresh-Cut
Mechanical and Water Barrier Properties Apples. J. Food Sci. Cambridge: Food
at an Edible Wheat Gluten Film. USA: J. Technology Publisher. Co. Inc.
Food Science. Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong
Harris, H. 2001. Kemungkinan Penggunaan (Manihot utilissima Pohl). Available at:
Edible Film Dari Pati Tapioka Untuk http://www.ristek.go.id (diakses tangga 6
Pengemas Lempuk. Jurnal Ilmu-Ilmu Februari 2009)
pertanian Indonesia 3 (2): 99-106. Santoso, B., D. Saputra, dan Pambayun, R. 2004.
Hayati, R., Wina Faradina, Irawan, Pengki, dan Kajian Teknologi Edible Coating dari Pati
Andhini. 2008. Pembuatan dan Analisis dan Aplikasinya Untuk Pengemas Primer
Nilai Kalor Briket Kulit Singkong. Lempok Durian. Jurnal Teknol dan
Skripsi, Fateta IPB. Bogor. Industri Pangan XV (3).
Hui, Y. H. 2006, Handbook of Food Science, Yusmarella. 2009. Studi Pemanfaatan Plastisiser
Technology, and, Engineering Volume I. Gliserol dalam Film Pati Ubi dengan
CRC Press, USA Pengisi Serbuk Batang Ubi Kayu. Tesis,
Maulana, K.W.2008. Pemanfaatan Pati Singkong Sekolah Pasca Sarjana, USU, Medan.
Sebagai Bahan Baku Edible Film. Yusi, S.,S., Diana Lo, Hanifah, D. 2009. Potensi
Laporan Penelitian Beswan Djarum. Kulit Singkong Dalam Produksi Biobriket
Teknologi Industri Pertanian,Universitas Sebagai Solusi Permasalahan Kelangkaan
Padjadjaran, Jatinangor Energi di Indonesia. Laporan Penelitian
McHugh, T. H. and Sanesi, E. 2000. A Novel PKM-GT, Institut Pertanian, Bogor

FMIPA-UMRI 21

Anda mungkin juga menyukai