Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PLASENTA PREVIA

NI LUH RAI ASTI AKTARIANI

110STYC19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PRODI S.1 KEPERAWATAN TRANSFER

TAHUN 2020

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan Trimester ketiga pada umumnya merupakan
perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok dan kematian. Salah satu penyebabnya adalah plasenta previa.
Plasenta previa selain menimbulkan penyulit pada ibu, dapat juga menimbulkan
penyulit pada janin, yaitu asfiksia sampai kematian janin dalam rahim.
Banyaknya faktor yang menyebabkan meningkatnya kejadian plasenta
previa disebabkan oleh faktor umur penderita, faktor paritas karena pada paritas
yang tinggi kejadian paritas makin besar yang mana disebabkan oleh
endometrium yang belum sempat tumbuh, faktor endometrium di fundus belum
siap menerima implantasi, endometrium, vaskularisasi yang kurang pada desidua,
riwayat obstetri. Hal tersebut jika dibiarkan begitu saja akan mengakibatkan
terjadinya komplikasi baik pada ibu maupun pada janinnya. Komplikasi yang
dapat terjadi pada klien dengan plasenta previa adalah perdarahan dan
mengakibatkan syok, anemia karena perdarahan, plasentitis, prematuritas janin
dan asfiksia berat, peningkatan mortalitas janin, perdarahan pascapartum karena
perdarahan pada tempat pelekatan plasenta.
Pada tempat tersebut, kontraksi serat otot uterus kurang efektif, sindrom
Sheehan dan defek pembekuan dapat terjadi, namun lebih sering terjadi pada
abrupsio plasenta. Untuk mencegah komplikasi tersebut maka dibutuhkan peran
dan fungsi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan benar meliputi
promotif, preventif, dan rehabilitatif yang dilakukan secara komprehensif dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan antara lain pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan status kesehatan klien, mencegah terjadinya plasenta previa
berulang dan memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, memberikan diit sesuai dengan kebutuhan tubuh cukup kalori, protein
serta memberikan obat-obatan untuk mengobati penyakit dasar dan dalam
perawatan diri pasien secara optimal, sehingga muncul pentingnya asuhan
keperawatan dalam menanggulangi klien dengan plasenta previa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Definisi Plasenta previa adalah ?
2.      Etiologi dari plasenta previa adalah?
3.      Sebutkan klasifikasi dari plasenta previa?
4.      Sebutkan tanda dan gejala dari plasenta previa?

C.     Tujuan
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan plasenta previa

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PLASENTA PREVIA


plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di
depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang
implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau
sebagian ostium internum.Menurut Cunningham (2006), plasenta previa
merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium
uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen
bawah Rahim

B. ETIOLOGI PLASENTA PREVIA


penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup :
1.      Perdarahan (hemorrhaging)
2.      Usia lebih dari 35 tahun
3.      Multiparitas
4.      Pengobatan infertilitas
5.      Multiple gestation
6.      Erythroblastosis
7.      Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8.      Keguguran berulang
9.      Status sosial ekonomi yang rendah
10.  Jarak antar kehamilan yang pendek
11.  Merokok
Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat
dibedakanmenjadi 4 derajat yaitu :
1.      Total bila menutup seluruh serviks
2.      Partial bila menutup sebagian serviks
3.      Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta).
4.      Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan lahir).

C. KLASIFIKASI PLACENTA PREVIA


Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
1.      Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas
tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat
2.      Plasenta Previa Parsialis/Lateralis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada
tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap
tidak dilahirkan melalui pervaginam.
3.       Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan
pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4.      Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)
Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi
jalan lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa
dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau
4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan
jalan lahir.

