Askep Intoleransi Aktivitas
Askep Intoleransi Aktivitas
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
2. Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi
subunit aktin dan melapisi sisi yang berkaitan dengan crossbridge miosin.
3. Molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan
posisi penghalang pada molekul tropomiosin.
b. Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan dua
pasang rantai ringan.
1. Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua kepala
protein globular atau crossbridge, menonjol di salah satu ujungnya.
2. Crossbridge menghubungkan filamen tebal ke filament tipis. Setiap
crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas
ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas ATP).
3. Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen tebal dengan
ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan kepala globularnya
menghadap ke ujungnya.
Kesimpulannya, kontraksi otot terjadi apabila aktin berikatan dengan kepala miosin.
Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau endosketeleton. Sistem rangka
yang tersusun dari beragam jenis tulang tidak dapat bergerak secara aktif. Akan
tetapi, aktivitas otot yang melekat pada tulang menyebabkan tulang tersebut ikut
bergerak. Oleh sebab itu, rangka (tulang) dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan
otot dikenal sebagai alat gerak aktif. Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot
mengalami pembesaran. tendon merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengaitkan
otot dengan periosteum ( membrane fibrosa yang menutupi tulang ). Tendon
menyebabkan tulang bergerak sewaktu otot-otot skelet berkontraksi. Ligamen
merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang mengikat antara satu
tulang dengan tulang lain, juga membantu tulang untuk bergerak. Tulang
diklasifikasikan menurut bentuk dan lokasinya.
Menurut bentuknya :
tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia)
tulang pendek (karpal dan tarsal)
tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengkorak)
tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan mandibula)
3
tulang sesamoid ( patella)
Menurut lokasinya :
tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, tulang rusuk, dan
sternum)
tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, radius, ulna, metacarpal,
tulang pelvis, femur, patella, fibula, dan metatarsal)
Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun pada substansi yang kuat dan
berfungsi untuk menyokong pada beberapa bagian tubuh, seperti saluran
pendengaran, dan bagian invertebrata. Persendian merupakan pertemuan antara dua
atau lebih dan setiap persendian mempunyai rentang gerak yang bervaskularisasi.
Bursa merupakan kantong cairan synovial yang terletak pada lokasi gesekan di
sekitar persendian antara tendon, ligament, dan tulang. Fungsinya untuk mengurangi
tekanan pada struktur yang saling bersinggungan.
4. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
1) Kelainan Postur
4
2) Gangguan Perkembangan Otot
3) Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4) Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5) Kekakuan Otot
5. Manifestasi Klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu tidak
mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki
hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan.
6. Faktor Predisposisi
Pengobatan
Terapi pembatasan gerak
Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
IMT diatas 75% sesuai dengan usia
Kerusakan sensori persepsi
Nyeri, tidak nyaman
Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
Depresi mood dan cemas
Keengganan untuk memulai gerak
Gaya hidup menetap, tidak fit
Malnutrisi umum dan spesifik
Kehilangan integrasi struktur tulang
Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur.
7. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
a. Kerusakan Otot
5
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi
kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot
dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang
merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
b. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada
kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa
penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka
diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
c. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak. Impuls
tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi,
jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dank
e organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan
gangguan mobilisasi.
6
9. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1. Penatalaksana Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan
pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan
pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu
pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentikan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik,
isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet.
2. Tatalaksana Khusus
a) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
b) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
c) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter
spesialis yang kompeten.
7
d) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasien–pasien yang
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk mobilitas
yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas permanen.
b. Penatalaksanaan lain
1. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-
posisi tersebut, yaitu :
a) Posisi semi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4. Latihan isotonik dan isometric
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot
dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif,
sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
5. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
8
Latihan-latihan itu, yaitu :
a) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
b) Fleksi dan ekstensi siku
c) Pronasi dan supinasi lengan bawah
d) Pronasi fleksi bahu
e) Abduksi dan adduksi
f) Rotasi bahu
g) Fleksi dan ekstensi jari-jari
h) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
i) Fleksi dan ekstensi lutut
j) Rotasi pangkal paha
k) Abduksi dan adduksi pangkal paha
6. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak
terjadinya imobilitas.
7. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara
berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.
9
miastenia, gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dan lain-lain),
riwayat penyakit system kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung
kongestif), riwayat penyakit system musculoskeletal (osteoporosis, fraktur,
artritis), riwayat penyakit system pernapasan (penyakit paru obstruksi
menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa,
hipnotik, depresan system saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau
spastis.
4. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal
Bahu 180
Adduksi : Gerakan lengan kelateral dari posisi
10
samping ke atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh.
Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke arah depan 30
dan ke arah atas menuju bahu.
11
saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan system
kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau
perubahan posisi.
7. Kekuatan Otot dan Gangguan Kordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
Persentase Kekuatan
Skala Karakteristik
Normal
0 0 Paralisis sempurna
8. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.
12
c. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
(SDKI)
Setelah dilakukan
Asuhan keperawatan
Tentukan Dengan
selama ...x 24 jam
penyebab mengetahui
Intoleransi diharapkan klien dapat
keletihan, nyeri, penyebab, dapat
aktivitas menoleransi aktivitas
aktifitas, ditentukan
yang biasa dilakukan,
perawatan , asuhan
yang dibuktikan oleh:
pengobatan keperawatan
- Toleransi yang sesuai.
aktivitas
- Ketahanan
Asupan nutrisi
Monitor asupan
- Penghematan penting untuk
nutrisi untuk
energi mempertahankan
memastikan ke
energy untuk
- Kebugaran fisik adekuatan
aktivitas
sumber energi.
- Energi
psikomotorik
Mengetahui
Evaluasi
apakah klien
motivasi dan
memang ingin
keinginan pasien
melakukan
untuk
aktivitas atau
meningkatkan
tidak
aktifitas
13
Dengan dijadwal
maka aktivitas
dan kebutuhan
istirahat.
Aktivitas fisik
yang teratur
dapat
Bantu dengan memberikan
aktifitas fisik kenyamanan
teratur : misal: bagi klien dan
ambulasi, menghindari
berubah posisi, kekakuan sendi
perawatan dan otot
personal sesuai
kebutuhan
Terapi medis
penting untuk
menunjang
proses
penyembuhan
Kolaborasi
dengan medis
untuk pemberian
terapi, sesuai
indikasi
d. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
14
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang
khidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada system musculoskeletal,
kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan
primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul
akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
- Hambatan terhadap latihan
- Pengembangan program latihan
- Keamanan
2. Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas
dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasian
intervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai factor yang
menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006)
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, meskipun evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral
pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk
menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan
apakah prilaku yang diobservasi telah sesuai. Diagnosa juga perlu di evaluasi
dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi dievaluasi adalah
untuk menentukan apakah tujuan tersebut dicapai secara efektif (Nursalam,2001).
Evaluasi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses)
Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kwalitas palayanan asuhan keperawatan . evaluasi
proses harus dilaksan akan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses
15
terdiri atasan alisis rencana asuhan keparawatan, pertemuan kelompok,
wawancara, observasi klien, dan menggunakan form evaluasi. Ditulis pada
catatan perawatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
16
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan:
Suku /Bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Alamat Terdekat :
Nomor Telepon :
Nomor Register :
Tanggal MRS :
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
2) Keluhan utama saat pengkajian
3) Riwayat Penyakit Sekarang
4) Riwayat penyakit sebelumnya
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Genogram
17
Keterangan :
c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
2) Makan dan minum
3) Eliminasi
4) Gerak dan aktivitas
5) Istirahat dan tidur
6) Kebersihan diri
7) Pengaturan suhu tubuh
8) Rasa nyaman
9) Rasa aman
10) Data sosial
11) Prestasi dan produktivitas
12) Rekreasi
13) Belajar
14) Ibadah
