Anda di halaman 1dari 10

3.4.

Metode Rasional
3.4.1. Metode Rasional Praktis
Metode ini didasari atas beberapa asumsi yaitu:
1. Debit pengaliran Q yang diakibatkan oleh curah hujan dengan intensitas
tersebut berlangsung selama waktu tiba banjir.
2. Debit aliran maksimum (Qmak) yang diakibatkan oleh curah hujan dengan
intensitas I, dan berlangsung selama waktu tiba banjir, mempunyai hubungan
linier dengan intensitas hujan I.
3. Peluang terjadinya debit maksimum sama dengan peluang terjadinya
intensitas hujan untuk waktu tiba banjir.
4. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada curah hujan untuk setiap
peluang.
5. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada semua curah hujan yang
terjadi di suatu daerah aliran.
Adapun persamaan menghitung debit rancangan metode Rasional :
Q = 0,278. C.i.A
Dimana :
Q = debit rancangan dengan kala ulang T tahun, m3/dt
C = koefisien pengaliran
i = intensitas hujan dengan kala ulang T tahun, mm/jam
A = luas daerah pengaliran, km2
Untuk menghitung debit banjir rancangan dengan Metode Rasional digunakan
beberapa komponen yaitu : waktu tiba banjir (Tc), intensitas curah hujan (i) dan
koefisien limpasan (C).
a). Waktu tiba banjir
Waktu tiba banjir adalah selang waktu antara permulaan hujan dan saat
pada seluruh areal daerah aliran ikut berperan pada pengaliran sungai atau
waktu yang diperlukan oleh hujan yang jatuh di titik terjauh dari daerah
pengaliran untuk mencapai titik yang ditinjau.
Beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung waktu tiba banjir
adalah :
1). Rumus Bayern

Modul 6-83
Tc = L/W
W = 72 . (H/L)0,6 (km/jam)
W = 20 (H/L)0,6 (m/dt)
2). Persamaan Bransby – Williams
Tc = 0,585 . L / (A0,1 . I0,2) jam
3). Persamaan Mc Dermot
Tc = 0,76 . A 0,38 jam
4). Persamaan Kirpich
Tc = 0,000325 . L0,77 / I 0,385
Dimana :
Tc = waktu tiba banjir (jam)
H = beda tinggi antara titik yang ditinjau dengan titik yang
terjauh dari alur sungai (m).
L = panjang alur sungai dari titik yang terjauh sampai titik yang
ditinjau (km).
W = kecepatan rambat banjir (km/jam)
A = luas daerah pengaliran (km2)
I = kemiringan dasar sungai rata-rata (m/m)

b). Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi persatuan waktu
dimana air tersebut terkonsentransi.
Intensitas hujan berdasarkan persamaan Dr. Mononobe :
2/3
R24 24
i =
[ 24
x
t ]
Dimana :
i = intensitas hujan ( mm/jam)
R24 = hujan harian maksimum (mm)
t = lama hujan (jam)
Disini hujan harian maksimum dipakai hujan rancangan berdasarkan kala
ulang tertentu, dengan demikian intensitas hujan yang didapat juga
berdasarkan kala ulang tertentu.

Modul 6-83
c). Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu besaran yang didasarkan pada keadaan
daerah pengaliran dan karakteristik hujan di daerah tersebut. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya koefisien pengaliran :
1. Keadaan hujan
2. Luas dan bentuk daerah aliran
3. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
4. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
5. Kebasahan tanah
6. Suhu dan angin
7. Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka harga koefisien pengaliran untuk
tiap daerah tidak akan pernah sama dan tidak mungkin untuk
memperhitungkan semua faktor itu sendiri-sendiri. Untuk mempermudah
perhitungan ditempuh berbagai cara, ada yang memperhitungkan pengaruh
faktor-faktor tersebut sebagai faktor umum yang didasarkan pada amatan-
amatan daerah, ada juga yang mencoba membagi faktor tersebut menjadi
beberapa kelompok. Untuk itu harga koefisien pengaliran (C) dapat disajikan
pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Harga koefisien pengaliran (C)
a. Berdasarkan kemiringan daerah
Loam Lempung Lempung
Kemiringan tanah
berpasir siltloam padat
Hutan
0,10 0,30 0,40
Kemiringan 0–5%
0,25 0,35 0,50
5 – 10 %
0,30 0,50 0,60
10 –30 %
Padang rumput/semak-semak
0,10 0,30 0,40
Kemiringan 0–5%
0,15 0,35 0,55
5 – 10 %
0,20 0,40 0,60
10 – 30 %
Tanah pertaniaan
0,30 0,50 0,60
Kemiringan 0–5%
0,40 0,60 0,70
5 – 10 %
0,50 0,70 0,80
10 – 30 %