D. TANDA DAN GEJALA PLACENTA PREVIA


Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
1.      Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2.      Darah biasanya berwarna merah segar.
3.      Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4.      Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
5.      Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan
berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

E. PATOFISIOLOGI PLASENTA PREVIA


Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,
dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah
agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha
mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding
uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi
pendarahan.
Perdarahan antepartum akibat placenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek Karena lepasnya
placenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
placenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada placenta letak
normal
F. PATHWAY PLASENTA PREVIA

Sumber: Modifikasi dari Sukarni, I, Sudarti. 2014 dan Mochtar. 2011


G.   PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAAWATAN
Apabila plasenta previa menutupi jalan lahir baik total maupun sebagian
maka tindakan bedah sesar merupakan pilihan paling aman. Jika plasenta tidak
menutupi mulut rahim (plasenta marginalis atau letak rendah) maka pesalina
pervaginam bisa dilakukan selama tidak ada perdarahan banyak saat persalinan.
Masalah yang sering terjadi adalah jika terjadi perdarahan saat janin belum cukup
bulan (38 minggu) maka tindakan persalinan dapat dilakukan jika perdarahan
berulang dan banyak. Maka umumnya dokter akan memberikan obat pematangan
paru bagi janin. Apabila perdarahan berhenti maka dapat dilakukan tindakan
konservatif (persalinan ditunggu hingga janin cukup bulan)
Penatalaksanaan medic dapat dilakukan dengan :
a.    Jika kehamilan < 36 minggu
Perdarahan sedikit : istirahat baring dan farmakologi, jika perdarahan
berkurang : obat oral dan USG, jika perdarahan masih ada lanjutkan
farmakologi.
Perdarahan bnyak : infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit, dan
golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc
b.   Jika kehamilan > 36 minggu
Jika perdarahan banyak infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit,
dan golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc.
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu :
1.      Kaji kondisi fisik klien
2.      Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3.      Menganjurkan klien istirahat
4.      Mengobservasi perdarahan
5.      Memeriksa tanda vital
6.      Memeriksa kadar Hb
7.      Berikan cairan pengganti intravena RL
8.      Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature
9.      Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur
kehamilan < 37 minggu.

H.      TERAPI
1. Terapi Ekspektatif ( mempertahankan kehamilan )
Sedapat mungkin kehamilan dipertahankan sampai kehamilan 36 minggu.
Pada kehamilan 24 – 34 minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak dan
keadaan ibu dan anak baik, maka kehamilan sedapat mungkin dipertahankan
dengan pemberian :
a.betamethasone 2 X 12 mg ( IM ) selang 24 jam
b. antibiotika
2. Terapi Aktif ( mengakhiri kehamilan )

I.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
2.      Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric
untuk diagnostic plasenta previa namun harus hati – hati karena bahayanya
sangat besar.
3.       Pemeriksaan darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia
darah untuk menunjang persiapan operasi
4.      Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh janin.
5.       Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran
secara cesar.
6.      Isotop Scanning
7.      Pemeriksaan inspekula
Hati – hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan
apakah dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan
lain – lain.
8.      Pemeriksaan radio isotope
Macam – macam pemeriksaan ini antara lain :
a.       plasentografi jaringan lunak
b.      sitografi
c.       plasentografi inderek
d.      anterigrafi
e.       amnigrafi
f.       radio isotopik plasentografi
K.    Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
1.      Pada ibu dapat terjadi :
a.    Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
b.   Anemia karena perdarahan
c.    Plasentitis
d.   Endometritis pasca persalinan
2.      Pada janin dapat terjadi :
a.    Persalinan premature
b.   Asfiksia berat
BAB III
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Plasenta Previa

A. Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar 
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat,
2000 )

1. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas  biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi 
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah  partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.

4.    Pemeriksaan Fisik
a.     Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1)   Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju
pertumbuhan rambut berkurang.
2)   Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3)   Leher
4)   Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu  Bertambahnya ukuran dan
noduler
5)   Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan
resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal,
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal,
penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan
pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
6)   Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7)   Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick), Hipertropi epithelium
8)   Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung,
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal

b.      Khusus
1)       Tinggi fundus uteri
2)      Posisi dan persentasi janin
3)      Panggul dan janin lahir
4)      Denyut jantung janin
B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat mengembangkan daya
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi pengalaman meliputi data subjektif dan
data objektif (Perry dan Potter, 2012).
No Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Hipovolemia karena Gangguan perfusi
• Klien mengatakan mengalami kehilangan darah jaringan (plasental)
perdarahan sejak tanggal 1 Juni tidak efektif
2009 mulai jam 01.30 WIB.
• Klien mengatakan usia
kehamilannya saat ini baru 30
minggu.
• Menurut klien, perdarahan
pertama yang keluar bentuknya
bergumpal.
• Klien mengatakan saat ini
perdarahan yang keluar sudah
agak berkurang dari pada
kemarin.
DO:
• Hasil USG diperoleh
gambaran plasenta previa
menutupi orifisium uteri
interna dengan disertai
gambaran hipoekoik
diantaranya.
• Hb 9,1 gr/dL
• Ht 28 %
• Eritrosit 3,61 jt/ µL
• Konjungtiva klien pucat
• Suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt,
TD 100/70 mmHg, RR 20
X/mn