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
18
a) Kesadaran :
b) Bangun Tubuh :
c) Postur Tubuh :
d) Cara Berjalan :
e) Gerak Motorik :
f) Keadaan Kulit
Warna :
Turgor :
Kebersihan:
Luka :
Gambar :
Depan Belakang
Gejala Kardinal :
g) Ukuran lain :
2) Kepala
3) Mata
4) Hidung
5) Telinga
6) Mulut
7) Leher
8) Thorax
a) Inspeksi
- Bentuk : simetris
19
- Gerakan dada: bebas
- Payudara : simetris
□ Nyeri : tidak ada
□ Bengkak : tidak ada
□ Luka : tidak ada
b) Palpasi
- Pengembangan dada : simetris
- Vibrasi tactile premitus : simetris
- Nyeri tekan: tidak ada
c) Perkusi
- Suara paru : Sonor/resonan
d) Auskultasi
- Suara paru : vesikuler/normal
- Suara jantung: Regular
9) Abdomen
a) Inspeksi
- Pemeriksaan : ascites, tegang pada bagian perut kanan atas, peingkatan
lingkar abdomen
- Luka : tidak ada
b) Auskultasi
- Peristaltic usus 12 x/mnt
c) Palpasi : nyeri tekan pada bgaian perut kanan atas, pada bagian hati teraba
keras
d) Perkusi : bunyi dullness/pekak
10) Genetalia
Tidak terkaji
11) Anus
Tidak terkaji
12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
20
Pergerakan bebas tidak terganggu, tidak terjadi sianosis, tidak ada nyeri
tekan, terpasang infus pada tangan kiri. CRT <2 detik
Luka : tidak ada
b) Ektremitas Bawah
Pergerakan terbatas, tidak ada luka, CRT <2 detik dan tidak ada nyeri tekan
Luka : tidak ada
c) Kekuatan Otot
333 333
222 222
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
21
No Hari/Tanggal/ Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Jam Lab Pemeriksaan
2. Pemeriksaan Radiologi
Tidak ada
3. Pemeriksaan lain-lain
Tidak ada
4. Therapi
Terapi yang diberikan diruangan :
1) IVFD D5% 20 tpm ( infuse terpasang : metacarpal dextra)
2) Ranitidine 50 mg tiap 12 jam (intravena) : untuk mengurangi produksi
asam lambung
3) Furosemid 10 mg tiap 8 jam (intravena) : untuk mengurangi cairan
berlebihan dalam tubuh atau edema yang disebabkan oleh penyakit
hati.
4) Spironolactone (tablet,oral) dengan dosis 200mg : untuk mengobati
pembengkakan akibat penumpukan cairan di salah satu bagian tubuh.
5) Ketorolac amp 2x1 tiap 12 jam (intravena) : mengatasi nyeri sedang
hingga nyeri berat untuk sementarabekerja dengan memblok produksi
22
substansi alami tubuh yang menyebabkan inflamasi. Efek ini
membantu mengurangi bengkak, nyeri, atau demam.
6) Topazol 2x1 vial tiap 12 jam (intravena) : untuk perawatan Usus ulkus
kecil, Bisul perut, Cedera mukosa esofagus, Gastrin tumor yang
mensekresi dan kondisi lainnya.
7) VIP Albumin 3x ii tab : untuk meningkatkan kadar albumin dalam
tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh serta menaikkan kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah.
8) Sucralfat 3xc1 : obat untuk mengobati tukak pada usus halus.
Sucralfate akan membentuk lapisan pelindung pada tukak untuk
melindunginya dari infeksi lanjutan. Lapisan pelindung ini akan
membantu mempercepat proses penyembuhan tukak.
9) Antascid 3xc1 : obat maag yang digunakan untuk menetralkan asam
lambung atau mengikat cairan asam lambung
10) Cefoperazone 2x1 gr tiap 12 jam : untuk menangani infeksi karena
bakteri, bekerja dengan cara membunuh bakteri dan menekan laju
perkembangannya di dalam tubuh.
11) Laxadine 3xc1 : obat pencahar atau laksatif yang bekerja dengan cara
merangsang gerak peristaltik pada usus besar serta menghambat
penyerapan air berlebih dari feses dan melicinkan jalan keluar feses
23
2. DATA FOKUS
3. ANALISA DATA
24
Analisa Data Pasien Ny. S dengan intoleransi aktivitas
di Ruang arjuna RSU sanjiwani gianyar
Tanggal 16 Januari 2019
25
- Pasien - Pasien tampak Gangguan pola tidur
mengatakan gelisah
susah tidur - Pasien tampak
- Pasien lemas
mengatakan - Wajah pasien
sering terjaga tampak pucat
dari tiga hari - Konjungtiva
yang lalu pada anemis
malam hari
26
dengan BAB
berlendir
5. Analisa Masalah
P : intoleransi aktivitas
E : Nyeri
S : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan atas, pasien mengatakan mual ,
pasien mengatakan, kebutuhan ADL pasien dibantu keluarga.
Proses Terjadinya :
Gangguan intoleransi aktivitas terjadi akibat adanya nyeri pada bagian perut kanan
atas sehingga terjadinya keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri.
6. Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien : Ny. S No. RM : 638129
Umur : 58 th Ruang Rawat : Arjuna
27
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medis: Sirosis Hepatis
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Paraf/Nama
Ditemukan Teratasi
1 Intoleransi aktivitas 16 Januari Belum
berhubungan dengan kelemahan 2019 teratasi
umum ditandai dengan pasien
mengatakan lemas, nyeri pada
perut bagian kanan atas, pasien
mengatakan mual
28
B. PERENCANAAN
1. Prioritas Masalah Keperawatan (berdasarkan NANDA, NIC , NOC, SDKI)
a. Intoleransi Aktivitas
2. Rencana Keperawatan / Nursing Care Plan
29
- Immobilisasi pasien terganggu disertai peningkatan kembali yang sudah 3. Untuk menilai respon
- Kelemahan otot tekanan darah, nadi diajarkan tapi tubuh pasien
- Kebutuhan ADLs pasien dan RR dengan pengawasan 4. Untuk mengetahui
dibantu total oleh keluarga 2. Mampu melakukan perawat respon tubuh pasien
aktivitas sehari-hari 5. anjurkan klien 5. meningkatkan istirahat
(ADLs) secara mandiri istirahat bila terjadi untuk menurunkan
3. Tanda-tanda vital kelelahan dan kebutuhan oksigen
normal kelemahan, tubuh dan menurunkan
4. Energy psikomotor anjurkan pasien regangan jantung dan
5. Level kelemahan melakukan aktivitas paru.
6. Mampu berpindah : semampunya
dengan atau tanpa Kolaborasi
bantuan alat. 6. Kolaborasikan
7. Sirkulasi status baik dengan tenaga
8. Status respirasi : rehabilitasi medic
pertukaran gas dan dalam
ventilasi adekuat merencanakan
program terapi
pemberian obat
analgesic
(intravena)
30
C. PELAKSANAAN
Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Intoleransi Aktivitas
Di Ruang Arjuna RSU Sanjiwani Gianyar Tanggal 16 Januari s/d 18 Januari 2019
31
08.30 - pasien mengatakan tidak
mampu beraktivitas
- pasien mengatakan aktivitas
dibantu oleh keluarga
DO:
- pasien nampak lemah
- ADLs pasien dibantu total oleh
keluarga
- skala kekuatan otot 3 : bisa
melawan gravitasi tetapi tidak
dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
DO:
- pasien tampak lemah
32
- pergerakan pasien masih
terbatas
33
17.00 bantuan keluarga
34
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Nama Perawat
Keperawatan / Paraf
DO:
- skala kekuatan otot 3 : bisa
melawan gravitasi tetapi tidak
dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
35
- pasien tampak lemah
36
11. 5. Membantu klien dalam memilih DS :
18.00 posisi yang nyaman untuk istirahat - Klien mengatakan apabila
dan tidur., anjurkan pasien miring merasa nyaman dan tidak
melakukan aktivitas semampunya berani bergerak tanpa bantuan
keluarga
37
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon
Keperawatan
1 Jumat , 18 Januari Intoleransi aktivitas 1. Melakukan tindakan pengukuran tanda- DS :
2019 berhubungan dengan tanda vital - pasien mengatakan lemas
kelemahan umum ditandai - pasien mengatakan kemarin malam tidak
08.00
dengan pasien mengatakan bisa tidur karena gelisah
lemas, nyeri pada perut - pasien mengatakan panas dibagian
bagian kanan atas, pasien abdomen
mengatakan mual DO :
- S : 36,5OC
- TD : 100/60mmHg
- N : 7x/menit
- RR : 20x/menit
38
- Mobilasasi pasien terganggu
- Kekuatan otot dengan hasil di skala 3
yaitu bisa melawan gravitasi tetpi
tidak dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
39
4 16.00 pengawasan perawat - pasien mengatakan sudah menggerak-
gerakkan bagian jari-jari kaki dan
pergelangan kaki
DO :
- pasien sudah mampu mempraktikkan
sedikit ROM yang perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak bergerak
dan pemenuhan kebutuhannya
dibantu oleh keluarga
40
tidur miring.
