BIOKIMIA KLINIK
UNTUK MAHASISWA TINGKAT I SEMESTER II
PRODI D-IV KEPERAWATA MATARAM POLTEKKES
KEMENKES MATARAM
DI SUSUN OLEH :
MARUNI WIWIN DIARTI,S.Si,M.KES
ISWARI PAUZI,SKM,M.Sc
ANNISA,A.Md,AK
POLTEKKES KEMENKES RI
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D.IV
KEPERAWATAN MATARAM
2021
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................... 3
Tata Tertib Laboratorium ......................................................................... 4
Praktikum I : Identifikasi Karbohidrat, Protein dan Asam Amino 5
1. Dasar Teori................................................................... 5
2. Identifikasi Karbohidrat................................................ 9
a.Uji Molisch................................................ 9
b. Uji Barfoed............................................. 11
c. Uji Benedict............................................ 12
3. Identifikasi Protein......................................................... 13
a. Uji Biuret................................................ 13
b. Uji Millon - Nose.................................... 14
c. Uji Xanthoprotein................................... 15
Praktikum II : Analisa Biokimia Urine.............................................. 18
1. Dasar Teori................................................................... 18
2. Metode Analisa Biokimia urine.................................... 20
a. Pemeriksaan Makroskopis...................... 23
b. Pemeriksaan biokimia urine carik celup. 25
c. Pemeriksaan glukose reduksi.................. 26
d. Pemeriksaan Protein Urine..................... 28
e. Pemeriksaan benda – benda keton.......... 29
Praktikum III : Analisa Biokimia Cairan Tubuh.............................. 33
a. Pemeriksaan Protein Rivalta................... 33
b. Pemeriksaan Protein LCS metode Pandy 34
c. Pemeriksaan Protein LCS metode Nonne 34
Praktikum IV : Analisa Biokimia Darah........................................... 37
a. Pemeriksaan Hb metode Sahli................ 37
b. Pemeriksaan LED ......................... 38
c. Pemeriksaan Jumlah Leukosit ................. 39
d. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit ....... 41
e. Pemeriksaan faal Hemostasis ....... 42
Praktikum V : Analisa Imuno – Biokimia .......................................... 45
a. Pemeriksaan Golongan darah sistem ABO 45
b. Pemeriksan Kehamilan hCG metode ICT 47
Praktikum VI : Percobaan Empedu dan Saliva................................ 50
a. Pendahuluan............................................ 50
b. Percobaan empedu ........................ 51
c. Percobaan saliva................... ................. 52
Daftar Pustaka......................................................................................... 53
3
TATA TERTIB LABORATORIUM
1. Mahasiswa harus datang tepat pada waktunya, bila terlambat 15 menit mahasiswa
tidak dibenarkan mengikuti acara praktikum pada hari itu.
2. Di dalam laboratorium mahasiswa harus memakai jas laboratorium dengan sopan
dan rapi.
3. Rambut panjang harus terikat rapi ke belakang.
4. Praktikan wajib membawa lap.
5. Praktikan dilarang makan, minum serta merokok dalam ruangan laboratorium.
6. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan – bahan pemeriksaan dianggap bahan
yang patogen atau patologis, sehingga dalam penanganan sampel harus berhati –
hati.
7. Hindari percikan cairan atau terhisapnya uap pada waktu mereaksikan reagen
pemeriksaan pada waktu pemanasan.
8. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan lampu pembakar spiritus
dengan korek api biasa. Jangan menyalakan lampu spiritus dengan menggunakan
lampu spiritus lain yang sudah menyala untuk menghindari terjadinya letupan api.
9. Matikan api pada lampu spiritus dengan menutup sumbunya. Jangan mematikan
api dengan cara meniup untuk mencegah terjadinya kebakaran dan letupan api.
10. Setiap praktikum, dilaksanakan pretest dengan bahan dari apa yang dikerjakan
nanti. Bila tidak lulus mahasiswa tidak diperkenankan ikut praktek.
11. Setiap kali praktikum harus membuat rencana terlebih dahulu.
12. Pada waktu praktikum, mahasiswa tidak boleh meninggalkan ruangan tanpa seijin
pembimbing dan asisten.
13. Praktikan harus bekerja dengan sungguh-sungguh dan hati – hati, buanglah air
atau larutan hasil percobaan melalui bak pembuangan, selanjutnya bilas atau
dialiri dengan air sebanyak – banyaknya.
14. Apabila praktikan merusak atau memecahkan alat laboratorium dengan alasan
apapun, tetap wajib mengganti.
15. Setelah selesai praktikum, laporan sementara harus disahkan dan selanjutnya
membuat laporan tetap paling lambat 1 minggu setelah selesai.
16. Bagi mahasiswa yang tidak ikut praktek pada harinya harus mengikuti praktek
susulan.
17. Bagi mahasiswa yang berhak ikut ujian akhir semester bila mengikuti 100% dari
kegiatan praktikum (kurang dari 100% tidak boleh mengikuti ujian akhir
semester).
18. Setelah semua kegiatan praktikum selesai, praktikan harus membersihkan
laboratorium.
4
PRAKTIKUM I
IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT, PROTEIN
DAN ASAM AMINO
1. Dasar Teori.
A. KARBOHIDRAT.
Kata karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana
karbohidrat didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah senyawa karbon
yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa
berupa aldehid (disebut polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa keton (disebut
polihidroksiketon atau ketosa). Berdasarkan pengertian di atas berarti diketahui bahwa
karbohidrat terdiri atas atom C, H dan O. Adapun rumus umum dari karbohidrat
adalah: Cn(H2O)n atau CnH2nOn.
Klasifikasi karbohidrat
5
2. Tetrosa (tersusun atas 4 atom C)
3. Pentosa (tersusun atas 5 atom C)
4. Heksosa (tersusun atas 6 atom C)
5. Heptosa (tersusun atas 7 atom C)
6. Oktosa (tersusun atas 3 atom C)
Sifat – sifat Karbohidrat
Pada umumnya karbohidrat berupa serbuk putih, yang mempunyai sifat sukar
larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air, kecuali polisakarida tidak
larut dalam air. Polisakarida Amylum dengan air dingin akan membentuk suspensi,
dan bila dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasta dan apabila didinginkan
akan membentuk koloid yang kental semacam gel. Suspensi amylum akan
memberikan larutan yang berwarna biru dengan larutan iodium. Semua jenis
karbohidrat akan berwarna merah ungu bila larutannya dicampur beberapa tetes
larutan alfa naftol dalam alcohol. Monosakarida (Glukosa dan Fruktosa) dan
Oligosakarida yang bentuk umunya adalah Disakarida (Sukrosa, maltosa dan laktosa)
umumnya rasanya manis sehingga sering disebut gula.
