Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

KULIAH KERJA NYATA (KKN)

KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM


SOSIALISASI UMKM WARGA DESA CIGOMBONG
SELAMA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh:
Yusron Prastyo – G.1810859

PROGRAM STUDI SAINS KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM


SOSIALISASI UMKM WARGA DESA CIGOMBONG
SELAMA PANDEMI COVID-19

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Koesworo Setiawan, S.Sos., M.IK


NPP. 213 870 765

Dekan Ketua
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi

Drs.Denny Hermawan, MA. Maria Fitriah, S.Sos.,M.Si.


NPP. 213 870 057 NPP. 213 870 385

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan judul “Komunikasi
Persuasif Dalam Sosialisasi UMKM Warga Desa Cigombong selama Pandemi Covid-19”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan
kemampuan dan keterbatasan waktu untuk menyusun laporan ini. Namun berkat bantuan dari
semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga terselesaikannya laporan
ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Denny Hernawan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik,
2. Ibu Maria Fitriah, S.Sos.,M.Si. selaku Ketua Program studi ilmu komunikasi
3. Bapak Koesworo Setiawan, S.Sos., M.IK. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membimbing dari awal hinnga akhir dalam penyelesaian laporan Kuliah Kerja
Nyata ini.
4. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Djuanda Bogor atas ilmu
yang telah diberikan sehingga dapat diterapkan pada saat pelaksanaan kuliah kerja
lapangan yang berguna bagi masyarakat.
5. Bapak Idan Mursidan selaku RT.016 dan Seluruh warga Desa Cigombong RT 016
RW 002 yang telah bekerja sama dan membantu saya dalam menyelesaikan penelitian
ini.
6. Orang Tua, keluarga dan teman teman yang telah memberikan dukungan baik secara
moral maupun materi untuk selalu berusaha dalam mencapai hasil yang terbaik.
Penulis sadar dalam mengerjakan laporan ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menjadi lebih baik.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umunya bagi
pembaca.
Bogor, 20 Juli 2021
Penulis,

ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan................................................................................. i
Kata pengantar......................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................. iii
Daftar Tabel ............................................................................................ vii
Daftar Gambar ........................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 3
1.3 Bataasan Masalah.................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................... 3
1.5 Manfaaat Penelitian................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu................................................................ 4
2.2 Teori Yang Relevan................................................................. 7
2.2.1 Sosialisasi...................................................................... 7
2.2.2 Sosialisasi dan Komunikasi .......................................... 8
2.2.3 Komunikasi Persuasif.................................................... 9
2.2.4 Unsur dalam Komunikasi ............................................. 10
2.2.5 Pelaksanaan Komunikasi Persuasif............................... 11
2.2.6 Prinsip Komunikasi Persuasif........................................ 12
2.2.7 Teknik Komunikasi Persuasif........................................ 13
2.2.8 Pembentukan Sikap....................................................... 14
2.2.9 UMKM ......................................................................... 15
2.2.10 Kriteria UMKM .......................................................... 16
2.2.11 Kelemahan dan Kekuatan UMKM ............................. 17
2.2.12 Peranan UMKM .......................................................... 19
2.2.12 Karakteristik UMKM .................................................. 19
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................... 19
2.4 Operasional Variabel .............................................................. 20

v
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian.............................................................. 22
3.2 Metode Penelitian.................................................................... 22
3.3 Informan Penelitian.................................................................. 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 23
3.5 Teknik Analisis Data............................................................... 24
3.6 Lokasi Penelitian...................................................................... 26
3.7 Jadwal Penelitian..................................................................... 26
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................................... 27
4.1.1 Geografi Desa Cigombong ........................................... 27
4.1.2 Batas Wilayah ............................................................... 27
4.1.3 Populasi ......................................................................... 27
4.1.4 Mata Pencaharian .......................................................... 28
4.2 Profil Informan ....................................................................... 29
4.3 Hasil dan Pembahasan ............................................................ 29
4.4 Pembahasan.............................................................................
BAB V

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN

Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.

vi
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tahun 2019 dunia digemparkan dengan munculnya virus yang
penyebarannya sangat cepat melalui udara maupun sentuhan, virus ini pertama
kali ditemukan di Wuhan, China dengan sebutan Coronavirus. Virus ini memiliki
gejala sama seperti flu, yaitu batuk pilek ringan hingga serius yang dapat
menyebabkan kematian. Saat ini virus ini lebih dikenal dengan nama ilmiahnya
yaitu Covid-19. Dengan tingkat penyebarannya yang mengkhawatirkan, tahun
2020 virus ini menyebar sangat cepat ke seluruh belahan dunia. Virus ini
ditularkan oleh para turis mancanegara yang sebelumnya pernah mengunjungi
China. WHO selaku organisasi kesehatan dunia menetapkan virus ini sebagai
pandemi, dan menyatakan kondisi ini sebagai darurat kesehatan global atau
Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). PHEIC diartikan
sebagai kondisi darurat atau kondisi luar biasa dengan tingkat resiko kesehatan
publik tinggi. Dunia dipaksa dalam keadaan sulit, negara neraga melakukan
lockdown atau pembatasan aktifitas di wilayah masing masing. Akibatnya
pembatasan ini, semua sektor terdampak, terutama sektor ekonomi yang penjadi
roda berkembangnya negara.
Pemerintah Indonesia melalui Perpres Nomor 12 Tahun 2020 mengatur
tentang aktifitas diluar rumah untuk mengurangi penyebaran Covid-19 ini.
Pemerintah Indonesia menerapkan kebijkan social distancing dan PSBB
(Pembatasan Sosial Skala Besar) untuk mengurangi angka penyebaran virus ini.
Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) mempunyai dampak yang cukup baik
untuk sektor kesehatan dan mempunyai peran besar dalam penurunan penyebaran
virus ini, namun hal ini tidak begitu baik baik sektor perkonomian. Kebijakan ini
sangat mempengaruhi roda perekonomian masyarakat karena aktivitas-aktivitas
dibatasi, dan beberapa perusahaan ditutup karena tidak termasuk dalam
perusahaan esensial yang diperbolehkan buka saat kebijakan ini diterapkan.
Akibatnya ada beberapa perusahaan menerapkan karyawannya untuk work from
home bahkan ada yang sampai memberhentikan karyawannya karena untuk

