Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Natalia Mangi

NIM : 2019

“BOOK REPORT”

1. IDENTITAS BUKU
Judul : Teologi Inkarnasi Sebagai Pola Misi Gereja
Penulis : Pdt. Dr. Linda Patricia Ratag, M.Th., MAICS.,
Penerbit : PT. BPK Gunung Mulia
Tahun Terbit : Cetakan ke-1 tahun 2021
Tebal Halaman : 57 Halaman

2. URAIAN ISI BUKU


Bab 1 : Pendahuluan
Buku ini menjelaskan bagaimana Inkarnasi Yesus dijadikan sebagai interpretasi teologis
tentang bagaimana misi dilakukan. Istilah Inkarnasi sendiri telah digunakan sejak tahun 1945
untuk menggambarkan apa yang kemudian disebut sebagai kontekstualisasi dan inkulturasi injil
oleh para ahli misi.
Banyak sekali Teolog yang memberikan strategi atau metode terkait misi bahkan tak
sedikit yang bertentangan walaupun sebenarnya tujuan sama yaitu memberitakan “Injil. Strategi
misi dalam hal ini inkarnasi Yesus harus berpusat pada Kristus; kehidupanNya, pelayananNya,
penderitaanNya, kematian dan kebangkitanNya.

Bab 2 : Teologi Inkarnasi


Dalam bab ini, didahulukan dengan arti inkarnasi secara harafiah yang diuraikan penulis
dengan singkat, kemudian penulis memberikan pemahaman tentang inkarnasi Alkitabiah, yang
merujuk kepada Yesus yang adalah Firman yang menjadi manusia. Misi Allah telah menjangkau
titik pusatnya dalam Yesus Kristus. Misi Inkarnasi adalah bagaimana menunjukan dan
memproklamirkan keunikan Yesus, sebagai Tuhan yang diutus untuk manusia ciptaan-Nya.
Yesus bukanlah guru moral, tetapi berangkat dari pengalaman inkarnasi-Nya yang unik dan
istimewa, seperti kelahiran Yesus (dikandung dari Roh Kudus lewat perawan Maria),
pengajaran-Nya yang bermakna dan berwibawa, kehidupan-Nya yang sempurna (belas kasihan
yang tiada tara), mujizat-Nya yang selalu nyata, penggenapan nubuat dari para nabi oleh-Nya,
telebih kematian-Nya dan kebangkitan-Nya sebagai tanda kemenangan umat manusia. Peristiwa
ini adalah titik tolak berdirinya dan terbentuknya kesaksian gereja.
Kesaksian Kristen bukanlah berhenti pada situasi saat ini, tetapi berkelanjutan. Berangkat
dari peristiwa unik ini, injil Kristus harus diketahui. Kabar baik tentang kasih Allah dan
pemerintahan-Nya harus tersampaikan dan diketahui. Kita sebagai jemaat adalah saksi inkarnasi
ini, yang terus bertindak dan menyatakan kebenaran serta menyampaikan kesaksian tentang-Nya
di seluruh dunia. Kesaksian tentang Dia, esensinya adalah membantu orang yang mengalami
kehidupan. Memperlengkapi satu dengan yang lain, menolong, menopang, mendukung,berbagi
kasih, keadilan dan kedamaian. Komunitas bukan tentang antar sesama manusia, melainkan
tentang Tuhan, yaitu bagaimana berbagi kasih Tuhan dan mewujudnyatakan kerajaan Allah di
dunia ini, kepada sesama manusia. Dalam masyarakat juga, saksi inkarnasi Kristus tentunya
harus meneladani sikap Kristus yang universal, yang melayani segala aspek dan lapisan
masyarakat. Baik miskin dan kaya, perempuan dan laki-laki, mereka yang lapar, yang sakit, dan
lainnya.
Kesaksian tentang titik tolak Inkarnasi itu, adalah penginjilan. Penginjilan adalah sebuah