Identifikasi Karbohidrat
Secara umum, untuk mengetahui adanya karbohidrat dalam suatu bahan
makanan atau dalam suatu contoh (zat uji), dapat dilakukan dengan uji Molisch, dan
uji Anthrone; untuk mengetahui adanya gula pereduksi, dapat ditentukan dengan uji
Fehling, bennedict, atau uji Tollens; untuk mengetahui adanya pentosa, dapat
ditentukan dengan uji Benzidin-Tauber ; untuk mengetahui adanya gugus keton, dapat
ditentukan dengan uji Seliwanoff; sedangkan untuk membedakan jenis – jenis
polisakarida, dapat ditentukan dengan uji Iodin.
Adapun Skema identifikasi protein secara umum yaitu :
BAHAN UJI / SAMPEL UJI
UJI MOLISCH
POSITIF NEGATIF
KARBOHIDRAT BUKAN KARBOHIDRAT
UJI IODIUM
POSITIF NEGATIF
POSITIF NEGATIF
6
UJI BARFOED
POSITIF NEGATIF
MONOSAKARIDA : DISAKARIDA :
FRUKTOSA, ARABINOSA, GLUKOSA MALTOSA, LAKTOSA
UJI BIAL / TAUBER UJI OSAZON
GALAKTOSA GLUKOSA
Komponen penyusun protein Unit dasar penyusun struktur protein adalah asam amino.
Dengan kata lain protein tersusun atas asam-asam amino yang saling berikatan. Suatu
asam amino-α terdiri atas:
1. Atom C α. Disebut α karena bersebelahan dengan gugus karboksil (asam).
2. Atom H yang terikat pada atom C α.
3. Gugus karboksil yang terikat pada atom C α.
4. Gugus amino yang terikat pada atom C α.
5. Gugus R yang juga terikat pada atom C α.
Agar lebih jelas dapat Anda cermati Gambar 2.1 berikut.
7
Tabel 2.1
Nama-nama asam amino
No Nama Singkatan
1 Alanin (alanine) Ala
2 Arginin (arginine) Arg
3 Asparagin (asparagine) Asn
4 Asam aspartat (aspartic acid) Asp
5 Sistein (cystine) Cys
6 Glutamin (Glutamine) Gln
7 Asam glutamat (glutamic acid) Glu
8 Glisin (Glycine) Gly
9 Histidin (histidine) His
10 Isoleusin (isoleucine) Ile
11 Leusin (leucine) Leu
12 Lisin (Lysine) Lys
13 Metionin (methionine) Met
14 Fenilalanin (phenilalanine) Phe
15 Prolin (proline) Pro
16 Serin (Serine) Ser
17 Treonin (Threonine) Thr
18 Triptofan (Tryptophan) Trp
19 Tirosin (tyrosine) Tyr
20 Valin (valine) Val
8
SKEMA ANALISA PROTEIN
Bahan / Sampel uji
Uji Biuret
(+) dgn asam kompleks (+) dgn As.Sulfosalisilat (-) Metionin, Lisin,Gelatin
- Pepton - Albumin Uji Pengendapan
- Hb - Globulin dgn logam berat
Pelarut Organik Pengendapan (+) dg CuSO4.5H2O (-) Lisin
dgn Amm.Sulfat Pb. Asetat
(+) Hb (-) Pepton jenuh - Metionin
(+) Albumin (-) Globulin - Gelatin
Pengendapam dg H2O
(+) Gelatin (-) Metionin
9
II. Analisa identifikasi Karbohidrat.
1. Uji Molisch.
Uji Molisch juga merupakan uji umum untuk karbohidrat, akan tetapi uji ini
bukan yang spesifik / sensitif. Warna merah ungu pada bidang batas dua larutan
(cincin merah-ungu), menunjukkan adanya karbohidrat.
a. Tujuan : untuk menentukan adanya karbohidrat secara kwalitatif.
b. Prinsip : Karbohidrat dengan asam anorganik pekat akan dihidrolisis menjadi
monosakarida. Kemudian monosakarida di dehidrasi oleh H2SO4
pekat menjadi furfural atau hidroksi-metilfurfural. Kondensasi 4
hidroksi-metilfulfural dengan -naftol pada pereaksi Molisch akan
membentuk warna ungu.
1. Alat :
a. Rak Tabung Reaksi.
b. Tabung Reaksi 1 ml, 5 ml, 10 ml.
c. Pipet tetes
d. Waterbath
2. Sampel:
1. Larutan glukosa 1%
2. Larutan fruktosa 1%
3.Larutan amilum 1%
3. Pereaksi Molisch segar (larutan 5% alfa-naftol dalam Alkohol 96%)
4. H2SO4 pekat
c. Prosedur Kerja :
1. Dimasukan 2 ml larutan karbohidrat ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 3 tetes pereaksi Molisch.
3. Miringkan tabung reaksi.
4. Dialirkan 1ml H2SO4 pekat sedikit demi sedikit melalui dinding tabung
reaksi.
5. Diamati perubahan warna pada batas kedua cairan.
6. Interpretasi Hasil :Positif (+) : bila tampak cincin berwarna ungu di
batas kedua cairan.
10
d. Hasil Percobaan :
No Nama Karbohidrat Pengamatan
Awal reaksi Akhir reaksi
1. Larutan Glukosa 1%
2. Larutan Fruktosa 1%
3. Larutan Amylum 1%
e. Kesimpulan :
2. Uji Barfoed
Uji Barfoed ini digunakan untuk membedakan monosakarida terhadap disakarida
dan polisakarida. Terbentuknya endapan yang berwarna merah bata (dari CuO)
menunjukkan adanya monosakarida.
a. Tujuan : untuk membedakan mono dan disakarida dalam karbohidrat
(menentukan daya reduksi monosakarida)
b. Prinsip : dalam suasana alkali kuat, gula-gula (reduktor) akan mereduksi ion
Cupri menjadi Cuprihidroksida (CuOH) yang berwarna kuning atau
Cuprooksida (Cu2O) yang berwarna merah.