- Pasien tidak mampu melakukan
aktivitasnya sendiri, seperti makan
dan minum dibantu oleh keluarga
6. Berkolaborasi dengan tim menis lain
dalam pemberian analgetik IV sesuai
indikasi. DS : -
- IV ketorolac 1 amp/12 jam DO :obat sudah diberikan
6 20.00
41
D. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (yang dilakukan setiap hari)
42
O:
- Keadaan pasien tampak lemah
- ADLs pasien dibantu total oleh keluarga
- skala kekuatan otot 3 : bisa melawan gravitasi
tetapi tidak dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
- pergerakan pasien masih terbatas
- pasien belum mampu mempraktikkan ROM
yang perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak bergerak dan
pemenuhan kebutuhannya dibantu oleh
keluarga
- Pasien merasa nyaman jika posisi tidur miring.
- Pasien tidak mampu melakukan aktivitasnya
sendiri, seperti makan dan minum dibantu oleh
keluarga
- Obat masuk melalui injeksi IV perset
- Tanda – tanda vital :
S : 36OC
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/menit
43
RR : 22 x/menit
-
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
2. Kamis 17
Januari 2019 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan S:
09.00 umum ditandai dengan pasien mengatakan lemas, nyeri - pasien mengatakan mual
pada perut bagian kanan atas, pasien mengatakan mual - pasien mengatakan badannya lemas
- pasien mengatakan sulit menggerakkan
tubuhnya
- Klien mengatakan apabila miring merasa
nyaman dan tidak berani bergerak tanpa
bantuan keluarga
44
keluarga
O:
- Keadaan pasien tampak lemah
- skala kekuatan otot 3 : bisa melawan gravitasi
tetapi tidak dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
- pergerakan pasien masih terbatas
- pasien belum mampu mempraktikkan ROM
yang perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak bergerak dan
pemenuhan kebutuhannya dibantu oleh
keluarga
- Pasien merasa nyaman jika posisi tidur miring.
- Pasien tidak mampu melakukan aktivitasnya
sendiri, seperti makan dan minum dibantu oleh
keluarga
- Tanda – tanda vital
S : 36OC
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit
45
- Obat masuk melalui injeksi IV perset
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
3. Jumat 18
Januari 2019 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
09.00 umum ditandai dengan pasien mengatakan lemas, nyeri S:
pada perut bagian kanan atas, pasien mengatakan mual - pasien mengatakan kemarin malam tidak bisa
tidur karena gelisah
- pasien mengatakan panas dibagian abdomen
- pasien mengatakan mual
- pasien mengatakan badannya lemas
- pasien mengatakan sudah mampu menggerak-
gerakkan bagian jari-jari kaki dan pergelangan
kaki
- Klien mengatakan apabila miring merasa
nyaman dan tidak berani banyak bergerak jika
tanpa bantuan keluarga
46
O:
- Keadaan pasien tampak lemah
- Mobilasasi pasien terganggu
- Kekuatan otot dengan hasil di skala 3 yaitu bisa
melawan gravitasi tetpi tidak dapat menahan
atau melawan tahanan pemeriksa
- pergerakan pasien masih terbatas
- pasien sudah mampu mempraktikkan sedikit
ROM yang perawat ajarkan
- Klien belum berani banyak bergerak dan
pemenuhan kebutuhannya dibantu oleh
keluarga
- Pasien merasa nyaman jika posisi tidur miring.
- Pasien tidak mampu melakukan aktivitasnya
sendiri, seperti makan dan minum dibantu oleh
keluarga
- Tanda – tanda vital
S : 36,5OC
TD : 100/60mmHg
N : 7x/menit
RR : 20x/menit
47
- Obat masuk melalui injeksi IV perset
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
O:
48
- Pasien Nampak lemas
- ADLs pasien dibantu total oleh keluarga
- Pergerakan pasien terbatas
- Pasien sudah mampu menggerakkan jari-jari
dan pergelangan kakinya
- Tanda-tanda vital pasien
TD : 110/60 mmHg
S : 36oC
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
49
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama asuhan keperawatan tim penulis menemukan beberapa kesenjangan antara konsep
teoritis dan kasus yang ditemukan. Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai
dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang
berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien
sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang dilakukan. Dalam
pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara dengan keluarga
atau kien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan
studi dokumentasi pada status pasien.