komunikasi, yang berangkat dari pelayanan Kristus. Penginjilan pun, dapat terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dalam perumpamaan, argument, diskusi politik ekonomi, konflik sosial,
dan lain sebagainya. Karena memang injil hadir, untuk memberikan pesan dan menjawab
kebutuhan serta keadilan sosial, seperti : Demonstrasi Yesus bahwa injil adalah kekuatan Allah
untuk menyembuhkan setiap dimensi kehancuran manusia, injil adalah bentuk penolakan
terhadap bentuk kekerasan, dan lainnya. Yesus melatih murid-murid-Nya agar dapat
menerjemahkan injil kedalam setiap budaya dengan cara yang sesuai dan berbada. Karena Yesus
menunjukan belas kasihan-Nya kepada seluruh dunia yang majemuk, yang tidak sebatas pada
satu suku, bangsa, ras dan kebudayaan saja. Filipi 2:6-11 dan Yohanes 1:1-18, merupakan dasar
alkitabiah dari inkarnasi bahwa Allah telah menjadi manusia dalam Yesus Kristus.
Tindakan inkarnasi merupakan suatu ekspresi elegan dari apa yang dapat dilakukan oleh
Allah yang tidak bisa dimengerti: dalam keberadaan sebagai Tuhan, Ia juga mengambil
keberadaan sebagai manusia. Kristus dalam inkarnasinya mengambil semua aspek budaya
manusia dan menggunakannya sebagai wahana misi, mengungkapkan kehendak abadi Allah
kepada dunia melalui konteks budaya dimana ia berada.
Allah yang di dalam Yesus menjadi begitu banyak bagian dari konteks manusia tertentu.
Yesus menjadi satu dengan yang lemah dan terpinggirkan dari masyarakatNya. Yesus yang
sebagai pengajar dari desa yang sederhana dari Galilea, Ia hidup diluar arus utama kekuatan
agama, administrative, dan ekonomi. Yesus membawa jawaban untuk semua kondisi manusia,
Yesus adalah manusia yang sempurna. Yesus sangat senang berada diantara orang miskin. Dia
tinggal di antara mereka, memilih dari mereka sebagai orang-orang terdekatnya. Dia sangat
memperhatikan orang-orang miskin dengan penuh kasih. Bahkan Yesus juga menunjukkan
kasihNya kepada musuh-musuh dengan cara perilakuNya yang menyembuhkan orang dan
memaafkan mereka yang membunuh Dia. Yesus memiliki rasa menghargai setiap orang lebih
baik daripada diriNya sendiri.
Yesus melihat diri-Nya sebagai misionaris Allah. “As God sent me, so I send you”.
Kalimat ini menunjukan bahwa ketika Allah mengutus Yesus dalam dunia sebagai misionaris
Allah, saat ini Yesus Kristus mengutus murid-murid-Nya kedalam dunia untuk memberdayakan
gereja. melaksanakan kesaksian tentang Anugerah Allah dalam dunia.

Bab 3 : Missional Church

Dalam bab ini dijelaskan bahwa, Abraham adalah bapa segala orang beriman. Tuhan
memberikan janji kepadanya untuk menjadi bangsa yang besar. Inilah awal dari Missional
Church, sehingga gereja yang adalah komunitas multi-nasional adalah orang-orang yang dipilih
oleh dan dipanggil dalam Abraham.

Tuhan tidak hanya sekadar memberikan janji, tetapi janji itupun mengandung sebuah
tugas yaitu tugas untuk menyebarkan berkat. Dimulai dari Abraham dan Sara, lalu kita semua
yang beriman dan mengaku pengikut Kristus memiliki tugas yang sama menyebarkan berkat.
Dan juga kita sebagai orang percaya di dalam Kristus yang dikaruniai Roh Kudus memiliki tugas
untu memberitakan injil sampai ke ujung bumi.

