Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH REKLAMASI

Disusun :

1. Helena Dewi Aprilia Sianturi ( 01.2019.1.05992 )


2. M. Rizky Yudha Pratama (01.2020.1.90734)

Dosen :

Fahmi Firdaus Al Rizal ST.,MT

NIP. 193150

JURUSAN TEKNIK SIPIL

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pemekaran kota menjadi alasan utama reklamasi sehingga alternatif reklamasi


pantai dilakukan karena berbagai alasan berkaitan dengan peningkatan jumlah penduduk
akibat dari pertambahan penduduk alami maupun migrasi dan kesejahteraan penduduk
yang miskin mendorong mereka yang semula tinggal di tengah kota memilih ke daerah
pinggiran atau tempat baru untuk dapat memulai usaha demi meningkatkan
kesejahteraannya serta penyebaran keramaian kota, semula semua kegiatan terpusat di
kota sehingga dibutuhkan ruang baru untuk menampung semua kegiatan yang mana tidak
bisa difasilitasi dalam kota (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001:19). Kegiatan
reklamasi pantai sebenarnya bukan hanya untuk mendapatkan lahan murah, tetapi juga
untuk lebih meningkatkan fungsi sekaligus memperbaiki keadaan yang tidak diinginkan.
Misalnya, bila suatu daerah telah sering banjir karena pasang laut atau air hujan menjadi
tidak banjir

Kota pantai dengan jumlah penduduk yang besar dan kegiatan perekonomian
yang pesat, tetapi seringkali lahan yang tersedia tidak mendukung pertumbuhan dan
perkembangan wilayah kota tersebut. Lahan menjadi terasa sangat sempit untuk dapat
memenuhi kebutuhan kota untuk perkantoran dan pemukiman, lokasi perindustrian,
pelabuhan dan fasilitas sosial lainnya seperti pusat perdagangan, hiburan dan wisata.
Wilayah pesisir yang mana berada di bawah kewenangan pengelolaan daerah seringkali
mendorong Pemerintah Daerah untuk mewujudkan ruang baru sebagai tempat untuk
berbagai aktifitas. Realita tersebut mendorong wilayah yang ada di pinggir pantai untuk
terus mencari alternatif baru sebagai tempat menampung kegiatan perkotaan. Pada
dasarnya, reklamasi pantai dilakukan sebagai upaya untuk memperluas wilayah daratan
dengan berbagai tujuan yang sah dan telah dipraktekkan secara luas di seluruh dunia.
Upaya manusia mempertimbangkan akan terbatasnya daratan sebagai tempat aktifitas
utama manusia, baik sebagai sarana pemukiman, industri, perdagangan dan lain
sebagainya
Kebutuhan dan juga manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna lahan,
aspek pengelolaan pantai dan ekonomi (M. Farchan, 2008:4). Tata ruang suatu wilayah
tertentu kadang membutuhkan untuk direklamasi agar dapat berdaya dan berhasil guna.
Untuk pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pun pemukiman
yang perairan pantainya dangkal wajiblah untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
Terlebih kalau di area pelabuhan itu, reklamasi menjadi suatu kebutuhan mutlak untuk
pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-peti
kontainer, pergudangan dan mengurangi kepadatan yang menumpuk di kota dan
menciptakan wilayah yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah yang sudah
disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak berada di bantaran sungai maupun
pantai.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini akan dikupas secara mendasar dan detail tentang:
a) Definisi Reklamasi
b) Material Untuk Reklamasi
c) Metode Konstruksi Reklamasi

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah penulis ingin menyampaikan penjabaran
tentang definisi reklamasi, material yang digunakan ketika reklamasi, penyelidikan tanah
sebelum reklamasi, serta metode pelaksanaannya. Dengan adanya makalah ini, penulis
juga berharap para pembaca dan penulis sendiri dapat menambah wawawan lebih
mengenai reklamasi pantai.
1.4 MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari tugas makalah ini adalah sebagai bahan masukkan yang sangat berguna
bagi perencanaan reklamasi pantai. Memberikan sumbangan pemikiran yang berguna
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan perbandungan bagi peneliti lain
yang memiliki minat melakukan penelitian dengan aspek yang sama, diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang reklamasi pantai serta dampak terhadap lingkungan fisik,
biotik, dan sosial serta perkembangan dan perubahan fungsi ruang di wilayah kepesisiran
dan dapat menjadi masukan bagi para pelaku, perencana dan pengelola reklamasi pantai
agar dalam melaksanakan dapat meminimalkan dampak negatif.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 REKLAMASI

Reklamasi daratan, biasanya disebut reklamasi, adalah proses


pembuatan daratan baru dari dasar laut atau dasar sungai. Tanah yang direklamasi
disebut tanah reklamasi atau landfill.

Menurut Undang-Undang definisi reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh


orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut
lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan
atau drainase.  Reklamasi dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas penimbunan suatu
areal dalam skala relatif luas hingga sangat luas di daratan maupun di areal perairan
untuk suatu keperluan rencana tertentu.

Reklamasi bertujuan untuk menambah luasan daratan untuk suatu aktivitas yang
sesuai di wilayah tersebut. Sebagai contoh pemanfaatan lahan reklamasi adalah untuk
keperluan industri, terminal peti kemas, kawasan pariwisata dan kawasan pemukiman.
Selain untuk tujuan di atas, kegiatan reklamasi ini juga dapat dimanfaatkan untuk
keperluan konservasi wilayah pantai. Kegiatan ini dilakukan bilamana suatu wilayah
sudah tererosi atau terabrasi cukup parah sehingga perlu dikembalikan seperti kondisi
semula, karena lahan tersebut mempunyai arti penting bagi Negara, misalnya konservasi
pulau Nipa, Batam. Konservasi pulau Nipa dilakukan untuk mempertahankan batas
Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ).

Reklamasi pantai akan berdampak terhadap aktifitas sosial, lingkungan, hukum,


ekonomi dan bahkan akan memacu pembangunan sarana prasarana pendukung lainnya.
Dengan adanya reklamasi, diharapkan kebutuhan akan lahan akan terpenuhi, namun disisi
lain dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya meningkatkan potensi banjir,
kerusakan lingkungan dengan tergusurnya pemukiman nelayan dari pemukiman pantai.
Untuk menghindari dampak tersebut di atas, maka dalam perencanaan reklamasi harus
diawali dengan tahapantahapan, diantaranya adalah kegiatan konsultasi publik yaitu
kegiatan untuk menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan reklamasi ke seluruh stake
holder atau pemakai kawasan pantai. Disamping kegiatan tersebut perlu dilakukan pula
perencanaan reklamasi pantai yang benar dengan dasar akademik dan data-data primer
( kunjungan- kunjungan ke lapangan ).

Reklamasi di Indonesia

Di Indonesia, reklamasi untuk membentuk daratan yang dilakukan dari garis


pantai disebut dengan reklamasi pantai, dan diatur melalui Peraturan menteri Pekerjaan
Umum No. 40 tahun 2007 tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai. Beberapa pihak juga menggunakan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
sebagai dasar hukum reklamasi, tetapi Permen KP tersebut hanya berisi pelimpahan
wewenang pengelolaan dari menteri ke kepala daerah yang telah diatur butir-butirnya dan
tidak mencakup pembuatan satuan kerja pengelolaan yang baru selain yang telah
disebutkan

Dalam Permen PU No. 40 tahun 2007, syarat untuk mengajukan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) yaitu:

- Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan
reklamasi pantai;
- Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Wali kota, baik yang akan
direklamasi maupun yang sudah direklamasi;
- Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau
kajian/kelayakan properti (studi investasi);
- Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional

Sedangkan tahap-tahap pelaksanaannya yaitu:

1. Persiapan
2. Pengumpulan Data
3. Analisis, terutama AMDAL
4. Konsepsi rencana
5. Diskusi terbuka bersama antara pemerintah, swasta, masyarakat, DPRD, perguruan
tinggi, dan pemangku kepentingan lainnya
6. Pengesahan

AMDAL yang belum dipublikasikan kepada umum, didiskusikan secara terbuka, dan
disahkan oleh kementerian lingkungan tidak bisa menjadi syarat untuk mengajukan
RDTR reklamasi.

2.1.1 Sistem Reklamasi

Ada beberapa sistem yang menyangkut pertimbangan-pertimbangan, yaitu


tujuan reklamasi itu sendiri, kondisi dan lokasi lahan, serta ketersediaan sumber
daya. Beberapa sistem tersebut adalah sebagai berikut:

a) Sistem Kanalisasi

Membuat kanal-kanal atau saluran drainase (kondisi tertentu dilengkapi


pintu ) bertujuan untuk menurunkan muka air sehingga lahan bisa dimanfaatkan.
Sebagai contoh adalah perkebunan kelapa sawit di daerah gambut.

b) Sistem Polder

Dalam sistem ini yaitu: melingkupi suatu lahan basah (genangan ) dengan
tanggul yang diusahakan kedap air dan menurunkan tinggi muka air tanah di
dalam areal tersebut, selanjutnya mengendalikan tinggi muka air supaya selalu
berada di bawah ambang batas yang dikehendaki, sehingga lahan cukup kering
dan siap untuk dimanfaatkan untuk pertanian, perindustrian dan lain-lainnya.
Keberhasilan dari sistem ini adalah menjaga atau mempertahankan kondisi muka
air tanah sehingga diperlukan kemampuan pompa untuk mengatur muka air
tersebut.

Keuntungan sistem ini adalah volume tanah urugan sangat kecil terutama
jika lahan tidak perlu ditinggikan. Kekurangannya adalah diperlukan biaya cukup
besar untuk pembuatan tanggul, sistem kanal dan saluran serta sistem pompa.
Selain itu diperlukan waktu yang cukup panjang untuk penyiapan lahan reklamasi
tersebut. Sistem Polder ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1) Polder Dalam.

Air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang ke laut akan tetapi ke
waduk-waduk tampungan atau ke suatu saluran yang ada di luar polder untuk
kemudian dialirkan ke laut.

2) Polder Luar

Air dari polder langsung dibuang ke laut.

c) Sistem Urugan atau Timbunan

Sistem reklamasi dengan jalan mengurug lahan yang akan direklamasi


kemudian diikuti dengan langkah-langkah perlindungan dari sistem perbaikan
tanahnya ( tanah urug reklamasi ). Sistem ini berkembang didukung dengan
berbagai jenis alat-alat besar seperti alat penggalian tanah, alat pengambilan dan
pengeruk tanah, alat-alat transport, perlengkapan penebaran bahan-bahan tanah
urug, dan alat perlengkapan pemadatan tanah. Pada sistem ini dibedakan dua
macam cara kerja yaitu:

1) Hydraulic Fill: Dibuat tanggul terlebih dahulu baru kemudian dilakukan


pengurugan.

2) Blanket Fill: Tanah di urug lebih dahulu baru kemudian tanggul atau sistem
perlindungan dibuat belakangan.

d) Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan

Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan,


yaitu setelah lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut
ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan
reklamasi dan muka air laut tidak besar
e) Sistem Drainase

Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif
rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi
dari elevasi muka air laut.

2.1.2 Manfaat Reklamasi

a) Perluasan Lahan
Bagi negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, reklamasi dapat
digunakan untuk mengatasi kendala keterbatasan lahan, yang nantinya dapat
dimanfaatkan menjadi lahan pemukiman yang baru. Manfaat reklamasi pantai di
sini adalah tanah diperoleh tanpa melakukan penggusuran penduduk.

b) Memperbaiki Kondisi Lahan

Manfaat reklamasi selanjutnya adalah menjadikan kawasan berair atau lahan


tambang yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Kawasan baru tersebut biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman,
perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata.

Selain kedua keuntungan diatas, reklamasi yang dilakukan dengan


perencanaan yang matang dapat menghasilkan berbagai manfaat positif, seperti:

1. Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi terlindung dari erosi karena


konstruksi pengaman sudah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan
gempuran ombak laut.
2. Daerah yang ketinggiannya di bawah permukaan air laut bisa terhindar dari
banjir apabila dibuat tembok penahan air laut di sepanjang pantai.
3. Tata lingkungan yang bagus dengan peletakan taman sesuai perencanaan
dapat berfungsi sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung. Hal
ini bisa membuka mata pencaharian baru bagi warga sekitar.
4. Pesisir pantai yang sebelumnya rusak, menjadi lebih baik dan bermanfaat.
2.1.3 Dampak Reklamasi

Seperti aktivitas pada umumnya, pro dan kontra juga terjadi pada pelaksanaan
reklamasi. Sebelum reklamasi dilakukan, ada beberapa hal yang patut menjadi
pertimbangan:

a) Bagaimana reklamasi dapat bermanfaat dan memperbaiki lingkungan, dan


bukannya merusak.
b) Persiapan untuk menjaga biota laut dari efek samping yang mungkin muncul
dalam proses pembangunan.

Dampak positif kegiatan reklamasi antara lain ;

1. Terjadinya peningkatan kualitas dan nilai ekonomi kawasan pesisir


2. Mengurangi lahan yang dianggap kurang produktif
3. Penambahan wilayah
4. Perlindungan pantai dari erosi
5. Peningkatan kondisi habitat perairan
6. Penyerapan tenaga kerja dan lain-lain.

Tanpa persiapan yang matang, daerah reklamasi rawan terkena dampak negatif,
seperti:

1. Dampak fisik seperti halnya perubahan hidroseanografi


2. Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai
kolam telah berubah menjadi daratan atau sedimentasi
3. Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainnya rawan tenggelam.
Setidaknya, air asin laut yang naik ke daratan membuat banyak tanaman yang
mati, mematikan area persawahan dari fungsi untuk bercocok tanam. Hal ini
banyak terjadi di wilayah pedesaan pinggir pantai.
4. Akibat sejenis dari point kedua di atas adalah cepatnya peninggian muka air di
lokal luar areal lahan reklamasi juga rawan tenggelam karena air hujan yang
semestinya cepat sampai ke laut menjadi tertahan oleh daratan reklamasi
sehingga juga mengalami banjir perkampungan pantai.
5. Rusaknya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan
alam menjadi terganggu. Apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar
maka dapat memengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan planet Bumi secara
signifikan
6. Selain itu, reklamasi juga akan berdampak pada perubahan sosial ekonomi
seperti kesulitan akses publik ke pantai dan berkurangnya mata pencaharian

Namun dengan penanganan yang tepat, dampak negatif reklamasi pantai


umumnya tidak bersifat permanen atau bahkan mungkin tidak akan terjadi.

2.3 MATERIAL UNTUK REKLAMASI

Material Urugan Reklamasi Dalam Pekerjaan reklamsi dengan urugan, ada


beberapa aspek yang dipertimbangkan yaitu antara lain: jenis material, volume kebutuhan
material, lokasi sumber material, waktu yang tersedia dan biaya. Sehingga akan
berpengaruh pada metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan.

2.3.1 Jenis Material

a) Material Pasir
Material urugan yang baik umumnya berupa pasir dengan kandungan pasir halus
tidak melebihi 15%, Sedangkan untuk dasar tanggul dan untuk permukaan dasar
tanah yang lembek, maka persyaratannya lebih baik lagi yaitu bandingan fraksi
halusnya < 10%. Analisis material diambil dari hasil pemboran dan hasilnya
menunjukkan :
- Plastisitas : Sebaiknya Plastisitasnya kecil ( <10%)
- Kohesivitas : Sebaiknya kecil ( 1,5 s/d 5 kgf/cm² )
- Sudut geser dalam : Sebaiknya besar ( 45º s/d 50º )
- Berat Jenis : ± 2,6 kg/cm².
- Permeabilitas : 1 x 10-4 cm/detik.

b) Material Batu
Material ini terutama digunakan sebagai konstruksi perlindungan daerah yang
akan direklamasi antara lain yaitu: Dengan tumpukan batu ( Rubble Mound ) jenis
batu yang digunakan umumnya merupakan batuan beku karena batuan ini
memiliki nilai ketahanan yang tinggi terhadap proses erosi dan pelapukan.

c) Material Tanah
Sebagai material reklamsi tanah umumnya lebih banyak digunakan sebagai
material penutup pada bagian paling atas suatu timbunan ( soil Cover ).

2.3.2 Sumber Material

Kebutuhan material bahan timbunan reklamasi yang akan digunakan


umumnya meliputi jumlah jutaan ton dan diusahakan letaknya tidak terlalu jauh
dari lokasi lahan reklamasi. Lokasi sumber material dapat berada di daratan ( on
shore ) maupun yang bersumber dari dasar laut.

a) Sumber Material Daratan


Sumber material daratan dapat berupa bukit atau deposit datar. Sumber
material yang berupa bukit umumnya berupa batuan beku ( Andesit ) dan tanah
urugan ( Soil Cover ). Sedangkan sumber material deposit datar pada umumnya
berupa material pasir ( endapan alluvial ). Sumber material dari bukit dapat digali
dengan wheel – dredger, yaitu alat pengeruk yang mana pengerukannya terpasang
pada suatu roda yang diputar. Sedangkan yang dari deposit datar digali dengan
mempergunakan jenis alat penggalian seperti excavator. Bahan yang sudah digali
dengan wheel-dredger, kemudian diangkut ke tempat ( terminal ) pemuat dengan
menggunakan ban berjalan ( belt conveyor).

b) Sumber Material di Laut


Sebagai alternatif bahan timbunan diambil dari sumber yang berlokasi di
laut yaitu berupa pasir endapan di dasar laut. Pengambilan pasir endapan tersebut
untuk kapasitas besar menggunakan cutter suction dredger yang dimuatkan di
kapal itu sendiri ( hopper dredger ) atau ketongkang kemudian dibawa ke lokasi
dimana material tersebut dipompakan kelahan yang akan di urug. Selain itu
pengambilannya bisa menggunakan grab-dredger yang dipasang di atas suatu
tongkang besar. Sebagai tempat penampungan biasanya mempergunakan
tongkang berukuran besar baru kemudian diangkut ke lokasi lahan reklamasi
menggunakan tongkang- tongkang kecil.

2.2 METODE KONSTRUKSI REKLAMASI

Peralatan vanq digunakan Jenis dan jumlah peralatan untuk pelaksanaan reklamasi
tergantung sekali dari :

a) Sumber material (quarry), di laut atau di darat.


b) Lokasi reklamasi, di laut, di pantai. di rawa-rawa, dan sebagainya.

Apabila quarry tersebut terletak di darat (sungai, bukit) maka peralatan peralatan yang
diperlukan lebih didominasioleh peralatan daratan, seperti :

- Armada dump truck, untuk pengangkut.


- Motor grader, crawler tractor, tire loader dan yang sejenis untuk pemindah dan
tanah/material.
- Tandem roller, vibrating roller, dan lain-lain untuk pemadatan.
- Excavator dengan fungsi yang dapat diubah-ubah, misalnya : backhoe, clamshell,
shovel, dan lain-lain.

Timbunan reklamasi di laut atau di kawasan yang berair (apalagi yang


bergelombang), umumnya memakar tanggul dari susunan batu kosongan sebagai shore
protection. Batu-batu tersebut mempunyai persyaratan :
1. Berat minimal (dihitung), baik untuk lapisan primer maupun lapisan inti (kg).
2. Sifat batuannya harus keras,
3. Bersih dan permukaan tidak rata dan tidak licin (syarat interlocking yang baik),
4. Berat volume lebih besar dari 2,3
5. Serta sifat ketahanan terhadap sodium sulfat maximum 10 %.

Pekerjaan reklamasi laut atau pantai, sebagian besar quarrynya berasal dari dasar laut
atau dari pulau tertentu yang menyeberangi laut. Walaupun quarry yang berlokasi di
daratan adakalanya tersedia, biasanya alternatif ini jarang direalisir karena beberapa
pertimbangan kerugian sebagai berikut :

- Memerlukan armada angkutan darat (dump truck) yang sangat banyak.


- Menganggu kebersihan kota atau desa yang dilewatinya (banyak tanah dan pasir yang
tumpah berceceran disepanjang jalan).
- Menyebabkan kemacetan lalu lintas.
- Ongkos angkut material dengan dump truck, mudah dipermainkan oleh paraspekulan
atau sindikat.
- Menyebabkan kerusakan jalan-jalan yang dilaluinya.
- Waktu pelaksanaan mulai dari transportasi darat hingga ke temporary dumping area
relatif lama.

Oleh karena alasan di atas, maka disini lebih diprioritaskan pemberian contoh untuk suatu
pekerlaan reklamasi yang sumber materialnya berasal dari dasar laut / sungai, sehingga
secara makro adalah merupakan kombinasi pekerjaan dredging & reclamation.

Berikut merupakan metode konstruksi reklamasi;

A. Pekerjaan Persiapan

Meliputi pekerjaan : perijinan lokasi Shunting Yard di darat, mobilisasi peralatan,


pemasangan rambu-rambu dan patok batas areal reklamasi, rambu-rambu untuk posisi
areal quarry pengerukan. Shunting Yard (= Plant Area) dapat dicari di sekitar pantai.
Mobilisasi peralatan dapat diawali dengan kapal keruknya. Rambu-rambu dan tanda
batas dapat berupa tiang kayu atau bambu yang ditancapkan pada sisi luar areal
reklamasi atau pengerukan dapat juga dipakai bola-bola yang diikat dengan beton dan
ditenggelamkan pada posisi tepat di ujung-ujung bangunan atau tepi lokasi.
Penggunaan peralatan posisioning berupa EDM (Electronic Data Measurement) atau
Total Station merupakan keharusan agar setiap posisi dapat ditentukan dengan tepat.

B. Pembersihan Lapangan
Sebelum reklamasi dilaksanakan, perairan pantai perlu dibersihkan dari
bahanbahan organik dan anorganik berupa sampah kota, bangkai pohon, kapal karam
dan lain sebagainya.

C. Pemasangan Tanggul Bawah


Sand Bag (karung pasir) berupa karung PVC kapasitas 50 kg diisi penuh dengan
pasir dan ditata sepanjang perairan yang ditentukan. Pemasangan awal adalah di area
stock Piling yang berukuran 50 m. Selanjutnya pemasangan sand bag adalah
sepanjang seluruh areal tepi reklamasi. Pemasukan pasir ke dalam karung harus dapat
menggunakan mesin, sedang penempatannya di laut hanya dapat dilakukan secara
manual

D. Pekerjaan Pengerukan
Peralatan keruk paling sesuai adalah jenis Trailing Suction Hopper Dredger.
Proses pengerukan dimulai dengan mengeruk dan membuang lapisan tanah lunak.
Setelah sampai pada tanah bergradasi baik dari jenis pasir halus dapat
ditransportasikan ke lokasi reklamasi. Penumpahannya dilakukan dengan
menyemprotkan melalui pipa apung yang tersedia.

E. Pengadaan Stock Piling Area


Stock Piling Area ini sangat penting diadakan agar pekerjaan pengerukan dapat
berlangsung kontinyu tanpa terhambat kecepatan pekerjaan lain, khususnya
pemasangan sand bags. Seluruh material untuk reklamasi dapat dibuang pada areal
ini, selanjutnya dengan bantuan sejumlah Buldozer atau Motor Grader diratakan ke
areal sekelilingnya.

F. Pengadaan Instrument Soil Monitoring


Hal ini perlu dilakukan, karena untuk perhitungan volume reklamasi, untuk
mengetahui terjadinya settlement dan sliding. Dalam pelaksanaan pembuatan tanggul
dan reklamasi perlu diperhatikan kemiringan (slope) timbunan supaya tidak terjadi
sliding (kelongsoran). Untuk soil monitoring selama reklamasi akan dipasang alafalat
sebagai berikut :
- Settlement Plate
- Tassometermultipoint
- lnclinometer
- Piezometer

G. Pekerjaan Pengurungan Reklamasi


Merupakan kegiatan penuangan dan yang ditentukan dalam dokumen gambar
rencana. Pengurugan dilakukan tanpa pemadatan sampai elevasi 1,80 m LWS
(sekedar contoh). Pengurugan dilakukan dengan menggunakan barge atau disemprot
yang langsung menuangkan material reklamasi ke area reklamasi. Hal ini dilakukan
terus menerus sampai diatas muka air yang dilanjutkan dengan perataan serta
pemadatan. Untuk lapisan reklamasi dibawah muka air tidak perlu dipadatkan. Untuk
perataan muka tanah hasil reklamasi digunakan Buldozer , sedangkan pemadatannya
dengan temper/mesin gilas yang bergetar dan alat pemadat lainnya. Dalam pemadatan
tersebut harus mencapai nilai CBR yang disyaratkan.

H. Pemasangan Vertikal Drain


Pabricated Vertical Drain (PVD) dipasang untuk mempercepat penurunan.
Lembaran Vertical Drain ditanam ke dalam lapisan tanah dengan menggunakan alat
pancang dilengkapi dengan bentuk "mandref” khusus. Vertical Drain melekat pada
alat pancang dalam bentuk rol, dan akan dipotong per segmen bila selesai dipancang.

I. Pemasangan Tanggul Atas


Untuk dapat memulai mereklamasi lapisan selanjutnya, tanggul karung pasir
(Sand bag) perlu dipertinggi sampai elevasi akhir .

J. Pemasangan Settlement Plate


Pada pelapisan urugan diatas elevasi + 1,80 m LWS (pada contoh) setelah
dipasangi Vertical Drain perlu ditambah dengan settlement plate baru.
Pemasangannya diletakkan berseling jarak dengan settlement plate dibawahnya.
Meletakkan settlement plate harus pada lapisan yang rata, diusahakan agar dapat
berdiri tegak lurus dan harus dihindarkan dari digilas atau ditabrak peralatan
pemadatan.

K. Pemasangan Horizontal Drain


Agar air dari limpahan Vertical Drain dapat keluar dengan cepat, maka diatas
ujung Vertical Drain dilapisi lapisan pasir kasar sebagai media drainage horizontal.
Tebal lapisan pasir ± 50 cm, dari jenis kualitas pasir bergradasi baik dan berkualitas
baik. Diatas elevasi pasir drarnage lapisan tanah reklamasi ditimbun tiap lapis setebal
50 cm dan di padatkan. Reklamasi Bagian Atas m.

L. Reklamasi Bagian Atas


Diatas elevasi pasir drarnage lapisan tanah reklamasi ditimbun tiap lapis setebal
50 cm dan di padatkan.

M. Pekerjaan Pemadatan
Peralatan pemadatan digunakan Pneumatic Tyred Ralter sebesar 5 ton Jumlah
Lintasan dan kecepatan alat bergantung hasil test lapangan. Pemadatan harus hati-hati
agar tidak menyebabkan rusaknya peralatan pengamatan tanah (soil monitoring).
N. Pemasangan Geotextile
Dilakukan bila pekerjaan reklamasi mencapai + 3,00 m LWS (angka sekedar
contoh). Geotextile digelar mulai dari posisi Berm dari tanggul nantinya ditarik keatas
hingga tepi timbunan sand bag lalu dilipat ke atas, tanpa perlu meratakan lerengnya
Secara khusus. Kebutuhan panjang geotextile dapat disesuaikan langsung di
lapangan, demikian juga untuk arah melebarkannya harus langsung dijahit di tempat.
Pemasangan Geotextile.

O. Pemasangan Berm, Secondary Layer & Primary Layer

Berm perlu dipasang secepatnya setelah geotextile bagian bawah sudah berada
padaposisi nya. Ditata berbentuk gundukan trapesium. Secondary layer berupa batuan
kecil sampai sedang seberat maksimum 20 kg ditata secara random diatas geotextile
sampai setebal t=50 cm. Diikuti pemasangan lapisan primer (primary layer) dengan
batu besar (max. 60 kg) Setebal t=90 cm sepanjang tepi, Pemasangan batuan ini
diusahakan serapi mungkin sehingga sela antar batuan terisi seluruhnya.

Tinggi timbunan reklamasi pada saat pelaksanaan phisik tidaklah sama dengan tinggi
timbunan rencana Jadi misalnya tinggi timbunan reklamasi menurut rencana adalah +
3.50 m LWS, maka tinggi timbunan total pada saat pelaksanaan penimbunan haruslah
lebih tinggi lagi, yaitu dengan mempertimbangkan adanya penurunan tanah asli (soil
settlement) yang akan terjadi sebagai akibat adanya timbunan reklamasi tersebut. Apabila
hal ini tidak dipatuhi, maka pasti dalam kurun waktu tertentu (bisa bulanan, bisa tahunan)
elevasi final dari permukaan tanah hasil reklamasi, akan menjadi lebih kecil dari + 3.50 m
LWS. Kejadian ini tentunya tidak dikehendaki. Penentuan dari tinggi timbunan final pada
saat pelaksanaan phisik (dengan mempertimbangkan adanya settlement)
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sebagaimana telah dijelaskan dalam ketentuan dari Peraturan Menteri Pekerjaan


Umum No. 40/PRT/ M/2007 tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai, bahwa kegiatan reklamasi ini pada dasarnya tidak dianjurkan, namun
demi kepentingan umum dengan memperhatikan segala manfaatnya maka reklamasi
dapat diajukan asalkan sesuai ketentuan yang berlaku dan memperhatikan aspek yang
terkait berikut dampak dan manfaatnya. Pengelolaan mengenai wilayah pesisir khususnya
yang menyangkut perencanaan, pemanfaatan, hak dan kewajiban, akses masyarakat,
penanganan konflik, konservasi, mitigasi bencana, rehabilitasi kerusakan dan penjabaran
dari pedoman reklamasi masih belum diatur.

Kegiatan reklamasi di Indonesia sudah bukan barang yang langka lagi. Sudah banyak
megaproyek reklamasi yang tersebar dari Indonesia bagian timur hingga ke Indonesia bagian
barat. Dalam pelaksanaannya reklamasi membutuhkan suatu penyelidikan terhadap kondisi tanah
yang riil dan harus akurat. Untuk itu dibutuhkan suatu perencanaan yang matang sebelum
membuat bangunan reklamasi.

3.2 SARAN

Peraturan Daerah haruslah memberikan kepastian dan juga perlindungan hukum,


memperbaiki tingkat kesejahteraan dari masyarakat wilayah pesisir melalui pembentukan
peraturan yang dapat menjamin semua kepentingan stakeholder. Untuk itu, penting untuk
dibuat peraturan di tingkat daerah yang mana mampu mewujudkan cita-cita bersama
dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada di wilayah laut. Reklamasi merupakan
suatu bagian kecil dan tak terpisahkan dari pengelolaan pesisir secara terpadu sehingga
pelaksanaanya harus mengacu pada perencanaan pesisir secara menyeluruh dan tidak bisa
dipisahkan. Namun yang harus diingat adalah untuk persoalan reklamasi belum ada
payung hukum yang mana bisa dijadikan pedoman oleh daerah untuk pelaksanaannya.
Dengan payung hukum, wilayah laut dan masyarakat wilayah pesisir akan semakin
terlindungi.

Anda mungkin juga menyukai