Reagen Barfoed :
- Cu asetat ………..13,3 gram (200 ml air)
- CH3COOH P …… 1,9 ml
c. Alat dan Bahan :
1. Alat :
a. Rak Tabung Reaksi.
b. Tabung Reaksi 1 ml, 5 ml, 10 ml.
c. Pipet tetes
d. Waterbath
e. Pembakar Buncen
f. Penjepit tabung reaksi
g. Penangas air (Water Bath)
2.Sampel
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan fruktosa 1%
c. Larutan amilum 1%
d. Pereaksi Barfoed (Cu asetat 13,3 gram (200 ml air) +CH3COOH P 1,9 ml)
11
d. Prosedur Kerja :
1. Dimasukan 2,5 ml pereaksi berfoed ke dalam tabung
reaksi.
2. Ditambahkan 4 tetes larutan karbohidrat.
3. Dicampur dengan baik.
4. Dipanaskan di atas nyala api sampai mendidih selama 1
menit.
5. Diamati perubahan warna pada larutan.
6. Interpretasi Hasil : Positif (+) bila tampak endapan
berwarna merah bata keruh dan Negatif (-) bila larutan tetap biru / hijau
jernih.
e. Hasil Percobaan :
No Nama Karbohidrat Pengamatan
Awal reaksi Akhir reaksi
1. Larutan Glukosa 1%
2. Larutan Fruktosa 1%
3. Larutan Amylum 1%
f. Kesimpulan :
3. Uji Bennedict
Uji ini digunakan untu menentukan adanya gula pereduksi dalam larutan
contoh/zat uji. Beberapa jenis karbohidrat yang memiliki gugus aldehid dan keton
bebas, mempunyai sifat dapat mereduksi Cu2+ dari pereaksi bennedict dalam suasana
basa, mnghasilkan endapan merah bata (Cu2O).
a. Tujuan : Untuk menentukan daya reduksi karbohidrat.
b. Prinsip : Dalam suasana alkali kuat, gula yang mempunyai gugus aldehida dan
keton bebas (reduktor) akan mereduksi ion Cupri menjadi
Cuprihidroksida (CuOH) yang berwarna kuning atau Cuprooksida
(Cu2O) yang berwarna merah.
c. Alat dan Bahan :
1. Alat :
a. Rak tabung reaksi.
b. Tabung reaksi 5 ml,10 ml.
c. Pembakar bunsen
d. Pipet tetes.
e. Waterbath.
f. Penjepit tabung reaksi
2. Bahan :
12
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan fruktosa 1%
c. Larutan amilum 1%
d. Reagen Benedict :
CuSO4 . 5H2O ………….. 1,7 gram
Na2CO3 ………………… 10 gram
Na Citrat ……….……….. 17 gram
Aquades sampai..……….. 100 ml
d. Prosedur kerja :
Interpretasi Hasil :
Negatif (-) bila larutan tetap berwarna biru/hijau jernih.
Positif (+) bila larutan berwarna hijau keruh.
Positif (++) bila larutan berwarna kuning keruh.
Positif (+++) bila larutan berwarna jingga/kuning keruh.
Positif (++++) bila larutan berwarna merah bata keruh.
- + ++ +++ ++++
4.Uji Biuret.
Uji ini digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu
polipeptida, dan untuk mngetahui selesai tidaknya hidrolisis suatu protein. Secara
13
umum, uji ini dapat digunakan untuk menentukan adanya protein dalam suatu larutan
contoh/ larutan uji.
a. Tujuan :
Digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu polipeptida, dan
untuk mengetahui selesai tidaknya hidrolisis suatu protein. Secara umum uji ini dapat
digunakan untuk menentukan adanya protein di dalam suatu larutan contoh.
b. Prinsip :
Reaksi terjadi karena adanya kompleks senyawa yang terjadi antara Cu dengan N dari
molekul ikatan peptida dan oksigen dari air, reaksi ditandai dengan terbentuknya
warna ungu.
c. Alat dan Bahan :
1. Alat :
a. Pipet tetes
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
d. Pipet ukur 10 ml
2. Bahan :
a. Reagen Biuret :
- Larutan NaOH 40 % IN.
- Larutan CuSO4 1 %.
b. Larutan albumin 1%
c. Larutan pepton 1%
d. Larutan putih telur 1%
3. Prosedur Kerja :
1. Ke dalam tabung reaksi bersih dan kering, masing – masing dimasukkan 2 ml
NaOH 2N dan 2 tetes larutan CuSO4 0,1N, campur sampai homogen.
2. Ke dalam masing – masing tabung tabung, ditambahkan satu jenis asam
amino/protein sebanyak 1 ml, campur sampai homogen.
3. Diamati perubahan yang terjadi.
4. Interpretasi Hasil : Positif (+) : bila terbentuk warna ungu dan biru tua.
4. Hasil Percobaan :
No Kegiatan Percobaan Pengamatan
Awal Akhir
1 Pereaksi Biuret + albumin
2 Pereaksi Biuret + pepton
3 Pereaksi Biuret + Putih telur
5. Kesimpulan :
14
5. Uji Reaksi Millon - Nose
Uji ini digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino tirosin.
f. Kesimpulan :
15
6. Analisa Xanthoprotein.
Uji ini digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino yang memiliki inti
benzene (inti aromatik) dalam struktur molekulnya.
a. Tujuan : Untuk membuktikan sifat protein terutama untuk mengetahui adanya
gugus aromatis di dalam protein.