Dalam Misiologi ada dua control utama yang sangat penting, yaitu :

 Mandat Budaya
Allah memberikan manusia kemampuan untuk menghasilkan ide/pikiran,
interaksi dan komunikasi (Kej. 1). Sehingga mandate budaya juga diberikan Allah kepada
manusia sebagai bentuk tanggung jawab di hadapan Tuhan.
Mandat budaya ini mencakup : Penatalayanan (Stewordship) – (penatalayanan
semua ciptaan dan semua hubungan, baik interpersonal maupun ide-ide dan kebenaran
termasuk menata dan melestarikan ciptaan sebagai praktik misi),
Hubungan (Relationship) – Hubungan dengan Tuhan memastikan, mengasihi
Tuhan dengan segenap hati, akal budi dan jiwa dan mengasihi sesama manusia seperti
diri sendiri.
Menjaga dan memelihara ciptaan (Creation care) – Memelihara semua ciptaan
bukan hanya lingkungan, melainkan sosial politik dan lainnya.
 Mandat Penginjilan (Missional/Evangelistic Mandate)
Penginjilan berarti membawa kabar keselamatan, pengampunan dan perdamaian bahkan
berita pengudusan bagi orang berdosa. Dan ini adalah berita tentang Yesus Kristus yang
mati dan bangkit.
Ada 3 hal utama yaitu : Proklamasi – ini berarti bahwa kita bicara tentang
kebenaran bukan hanya menjalani kebenaran. Dan ini tentang keunikan Yesus.
Demonstrasi – Melakukan kasih Allah kepada sesama lewat tindakan kita.
Rekonsiliasi – ide dari rekonsiliasi tidak hanya dengan Tuhan secara absolut,
tetapi juga dengan sesama dan lingkungan.
Penulis buku juga menuliskan mengenai tahap model berpikir secara Misiologis, yaitu
Fenomena (Masalah apa yang terjadi, apa yang sedang Tuhan lakukan), Konteks (Apa yang
terjadi dalam dunia), Wacana (Mencakup apa yang akan kita lakukan menjadi saksi Kristus),
Refleksi (Kita membawa unsur teologi dalam proses reflektif serta bagaimana memahami
konteks), Tanggapan (Bagaimana gereja, orang merespon, apa perannya).
Dalam buku ini juga mencakup Hermeneutik misiologis yaitu hermeneutic bukan tentang
Alkitab, tetapi bisa berarti budaya dengan memperhatikan konteks tertentu tempat kita
berinteraksi social. Tren hermeneuitik misiologis adalah membaca dan menelaah Alkitab dalam
komunitas di konteks tertentu. Dalam hal ini ada empat hal yang ditekankan, yaitu:
1. Menafsirkan Alkitab dalam terang misi Allah sebagai pusat dan inti dari narasi Alkitab
2. Tujuan dari penafsiran Alkitab adalah memenuhi tujuan penulisan Alkitab.
3. Pentingnya lokasi komunitas misi Kristen untuk pembaca Alkitab yang setia.
4. Injil berfungsi sebagai matriks penafsiran ketika tradisi Alkitab yang diterima dibawa ke
dalam percakapan kritis dengan konteks manusia tertentu.
Bukan hanya hal ini yang tertera dalam buku tetapi karakter dari missional church,
berikut adalah karakteristik missional Church yang setia pada panggilan Tuhan.
1. A missional ecclesiology is biblical

Apapun yang dipercaya atau diyakini oleh seseorang harus didasarkan secara eksplisit pada
ajaran Alkitab.

2. A missional ecclesiology is historical

Membentuk eklesiologi untuk budaya tertentu, harus menunjukkan rasa hormat terhadap
perkembangan historis eklesiologi lainnya.

3. A Missional ecclesiology is contextual

Satu-satunya cara untuk menjadi gereja adalah inkarnasional dalam budaya tertentu.

4. A Misiological ecclesiology is eschatological

Gereja melambangkan karya Roh yang dinamis dan kreatif dalam menggerakkan kita menuju
penyempurnaan semua hal yang dijanjikan Tuhan.

5. A missonal ecclesiology can be translated into practice

Fungsi dasar dari semua teologi adalah untuk memperlengkapi gereja memenuhi
panggilannya.