1
mentup kerugian materil perusahaan yang semakin membesar. Akibatnya
sejumlah besar masyarakat tidak memiliki pekerjaan maupun penghasilan, dan
untuk pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah banyak yang tidak lagi memiliki
modal untuk usahanya.
Kecamatan Cigombong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Bogor dengan jumlah populasi yang tercatat di BPS[CITATION Bad20 \l 1033 ]
sebanyak 107.707 jiwa dan saat ini ada 27 RT di 9 desa memiliki kasus aktif
Covid-19.[CITATION Pus21 \l 1033 ] menyatakan bahwa Kecamatan Cigombong
merupakan zona merah dengan kasus penyebaran aktif sebanyak 28 orang sampai
13 juli 2021. Desa Cigombong merupakan salah satu desa zona merah karena
menyubang 7 kasus aktif dan sedang dalam isolasi mandiri. Dengan ditetapkannya
Desa Cigombong sebagai zona merah, tentunya menyebabkan roda perekonomian
terhambat karena harus mengurangi aktifitas di luar rumah. Belum lagi ada
masyarakat yang dirumahkan atau yang diberhentikan dari pekerjaannya karena
terdampak pandemi ini. Begitu juga dengan para usaha kecil yang sedang
berkembang, mereka diharuskan tutup untuk mengurangi aktivitas di luar rumah
sehingga penyebaran virus ini dapat terkendali.
Pemerintah Indonesia sudah memberikan bantuan kepada para pelaku
UMKM atau usaha kecil dalam pemodalan, hal ini dimaksudkan untuk
mendongkrak perekonomian agar berangsur-angsur membaik dan memotivasi
masyarakat agar meingkatkan UMKM. Banyak tokoh yang menyeruakan UMKM
sebagai kunci memulihkan sektor ekonomi, terutama memanfaatkan platform
digital sebagai wadah pemasaran selama masa pandemi ini dengan memanfaatkan
internet sebagai dasar pengembangannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi persuasif penelitian
kali ini adalah pesan atau informasi mudah dipahami, menggunakan bahasa yang
jelas dan menggunakan kata kata yang baik yang membujuk. Dengan ini peneliti
melakukan penelitian lingkup kecil tentang komunikasi persuasif yang digunakan
organisasi Rukun Tetangga (RT) dalam besosialisasi mengenai UMKM di RT
016 RW 002 Desa Cigombong. Dengan mempertimbangkan kondisi darurat yang
sedang terjadi dan menerapkan Protokol Kesehatan yang ketat dalam melakukan
penelitian, maka peneliti mengajukan penelitian dengan judul : KOMUNIKASI

2
PERSUASIF DALAM SOSIALISASI UMKM WARGA DESA CIGOMBONG
SELAMA PANDEMI COVID-19.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,
maka peniliti merumuskan permasalah yang ada sebagai berikut ;
1) Bagaimana gaya Komunikasi Persuasif dalam sosialisasi UMKM Organisasi
Rukun Tetangga warga Desa Cigombong RT 016 RW 002 ?
2) Bagimana dampak dari pelaksanaan sosialisasi UMKM bagi warga Desa
Cigombong RT 016 RW 002?

1.3 Batasan Masalah


Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka peneliti
membatasi masalah yaitu pada warga dan beberapa pelaku UMKM Desa
Cigombong RT 016 RW 002.

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan hasil Kuliah Kerja Nyata (KKN)
yang telah dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2021 sampai 17 Juli 2021 di Desa
Cigombong RT 016 RW 002, Kabupaten Bogor. Bedasarkan rumusan masalah
yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui penerapan Komunikasi Persuasif dalam pelaksanaan
sosialisasi UMKM yang dilaksanakan oleh Lembaga Rukun Tetangga
kepada warga Desa Cigombong RT 016 RW 002
2) Untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan sosialisasi UMKM yang
dilaksanakan oleh Lembaga Rukun Tetangga kepada warga Desa
Cigombong RT 016 RW 002.

1.5 Manfaat Penelitian


1) Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai komunikasi
persuasif dalam sosialisasi UMKM selama masa Pandemi khususnya di

3
Desa Cigombong RT 016 RW002. Penulis juga dapat mengetahui secara
nyata bagaimana tindakan persuasif untuk memulihkan kondisi ekonomi
masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Hal tersebut dapat membuat
penulis mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru yang didapatkan
langsung dari lapangan, dan menjadikan itu sebagai bahan dalam menyusun
Laporan Kuliah Kerja Nyata.
2) Bagi Pelaku UMKM
Sebagai saran dan edukasi bagi pelaku UMKM agar tetap bisa
menjalannkan usahanya saat Pembatasan Sosial Berskala Besar membatasi
masyarakat dan pengusaha untuk beraktivitas selama masa pandemi Covid-
19, yang sebelumnya sudah diatur dalam Perpress No.21 Tahun 2020
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar.
3) Bagi Pengembangan Ilmu
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi penelitian
tentang komunikasi persuasif dan bagaimana penerapan komunikasi
persuasif dengan teori AIDDA dalam masyarakat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada kajian ini terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang terkait


dengan pembahasan ini, yaitu penelitian tentang komunikasi persuasif sebagai
metode untuk merubah sikap.

2.1 Penelitian Terdahulu


Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Nama
NO. Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan Penelitian Metode
1. Aen Istianah Komunikasi Komunikasi persuasif Kualitatif
Afiati Persuasif dalam berperan penting dalam Desktiptif
(2015) pembentukan sikap pembentukan sikap siswa.
(Studi Desktiptif Pada saat-saat tersebut,
Kualitatif pada pelatih cenderung
Pelatih Pendidikan memposisikan diri
Militer Tamtama sebagai kakak, bapak,
TNI AD di Sekolah saudara, atau teman dari
Calon Tamtama siswa. Komunikasi
Rindam IV persuasif yang dilakukan
Diponegoto akan lebih efektif, karena
Kebumen ) dapat berjalan dua arah.
Kelebihan penggunaan
komunikasi persuasif
dalam pendidikan militer
ini adalah lebih mudah
diterima oleh siswa.
Kesadaran untuk taat dan
patuh akan datang dari
dalam diri persuadee.
Karena teknik komunikasi
tersebut dirasa lebih
humanis.
2. Hariyanto Komunikasi Komunikasi Persuasif Kualitatif
2017 Persuasif Da’i berperan penting dalam Deskriptif
Dalam Pembinaan pembinaan keagamaan
Keagamaan narapidana di LPW kelas
Narapidana (Studi II Bandar Lampung. Cara
pada Lembaga persuasif dibutuhkan
Pemasyarakatan melalui tahap
Wanita Kelas II membangun Attention
Bandar Lampung) (perhatian), Interst