2. Bahan :
a. Larutan pepton 1%
b. Larutan putih telur 1%
c. Larutan gelatin 1 %
d. Larutan Casein 1 %
e. Larutan HNO3 pekat.
f. Larutan NaOH 40 %.
d. Prosedur Kerja :
a. Dimasukan 2 ml larutan sample protein ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan HNO3 pekat lewat dinding.
c. Dicampur dengan baik, mungkin terjadi endapan kuning.
d. Dipanaskan di atas api dengan hari-hati selama 1 menit.
e. Dinginkan di bawah air ledeng.
f. Ditambahkan dengan hati-hati tetes demi tetes larutan NaOH 40 %
sampai terbentuk 2 lapisan cairan (dialirkan lewat dinding).
g. Diamati perubahan warna yang terjadi pada perbatasan kedua cairan.
h. Interpretasi Hasil : Positif (+) : bila terbentuk warna kuning atau
orange.
e. Hasil Percobaan :
No Kegiatan Percobaan Pengamatan
Awal Akhir
1 Pereaksi Biuret + casein
2 Pereaksi Biuret + pepton
3 Pereaksi Biuret + Putih telur
4 Pereaksi Biuret + gelatin
f. Kesimpulan :
16
III. Pembahasan hasil praktikum :
17
Pembimbing Praktikum, Praktikan,
.................................... .........................................
PRAKTIKUM II
I. DASAR TEORI :
Analisa Biokimia Urine adalah salah satu tes laboratorium yang dapat
memberikan informasi tentang keadaan ginjal, saluran kemih, faal hati, saluran
empedu, pangkreas dan adanya gangguan metabolisme protein, karbohidrat da lipid di
dalam tubuh. Ginjal melakukan fungsi metabolik dan ekskretorik serta
mempermudah produk sampingan nitrogenosa dan metabolik lain dari tubuh. Ginjal
mempertahankan hemeostasis cairan, elektrolit dan status asam basa. Organ ini
menerima sekitar 20% dari curah jantung setara dengan hampir satu liter darah setiap
menit. Melalui filrasi, reabsorbsi dan sekresi, ginjal mengekskresikan 1,6 sampai 1,8
liter urine per hari pada orang dewasa; 2-5 ml/kg per jam pada anak. Volume ini dapat
berbeda-beda tergantung pada status hidrasi pasien. Karena bagian yang berbeda pada
ginjal melakukan fungsi yang berbeda pula, letak dan sifat banyak gangguan ginjal
dapat dipekirakan dari evaluasi aspek-aspek tertentu pengaturan metabolik dan urine.
Apabila jumlah dan fungsi semua bagian konstituen ginjal normal, fungsi
ginjal dapat dipahami berdasarkan komponen fungsional nefron. Glomerulus
menyingkirkan zat-zat yang perlu diekskresikan dan mencegah keluarnya protein dan
sel kedalam urine. Tubulus mereabsorpsi zat-zat terlarut yang harus dihemat;
mengatur konsentrasi natrium, kalium, dan bikarbonat; dan mengekskresikan atau
menahan ion hidrogen sesuai kebutuhan. Duktus koligentes, di medula yang
hipertonik, mengatur jumlah air yang ditahan atau diekskresikan.
18
Hasil analisa biokimia urine sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
19
3 Beberapa ml urine terakhir ditampung dalam gelas ketiga,urine iini
diharapkan akan mengandung unsure unsure khusus dari pars prostatica
uretra serta getah prostate yang terperas keluar pada akhirnya berkemih.
untuk mendapatkan urine 2 gelas caranya sama dengan di atas kecuali gelas
ketiga ditadakan dan pada gelas pertam ditampung 50-75 ml urine.
2. Penambahan bahan pengawet yang dilakukan yaitu :
1 Fisik, dengan cara
- menyimpan sampel urine dalam lemari es (± 40)
- menyimpan sampel urine di bawah titik beku ( di bawah 00 C)
2 Kimiawi
- Toluenz yang merupakan pengawet terbaik ( 2,5ml/urine 24 jam)
- Formalin 10%
- Thymol 100 mg/ 100 ml
- H2SO4 ( pH 4,5 )
- Na2 CO3 5%
- Na F
3. Wadah sample.
Dalam pengambilan sampel urine perlu juga diperhatikan wadah yang
digunakan sebagai penampung. Adapun syarat-syarat penampung yaitu:
1. Wadah dari bahan kaca / plastik bewarna gelap, bermulut lebar dan memiliki
penutup.
2. Bersih, kering dan tidak harus steril
3. Diberi label yang berisi identitas, nama, jenis urine, tanggal dan waktu
pengambilan, pengawet, dan jenis pemeriksaan yang diminta.
20
Protein Sindroma nefrotik ↑
Pielonefritis ↑
Glomerulonefritis ↑
Kimmelstiel-wilson synd↑
Hiprtensi maglina ↑
Urinalisis lengkap
Pielonefritis
Kolik ginjal
Terapi
(+) (-)
(+) (-)
TBC ginjal Batu ginjal
21
Proteinuria
(albuminuria)
Massif ( + ) / ( ++ )
Sindroma Nefrotik
Pielonefritis
GNA
Cari kausa
o Diabetes Mellitus : Tes Glukosa
o SLE : Sel LE, Tes ANA
o Infeksi :Sfilis, Malaria
o Amiloidosis
o Toksemia grividarum : Hamil , Hipertensi
o Tumor eksta renal : BNO / IVP
Berat jenis
Oligouria
Ureum, kreatinin, asam urat
Gagal ginjal
Anamnesis
Akut Kronik
Misalnya pada : Misalnya pada :
Kekurangan volume plasma darah - GNK
o Perdarahan - Nefropati diabedika
o Luka bakar - Nefritis intertesial
o Syok - Hipertensi renal
Keracunan : CCl4, etilen glikol - Penyakit kolagen SLF
Obstruksi saluran kemih - Penyakit ginjal obstuksi
Penyakit ginjal - Penyakit ginjal bawaan
22
o GNA - Nefropati toksik
o Sindroma nefrotik
1) Pemeriksaan pH urine
Eyepeice
Prisma
Cover plate
23
Prisma ditetesi dengan urine (1-2 tetes)
Penutup (cover) ditutup, harus merta.
Sekali dilihat melalui eyepiece.
Baca sekala dengan intensitas cahaya cukup.
Bersihkan Prisma dengan tissue basah, keringkan.
24
6. Protein
7. Glukosa
8. Spesifik Gravity (SG)/BJ
9. pH
10. Blood
11. Kreatinin
12. Calcium
13. Microalbumin
b.prinsip reaksi pemeriksaan carik celup
1.Berat jenis
Indikator BTB + senyawa poli (metil,vinyl ether maleic acid sodium salt)
bereksi pada urine dengan BJ > 6,5.