Misi dan inkarnasi adalah ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan;
reflecting community that move both outward (missional) and deeper (Incarnational) into
culture.

Kemudian juga dijelaskan tentang praktik dari Missional church yaitu:

a. Berbicara menggunakan bahasa daerah


Yang harus diperhatikan dari praktek ini adalah menghindari bahasa keuskupan, gaya
bahasa dalam doa, kosa kata yang tidak perlu, dan bahasa kuno yang berupaya mengatur nada
spiritual, menghindari bahasa “kami-mereka”, lelucon menghina yang mengejek orang lain yang
berbeda keyakinan, menghindari pembicaraan sentimental, sombong dan inspirasional.

b. Masuk dan menceritakan kembali cerita budaya dengan injil

Dalam kekristenan, adalah mungkin untuk sekedar menasihati orang-orang Kristen


supaya mereka melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Seringkali, Bersama dengan
nasihat, ada dketergantungan yang besar pada rasa bersalah untuk memotivasi perubahan
perilaku.

Memasuki cerita budaya berarti menunjukkan simpati dan pengenalan mendalam


terhadap sastra, musik, teater, dan seni lainnya, juga menunjukkan bahwa didalam kristus kita
dapat memiliki kebebasan tanpa perbudakan, dan merangkul orang lain tanpa ketidakadilan.

c. Mempraktikkan kesatuan Kristen di tingkat local

Sangat penting bahwa kita tidak menghabiskan waktu untuk menyerang dan mengkritik
jenis gereja lain. Meskipun kita harus menyesuaikan diri dalam denominasi yang memiliki
banyak perbedaan di tingkat lokalkita harus bekerja sama, menjangkau, dan mendukung jemaat
juga gereja lain di daerah kita.

Sifat-sifat dan cirikhas dari missional church adalah:

1. Berpartisipasi dalam misi Allah didunia dalam memulihkan ciptaanNya.


2. Menyembah dan melayami Allah tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus)
3. Komunitas misionaris dengan menjalankan pangilan untuk menjadi terang.
4. Komunitas yang hidup erat dalam kebersamaan.
5. Komunitas akuntabilitas
6. Komunitas yang suka memberi pengampunan
7. Komunitas yang penuh belas kasih dan perhatian.
8. Komunitas pemberi penyembuhan (Mat.4,5) dan pembawa damai dan penyembuhan (ef.
2)
9. Komunitas yang menggunakan talenta dan karunia yang Tuhan berikan.
10. Agen rekonsiliasi, keadilan dan perdamaian.
11. Komunitas yang berdoa, memulai segala sesuatu dengan berdoa.
12. Komunitas yang tahu tentang apa yang harus mereka lakukan sebagai bentuk
melaksanakan panggilan Tuhan.
13. Komunitas yang inklusif, saling menjaga, berbagi kasih dan tidak menjadi batu
sandungan satu dengan yang lain.
14. Disciple makin: memberikan waktu untuk memabntu orang lain berkembang sepenuhnya
dalam iman mereka.

