Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hilman Catur Prahanda

NIM : A1D019038
Mata Kuliah : Teknologi Pasca Panen

1. Metode penyimpanan yang tepat agar produk tersebut kualitasnya produk hasil panen tetap
terjaga adalah
➢ Teknik pendinginan merupakan salah satu cara pengawetan tertua yang didasarkan
pada pengambilan panas dari bahan. Teknik pendinginan (refrigerasi) mengacu
pada proses penurunan suhu produk yang tidak mencapai titik bekunya yang artinya
selama proses pendinginan, suhu bahan pangan menurun tetapi kandungan air
didalamnya tidak sampai membeku. Pendinginan produk pangan biasanya
dilakukan pada suhu -2C sampai dengan 16C. salah satu produk yang perlu Teknik
pendinginan adalah buah-buah dan sayuran agar hasil panen dari keduanya tidak
mengalami proses penyusutan bobot dan mengalami pembusukan.
➢ Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
besar air dari bahan dengan menggunakan energi panas. Pengeluaran air dari bahan
dilakukan sampai kadar air keseimbangan dengan lingkungan tertentu dimana
jamur, enzim, mikroorganisme, dan serangga yang dapat merusak menjadi tidak
aktif.Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kandungan air bahan sampai
batas tertentu sehingga aman disimpan sampai pemanfaatan yang lebih lanjut.
Dengan pengeringan, bahan menjadi lebih tahan lama disimpan, volume bahan
lebih kecil, mempermudah dan menghemat ruang pengagukutan, mempermudah
transportasi, dan biaya produksi menjadi murah.Prinsip pengeringan adalah proses
penghantaran panas dan massa yang terjadi secara serempak. Dalam pengeringan,
air dihilangkan dengan prinsip perbedaan kelembaban antara udara pengering
dengan bahan yang dikeringkan. Salah satu komoditas yang dikeringkan adalah
kakao atau coklat, kopi dan mlinjo.
➢ Pengalengan ialah salah satu teknik dalam mengemas atau bisa juga menyimpan
produk pangan dalam kemasan yang berupa kaleng dimana nanti produk diawetkan
secara hermetis. Adapun hermetis ini merupakan proses dalam menjaga supaya
produk kedap air, kedap udara, mikroba serta benda asing yang lainnya. Prinsip
utama dalam pengalengan ialah pengawetan sekaligus penyimpanan pangan
melalui perlakuan khusus guna membunuh mikroba yang terdapat di dalamnya.
Oleh sebab itu, dalam pengalengan umumnya disertai proses sterilisasi yang
dilakukan secara komersial supaya mikroba pembusuk dan mikroba patogen mati.
Conth hasil panen yang dikalengkan biasanya buah-buahan segar seperti nanas,
kiwi, lemon, dan sayur-sayuran hijau seperti brokoli.
➢ Pelilinan merupakan suatu teknik yang melapisi bagian permukaan buah agar tetap
terjaga kesegarannya dengan menekan angka laju respirasi dan laju transpirasinya.
Pelilinan bertujuan untuk mengganti lapisan lilin yang hilang akibat dari proses
mekanik pemanenan dan menutupi pori-pori yang ada dipermukaan buah karena
proses respirasi buah melalui pori-pori buah. Pelapisan lilin pada permukaan buah
dapat mencegah terjadinya penguapan air (transpirasi) sehingga dapat
memperlambat kelayuan, menghambat laju respirasi, dan mengkilapkan kulit buah
sehingga menambah daya tarik bagi konsumen.
2. Dapat merusak hasil panen apabila tidak dilakukan sortasi, hal ini terjadi karena hasil panen
tersebut tidak dipisahkan atau tidak dilakukan pemilihan berdasarkan kualitas, kelayakan,
ukuran, dan berat dari produk hasil panen sehingga produk memiliki laju transpirasi yang
berbeda-beda, laju susut yang berbeda. Hal ini dapat mempengaruhi hasil panen satu saa
lain sehigga hasil panen yang tadinya berkualitas jadi tidak berkualitas. Akibat tidak
dilakukannya sortasi adalah hasil panen yang rusak atau terserang hama pasca panen akan
mempengaruhi kualitas hasil panen yang bagus sehingga hasil panen yang bagus tersebut
kualitasnya menurun. Kualitas produk yang sangat menurun tersebut diakibatkan mungkin
dari salah satu produk ada yang diserang hama atau penyakit, laju transpirasi yang berbeda-
beda, dipengaruhi oleh fisik, bioogi, kimia dari hasil panen tersebut. Contoh komoditas
yang jika tidak dilakukan sortasi akan berakibat fatal adalah sayuran dau seprti sawi,
kangkong, pakcoy, seledri, dan lain-lain.
3. Iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan baik dengan menggunakan zat
radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan
pangan serta membebaskan dari jasad renik patogen. Iradiasi pangan merupakan proses
yang aman dan telah disetujui oleh lebih kurang 50 negara di dunia dan telah diterapkan
secara komersial selama puluhan tahun di USA, Jepang dan beberapa negara Eropa. Proses
iradiasi dilaksanakan dengan melewatkan / pemaparan pangan (baik yang dikemas maupun
curah) pada radiasi ionisasi dalam jumlah dan waktu yang terkontrol untuk mencapai
tujuan yang diinginkan (akan dijelaskan di bawah). Di samping untuk alasan keamanan
pangan, iradiasi juga dapat dimanfaatkan untuk menunda pematangan beberapa jenis buah-
buahan dan sayuran dengan perubahan proses fisiologi jaringan tanaman serta untuk
menghambat pertunasan dari umbi-umbian. Proses ini tidak akan meningkatkan tingkat
radioaktivitas pangan. Gelombang energi yang dilepas selama proses dapat mencegah
pembelahan mikroorganisme penyebab pembusukan pangan seperti bakteri dan jamur
melalui perubahan struktur molekul. Pada prakteknya terdapat tiga penerapan umum dan
kategori dosis dalam menggunakan radiasi ionisasi :
➢ Iradiasi dosis rendah : sampai dengan 1 kGy
a) menghambat pertunasan : 0.05 - 0.15 kGy pada: kentang, bawang merah,
bawang putih, jahe, ubi jalar dll.
b) Disinfestasi / mencegah serangan serangga dan disinfeksi parasit : 0.15 - 0.5
kGy pada : serealia dan kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan
kering dan daging, daging babi, dll.
c) Menunda proses fisiologis (misalnya pematangan): 0.25 - 1.0 kGy pada :
sayur dan buah segar.
➢ Iradiasi dosis medium :1 - 10 kGy
a) Memperpanjang masa simpan : 1.0 - 3.0 kGy pada : ikan segar, strawbeery,
jamur, dll.
b) Eliminasi mikroba pembusuk dan patogen : 1.0 - 7.0 kGy pada : pangan laut
segar dan beku, ternak dan daging segar maupun beku, dll.
c) Memperbaiki teknologi pangan : 2.0 - 7.0 kGy pada : anggur (meningkatkan
hasil sari buah), sayuran dehidrasi (mengurangi waktu memasak), dll.
➢ Iradiasi dosis tinggi: di atas 10 kGy
a) Sterilisasi industri (kombinasi dengan pemanasan suhu rendah): 30 - 50 kGy
pada : daging, ternak, seafood, makanan steril untuk pasien di rumah sakit,
makanan steril untuk astronot dll.
b) Dekontaminasi beberapa bahan tambahan pangan : 10 - 50 kGy pada :
rempah, enzim, gum dll.
Codex Alimentarius Commission telah melakukan berbagai kajian dan menyatakan
bahwa iradiasi pangan dengan dosis rata-rata sampai dengan 10 kGy tidak menimbulkan
bahaya toksisitas dan tidak memerlukan pengujian lebih lanjut. Studi keamanan pangan
iradiasi juga dilakukan di berbagai negara baik terhadap hewan percobaan maupun studi
klinis pada manusia. Dari hasil studi yang dilakukan menunjukkan bahwa :
➢ Iradiasi tidak menyebabkan pangan menjadi radioaktif. Proses iradiasi terjadi
dengan melewatkan pangan dengan suatu sumber radiasi dengan kecepatan dan
dosis yang terkontrol dan pangan tersebut tidak pernah kontak langsung dengan
sumber radiasi. Ketika perlakuan iradiasi dihentikan, tidak ada energi yang tersisa
dalam pangan.
➢ Iradiasi tidak menyebabkan pangan menjadi toksik. Semenjak tahun 1940-an
pangan iradiasi selalu diteliti dengan seksama terkait dengan toksisitasnya sebelum
proses iradiasi diterapkan terhadap suatu pangan.
➢ Konsumsi pangan iradiasi tidak menyebabkan terjadinya perkembangan kromosom
tidak normal.
➢ Perubahan kimia yang terjadi pada pangan iradiasi seperti pembentukan produk
radiolitik, adalah produk yang juga terbentuk karena proses pemanasan seperti
glukosa asam format, asetaldehida dan karbondioksida. Keamanan produk
radiolitik ini telah diuji secara seksama dan tidak ditemukan bahaya yang
ditimbulkannya.
➢ Iradiasi tidak menimbulkan terjadinya pembentukan radikal bebas. Radikal bebas
juga terbentuk selama proses pengolahan pangan lain seperti pemanggangan roti,
penggorengan, pengeringan beku dan lain-lain.
➢ Iradiasi pangan yang dilaksanakan sesuai dengan GMP tidak meningkatkan risiko
botulisme.
Dengan demikian, produk hasil penyinaran tidak memiliki efek saming untuk kesehatan
apabila dikonsumsi oleh manusia seperti apa yang dijelaskan di atas.
4. Produk pasca panen yang berupa biji-bijian seperti kopi bisa dilakukan pengeringan
terlebih dahulu agar kadar air yang ada di dalam biji berkurang, kemudian dikemas dengan
kemasan yang tertutup bisa menggunakan plastik mika yang dilapisi alumunium foil
kemudian bisa dipacking menggunakan kardus, kaleng, ataupun sterofoam. Sedangkan
untuk hasil panen yang berupa sayuran dan buah-buah bisa dilakukan Teknik pelilinan
terlebih dahulu untuk menjaga kesegaran dari produk hasil panen tersebut. Kemudian
produk di bungkus menggunakan jarring pembungkus buah dan sayuran sau per satu untuk
menghindari produk saling bergesekan yang dapat menimbulkan rusakya kualitas produk
seperti buah apel dan buah jeruk. Setelah itu ditata di kardus atau box pengeriman dengan
rapi. Selain hal itu bisa dilakukan Teknik pengalengan untuk menjaga kualiatas hasil
produk pasca panen yang berupa biji-bijian, sayuran, maupun buah-buahan agar sampai
ke konsumen dengan keadaan baik seperti nanas, kelengkeng, leci, rambutan, jagung,
cabai, jamur,asparagus, dan tomat.

Anda mungkin juga menyukai