Pada pemeriksaan fisik, tim penulis meneukan beberapa gejala khas yang sesuai
dengan toritis yaitu : intoleransi aktivitas
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka (Nanda NIC NIC) tim menemukan diagnosa
yang muncul adalah : intoleransi aktivitas
3. Intervensi keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keparawatan untuk mencapi tujuan sesuai
dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada
tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan dibuat dalam 3 hari
perawatan. Dan diagnosa tersebut didapatkan intervensi dapat diterapkan pada kasus
karena berkat kerjasama baik antara perawat, keluarga dan klien. Dalam penyusun
tindakan yang akan dilakukan ini sesuai dengan diagnosa yang ditemukan sehingga
mendapatkan tujuan yang diinginkan.
4. Pelaksanaan
Tahap ini adalah tahapan untuk melakukan tindakn-tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya. Semua tindakan bisa dilakukan. Tetapi tim penulis tidak
dapat memberikan perawatan dalam 24 jam karena adanya pergatian dinas yang telah
diatur
5. Evaluasi
Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari dan 1 diagnosa yang
ditegakkan masalah teratasi karena pasien sudah terlihat bersih dan nyaman.
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008).
Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
5.2 Saran
1. Institusi rumah sakit
Diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan mampu memberi pelayanan kesehatan
semaksimal mungkin dan meningkatkan kualitas perawat yang lebih bermutu.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan dengan laporan asuhan keperawatan ini dapat membantu dalam
membuat laporan asuhan keperawatan tentang intoleransi aktivitas dan
memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi lainnya.
3. Bagi institusi
Diharapkan bagi institusi/pendidikan dapat meningkatkan keefektifan dalam
belajar, pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan mahasiswa dalam menerapkan
atau mengaplikasikan study yang telah didapatkan serta untuk melengkapi
sumber-sumber dan refrensi penting dalam membuat asuhan keperawatan.
52
DAFTAR PUSTAKA
Barber B Robertson D, (2012). Essential of Pharmacolog for Nurses, 2nd edition, Belland
Bain Ltd, Glasgow.
Black J. M., Hawks J. H (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore; Elsevier (S)
Pte Ltd.
Dudek, S. G. (2013). Nutrition Essential for Nursing Practice, 7th. Lippincot:William Wilkins
Grodner M., Escott-Stump S., Dorner S (2016) Nutritional Foundation and Clinical
Applications: A Nursing Approach. 6th edition. St. Louis: Mosby Elsevier.
Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M.L. & Swanson, S.
(2012). NOC and Nic Linkages to NANDA-I and Clinical Condition: Supporting
Critical Reasoning and Quality Care, 3rd edition. Mosby: Elsevier Inc.
Huether S.E. and McCance K.L (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby:
Elsevier Inc.
Kozier, B, Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Findamental of Nursing : concepts,
process & practice. New Jersey : Practice Health.
Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Butcher L. (2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Lynn P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skill, China: Wolter Kluwer Health
Madara B, Denino VP, (2008). Pathophysiology; Quick Look Nursing, 2nd ed.Jones and
Barklet Publisher, Sudbury.
McCance, K.L & Huether, S,.E (2013). Pathophysiology: The Biological Basic for Disease
in Adults and Children, 7th edition. Mosby: Elsevier Inc.
53
McCuistion L.E., Kee, J.L. and Hayes, E.R. (2014). Pharmacology: A Patient Canter
Nursing process approach. 8th ed. Sauders:Elsevier Inc.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes
Classification (NOC): Measurment of Health Outcomes. 5 th edition. Mosby:Elsevier
Inc.
Mosby. (2014). Mosby’s Nursing Video Skills DVD Package : Basic Intermediate and
advanced. 4th Edition. Mosby : Elsevier Inc.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3-vol set). Edisi Bahasa
Indonesia 7. Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
Rebeiro., G, Jack L.,Scully N.,Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015). Keperawatan
Dasar : Manual Keterampilan Klinis. Edisi Indonesia. Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
Skidmore-Roth, Linda (2009). Mosby’s 2009 nursing drug reference Toronto : Mosby.
Waugh A., Grant A., Nurachman E., Angriani R. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan
Fisiologi Ross dan Wilson. Edisi Indonesia 10. Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
Waugh A., Grant A. (2014). Buku Kerja Anatomi dan Fisiologi Ross and Wilson Edisi
Bahasa Indonesia 3. Churchill Livingstone:Elsevier (Singapore) Pte Ltd
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba medika
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa
aksara
54
Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktek. Jakarta: EGC
NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta: Mediaction Publishing
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4 volume 1. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
55