Bab 4 : Penutup
Pola misi yang tepat bagi gereja adalah Hospitalitas atau keramahtamahan, karena hal ini
juga adalah tuntutan Yesus bagi Gereja dan ini juga merupakan bentuk praktik yang mendasar.
Hospitalitas berarti memperluas kualitas kebaikan kepada orang asing. Hospitalitas
adalah bagaimana kita menciptakan ruang yang aman dan nyaman, tempat penghormatan,
penerimaan dan persahabatan. Dan langkah pertamanya adalah dengan menciptakan ruang di hati
kita terlebih dahulu, ini adalah ruang yang aman dan nyaman, tempat penghormatan,
penerimaan, dan persahabatan. Ketika kita menawarkan keramahtamaan kepada orang asing,
berarti kita menyambut mereka ke tempat yang menghubungkan ruang yang memiliki makna dan
nilai bagi kita.
Penulis buku menekankan sebuah hal yang penting yang harus dilakukan Gereja yaitu
Hospitality and solidarity can be the tools toward church as a Missional Church. Hospitalitas
orang Kristen dapat mencerminkan keramahtamahan ilahi.
Matius 25:31-46, berbicara tetang perbuatan baik, tetapi juga sebagai praktik misi.
Perbuatan baik yang dimaksutkan disini adalah seperti yang umumnya dikenal sebagai
pekerjaan social bagi orang-rang miskin. Namun, yang mau ditekankan disini adl=alah suatu
contoh ketaatam dan ketulusan yang pada intinya mengajarkan kita, bahwa iman yang
didasarkan pada kasih itulah yang diutamakan dalam iman Kristen. Menunjukan iman melalui
perbuatan-perbuatan. Perbuatan baik yang digambarkan di sini meliputi dua hala yang harus ada
dalam diri kita sabagai orang yang diselamatkan.
1. Mengasihi sesama kita, yang menjadi hukum terutama dan kedua dan meruoakan
penggenapan dari Hukum Taurat, serta menjadi persiapan istimewa bagi dunia
kasih yang kekal. Kita harus menunjukan Kasih dengan kesiapan kita untuk
berbuat baik dan menyampaikannya secara lisan.
2. Kepercayaan dengan pandangan tertuju kepada Yesus Kristus. Yang diberi
penghargaan di sisni adalah tindakan meringankan beban orang miskin demi
Kristus, karena kasih kepada-Nya dan dengsn pandangan yang tertuju kepada-
Nya. Inilah ysng mendatangkan kemuliaan bagi perbuatan baik.
Dalam bagian ini ada yang membuat saya begitu tertarik bahwa menawarkan hospitalitas,
adalah hal yang sangat menantang dalam praktiknya. Karena itu berarti kita berhadapan langsung
dengan diri kita, keterbatasan kita, keberdosaan kita. Tetapi dalam praktiknya, pasti akan banyak
karunia dan hikmat sebagai bentuk kehadiran Kristus, ketika kita berhasil mempraktikan
hospitalitas, maka kita berhasil membagikan kasih Allah kepada sesama dan ini adalah tujuan
Allah bagi umatNya.
Refleksi Misiologis