2.pH
Indikator metyl red dan BTB, variasi ph memberikan kombinasi warna pada
kertas yang mengandung indikator tersebut.
3.Leukosit
Asam karbonat ester------esterase (granulosit)-----indixyl---oksidasi------>
senyawa indigo berwarna indigo.
4.Nitrit
Nitrit------reduksi nitrit oleh bakteri Gram (-)
Nitrit + p-arsinilic acid + tetrahydrobenzoquinoiin----senyawa merah.
5.Protein
3`,3”,5`,5”, tetraklorofenol-----3,4,6,5 tetrabromosulfoftalein (buffer) +
protein-----hijau muda – hijau tua.
6.Glukose
(glukose oksidase)
D-glukose----------------------------D-glukonakton + H2O2
H2O2 -------On + kromogen (O-tolidine)-----warna
7.Keton
Na nitroprussid (oksidator kuat) memberikan warna ungu + asam aseto asetat,
aseton, asam betha hidroksi butirat (-)
8.Urobilinogen
Urobilinogen + paradimetyil amino benzaldehide ------ (asam)----- dengan zat
warna azonium (merah)
9.Bilirubin
Bilirubin + garam diazonium ------ (asam)------- azobilirubin berwarna merah.
10.Haemoglobin
H2O2------peroksidase (hb)------H2O + On
On + kromogen (benzidin)------ senyawa hijau biru.
10. Kreatinin
Kreatinin bereaksi dengan indikator kreatinin dalam suasana alkali
membentuk kompleks warna purplish – brown. Intensitas warna yang
terbentuk setara dengan adar kreatinin dalam urine.
11. Calsium
Adanya ion kalsium dalam urine bereaksi dengan OCPC (O - Cresolphthalein
complexon membentuk kompleks warna orange – brown.
12. Mikroalbumin
Keberadaan Albumin dalam urine bereaksi dengan Indikator metyl red dan
BTB, variasi ph sampai dengan 9 memberikan kombinasi warna pada kertas
yang mengandung indikator tersebut.
25
Cara Kerja
1. Celupkan selembar reagen strip (carik celup) ke dalam tabung reaksi yang
berisi sampel urine kira-kira 1 detik sehingga urine membasahi seluruh
permukaannya.
2. Hapus sisa urin dengan cara menyentuhkan satu sisi carik celup ke permukaan
kertas tissue.
3. Amati perubahan warna pada stik berdasarkan standart carik celup atau alat
Clinitex Status.
c. Hasil Pemeriksaan :
Urit (Uritest 13G) dengan 13 parameter yaitu :
1) Leukosit ( 2 menit ) :
2) Keton ( 40 detik ) :
3) Nitrit ( 60 detik ) :
4) Urobilinogen ( 60 detik ) :
5) Bilirubin ( 30 detik ) :
6) Protein (60 detik ) :
7) Glukosa ( 30 detik ) :
8) Spesifik Gravity (SG)/BJ ( 60 detik ) :
9) pH ( 60 detik ) :
10) Blood ( 60 detik ) :
11) Kreatinin :
12) Calcium :
13) Microalbumin :
PERKIRAAN KELAINAN BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINE
DIABETES GINJAL & INFEKSI HATI / EMPEDU
SALURAN URINE
Glukosa Protein Bilirubin
Keton Darah Urobilinogen
Leukosit
Nitrit
Berat Jenis
Nilai pH
26
- Na2CO3 …………………………………….. 100 g
- Na.Citrat…………………………………….. 173 g
b. Resep Fehling :
- Fehling A …. ………………………………. 35g/1 ltr
- K.Na.Tartrat 175g + NaOH 60g / 1 ltr.
2) Prosedur :
A. Benedict B. Fehling
0,5 ml urine
1 ml urine
5 ml Reagen 2 ml fehling B
benedicr campuran
2 ml fehling A fehlingA+B
dipanaskan
Waterbath
27
Tabel Hasil Pemeriksaan :
SAMPEL BENEDICT WARNA FEHLING WARNA
2 – 3 tetes
asam asetat 6%
± 5 ml urine
Waterbath
Panaskan dalam waterbath 5 menit /lampu spirtus 2 menit, setelah mendidih
Campur, dinginkan dan baca hasil sesuai dengan nilai interpretasi hasil.
Tabel Interpretasi hasil Protein Metode perebusan Asam Asetat
SIMBOL PEMBACAAN HASIL
NEGATIF - Tidak ada kekruhan
POSITIF + 1+ Ada kekeruhan ringan tanpa butir (protein ± 0.01 – 0.05%)
POSITIF ++ 2+ Kekeruhan mudah dilihat terdapat butiran (protein ± 0.05 –
0.2%)
POSITIF +++ 3+ Kekeruhan jelas dan berkeping (protein ± 0.2 – 0.5%)
POSITIF +++ 4+ Urine sangat keruh dengan kepingan besar/menggumpal
+ (protein lebih dari 0.5%)
28
Tabel Hasil Pemeriksaan :
SAMPEL POSITIF WARNA
29
Sepucuk sendok 1-2 ml
Reagen Rhotera Amoniak pekat
( 1 gr ) melalui dinding
± 5 ml
Urine
Baca hasil ditunjukkan dengan terbentuknya cincin ungu diantara dua lapisan
jika terdapat benda-benda keton dalam sampel urine.
Baca hasil ditunjukkan dengan terbentuknya cincin ungu diantara dua lapisan
jika terdapat benda-benda keton dalam sampel urine.
JAWABAN :
30
31
e.Kesimpulan
32
.................................... .........................................
PRAKTIKUM III
ANALISA BIOKIMIA CAIRAN TUBUH
A. PEMERIKSAAN PROTEIN KWALITATIF METODE
RIVALTA PADA CAIRAN PLEURA UNTUK MENENTUKAN
CAIRAN TERMASUK TRANSUDAT ATAU EKSUDAT.
I. Dasar Teori
2. Tujuan Pemeriksaan
- Untuk mengetahui penyebab terjadinya akumulasi cairan dalam rongga serosa
tubuh.
- Untuk menegakkan diagnosis dan penanganannya
3. Bahan Pemeriksaan : Pleura.
4.Pemeriksaan Protein kwalitatif Metode : Rivalta
Prinsip : adanya seromusin akan membentuk presipitat seperti
awan putih dalam suasana asam.
1 Alat dan Bahan :
- Gelas ukur
- Aquadest
- Asam asetat glasial
2 Cara Kerja :
- Campurkan 2 tetes atau 0,1 ml asam asetat glasial ke dalam
100 ml aquadest dalam gelas ukur.
- Teteskan sampel yang akan diperiksa ke dalam campuran
tersebut
33
- Perhatikan adanya presipitat pada tetesan tersebut
3 Nilai rujukan : tidak ada kekeruhan atau presipitat
4 Hasil Pemeriksaan : .......................................................................
5 Interpretasi Hasil :
Hasil negatif ( tidak ada presipitat ) : ...........................................
Hasil positif ( terjadi presipitat ) : ..........................................
1. Dasar Teori
Cairan otak (Liquor Cerebrospinalis) adalah cairan jernih seperti aquadest
sedikit mengandung protein yang ditemukan dalam sistem ventrikel otak dan ruang
subarachnoid. Jumlah cairan otak yang normal adalalah sekitar 100 – 150 ml. Cairan
otak terutama dibuat oleh fleksus koroideus yang terdapat dalam ventrikel tertius,
ventrikel quartus dan ventrikel lateralis melalui proses ultrafiltrasi plasma darah.
Berbagai kelainan intrakranial dapat menyebabkan perubahan pada cairan otak.
Pembentukan cairan otak dapat meningkat atau berkurang bila terdapat gangguan
pada fleksus koroideus. Tindakan fungsi lumbal adalah merupakan salah satu cara
untuk memperoleh cairan otak .
2. Tujuan Pemeriksaan
Mengetahui kelainan pada cairan otak melalui tes identifikasi protein secara
kwalitatif metode PANDY DAN NONNE APELT.
3. Pemeriksaan Biokimia Protein Kwalitatif metode : Pandy
Bahan pemeriksaan : Cairan otak yang akan diperiksa tidak boleh mengandung
darah. Bila ada kekeruhan bahan harus disentrifuse dahulu.
Prinsip : Albumin dan globulin dipresipitasi oleh larutan fenol jenuh membentuk
kekeruhan.
Alat dan Bahan : - Mikro pipet 1 ml
- Tabung reaksi
- Larutan fenol jenuh
Cara Kerja :
- Masukkan 1 ml larutan fenol jenuh dalam tabung reaksi .
- Teteskan 1 tetes cairan otak.
- Amati adanya kekeruhan yang terjadi.
Nilai Rujukan : Normal tidak timbul kekeruhan
Hasil Pemeriksaan : ................................................................
Interpretasi Hasil :
adanya kekeruhan menunjukkan : .........................................
34
-
Masukkan 1 ml larutan Amonium Sulfat jenuh dalam tabung
reaksi .
- Tambahkan 1 ml cairan otak secara berlahan.
- Biarkan selama 3 menit
Nilai Rujukan : Normal tidak terbentuk cincin putih
Hasil Pemeriksaan : ..........................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
C. PEMBAHASAN DAN DISKUSI
SOAL :
JAWABAN :
35
e.Kesimpulan
36
.................................... .........................................
PRAKTIKUM IV
ANALISA BIOKIMIA DARAH
d. Cara kerja:
1. Di isi tabung hemometer dengan HCl 0,1 N sampai tanda 2 gr%
2. Di isap darah dengan pipet Hb sampai tanda 20 cmm
3. Bersihkan bagian luar pipet Hb
4. Ditiup pelan-pelan darah yang ada dalam pipet ke dalam larutan HCl 0,1N
dengan tanpa menimbulkan gelembung udara
5. Dibilas pipet Hb dengan larutan HCl 0,1 N ± 3 kali
37
6. Diaduk dan tunggu 10 menit untuk pembentukan asam hematin
7. Ditambahkan aquades tetes demi tetes sampai didapatkan warna yang sama
dengan warna standar
8. Dibaca hasilnya dalam satuan gr%
e. Hasil:
Kadar Hb = ................................. gr%
38
5. Penampang Pipet : Makin besar penampang akan mempercepat
pengendapan LED.
f. Hasil:
39
Darah diencerkan dan di cat dengan larutan Turk, sel-selnya dihitung dalam kamar
hitung dibawah mikroskop.
b. Alat dan reagen : - Kamar Hitung Improved Neubauer
- Pipet Pengencer Thoma
- Larutan Turk
Bahan Pemeriksaan : Darah kapiler / vena dengan anticoagulant
c. Cara kerja:
1. Disiapkan kamar hitung Improved neubauer, tanggul-tanggulnya diolesi
dengan air dan letakkan cover glass di atas kamar hitung tersebut ( W = daerah
hitung sel darah putih, leukosit), seperti gambar :
Lekosit yang
dihitung
40
8. Kalkulasi jumlah lekosit pada darah :
Misalkan jumlah leukosit yang terdapat dalam kempat kotak besar ialah N.
Volume keempat kotak besar itu adalah 4 x 0,1 cmm = 0,4 cmm. Pengenceran
darah ialah 20 X. Jadi jumlah leukosit per cmm ialah :
1/0,4 x pengenceran x N = ....../cmm (N = jumlah lekosit pada 4 kotak
besar)
1/0,4 x 20 x N = 50 N /cmm (N = jumlah lekosit pada 4 kotak
besar)
d. Nilai Normal :
• Laki – laki : 4.700 – 10.300/cmm
• Perempuan : 4.300 – 11.300/cmm
• Bayi : 9.000 - 12.000/cmm
d. Hasil:
41
EOSINOFIL
LIMFOSIT
BASOPHIL
NETROFIL /
SEGMEN
d. Hasil: Differential count = .........../.......... /.........../............/........../............ %
Basofil Eosinofil Stab Netrofil/Segmen Limfosit Monosit
(%) / 10 lp (%)/10 lp (%)/10 lp (%)/10 lp (%)/10 lp (%)/10 lp
42
5. Test Faal Hemostasis.
A. MASA PERDARAHAN (BLEEDING TIME) METODE DUKE
Mendeteksi kualitas dan kuantitas trombosit.
1. PRINSIP : Mencatat waktu yang diperlukan mulai keluarnya darah dari luka
yang dibuat sampai darah berhenti mengalir.
2. ALAT DAN BAHAN : Blood lancet steril, kapas alcohol, stopwatch.
3. CARA KERJA :
a. Cuping telinga daerah lobulus auricularis didesinfektan dengan alcohol
70%.
b. Ditegangkan dengan jari, kemudian ditusukkan dengan blood lancet
steril sedalam +/- 3 mm.
c. Waktu keluar darah stopwatch dijalankan.
d. Tetesan darah yang keluar setiap 30 detik diisapkan dengan kertas
saring sampai darah berhenti mengalir.
e. Waktu yang dibutuhkan dicatat.
4. HARGA NORMAL :
Normal : 2 – 6 menit
Meragukan : 6 – 11 menit
Patologis : di atas 11 menit
43
e. Darah dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi, masing – masing 1 ml,
interval waktu memasukkan hádala 30 detik. Estela 4 menit tabung
dimiringkan (dilihat) apakah sudah terbentuk bekuan. Bila Belem ditunggu
30 detik lagi, kemudian dilihat lagi, demikian seterusnya sampai terjadi
bekuan.
f. Setelah tabung 1 terjadi bekuan, waktunya dicatat dan pindah memeriksa
ke tabung ke 2, begitu seterusnya sampai tabung ke 3, kemudian waktunya
dijumlahkan dan dibagi 3 (rata – rata).
Bleeding time
Procedure: 1. Pasang manset tekanan darah
di lengan atas & dinaikkan sp 40
mmHg
2. Bersihkan area penusukan di
lengan bawah dg alkohol &
biarkan kering
3. Buat insisi di area utk masa
perdarahan dg lanset standard.
Segera jalankan stopwatch.
4. Secara spontan darah akan
keluar mengalir secara alamiah
setiap 30 detik, hisap darah tsb
dengan kertas saring.
5. Bila bercak darah yang muncul
=1 mm, hentikan stopwatch
6. Catat waktu sebagai Bleeding
Time
7. Lepaskan manset sphygmo-
manometer
HARGA NORMAL :
Normal : 2 – 6 menit
Meragukan : 12 – 15 menit
Patologis : di atas 15 menit
e. Hasil Pemeriksaan
BT :
CT :
f. PEMBAHASAN DAN DISKUSI
44
e.Kesimpulan
.................................... .........................................
45
46
PRAKTIKUM V
ANALISA IMUNOBIOKIMIA
A. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO
a. Prinsip:
Reaksi aglutinasi sel darah merah dengan anti sera. Antigen pada sel permukaan darah
merah akan mengadakan aglutinasi (penggumpalan) dengan antibodi yang cocok
dengan antisera.
b. Tujuan Pemeriksaan :
Memperlihatkan bahwa sel darah merah manusia mempunyai golongan yang berbeda
– beda, berdasarkan atas dapat atau tidaknya sel tersebut diaglutinasi oleh antibodi.
c. Dasar teori :
Pada tahun 1900 – 1901 Karl Landsteiner memperlihatkan dalam suatu
rangkaian pengamatan, bahwa sel darah merah manusia terbagi atas 4 golongan
(ABO), yaitu golongan A,B,AB dan O. Pembagian ini didasarkan atas gejala, bahwa
serum seseorang dapat mengendapkan sel darah merah orang lain. Kemudian
diketahui bahwa penggolongan tersebut disebabkan oleh ada atau tidaknya antigen
A dan atau antigen B, atau keduanya ada atau keduanya idak ada. Secara biokimia
kemudian terbukti bahwa antigen A atau antigen B disebabkan oleh adanya
oligosakarida tertentu yang terikat ke membran sel. Oligosakarida yang
menimbulkan sifat Antigen A terdiri dari 4 mnosakarida, demikian pula dengan
antigen B.
47
Saat ini, dalam penentuan golongan darah digunakan antibodi yang berasal
dari binatang yang secara spesifik telah diimunisasi terhadap antigen A atau antigen
B, sehingga mengandung anti A dan atau anti B. Bila antibodi tersebut mengenali
sel darah merah yang homolog (sesuai), akan terjadi reaksi hemaglutinasi, dengan
melihat terbentuknya gumpalan – gumpalan kasar pada kaca objek/kartu golongan
darah tempat reaksi berlangsung.
Selain sistem ABO, terdapat pula beberapa sistem golongan darah lain, yang
terpenting di antaranya ialah sistem Rhesus (Rh).
e. Cara Kerja :
1) Siapkan gelas objek atau kartu golongan darah.
2) Beri tanda A,B dan AB. Teteskan secara berturut – turut satu tetes serum Anti
A, serum anti B dan serum anti AB sesuai tempat yang diberi tanda.
3) Teteskan satu tetes darah kapiler atau darah vena disamping tetesan masing –
masing anti serum tersebut, campur hinggga homogen dengan menggunakan
batang pengaduk.
4) Goyangkan objek gelas atau kartu golongan darah,Perhatikan adanya
aglutinasi berupa gumpalan aglutinasi.
d. Kriteria Pembacaan Hasil :
e. Hasil Pemeriksaan :
Golongan Darah :
48
B. PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN METODE STRIP
PREGNANCY TEST ONEMED MENGGUNAKAN
IMUNOKROMATOKRAFI TEST (ICT)
a. Tujuan :
Mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam urine
wanita hamil dengan kepekaan hingga 25 mlU/ ml urine.
c. Dasar teori:
hCG (human chorionic gonadotropin) adalah hormon yang dikeluarkan oleh
plasenta sejak usia kehamilan yang sangat dini. Hormon ini diekresikan dalam urine
dan keberadaanya dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan. Hormon hCG
adalah suatu glikoprotein yang mudah larut. Bila direaksikan dengan antibodi spesifik
anti-hCG akan memberikan reaksi ikatan yang kuat dapat berbentuk aglutinasi atau
ikatan kompleks antibodi-antigen. Ketika wanita sedang hamil, maka hari pertama ia
tidak mendapat haid, kadar hCG mencapai 100 mlU/ml, kadar hCG mencapai
puncaknya kira – kira 8 minggu setelah haid terakhir, lalu turun pada masa kehamilan
berikutnya. Pemeriksaan kehamilan dengan metode strip pregnancy test onemed
menggunakan imunokromatokrafi test (ict) adalah salah satu alat uji kehamilan yang
cepat dan akurat untuk memastikan kehamilan lebih dini engan mendeteksi Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam urine wanita hamil dengan kepekaan hingga 25
mlU/ ml urine. Dengan cara ini, kehamilan sudah dapat dideteksi pada hari ke 3-6
setelah terlambat haid.
d. Alat dan Bahan:
1) Bahan : Urine pertama pagi hari, kemungkinan hasil test urine positif
lebih besar bila digunakan urine pertama pagi hari yang pekat sebab urine
pekat mengandung lebih banyak hCG per satuan volume.
2) Alat : Pot urine.
3) Reagensia : Strip pregnancy test onemed
e. Cara Kerja :
1) Tampung urine segar / urine pertama pagi hari dalam wadah steri.
2) Celupkan strip ke dalam urine sesuai dengan tanda panah batas garis
maksimum selama 30 – 60 detik.
3) Angkat strip, tunggu 1-3 menit, baca hasilnya.
4) Jika muncul dua garis merah muda, hasilnya positif artinya kehamilan positif
(+).
49
5) Jika muncul satu garis merah muda, hasilnya negatif artinya kehamilan negatif
(-).
e. Hasil pemeriksaan :
Tes Kehamilan :
50
SOAL :
1. Jelaskan kegunaan pemeriksaan imuno biokimia terutama golongan darah
sistem ABO dan tes kehamilan.biokmia darah !
2. Jelaskan prinsip pemeriksaan imuno biokimia terutama golongan darah
sistem ABO dan tes kehamilan !
Jawab :
e.Kesimpulan
.................................... .........................................
51
PRAKTIKUM VI
PERCOBAAN EMPEDU DAN SALIVA (AIR LIUR)
1. Pendahuluan.
Bahan terpenting dalam empedu adalah : 1.Garam empedu dan 2. Zat warna empedu.
Reaksi yang digunakan untuk percobaan empedu adalah :
1. Reaksi Pettenkoffer dipakai
untuk menunjukkan adanya garam empedu.
2. Reaksi Hay digunakan untuk
menunjukkan salah satu fungsi garam empedu.
3. Reaksi Gmellin dipakai untuk
menunjukkan adanya bilirubin (zat warna empedu).
Saliva untuk percobaan – percobaan saliva diperlukan 20 ml ludah. Sekresi dari
ludah dapat diperlancar dengan mengunyah kapas. Sebelum mengunyah kapas
hendaklah berkumur dahulu untuk menghilangkan sisa – ssa makanan yang
mungkin ada. Kumpulkan 20 ml ludah dalam bejana kimia dan saringlah dengan
kain kassa.
2. Cara Kerja :
a. Reaksi Pettenkofer.
Prinsip : H2SO4 akan menguraikan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa,
yang,yang selanjutnya H2SO4 dengan glukosa dan fruktosa akan
membentuk furfural, yang dengan asam empedu membentuk warna merah.
Bila sukrosa telalu banyak akan terjadi arang dan ini menyebabkan warna
coklat/hitam yang sering terlihat dibawah warna merah.
Pelaksanaan : Ke dalam tabung reaksi masukkan 2 ml larutan empedu
yang telah diencerkan 10 X, beri 1 tetes sukrosa 10 %, campur kemudian
tuangkan H2SO4 pekat kira – kira 2 ml pelan – pelan pada dinding tabung
reaksi tersebut yang dimiringkan. Setelah beberapa waktu akan kelihatan
lingkaran berwarna merah.
b. Reaksi Hay.
Prinsip : Salah satu sifat empedu yaitu dapat menurunkan tegangan
permukaan. Ini penting untuk fungsi emulsifikasi lemak dalam usus.
Pelaksanaan : Ambillah 2 tabung reaksi yang agak besar. Yang satu diisi
dengan air, dan yang lainnya diisi dengan larutan empedu encer, sampai
kira – kira setengah tabung reaksi. Pada permukaan dari kedua cairan
52
tersebut ditaburkan bubuk belerang dan biarkan untuk beberapa saat.
Dilihat perbedaannya.
c. Reaksi Gmellin.
Prinsip : Oksidasi zat warna empedu (bilirubin).
d. pH saliva.
Pelaksanaan : Sediakan 3 tabung reaksi yang masing – masing diisi 1 ml
saliva. Tambahkan pada tabung pertama 1 tetes larutan phenolphtalein,
pada tabung kedua satu tetes litmus dan pada tabung ketiga satu tetes
larutan merah congo. Dari percobaan warna dengan indikator – indikator
ini berapakah kira – kira pH saliva ? pH saliva berkisar antara 6.0 – 7.9.
Pembacaan :
Phenolpthalein : 8.3 – 10.00 (tak berwarna merah)
Litmus : 5.0 – 8.0 (merah – biru)
Merah Congo : 3.0 – 5.2 (biru-ungu-merah)
53
e. Protein (terutama mucin, sedikit albumin, globulin dan
enzim – enzim pencernaan pada saliva.
Pelaksanaan :
1. Tambahkan pada 1 ml saliva (dalam tabung) reaksi 5 tetes
NaOH 10 %, campur, lalu beri 2 tetes larutan CuSO4 1 %.
Akan terlihat perubahan warna menjadi dari biru menjadi ungu
(reaksi Biuret) adanya protein dalam saliva.
2. Mucin adalah glikoprotein yang tak dapat larut dalam air dan
asam encer, etapi dapat larut dalam alkali encer. Untuk
menunjukkan sifat – sifat ini kita kerjakan percobaan sebagai
berikut : ditambahkan kedalam tabung reaksi yang berisi 2 ml
saliva beberapa tetes asam cuka 5 %, apa yang terjadi!
Pada tabung reaksi yang berisi 1 ml saliva ditambahkan 5
aquadest.Perhatikan mucin yang tak larut. Tambahkan 2 tetes
NaOH 10%, nampak mucin akan larut.
.................................... .........................................
54
DAFTAR PUSTAKA
55