4
(minat), Desire (hasrat),
Decision (keputusan) dan
Action (tindakan).
Tahapan peruasif ini
penting dilakukan untuk
menadapatkan efek yang
maksimal kepada
komunikan.
3. Lutpiah Penerapan Komunikasi persuasif Kualitatif
(2019) Komunikasi berperan penting dalam Deskriptif
Persuasif Orang mempengaruhi peran
Tua Pada Anak orang tua dalam mendidik
Remaja Dalam anaknya. Berdasarkan
Pembinaan hasil penelitian yang telah
Keagamaan di dilaksanakan oleh penulis
Kawasan Real maka dapat ditarik
Estate Desa kesimpulan bahwa
Cicalengka penerapan komunikasi
Kecamatan persuasif orang tua pada
Pagedangan anak remajanya bertujuan
Kabupaten untuk membujuk dan
Tanggerang - mempengaruhi anak
Banten remajanya agar berubah
menjadi lebih baik dalam
tingkah laku, sikap dan
etika sehingga memiliki
akhlak dan budi pekerti
yang baik serta kesadaran
dalam ibadah yang tinggi.
4. Diastu Teknik Komunikasi Pelaksanaan komunikasi Kualitatif
Karlinda Persuasif Untuk persuasif untuk Deskriptif
(2013) Meningkatkan meningkatkan motivasi
Motivasi Belajar belajar siswa sangat
Siswa Kelas X efektif dengan mengikuti
Profram Keahlias teknik dari komunikasi
Administrasi persuasif. Teknik asosiasi
Perkantoran di dijadikan kekuatan dalam
SMK memotivasi siswa karena
Muhammadiyah 2 guru menggunakan joke-
Yogyakarta joke terkait dengan topik-
topik yang sedang marak
diperbincangkan disertai
dengan ilustrasi yang
sedekat mungkin dengan
kehidupan keseharian
siswa. Teknik Integrasi
Teknik ini biasa
dilakukan guru dengan

5
mencoba membaur
menggunakan bahasa
mereka, berusaha akrab
tanpa harus
menghilangkan
kewibawaan sebagai
seorang guru. Teknik
Ganjaran Hal ini dapat
dilakukan dengan
memberikan gambaran
bagaimana seorang siswa
dapat menjadi orang yang
sukses. Teknik tataan
Guru melakukan upaya
menyusun pesan
komunikasi sedemikian
rupa, sehingga enak
didengar atau dibaca serta
termotivasikan untuk
melakukan sebagaimana
disarankan oleh pesan
tersebut.

Dalam Penelitian yang penulis lakukan memiliki persamaan dan perbedaan


dengan penelitian terdahulu. Adapun persamaan yang dimiliki yaitu sama sama
menggunakan komunikasi persuasif sebagai alat untuk mengajak, merubah sikap,
pandangan, ataupun prilaku seseorang terhadap suatu hal, sedangkan perbedaan
penelitian ini dengan sebelumnya yaitu pada tempat penelitian, tahun penelitian,
fokus penelitian dan kondisi yang sedang terjadi.

2.2 Teori yang relevan


2.2.1 Sosialisasi
Menurut Maclever sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai,
peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan
berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial (2013:175), Adapun manfaat
adanya sosialiasi dalam masyarakat terbagi menjadi dua tahap, Bagi individu,
sosialisasi berfungsi sebagai pedoman dalam belajar mengenal dan menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, baik nilai, norma, dan struktur sosial yang ada pada
masyarakat di lingkungan tersebut. Bagi masyarakat, sosialisasi berfungsi sebagai
alat untuk melestarikan, penyebaran, dan mewariskan nilai, norma, serta

6
kepercayaan yang ada pada masyarakat. pembelajaran yang dilakukan individu
dalam mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial.
Sedangkan pengertian sosialisasi dalam arti luas adalah suatu proses
interaksi dan pembelajaran yang dilakukan seseorang sejak ia lahir hingga akhir
hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat. Melalui proses sosialisasi maka
seseorang dapat memahami dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan
peran status masing-masing sesuai budaya masyarakat. Dengan kata lain, individu
mempelajari dan mengembangkan pola-pola perilaku sosial dalam proses
pendewasaan diri. Dengan begitu, nilai, norma, dan kepercayaan tersebut dapat
dijaga oleh semua anggota masyarakat. Ada beberapa tahapan dalam sosialisasi
menurut Robert MZ Lawang (2013:107) dalam masyarakat meliputi :

1) Sosialisai Primer
Sosialisasi primer merupakan proses sosialisasi yang pertama kali
dilakukan oleh individu sejak masih anak-anak. Ini merupakan awal bagi
semua anggota masyarakat dalam memasuki keanggotaan mereka pada
suatu kelompok masyarakat. Sosialisasi primer ini dimulai dari keluarga,
dimana individu mulai belajar membedakan dirinya dengan orang lain di
sekitarnya. Pada tahap ini anggota keluarga punya peranan penting bagi
masing-masing individu. Di sinilah pertamakali seseorang mendapatkan
pelajaran mengenai budaya keluarga, baik itu agama, aturan, dan lain-lain.

2) Sosialisai Sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan pelajaran berikutnya yang dilakukan
oleh individu. Pada tahap ini seseorang belajar mengenali lingkungannya di
luar keluarga, baik itu nilai-nilai, norma, yang ada di lingkungan
masyarakat. Proses sosialisasi sekunder ini bertujuan agar individu dapat
menerima nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Pada umumnya,
sosialisasi sekunder ini menjadi penentu sikap seseorang karena telah
beradaptasi dengan berbagai lingkungan masyarakat.