Inkarnasi Yesus adalah wujud kasih Allah kepada manusia yang berdosa. Sehingga ini
dikatakan sebagai bentuk “Anugerah Allah”.
Sebagaimana yang ditekankan dalam buku bahwa Misi dalam hal inkarnasi Yesus harus
berakar pada Teologi dan praktik yang pusatnya adalah Yesus Kristus sendiri. Seluruh cakupan
kehidupan Kristus; Kehidupan, pelayanan, penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus.
Injil adalah berita tentang Yesus Kristus. Berita tentang pengampunan dosa, berita
tentang pertobatan, dan berita tentang Yesus yang mengasihi manusia ciptaanNya. Inilah yang
harus diberitakan bagi dunia.
Misi Allah terus berjalan dari masa ke masa. Di masa lalu, Allah dalam perjanjian Lama
menyatakan diriNya sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub serta kita mengenalNya dalam
setiap perbuatanNya yang besar dalam sejarah Israel dan Sejarah Yesus Kristus yang puncakNya
adalah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Dalam konteks kekristenan, misi ini dipahami dalam artian pengutusan Gereja universal
ke dalam dunia untuk menjangkau setiap manusia kepada Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat
dunia.
Berbicara tentang misi, banyak orang ketika berbicara misi langsung menuju kepada
istilah “misionaris”, selain itu mungkin berpikir bahwa seseorang harus melayani di suatu daerah
tertentu yang jauh dari daerah tempat dia tinggal. Dan memang ini tidaklah salah. Tetapi
sebenarnya bicara tentang misi itu cakupannya sangatlah luas. Bukan hanya tentang pergi ke
tempat tertentu untuk memberitakan injil, tetapi kita juga terpanggil untuk memberitakan injil
disekitar kita lewat cara hidup kita sebagai orang percaya yaitu sebagaimana yang dikatakan
dalam buku, hidup dalam kebenaran dan melakukan kebenaran itu. Kita mewujudkan kasih Allah
kepada orang-orang disekitar kita, sesama kita yang menderita sehingga mereka betul-betul
merasakan Kasih Allah lewat kita. Sebagaimana Abraham dan Sara terpanggil untuk menjadi
berkat bagi yang lain, demikian juga kita terpanggil untuk memberkati orang lain.
Walaupun kita harus mengakui, bahwa memang seringkali sulit dan tidak mampu untuk
melakukan hal ini. Sehingga menjadi satu tantangan bahwa untuk memulai misi awal melangkah
adalah dengan membuka hati kita. Ketika kita memberi ruang di hati kita maka kita akan siap
untuk berhadapan langsung dengan diri kita, keterbatasan kita, dan keberdosaan kita.
Janji Allah bahwa Dia akan menyertai kita terus berlaku hingga sekarang ini, bahwa
Kasih Allah akan terus manaungi setiap orang yang percaya. Tetapi kasihNya harus direspon
dengan iman yang diwujudkan dalam cara hidup yang tentunya harus sesuai firmanNya. Janji
Allah bukan hanya sekadar janji, tetapi janjiNya mengandung kuasa, dan janjiNya mengandung
mandat atau tugas dan tanggung jawab yaitu bersaksi tentang Kristus bagi seluruh dunia, tentang
siapa Dia dan apa yang Dia perbuat bagi dunia.
Kita meyakini bahwa dalam memberitakan Allah lewat tindakan kita, Allah akan
memberikan anugerah dan karunia. Pasti Allah akan memampukan, karena Misi ini bukanlah
pekerjaan kita melainkan pekerjaan Tuhan bagi kita yang kemudian kita sampaikan kepada seisi
dunia.
Orang Kristen sangat identik dengan konsep hukum kasihnya kepada Tuhan, sesamanya
manusia termasuk untuk mengasihi musuhnya. Untuk menjalankan tugas misi, konsep
keramahtamahan sangatlah cocok untuk dilakukan, khususnya di Indonesia karena Indonesia
yang sangat terkenal dengan budaya ketimuran yang begitu ramah. Memang bukan suatu tugas
yang mudah untuk melakukan misi, tetapi ketika melakukan misi dengan cara Tuhan maka misi
tersebut akan berhasil. Yesus dalam pelayanan di bumi tidak pernah memandang latar belakang
dari orang lain, Dia bersahabat dengan orang-orang yang memiliki latar belakang orang-orang
termarginalkan, orang-orang miskin, bahkan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
berdosa. Hal ini menjadi cerminan ketika kita akan melakukan misis. Dimanapun kita berada
maka disitulah kita harus melakukan misi dengan segenap hati, tanpa memandang mereka dari
mana. Dengan seperti itu kekristenan akan lebih besar dan injil bisa masuk dimanapun.
Seperti domba yang diutus ditengah-tengah serigala, kita harus memiliki kecerdikan dan
ketulusan dalam misi pelayanan tersebut. Walaupun banyak musuh dan tantangan akan dihadapi
namun jika kita memiliki jiwa yang teguh maka dengan mudah melakukan misi dan bisa
memerdekakan orang yang belum percaya didalam Yesus Kristus.
Yesus Kristus merupakan pusat dari Misi, sehingga misi jika tidak berpusat pada Yesus
Kristus maka itu tidaklah bisa disebut sebagai misi Kristen. Misi akan percuma jika tidak
berpusat pada Yesus Kristus, orang-orang yang tidak mengenal Tuhan akan tetap dalam
kehidupan mereka yang jauh dari Tuhan. Bahkan orang-orang yang sudah mengenal Tuhan sulit
untuk diberikan pengajaran tentang Yesus, apalagi yang tidak mengenal Yesus. Itulah tujuan dari
Yesus sebagai Pusat misi.

Anda mungkin juga menyukai