2 DS: Pendarahaan terus Ansietas


 Klien mengatakan terkadang menerus >
merasa cemas dengan kondisi intervensi aksesio
janin yang ada dalam rahimnya > ansietas
bila sering terjadi perdarahan.
 Klien mengatakan takut kalu
mengalami keguguran.
DO:
 Klien gelisah dan lebih sering
diam.
 Klien lebih sering melamun.

3 DS : pasien mengatakan keluar Plasenta Resiko


berkembang tinggi
darah dari vagina
menutupi infeksi
DO : osetesum uteri >
uterys lebih >
 Perdarahan aktif
serviks terbuka
 Suhu <37.50C plasenta tidak ikut
melebar > sinus
 Leukopenia, Leukosit
margialis pada
>10.000mg/dl plasenta >
pendarahan >
 Nampak tanda-tanda infeksi
resiko infeksi
(rubor, kalor, tumor dll)

C.     Diagnosa Keperawatan

1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif (D.0009)


2. Ansietas (D.0080)
3. Resiko tinggi infeksi (D.0142)

C. Intervensi dan Implementasi Tindakan Keperawatan


DIAGNOSA INTERVENSI OUTCOME
No IMPLEMENTASI
(SDKI) (SIKI) (SLKI)
1. Perfusi jaringan PERAWATAN SIRKULASI 1. Melakukan observasi PERFUSI
(I.02079) terhadap sirkulasi perifer
perifer tidak efektif PERIFER
(odem dan CRT)
(D.0009)  Observasi 2. Melakukan monitoring MENINGKA
 Periksa sirkulasi terhadap panas nyeri atau
T
perifer (mis. Nadi perifer, bengkak pada bagian
edema, pengisian kalpiler, ekstermitas (L.02011)
warna, suhu, angkle 3. Melakukan perawatan
brachial index) kaki dan kuku pada
 Monitor panas, pasien
kemerahan, nyeri, atau 4. Melakukan monitoring
bengkak pada ekstremitas perubahan kulit setiap 2
 Lakukan jam
perawatan kaki dan kuku 5. Melakukan kolaborasi
MANAJEMEN SENSASI pemberian oksigen jika
PERIFER (I. 06195) pasien sesak

 Observasi

 Identifikasi
penyebab perubahan
sensasi
 Identifikasi
penggunaan alat pengikat,
prostesis, sepatu, dan
pakaian
 Monitor
perubahan kulit
 Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
 Terapeutik
 Hindari
pemakaian benda-benda
yang berlebihan suhunya
(terlalu panas atau dingin)
 Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian oksigen, jika
perlu
 Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid, jika perlu

2. Cemas/Ansietas REDUKSI ANSIETAS 1. Melakukan identifikasi TINGKAT


(I.09314) tingkat kecemasan KECEMASAN
(D.0080)
2. Memonitor tanda-tanda
1. Observasi kecemasan pada pasien MENURUN
3. Menciptakan (L.09093)
 Identifikasi saat lingkungan yang aman
tingkat anxietas berubah dan nyaman
(mis. Kondisi, waktu, 4. Memberikan motivasi
stressor) terhadap pasien dengan
komunikasi terapiutik
 Identifikasi
untuk mengurangi
kemampuan mengambil
cemas
keputusan
5. Menjelaskan setiap
 Monitor tanda
prosedur tindakan yang
anxietas (verbal dan non
akan dilakukan terhadap
verbal)
pasien secara jelas dan
2. Terapeutik
singkat
 Ciptakan
6. Mengajarkan pasien
suasana  terapeutik untuk
tehnik distraksi dan
menumbuhkan
relaksasi napas dalam
kepercayaan
untuk mengurangi
 Dengarkan
cemas
dengan penuh perhatian
7. Menganjurkan keluarga
 Gunakan
untuk tetap bersama
pedekatan yang tenang
pasien
dan meyakinkan
8. Melatih pasien untuk
3. Edukasi
melakukan mekanisme
 Jelaskan
kooping pertahanan diri
prosedur, termasuk
dalam memecahkan
sensasi yang mungkin
masalah
dialami
9. Melakukan kolaborasi
 Informasikan
dalam pemberian obat
secara factual mengenai
anti cemas, jika perlu
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
 Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
 Latih teknik
relaksasi
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat anti
anxietas, jika perlu