2.2.2 Sosialisasi dan Komunikasi

7
Menurut Charlotte Buhler (1978:55), pengertian sosialisasi adalah suatu
proses yang membantu anggota masyarakat untuk belajar dan menyesuaikan diri
terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar
ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompok tersebut. Sosialisasi termasuk
dalam suatu proses dasar di dalam sistem sosial, secara singkat sosialisasi dapat
dikatatan sebagai proses penyerapan warisan-warisan sosial dan budaya oleh
seseorang dalam masyarakat, melalui sosialisasi seseorang akan berfungsi dalam
kelompoknya. Interaksi dalam membangun narasi sosialisasi sebagai suatu proses
utama merangkum semua unsur dari berbagai sistem.
Sosialisasi dilakukan setiap hari oleh masyarakat, dalam melakukan
sosialiasi melalui proses komunikasi yang begitu intens. Dalam proses
komunikasi merupakan unsur terpenting dalam menentukan berhasil atau
tidaknya proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang
menjadi tujuan utama dari komunikasi. Jika proses ini berjalan dengan baik, maka
hasilnya juga pasti sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator dan komikan
paham akan pesan yang dimaksud oleh komunikator.
Proses komunikasi yang salah inilah yang kemudian menimbulkan
misunderstanding atau salah paham. Wajar saja, hal ini dikarenakan proses
komunikasi merupakan sebuah jalan yang menjadi perantara penyampaian
informasi. Jika jalan tersebut putus atau rusak maka hasilnya pasti berantakan.
Devito (2015:53) mengatakan proses komunikasi bahwa proses suatu proses untuk
bertukar informasi dimana setiap komponennya saling berkaitan satu sama lain.
Dengan kata lain, dalam proses ini para komunikator yang terdiri lebih dari dua
orang saling beraksi dan bereaksi sehingga membentuk sebuah lingkaran yang
disebut sebagai “conversation”. Tujuan utamanya adalah untuk mengubah sikap
atau tingkah laku penerima tersebut. Dalam proses komunikasi yang dseibut
sebagai transfer berita ini, secara tidak langsung dijelaskan, bahwa tujuan utama
mengoptimalkan proses komunikasi adalah untuk mencapai tujuan, yakni
mengubah sikap seseorang.

2.2.3 Komunikasi Persuasif

8
Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan setiap
kegiatan kita setiap waktu, karena sudah barang pasti setiap aktifitas yang kita
lakukan membutuhkan sebuah komunikasi. Pengertian komunikasi itu sendiri
sesuai pendapat Everret M. Rogers (Rohim, 2009) Komunikasi adalah proses
peraliihan suatu ide dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan tujuan
untuk mengubah tingkah laku mereka. Selain itu dalam buku yang sama Gerald R.
Miller juga berpendapat bahwa komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan
yang sengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujungan mempengaruhi
tingkah laku penerima (Rohim, 2009). Kegiatan komunikasi tidak hanya
informatif ,yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu
agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan. (Effendy, 2009).
Pendapat tersebut dapat kita pahami bahwa salah satu tujuan dari
komunikasi itu sendiri tidak hanya sekedar menyampaikan ide kepada penerima
pesan akan tetapi juga untuk mengubah atau mempengaruhi tingkah laku
komunikan (pihak yang menerima pesan), sedangkan Persuasi (Persuasion) itu
sendiri bersumber pada perkataan latin persuasion yang bermakna membujuk,
mengajak, atau merayu (Effendy, 2008). Bettinghouse dalam (Dedy Hjamaluddin
Malik & Yosal Iriantoro, 1994) merumuskan persuasif adalah komunikasi
manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha
mengubah keyakinan, nilai ,atau sikap mereka. Sementara pendapat Winston
Brebeck dan William Howell menegaskan dalam (Dedy Hjamaluddin Malik &
Yosal Iriantoro, 1994) bahwa persuasi merupakan usaha sadar untuk menubah
pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif-motif orang ke arah tujuan
yang sudah ditetapkan.
Beberapa penjelasan para ahli tentang definisi komuniksi persuasif tersebut
sudah jelas bahwa komunikasi persuasif merupakan proses penyampaian pesan,
ide, pikiran atau gagasan dari seorang komunikator kepada komunikan dengan
tujuan untuk membujuk, mengajak, merayu, guna mempengaruhi keyakinan,
pikiran ,nilai, atau sikap komunikan sesuai yang diharapkan komunikator.

2.2.4 Unsur Dalam Komunikasi

9
Komunikasi dapat terbangun dengan baik tentunya mempunyai komponen –
komponen atau unsur-unsur tertentu, baik itu siapa pengirim pesan? pesan apa
yang disampaikan? melalui media atau perantara apa pesan itu disampaikan?
kepada siapa pesan itu ditujukan? dan apa effect dari pesan yang disampaikan
tersebut?. Berhubungan dengan unsur-unsur komunikasi (Rudy, 2005) terdapat
elemen-elemen atau komponen- komponen yang yang berperan dalam proses
komunikasi,yaitu:
1) Komunikator (sender atau pengirim pesan)
Yang dimaksud dengan komunikator adalah seseorang atau sekelompok
orang yang merupakan tepat asal pesan, sumber berita, informasi, atau bisa
kita sebut sebagai orang atau yang mengirim/menyampaikan pesan.
2) Pesan (message)
Message adalah pesan atau pesan-pesan, informasi yang disampaikan
komunikator melalui penggunaan bahasa atau lambang-lambang. Lambing
atau symbol tersebut dapat berupa tulisan, gambar, gerakan,bunyi
sirene,bunyi peluit,bunyi bedug, bendera, dan bunyi bahasa yang diucapkan
manusia.
3) Saluran atau Media
Saluran atau media dalam komunikasi adalah sarana tepat berlalunya
simbol- simbol atau lambang-lambang yang mengandung makna berupa
pesan.
4) Komunikan (receiver atau penerima pesan)
Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai subjek yang
dituju oleh komunikator (pengirim/penyampai pesan), yang menerima
pesan-pesan (berita,informasi, pengertian) lambang-labang yang
mengandung arti atau makna.
5) Efek (Effect)
Efek adalah hasil penerimaan pesan/informasi oleh komunikan, pengaruh
atau kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan.
Penjelasan unsur-unsur komunikasi yang disampaikan oleh T. may rudy
diatas menunjukan bahwa sebuah proses komunikasi perlu adanya penyesuaian
atau metode komunikasi yang dilakukan komunikator secara baik dan sesuai

10
dengan tujuan pesan itu disampaikan kepada komunikan, baik itu juga perlu
mempertimbangkan keefektifan saluran yang dipilih guna meminimalisir
gangguan (noise) terhadap pesan yang disampaikan.

2.2.5 Pelaksanaan Komunikasi Persuasif


Komunikasi persuasif tidak hanya sebatas bisa merayu, membujuk, atau
mempengaruhi perilaku seseorang akan tetapi diupayakan seseorang tersebut
sampai mau mengikuti apa yang diperintahkan atau disampaikan oleh
Komunikator, demi berasilnya komunikasi persuasif itu sendiri diperlukan
penyampaian secara sistematis. Berkaitan dengan sistematis tersebut Wilbur
Schramm sebagai seorang pakar komunikasi dalam [CITATION Eff03 \l 1057 ]
mengemukakan bahwa suatu procedure atau tata cara pelaksanaan komunikasi
yang disebutnya “A-A Procedures” atau ”A-I-D-D-A” Yaitu dalam proses ini,
komunikator harus berusaha untuk terlebih dahulu membangkitkan Kesadaran
(awarennes) komunikan. Bila kesadaran sudah bangkit, komunikator juga harus
berusaha untuk membuat perhatian (interest) komunikan, agar komunikan
berkeinginan untuk mengambil sebuah keputusan (decision) untuk selanjutnya
baru terjadi pelaksanaan (action). langkah-langkah dalam teori ini adalah sebagai
berikut:
1) Attention (memancing perhatian)
2) Interest (menarik minat)
3) Desired ( membangkitan hasrat/keinginan)
4) Decision (mendorong orang untuk mengambil keputusan)
5) Action (menggerakkan orang agar melakukan tindakan)
Teori tahapan komunikasi persuasif tersebut akan penulis gunakan sebagai
alat untuk pengelompokan perubahan sikap dari pelaksanaan komunikasi
persuasif.

2.2.6 Prinsip Komunikasi Persuasif


Prinsip-prinsip dalam komunikasi persuasif dapat digunakan sebagai
landasan untuk mengubah sikap, kepercayaan dan mengajak sasaran persuasi

11
untuk melakukan sesuatu. Adapun empat prinsip utama dalam komunikasi
persuasif menurut De Vito ( 2011 : 499-502) adalah sebagai berikut ;
1) Prinsip Pemaparan Selektif
Prinsip ini menerangkan bahwa : (1) pendengar akan mencari informasi
secara aktif yang mendukung opini, nilai, keputusan, perilaku, dan motivasi
mereka (2) pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang
bertentangan dengan opini, nilai, keputusan, perilaku, dan motivasi mereka.
Ketika proses meyakinkan sasaran persuasi akan dilangsungkan, maka
pemaparan selektif akan terjadi.
2) Prinsip Partisipasi Khalayak
Khalayak merupakan sasaran persuasi. Aktivitas komunikasi persuasif ini
akan lebih efektif apabila khalayak turut berpartisipasi dalam proses
komunikasi. Persuasi bersifat transaksional, dimana pembicara dan
pendengar saling terlibat. Suatu proses persuasi dikatakan berhasil apabila
khalayak berpartisipasi secara aktif di dalamnya.
3) Prinsip Inokulasi
Prinsip ini menjelaskan tentang menghadapi sasaran persuasi yang
terinokulasi, atau sasaran yang telah mengetahui dan telah menyiapkan
senjata berupa argumen untuk menentangnya. Sehingga pada posisi ini,
seorang perlu melakukan persiapan, seperti mempersiapkan argumen, dan
lain-lain dalam proses komunikasi yang akan dilakukan.
4) Prinsip Besaran Perubahan
Prinsip ini mengatakan bahwa semakin besar dan semakin penting
perubahan yang diinginkan, maka semakin besar tantangan dan tugas untuk
mencapai tujuan persuasi. Semakin besar perubahan yang diinginkan,
semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk perubahan tersebut.
Sehingga, persuasi diarahkan untuk melakukan perubahan kecil atau sedikit
demi sedikit terlebih dahulu dan diperlukan untuk periode yang cukup lama.

2.2.7 Teknik Komunikasi Persuasif


Persuasif merupakan kegiatan psikologis yang bertujuan untuk merubah
sikap, perbuatan dan tingkah laku dengan kesadaran, disertai dengan perasaan

12
senang tanpa paksaan. Agar komunikasi tersebut mencapai sasaran dan tujuan,
perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan dilakukan berdasarkan
komponen-komponen proses komunikasi yang mencakup: pesan, media, dan
komunikan. Ada beberapa teknik dalam komunikasi persuasif yang dapat dipilih
dalam menjalankan prosesnya, yaitu :
1) Teknik Asosiasi
Adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpahkannya pada
suatu obyek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.
2) Teknik Integasi
Ialah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif
dengan komunikan. Ini berarti bahwa melalui kata-kata verbal maupun non
verbal komunikator menggambarkan bahwa ia "senasib" dan dengan karena
itu menjadi satu dengan komunikan.
3) Teknik Ganjaran
Adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-
ngiming hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan.
4) Teknik Tataan
Teknik tataan atau icing technique dalam kegiatan persuasi ialah seni
penataan pesan dengan imbauan emosional (emotional appeal) sedemikan
rupa sehingga komunikan menjadi tertarik perhatiannya.
5) Teknik Red Herring
Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasif teknik red herring adalah
seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan
dengan mengelakkan argumentasi yang lemah untuk kemudian
mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang dikuasainya guna
dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. Jadi teknik ini dilakukan
pada saat komunikator berada dalam posisi yang terdesak.

2.2.8 Pembentukan Sikap


Sikap merupakan dampak dari komunikasi persuasif. Fokus dalam
bahasan komunikasi persuasif ini adalah mengenai pembentukan sikap.

13
Sikap, menurut De Vito (2011 : 499) diartikan sebagai suatu kecenderungan
untuk berperilaku secara tertentu. Adapun perilaku, masih menurut De Vito,
mengacu pada tindakan yang jelas dan dapat diamati. Menurut Liliweri
(2011:166), komponen sikap manusia tersusun oleh tiga komponen utama,
yaitu kognitif, afektif dan konatif/perilaku. Berikut rincian dari masing-
masing komponen sikap tersebut ;
a) Kognitif, yaitu menyangkut apa yang diketahui mengenai suatu objek,
bagaimana pengalaman seseorang dengan objek ini, dan bagaimana
pendapat atau pandangan tentang objek ini. Aspek kognitif ini
berkaitan dengan kepercayaan, teori, harapan, sebab dan akibat dari
suatu kepercayaan dan persepsi relatif seseorang terhadap objek
tertentu.
b) Afektif, yaitu menyangkut apa yang dirasakan seseorang mengenai
suatu objek. Komponen ini berbicara tentang emosi. Afeksi
menunjukkan perasaan, respek, atau perhatian terhadap objek tertentu,
seperti ketakutan, kesukaan atau kemarahan.
c) Konatif, yaitu predisposisi untuk bertindak terhadap objek. Aspek ini
menyangkut kecenderungan untuk bertindak (memutuskan) terhadap
objek atau mengimplementasikan perilaku sebagai tujuan terhadap
objek.

2.2.9 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang
UMKM Pasal 1, dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha
mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Usaha kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang buka merupakan anak perusahan atau bukan anak cabang yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.

14
Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah
kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
dimaksud dalam UU tersebut. Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang
digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6
adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:
1) Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp50 juta
tidak termasuk tanah daan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan
tahunan paling besar Rp300 juta.
2) Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling
banyak Rp500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta hingga maksimum
Rp2.500.000, dan.
3) Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih lebih dari
Rp500 juta hingga paling banyak Rp100 milyar hasil penjualan tahunan di
atasRp2,5 milyar sampai paling tinggi Rp50 milyar.
UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada
prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha
Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan pada nilai aset
awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah
pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda
menurut negara. Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran
UMKM antar negara.
Beberapa keunggulan UMKM terhadap usaha besar antara lain adalah
sebagai berikut :
1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk.
2) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.

15
3) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau
penyerapannya terhadap tenaga kerja.
4) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar
yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan besar yang pada
umumnya birokrasi.
5) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peran kewirausahaan.

2.2.10 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria
sebagai berikut:
1) Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan
usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni:
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah)
2) Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
3) Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar yang memenuhi kriteria:

16
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.2.11 Kelemahan dan Kekuatan (UMKM)


UMKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan andalan
yang menjadi basis pengembangan pada masa yang akan datang adalah:
1) Penyediaan lapangan kerja peran industri kecil dalam penyerapan tenaga
kerja patut diperhitungkan, diperkirakan maupun menyerap sampai dengan
50% tenaga kerja yang tersedia.
2) Sumber wirausaha baru keberadaan usaha kecil dan menengah selama ini
terbukti dapat mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru.
3) Memiliki segmen usaha pasar yang unik, melaksanakan manajemen
sederhana dan fleksibel terhadap perubahan pasar.
4) Memanfaatkan sumber daya alam sekitar, industri kecil sebagian besar
memanfaatkan limbah atau hasil sampai dari industri besar atau industri
yang lainnya.
5) Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang
dilaksanakan menunjukkan hasil yang menggambarkan bahwa industri kecil
mampu untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu untuk
mengembangkan sektor lain yang terkait.
Kelemahan, yang sering juga menjadi faktor penghambat dan permasalahan
dari Usaha Mikro terdiri dari 2 faktor:
1) Faktor Internal
Faktor internal, merupakan masalah klasik dari UMKM yaitu diantaranya:
a) Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia.
b) Kendala pemasaran produk sebagian besar pengusaha Industri Kecil
lebih memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi
pemasaran kurang mampu dalam mengakseskannya, khususnya dalam

17
informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya
berfungsi sebagai tukang saja.
c) Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk
industri kecil.
d) Kendala permodalan usaha sebagian besar industri kecil
memanfaatkan modal sendiri dalam jumlah yang relatif kecil.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan masalah yang muncul dari pihak pengembang
dam pembina UMKM. Misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran tidak
adanya monitoring dan program yang tumpang tindih. Dari kedua faktor terebut
muncullah kesenjangan diantara faktor internal dan eksternal, yaitu disisi
perbankan, BUMN dan lembaga pendamping lainnya sudah siap dengan
pemberian kredit, tapi UMKM mana yang diberi, karena berbagai ketentuan yang
harus dipenuhi oleh UMKM.
Disisi lain UMKM juga mengalami kesulitan mencari dan menentukan
lembaga mana yang dapat membantu dengan keterbatasan yang mereka miliki dan
kondisi ini ternyata masih berlangsung meskipun berbagai usaha telah diupayakan
untuk memudahkan bagi para pelaku UMKM meperoleh kredit, dan ini telah
berlangsung 20 tahun. Pola yang ada sekarang adalah masing-masing
lembaga/institusi yag memiliki fungsi yang sama tidak berkoordinasi tapi berjalan
sendiri-sendiri, apakah itu perbankan, BUMN, departemen, LSM, perusahaan
swasta. Disisi lain dengan keterbatasannya UMKM menjadi penopang
perekonomian menjadi roda perekonomian menjadi kenyataan.

2.2.12 Perananan UMKM


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang
penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-
negara sedang berkembang (NSB), tetapi juga di negara-negara maju (NM). Di
negara maju, UMKM sangat penting, tidak hanya kelompok usaha tersebut
menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar (UB). Seperti
halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga kontribusinya terhadap

18
pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar
dibandingkan kontribusi dari usaha besar.

2.2.13 Karakteristik UMKM


Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan karena pasar yang luas, bahan baku yang mudah didapat serta
sumber daya manusia yang besar merupakan variabel pendukung perkembangan
dari usaha kecil tersebut akan tetapi perlu dicermati beberapa hal seiring
perkembangan usaha kecil rumahan seperti: perkembangan usaha harus diikuti
dengan pengelolaan manajemen yang baik, perencanaan yang baik akan
meminimalkan kegagalan, penguasaan ilmu pengetahuaan akan menunjang
keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem produksi yang efisien dan efektif,
serta melakukan terobosan dan inovasi yang menjadikan pembeda dari pesaing
merupakan langkah menuju keberhasilan dalam mengelola usaha tersebut.

2.3 Kerangka Pemikiran


Komunikasi Persuasif merupakan proses penyampaian pesan, ide, pikiran
atau gagasan dari seorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk
membujuk, mengajak, merayu, guna mempengaruhi keyakinan, pikiran ,nilai, atau
sikap komunikan sesuai yang diharapkan komunikator.
Untuk mempermudah arah pemikiran dalam menyusun karya ini, maka
peneliti menyusun sebuah kerangka pikir. Adapun kerangka pemikiran yang
disusun untuk penelitian ini adalah sebagai berikut ;

19
Gambar 1 . Kerangka Penelitian

2.4 Operasional Variabel


Dalam penelitian kali ini, komunikasi persuasif adalah proses penyampaian
pesan, ide, pikiran atau gagasan dari seorang komunikator kepada komunikan
dengan tujuan untuk membujuk, mengajak, merayu, guna mempengaruhi
keyakinan, pikiran ,nilai, atau sikap komunikan sesuai yang diharapkan
komunikator. Dalam penentuan variable operasional yang digunakan dalam
penelitian kali ini menggunakan beberapa teknik dalam komunikasi persuasif
menggunakan teori teori Wilbur Schramm A-A Procedures (A-I-D-D-A )dengan
5 kategori, dapat dilihat dalam table berikut :

20
Tabel 2. Operasional Variabel
Kategori Definisi Indikator Definisi
Attention Memancing Kesediaan
Perhatian / memberikan ide
kesadaran dan gagasan
untuk
menimbulkan
kesadaran
Interest Menarik Minat Rasa tertarik
akan ide dan
gagasan yang
diberikan
Komunikasi Desired Membangkitkan Bersedia untuk
persuasif Hasrat/ berdiskusi
Keinginan tentang ide yang
diberikan
Decision Mendorong Kesediaan untuk
Orang Untuk mengaplikasikan
Mengambil ide dan gagasan
Keputusan yang diberikan
Action Melakukan Menyatakan
Tindakan sikap dan
tindakan
selanjutnya.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penlitian


Dalam Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian
kualitatif.. Menurut[CITATION Bog92 \l 1057 ] penelitian kualitatif adalah salah satu
prosedur penelitian yang menghasilkan data desktiptif berupa ucapan atau tulisan
dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku
yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi
tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaju dari sudut pandang yang
utuh, komperhensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari
persfektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi
didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus
penelitian.[ CITATION Rah19 \l 1057 ]

3.2 Metode Penlitian


Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan studi dengan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti ini digunakan agar peneliti dapat
menghasilkan data yang bersifat deksriptif mengenai komunikasi persuasif dalam
sosialisasi yang dilakukan oleh Lembaga Masyarakat Rukun Tetangga (RT 16)
Desa Cigombong. Pada dasarnya Studi deskriptif bertujuan untuk mengambarkan
berbagai kondisi, situasi yang ada dalam masyarakat menjadi objek penelitian.
Peneliti berharap dengan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini bisa
menggambarkan hasil penelitian dengan deksriptif yang jelas dan mendalam, serta
membantu peneliti untuk menulis hasil penelitian dengan baik.

3.3 Informan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga dalam
penelitian ini tidak menggunakan istilah populasi. Spradley dalam [CITATION
Mal14 \l 1057 ] menyatakan istilah populasi oleh diganti menjadi ”social situation”

22
atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku
(actors), dan aktivitas (activity), ketiganya berinteraksi secara sinergis.
Penentuan lokasi dan sampel sumber data penelitian menggunakan non-
random sampling dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel sumber data secara sengaja dengan pertimbangan dan tujuan tertentu,
misalnya orang tersebut dianggap tahu dan kompeten tentang apa yang kita ingin
teliti. Lincoln dan Denzin dalam [CITATION Nur13 \l 1057 ] mengemukakan bahwa
‘penelitian kualitatif cenderung menggunakan metode purposive and not random
sampling. Mereka mencari kelompok, setting, dan individu yang aktivitasnya
dapat dipelajari sebagai suatu hal yang mungkin terjadi. Peneliti menggunakan
teknik purposive sampling karena peneliti merasa sampel yang diambil paling
mengetahui tentang masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Penggunaan
purposive sampling dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
komunikasi persuasif yang digunakan oleh Rukun Tetangga (RT 016) Desa
Cigombong dalam bersosialisai tentang UMKM kepada warganya. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan enam orang informan, yaitu : Ketua RT 16
Desa Cigombong, Pelaku UMKM Desa Cigombong, dan warga Desa Cigombong.
Adapun Ketua RT 16 yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan sosialisasi
terkait UMKM selama masa pandemi yang berkesinambungan dengan penelitian
ini.

Tabel 3. Data Informan


No
Nama Jabatan
.
1. Bapak Haerudin Wijaya Ketua RT 16 Desa Cigombong
2. Ibu Sari Pelaku UMKM
3. Bapak Mamat Pelaku UMKM
4. Bapak Wardoyo Pelaku UMKM
5. Ibu Iis Warga Desa Cigombong RT 16
6. Ibu Sri Wahyuni Warga Desa Cigombong RT 16

3.4 Teknik Pengumpulan Data

23
Teknik pengumpiulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapat data [CITATION
Sug15 \l 1057 ]. Sedangkan menurut Riduan dalam [ CITATION Rad21 \l 1057 ] teknik
pengumpulan data merupakan salah satu metode yang ada di dalam pengumpulan
data dengan menggunakan teknik atau cara yang digunakan oleh para peneliti
untuk mengumpulkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Agar peneliitan ini mendapatkan hasil yang akurat, maka diperlukan
teknik pengumpulan data benar.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :

1) Penelitian Kepustakaan (Library Research)


Penelitian kepustakaan adalah jenis penelitian kualitatif yang pada
umumnya dilakukan dengan cara tidak terjun ke lapangan dalam pencarian
sumber datanya. Penelitian kepustakaan juga dapat diartikan sebagai
penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya-karya tertulis,
termasuk hasil penelitian baik yang sudah maupun yang belum
dipublikasikan.

2) Penelitian Lapangan (Field Research)


Penelitian lapangan adalah teknik pengumpulan data dengan cara
pengamatan langsung ke tempat penelitian, adapun teknik-tekniknya
sebagai berikut :
a) Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data untuk mengukur tindakan
dan proses individu dalam sebuah peristiwa yang diamati. Jadi pada
dasarnya observasi digunakan untuk secara langsung mengetahui
kondisi di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam penelitian kali ini
peneliti menggunakan observasi terus terang. Menurut [CITATION
Sug15 \l 1057 ], observasi terus terang dalam melakukan pengumpulan
data menyatakan terus terus terang kepada sumber data, bahwa ia
sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui
sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.

24
b) Wawancara
Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, penelitian
akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan
bertanya langsung, untuk mengetahui hal-hal dari responden atau
informan yang lebih mendalam. Dalam penelitian kali ini peneliti
menggunakan wawancara tak berstuktur dalam wawancara.
Wawancara tidak terstuktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
c) Dokumen
Dokumen yaitu melihat kembali sumber-sumber data dari dokumen
yang ada dan dapat digunakan untuk memperluas data-data yang telah
ditemukan. Adapun data dokumen diperoleh dari lapangan berupa
arsip dokumen instansi, catcatan, atau dokumen resmi yang
berhubungan dengan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data


Dalam penelitian kualitatif ini, data diperoleh dari berbagai sumber, dan
dengan meggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam macam. Setelah
tahap pengumpulan dan pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya
adalah menganalisisnya, dalam penelitian ini dipergunakan metode analisis
kualitatif deskriptif. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan harian dan bahan-
bahan lain sehingga mudah dipahami [CITATION Mar20 \l 1057 ]. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit,
menyusun kedalam pola memilih mana yang penting dan membuat kesimpulan
yang dapat diceritakan kepada orang lain [ CITATION Ras18 \l 1057 ]. Analisis data
dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus menerus dari awal
sampai akhir penelitian. Analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Reduksi Data (Data Reduction)

25
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhana, pengabstrakan dan transformasi data yang mengacu dari
catatan-catatan dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
data yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengkordinasikan dengan cara sedemikian rupa, sehingga
kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi. Memilih data atas
tingkat relevansi dan kaitannya dengan setiap kelompok kedua dengan
menyusun data dalam satuan yang sejenis [ CITATION Mar20 \l 1057 ]

2) Penyajian Data (Data Display)


Penyajian data merupakan suatu usaha untuk menampilkan informasi
yang tersusun dalam pola sehingga mudah dipahami. Penyajian data
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data yang digunakan adalah dengan menggunakan teks
naratif. [ CITATION Mar20 \l 1057 ] . Dalam penelitian kualitatif penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dan teks naratif. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi
valid dan tersusun yang dimiliki peneliti berguna untuk memudahkan dan
memahami suatu gambaran serta memudahkan untuk melakukan penarikan
kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk
tabel, foto, dan uraian dengan teks naratif yang dapat menjelaskan tentang
komunikasi persuasif dalam sosialisasi UMKM di Desa Cigombong.

3) Tahap Kesimpulan ( Conclusion Drawing and Verification)


Mengambil kesimpulan merupakan langkah dimana peneliti mencari
makna tentang data yang dikumpulkan,[ CITATION Mar20 \l 1057 ].
Menurut[ CITATION Sug15 \l 1057 ], langkah ketiga merupakan penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan data data yang
kuat untuk mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

26
Gambar 2. Teknik Analisis Data
3.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian “Komunikasi Persuasif dalam Sosialisasi UMKM Warga
Desa Cigombong Selama Pandemi Covid-19” ini dilaksanakan di Desa
Cigombong, RT 016 RW 002, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Indonesia.
Selama pandemi Covid-19 aktivitas masyarakat dibatasi untuk menghambat
penularan virus, oleh karena itu penelitian ini dilakukan di lingkungan tempat
tinggal peneliti. Selalin itu, peneliti juga melakukan penelitian di Desa
Cigombong RT 016 karena peneliti melihat warga Desa Cigombong RT 016
sangat antusias dalam berwirausaha untuk meningkatkan perekonomian selama
terdampak Pandemi Covid-19. Peran organisasi masyarakat Rukun Tetangga (RT
16) dalam bersosialisasi UMKM untuk meningkatka ekonomi warganya juga
menjadi fokus tersendiri untuk peneliti memilih penelitian di Desa Cigombong
ini.

3.7 Jadwal Penelitian


Tabel 4. Jadwal Penelitian
Juli Agustus
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2
1 Survei Lapangan dan Perizinan
2 Membuat Proposal / draft Penelitian
3 Persiapan Kelapangan
4 Melakukan Wawancara dan
Pengambilan Data
5 Penyusunan Laporan Penelitian
6 Konsultasi Laporan Penelitian
7 Seminar Hasil
8 Penyelesaian Laporan Akhir

27
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. (2020).


https://bogorkab.bps.go.id/indicator/12/29/1/jumlah-penduduk.html.
Dipetik juli 14, 2021, dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor:
https://bogorkab.bps.go.id/indicator/12/29/1/jumlah-penduduk.html

Bogdan, R., & Biklen, S. (1992). Qualitative Research for Educations. Boston,
MA: Allyn and Bacon.

Desa Cigombong. (2019). http://cigombong-


cigombong.desa.id/artikel/2019/12/23/profil-desa-cigombong. Dipetik Juli
14, 2021, dari Profil Desa Cigombong: http://cigombong-
cigombong.desa.id/artikel/2019/12/23/profil-desa-cigombong

Effendy, & Uchjana, O. (2003). Ilmu Teori dan FIlsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.

Mardawani. (2020). Praktis Penelitian Kualitatif (Teori Dasar dan Analisis Data
dalam Perspektif Kualitatif). Yogyakarta: Trussmedia Grafika.

Nursyahida. (2013). Hukum Waris Adat Baduy : Mengungkap Kearifan Budaya


Lokal Budaya dan Matematika. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI
Bandung: Tidak Diterbitkan.

Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat. (2021, Juli 13).
https://pikobar.jabarprov.go.id/distribution-case. Dipetik Juli 14, 2021,
dari Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat:
https://pikobar.jabarprov.go.id/distribution-case

Putrietis, M. (2014). Study Ethnomathematics: Mengungkap Konsep-Konsep


Matematika Pada Aturan Adat Dalam Aktivitas Pembangunan Rumah
Tradisional Masyarakat Adat Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa
Barat. Skripsi Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Jakarta: tidak
diterbitkan.

Rada. (2021, Maret 9). Dosen Pintar Sumber Referensi. Dipetik Juli 14, 2021, dari
https://dosenpintar.com/teknik-pengumuman-
data/#Menurut_riduan_2010_51: https://dosenpintar.com/teknik-
pengumuman-data/#Menurut_riduan_2010_51

Rahmat, P. S. (2019, Juni). Penelitian Kualitatif. Equilibrum, Vol.5, No. 9, 2-3.

22
Rasimin. (2018). Metodologi Penelitian : Pendekatan Praktis Kualitatif.
Yogyakarta: Trussmedia Grafika.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta, cv.

23

Anda mungkin juga menyukai