Modul 6-83
b. Berdasarkan jenis tanah
Tanah
Jenis tanah Dikerjakan Perumputan
hutan
Laju infiltrasi di atas rata-
rata, biasanya tanah pasir
dan kerikil 0,20 0,15 0,10
Laju infiltrasi sedang,
tanah loam 0,40 0,35 0,30
Infiltrasi rendah, tanah liat,
tanah keras 0,50 0,45 0,40

c. Berdasarkan type daerah aliran


Type daerah aliran Harga C
Perumputan Tanah pasir, datar, 2 % 0,05-0,10
Tanah pasir, rata-rata 2 – 7 % 0,10-0,15
Tanah pasir, curam, 7 % 0,15-0,20
Tanah gemuk, datar, 2 % 0,13-0,17
Tanah gemuk, rata-rata, 2 – 7 % 0,18-0,22
Tanah gemuk , curam, 7% 0,25-0,35
Bisnis Daerah kota lama 0,75-0,95
Daerah kota baru 0,50-0,70
Perumahan Daerah “single family” 0,30-0,50
“multy unit”, terpisah-pisah 0,40-0,60
“multi unit”, tertutup 0,60-0,75
“suburban” 0,25-0,40
daerah rumah-rumah apartemen 0,50-0,70
Industri daerah ringan 0,50-0,80
daerah berat 0,60-0,90
Pertamanan,kuburan 0,10-0,25
Tempat bermain 0,20-0,35
Halaman kereta api 0,20-0,40
Daerah yang tidak
dikerjakan 0,10-0,30
Jalan beraspal 0,70-0,95
beton 0,80-0,95
batu 0,70-0,85
Untuk berjalan dan
naik kuda 0,75-0,85
Atap 0,75-0,95

Modul 6-83
Adapun langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan Metode Rasional
yaitu :
1. Tentukan harga kefisien pengaliran (C) .
2. Menentukan waktu tiba banjir (Tc)
3. Menentukan intensitas hujan (i) dengan menggunakan persamaan Dr.
Mononobe
4. Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan kala ulang (QT)

3.4.2. Metode Weduwen


Metode ini digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) dengan luas kurang dari 100 km2
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah :
1. Taksir harga tc
2. Menghitung koefisien reduksi (), dengan persamaan :
120+ A ( t +1 ) / ( t+9 )
β=
120+ A
3. Menghitung curah hujan harian maksimum
R 67,65
Rn= x
240 tc+1,45
4. Menentukan koefisien pengaliran
4,10
α=1−
β . Rn+7
5. Menentukan debit banjir rancangan dengan persamaan Weduwen
Q =α . β . Rn . A
6. Menghitung waktu tiba banjir
−0,125 −0,25
Tc=0,25×L×Q ×I
7. Kontrol nilai tc taksiran dengan nilai Tc hasil perhitungan, jika nilai yang
diperoleh tidak sama, maka perhitungan diulangi (nilai tc ditaksir kembali)
sampai nilai tc taksiran dengan nilai Tc yang diperoleh dari hasil perhitungan
sama.
Keterangan :
Q = debit banjir rancangan dengan periode ulang n tahun, m3/detik

Modul 6-83
 = koefisien limpasan
A = luas daerah pengaliran sungai, km2
L = panjang sungai, km
I = kemiringan sungai
R = curah hujan dengan periode ulang n tahun.
 = koefisien reduksi
Tc = waktu konsentrasi (tiba banjir), jam
Rn = curah hujan maksimum, m3/dt/km2

3.4.3. Metode Haspers


Dasar dari metode ini yaitu metode rasional.
Adapun prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan besarnya koefisien pengaliran :
0,7
1+0,012 A
α=
1+0,075 A 0,7
2. Menentukan koefisien reduksi :

1 Tc+3,7 . 10(−0,4 Tc) A0,75


=1+ 2 x
β Tc +15 12
3. Menghitung waktu tiba banjir :
0,8 −0,3
Tc=0,10 . L . I
4. Menghitung curah hujan maksimum :
r
RT=
3,6 . Tc
Dimana nilai r dapat dihitung berdasarkan nilai Tc :
Tc×R
r=
a). Tc+1−0,0008 ( 260−R ) ( 2−Tc )2 ; bila Tc < 2 jam
Tc . R
r=
b). ( Tc+1 ) ; bila ; 2 jam < Tc < 19 jam

Modul 6-83
c). r = 0,707 R (Tc + 1)0,50 ; bila ; 19 jam < Tc < 30 hari
5. Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan persamaan Haspers :
Q =  .  .RT . A
dimana :
Q = debit banjir rancangan dengan periode ulang T tahun (m3/detik)
 = koefisien pengaliran
 = koefisien reduksi
RT = limpasan per km2 daerah tadah hujan, dengan kala ulang t
tahun (m3/dt/km2).
R = Curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun (mm)
r = distribusi hujan selama t jam (mm)
A = luas daerah aliran sungai (km2)
I = kemiringan sungai rata-rata
3.4.4. Metode Melchior

Dasar Metode Melchior dari ini adalah Metode Rasional dan digunakan untuk
memperkirakan debit banjir rancangan untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
luasnya lebih dari 100 km2. Berdasarkan pengamatan hujan yang dilakukan oleh
Ir. S.J.G Van Overveldet dan Ir. H.P Mensinga dalam tahun 1889. Maka
Melchior menentukan hubungan antara hujan rata-rata sehari (24 jam) dan hujan
maksimum setempat sehari dan mendapatkan angka reduksi :
1970
−3960+ ( 1720×β 1 )
F=
β 1 −0 .12

dimana :
F = Luas ellips yang mengelilingi daerah aliran sungai dengan sumbu
panjang tidak lebih dari 1,5 kali sumbu pendek (km 2). Kemudian hitung luasnya
dimana a dan b adalah sumbu-sumbu ellips. Dengan diketahuinya F maka dapat
kita hitung nilai 2.

π
×L ×L
= 4 1 2

L1 = Panjang sumbu besar (km)


L2 = Panjang sumbu pendek (km)

Modul 6-83
Curah hujan maksimum dapat dilakukan dengan nomogram atau dengan
persamaan:

10 xβ xR 24 max
r= 36 t
Di sini R24 max adalah besarnya curah hujan terpusat maksimum sehari yang
didapat dari data hujan di Jakarta. Oleh sebab itu untuk luar Jakarta hasil
persamaan di atas harus dikalikan dengan “RT/200”.

Modul 6-83
Gambar 6.3. Luasan Curah Hujan (Metode Melchior)

Modul 6-83
Waktu tiba banjir untuk Metode Melchior adalah :
T = 0,186 x L x Q-0,2 x I-0,4
Dimana:
L = panjang alur sungai utama, km
T = waktu tiba banjir, jam
Q = debit banjir, m3/dt
I = kemiringan sungai

Persamaan debit Metode Melchior Q = α x β x R x A


Dimana :
Q = debit, m3/dt
α = koefisien pengaliran (nilainya 0,42 ; 0,52 ; 0,62 ; dianjurkan 0,52)
β = koefisien reduksi
R = curah hujan maksimum, m3/dt/km2

Modul 6-83

Anda mungkin juga menyukai