3. Resiko tinggi PENCEGAHAN INFEKSI 1. Melakukan obervasi


infeksi (I.14539) tanda-tanda infeksi TINGKAT
(D.0142) (Suhu, bengkak dll) INFEKSI
 Observasi 2. Melakukan pengkajian MENURUN
Faktor Risiko: riwayat alergi antibiotik (L.14137)
1. Penyakit  Identifik pada pasien
Kronis asi riwayat kesehatan dan 3. Melaukan pengkajian
2. Efek prosedur riwayat alergi terhadap hasil
Infasif  Identifik laboratorium darah
3. Malnutrisi asi tanda-tanda infeksi pasien
4. Peningkatan seperti rubor, kalor, tumor 4. Menjelaskan kepada
paparan organisme dll. pasien tentang manfaat
patogen lingkungn  Identifik antibiotik, resiko dan
5. Ketidakadeku asi kontraindikasi efek samping dalam
atan pertahanan pemberian antibiotic, jika pemberian antibiotik
tubuh perifer : perlu 5. Melakukan kolaborasi
 Gang  Observa dengan dokter dalam
guan peristltik si hasil laboratorium pemberian antibiotic
 Kerus yang tepat terhadap
akan integritas  Terapeutik pasien jika terjadi
kulit infeksi.
 Perub  Kolabor
ahan sekresi PH asi dalam pemberian
 Ketub antibiotic, jika perlu
an pecah lama  Dokume
 Ketub ntasikan informasi
an pecah pemberian antibiotik
sebelum
waktunya  Edukasi

6. Ketidakadeku  Jelaskan
atan pertahan tujuan, manfaat, resiko
tubuh sekunder yang terjadi, jadwal dan
 Penur efek samping pemberian
unan antibiotik
Hemoglobin
 Leuko
penia

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan(Hidayat, 2002).

No HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI


1. CRT <2 detik, tidak terdapat odema
2. SPO2 diatas 90%
Perfusi jaringan
3. Tidak terjadi perubahan warna kulit dan
2 - perifer tidak
diujung jari/kuku
efektif (D.0009)
4. Tidak menggunakan O2 sebagai alat bantu
napas
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Pasien tampak aman dan nyaman
3. Pasien dapat memahami KIE yang
Cemas/ketakutan
diberikan oleh perawat
(D.0080)
4 - 4. Pasien dapat mengambil keputusan sendiri
5. Pasien dapat melakukan mekanisme
kooping sendiri dalam memecahkan
masalahnya
6. Pasien mengatakan cemas berkurang
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Hasil laboratorium darah dalam batas
normal (Leukosit, Hb dll)
Resiko tinggi 3. Resiko infeksi berkurang
5 -
infeksi (D.0142) 4. Tidak ada riwayat alergi antibiotik
5. Pasien dapat memahami prosedur
pemberian antibiotik(manfaat, gejala dan
efek samping)
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian uterusnya.Seluruh plasenta
biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh
organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui
sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan
lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

B.     Saran
Keadaan perdarahan sebelum persalinan merupakan keadaan yang dapat
berakibat fatal jika tak mendapatkan penangan intensif, karena itu dalam hal ini
para perawat sebaiknya cermat melihat kondisi pasien misalnya pendarahan pada
plasenta prefia, agar jika terjadi keadaan darurat dapat segera tertangani
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, TM 2004, Plasenta previa, diakses tanggal 1 Juni


2009, http://library.usu.ac.id

Manuaba, IBG 2003, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga


berencana untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta.

Nugroho, Taufan. 2012. Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika


Oxorn,

Harry. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:


Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai