Anda di halaman 1dari 21

BLOK PENYAKIT TROPIS

Keterampilan 1
Keterampilan Medik
SIRKUMSISI

78
Mahasiswa diharapkan sudah membaca teori tentang tindakan sirkumsisi,
melihat video tentang tindakan sirkumsisi sebelum tatp muka skill lab tindakan
sirkumsisi
Perkenalan dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan macam teknik sirkumsisi (5
menit).
1. Instruktur melakukan silentdemonstration, sementara mahasiswa mengamati
(10 menit)
2. Instruktur melakukan demonstrasi, dengan verbal performance step by step
(15 menit).
3. Mahasiswa melakukan silent demonstration, sementara instruktur dan
mahasiswa yang lain mengamati (5 menit per siswa = 50 menit)
4. Mahasiswa melakukan demonstrasi dengan verbal performance step by step,
sementara instruktur dan mahasiswa yang lain mengamati dan memberi
feedback (7 menit per siswa = 70 menit)
5. Diskusi kelompok (10 menit)

5. TEORI DASAR PEMASANGAN KATETER


SIRKUMSISI
Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris : circumcision) adalah tindakan memotong
atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum
dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan
frenektomi. Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum (berarti "memutar") dan
caedere (berarti "memotong").
Indikasi:
a. Phimosis atau paraphimosis
b. Infeksi glans penis : balanopostitis
c. Adanya smegma
d. Kondiloma akuminata
e. indikasi lainnya untuk agama, sosial dan kebersihan.
Kontra indikasi:
a. Hipospadia
b. Epispadia
c. Kelainan darah
d. Infeksi

79
Phimosis
adalah kondisi dimana distal preputium sempit dan tidak dapat tertarik melewati
glans penis. Pada bayi, balita, dan anak pra sekolah, kulit tampak tebal dan tidak
dapat tertarik disertai perlengketan ke glans. Hal ini bertahan sampai terjadinya
proses keratinisasi lapisan epitel antara glans dan lapisan dalam preputium yang
memisahkan antara kulit preputium dari glans.

Paraphimosis
adalah ketidakmampuan untuk mengembalikan kulit preputium yang tertarik
kebelakang glans ke posisi yang seharusnya. Hal ini merupakan suatu yang
emergensi bidang urologi. Jika tidak ditangani dengan cepat, dapat menyebabkan
vena tersumbat dan edema dari glans dan preputium. Selanjutnya akan
menyebabkan sumbatan terhadap arteri sehingga terjadi iskemi dan kehilangan
bagian atau seluruh glans penis. Parafimosis merupakan akibat dari jika orang tua
atau perawat menarik preputium dengan keras untuk membersihkan penis atau
pada percobaan kateterisasi dan preputium tidak kembali pada posisi semula.
Edema, nyeri tekan, dan kemerahan tampak pada glans, edema terjadi di daerah
distal dan batang bagian proximal dari parafimosis tetap flaxid.

80
Balanitis atau Postitis
Postitis adalah infeksi dari preputium, sedangkan balanitis adalah infeksi dari glans
penis. Kedua jenis infeksi ini respon terhadap antibiotika oral dan topikal serta
kompres dengan air hangat.
Pada postitis, tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah eritema,
pembengkakan, panas, nyeri tekan pada kulit preputium. Pada balanitis, eritema,
pembengkakan, panas, nyeri tekan pada daerah glans penis. Bau yang tidak enak,
eksudat yang sedikit, dan seropurulen merupakan tanda yang jelas.
Balanitis, postitis atau keduanya (balanopostitis) diobati dengan kombinasi antibiotik
oral dan salep antibiotika untuk membunuh mikroba kulit. Merendam atau menyiram
dengan air hangat dianjurkan untuk mengurangi rasa tidak enak dan menjaga
kebersihannya. Pereda nyeri dengan asetaminofen atau ibuprofen oral.

Kontraindikasi untuk sirkumsisi adalah :


- Anomali pada penis (misalnya chorde, atau kelainan kelengkungan penis),
- Hipospadia
- Epispadia
- Mikropenis
- Kelainan perdarahan bukan merupakan kontraindikasi absolut untuk
sirkumsisi, tetapi sebaiknya dihindari kasus seperti ini.

81
ANATOMI UROGENITALIA PRIA

Prosedur Siskumsisi
Anamnesis
a. Riwayat sekarang
b. Riwayat medikamentosa
c. Riwayat alergi
d. Riwayat kelainan perdarahan
e. Infeksi genitalia saat ini (ulkus atau discharge)
f. Riwayat ereksi atau fungsi seksual lainnya
Persiapan Peralatan
a. Bed pasien dengan Underpath dan pencahayaan yang baik
b. Minor set/Sirkum Set :
 Klem desinfeksi 1 buah
 Klem arteri bengkok 2 buah, lurus 2 buah
 Gunting jaringan dengan ujung tumpul dan tumpul 1 buah
 Gunting benang 1 buah

82
 Pinset sirurgis 1 buah
 Pinset anatomis 1 buah
 Neddle holder 1 buah
 Cawan kecil

c. Wadah stainles untuk minor set- semuanya ini dalam kondisi steril
d. Benang bedah yang cepat diserap, misalnya Plain Catgut 3/0 atau 4/0
a-traumatic-cutting
e. Scalpel handle dan surgical blade
f. Surgical marker
g. Lidocain 2% tanpa vasokonstriktor
h. Spuit 10 cc dan jarum 23G
i. Kassa steril 10 lembar
j. Plester
k. Kasa parafin
l. Duk lubang steril

83
m. Sarung tangan steril
n. Larutan Povidon Iodine 10%

Prosedur Tindakan
1. Disinfeksi penis dan sekitarnya dengan cairan disinfeksi
a. Pegang dan tarik sedikit ujung prepusium dengan kasa steril oleh
tangan kiri.
b. Usapkan iodine povidon 10% ke seluruh permukaan penis dan daerah
sekitarnya dengan tangan kanan.
c. Perhatikan pola pengusapan yang melingkar keluar dan tidak
mengusap bagian yang sudah diusap sebelumnya.
d. Pengusapan iodin povidon maupun alkohol dimulai dari ujung distal
penis, diteruskan ke pangkal (proksimal) secara melingkar mengarah
keluar sentrifugal sampai meliputi abdomen bawah dan femur anterior
e. Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang steril
2. Anastesi :
Sirkumsisi umumnya menggunakan anestesi lokal, yang dipakai biasanya
teknik infiltrasi.
Teknik Anastesi infiltrasi (ring block)

84
a. Daerah penyuntikan disesuaikan dengan lokasi persarafan. Cabang-
cabang saraf yang mempersarafi penis berada sekitar jam 11 dan jam
1, cabang cabangnya sekitar jam 5, jam 7 serta daerah frenulum.
b. Lokasi penyuntikan adalah sekitar 1/2 - 2/3 proksimal batang penis
subkutis agak kedalam sedikit. Jarum disuntikan di daerah dorsum
penis proksimal secara sub kutan, gerakkan kekanan, aspirasi, tarik
jarum sambil menginjeksikan cairan anestesi, jarum jangan sampai
keluar kemudian arahkan jaruh ke lateral kiri, ulangi seperti lateral
kanan.
c. Kemudian injeksikan di daerah ventral dan lakukan infiltrasi seperti
diatas sehingga pada akhirnya terbentuk Ring Block.

d. Tunggu 3 – 5 menit dan yakinkan anestesi lokal sudah bekerja dengan


mencubitkan pinset

3. Membebaskan Perlengketan.
Perlengketan yang dimaksud disini adalah antara prepusium dan glans penis,
khususnya didaerah korona glandis. Hal ini diakibatkan adanya smegma yang
menumpuk dan mengeras, akibat higiene yang kurang baik atau karena
phimosis.

85
Untuk itu dilakukan Teknik membebaskan dan membersihkan
memakai klem arteri bengkok dengan ujung yang tumpul , Caranya:
a. Tarik preputium ke proksimal kemudian klem dibuka sambil didorong
ke arah perlengketan.
b. Dilakukan berulang-ulang kearah proksimal dan lateral sampai terlihat
sulkus korona glandis dan pangkal mukosa prepusium di sekeliling
sulkus korona glan penis.
c. Jika smegma sulit dilepaskan basahilah kasa dengan iodin povidon
10%, dilakukan cara yang sama dengan diatas.
d. Jika dengan cara ini smegma masih sulit terlepas, dapat diatasi
dengan dengan cara menjepit gumpalan smegma satu persatu,
kemudian bersihkan dengan kasa yang telah dicelup Povidon Iodine
10%.

4. Melakukan DORSUMSISI / DORSAL SLIT OPERATION


Teknik Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong preputium
pada bagian dorsal pada jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah
proksimal, kemudian dilakukan pemotongan sirkuler kekiri dan kekanan
sejajar sulcus coronarius
a. Tandai batas insisi dengan gambar desain insisi menggunakan
surgical marker yaitu di proksimal dari korona.
b. Prepusium dijepit klem pada jam 11, 1 dan jam 6 ditarik ke distal
secukupnya sampai preputium cukup teregang..
c. Preputium diinsisi pada jam 12 diantara dua klem dengan
menggunakan gunting jaringan kearah sulcus coronarius, kira-kira ½
sampai 1 sentimeter dari sulkus koronarius sampai mencapai garis
desain insisi. Sisakan mukosa kulit secukupnya dari bagian distal
sulkus. Jepit kulit dan mukosa yang telah dipotong dengan klem arteri
bengkok.
d. Lanjutkan memotong preputium melingkar ke kanan dan ke kiri. Makin
ke ventral kulit preputium yang dibuang makin sedikit, dan kedua
potongan akan bertemu pada klem yang dipasang pada Frenulum di
bagian ventral penis.

86
5. Perawatan Perdarahan
a. Cari sumber-sumber perdarahan dengan menghapus daerah luka
dengan menggunakan kasa, bila di dapatkan sumber perdarahan
segera di jepit dengan klem arteri kecil.
b. Tarik klem, ligasi dengan mengikat jaringan sumber perdarahan
dengan Plain Catgut 3.0.
c. Potong ikatan sependek mungkin.
d. Cari sampai seluruh sumber perdarahan diatasi.

87
6. Penjahitan Frenulum
Setelah diyakini tidak ada perdarahan (biasanya perdarahan yang banyak
ada di frenulum).
Dilakukan penjahitan di daerah frenulum (jam 6) dengan menggunakan
Teknik Jahitan Matras horizontal dimana frenulum segaris dengan midline
raphe.

Tekniknya adalah :
a. Tusukkan jarum dari bagian kulit sedikit sebelah kanan rafe penis, terus ke
dalam dan keluar di sisa mukosa yang sejajar.
b. Tusukkan kembali jarum ke mukosa di sisi yang bersebrangan terhadap
frenulum sampai keluar kembali kulit di sisi yang sejajar dengan tusukan
kedua.
c. Simpulkan dengan erat minimal tiga kali.
d. Saat melakukan penjahitan dibuat tali kendali di jam 6 dan jam 12 (matras
vertikal) supaya jahitan lebih rapi dan simetris.

88
e. Tali kendali dibuat saat melakukan penjahitan mukosa dan kulit oleh benang
sepanjang sekitar 6cm yg disimpulkan pada posisi jam 6 dan jam 12.
f. Ujung benang Tali kendali tadi difiksasi dengan klem.
g. Sesudah penjahitan selesai, tali kendali ini dapat digunting pendek .

7. Penjahitan Mukosa dan Kulit


a. Tujuan penjahitan adalah untuk aproksimasi daerah luka agar
penyembuhan lebih cepat. Penjahitan dilakukan antara bagian ujung
sisa mukosa dan tepi kulit.
b. Penjahitan ini dimulai dari bagian luar sisa mukosa mengarah ke
pangkal penis untuk menembus tepi kulit dari dalam. Perlu diingat
bahwa arah penjahitan selalu menjauhi glans penis untuk menghindari
trauma pada glans.
c. Sebelum dilakukan penjahitan, pastikan tidak ada lagi perdarahan aktif.
d. Penjahitan dimulai dari dorsal (jam 12), dengan pemasangan tali
kendali selanjutnya jahitan dibuat pada jam 3, 9
e. Kemudian dilanjutkan Jahitan simpul jam 2,4, 8,10 dengan jahitan
simple interupted
f. Tidak diianjurkan mengikatnya terlalu erat.

8. Perawatan Luka
Perawatan luka bisa dilakukan dengan metode tertutup atau terbuka.
Luka yang ditutup dengan kasa paraffin lalu kasa dan diplester. Lubang uretra
harus bebas dan sedapat mungkin tidak terkena urin.

89
9. Medikamentosa
diberikan dapat berupa
Analgetika : Asam Mefenamat 500mg 3x1 per oral
Antibiotika : Amoksisilin 500mg 3x1 per oral

10. Edukasi
a. Luka dalam 3 hari jangan kena air
b. Bila ada perdarahan post sirkumsisi, segera kontrol
c. Bila selesai kencing hapus sisa air kencing dengan kasa
d. Perbanyak dengan makan dan minum yang bergizi terutama mengandung
protein
e. Setelah 3-5 hari post sirkumsisi kontrol ke dokter untuk perawatan luka atau
melepaskan balutan

11. Komplikasi
1. Penderita alergi terhadap obat anestesi lokal. Lebih sering pada prokain dan
jarang didapati pada lidokain. Haru disiapkan obat untuk mengatasi shock
anaphilaktik
2. Perdarahan. Terutama pada frenulum, pencegahan perdarahan frenulum ,
jahitan pada frenulum diyakinkan cukup adekwat. Perdarahan juga dapat
terjadi pada pada penderita dengan kelainan pembekuan darah.
3. Infeksi. Bila asepsis-antisepsis kurang diperhatikan, atau terkena urin.
4. Pengangkatan kulit preputium kurang adekwat, sehingga glans masih tertutup
kulit.

90
5. Pengangkatan kulit terlalu banyak, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam
menjahit, tegang dan mempengaruhi penis sewaktu ereksi nantinya.
6. Glans ikut terpotong atau amputasi glans. Dengan dorsumsisi jarang terjadi.
Glans terpotong paling banyak didapati pada teknik guillotine, karena tanpa
membuka preputium terlebih dahulu.

6. REFERENSI
1. XMcAleer IM, Kaplan GW. Circumcision. In: Graham SD, Keane TE, Glenn JF,
editors. Glenn's Urologic Surgery. 6th ed. Virginia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2004. p. 852-6.
2. Hutson JM. Circumcision : a surgeon's perspective. J Med Ethics.
2004;30:238-40.
3. Cook A, Koury AE. Urologic Emergencies in Children : Special Consideration.
In: Hohenfellner M, Santucci RA, editors. Emergencies in Urology. Berlin:
Springer; 2007. p. 89-91.
4. Hashim H, Reynad J. Postoperative Emergencies After Urological Surgery. In:
Hashim H, Reynard J, Cowan NC, editors. Urological Emergencies in Clinical
Practice. London: Springer; 2005. p. 146.

b. BAHAN DISKUSI KELOMPOK

Pertanyaan :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………....

91
Diskusikan dan evaluasi kasus-kasus diatas beserta teman-teman sekelompok
anda. Tulislah di buku laporan apa yang tepat dan apa yang tidak tepat dari
kasus - kasus di atas serta jelaskan alasannya!

92
CHECKLIST KETRAMPILAN SIRKUMSISI
Nama : _________________________________________________
NIM :___________________________________________________
NamaInstruktur : ____________________________________________________
Kelompok : ___________________________________________________

No Aspek Yang Dinilai SKOR


0 1 2
1 Pendahuluan
a. Menjelaskan Tindakan yang akan
dilakukan
b. Pasien atau orangtua pasien
mengisi Lembar Infomed Consent
c. Mempersilahkan pasien berbaring
terlentang
2 Melakukan Tindakan Cuci Tangan 6
langkah
3 Melakukan persiapan tindakan
a. Mempersiapkan obat
1. Lidokain 2% tanpa
vasokonstriktor, untuk anestesi
infiltrasi

b. Mempersiapkan alat- alat


1. Doek lubang steril
2. Sarung tangan steril
3. Kasa steril 10 lembar
4. Disinfektan : Larutan Povidone
Iodine 10 % 60cc
5. Klem Desinfeksi 1 buah

93
6. Spuit Disposable 10 cc
7. 2 klem arteri bengkok
8. 2 klem arteri lurus
9. Gunting jaringan
10. Gunting benang
11. Benang plain catgut 3/0 atau 4/0
Atraumatic
12. Scalpel handle dan blade
13. Needle holder
14. Pinset chirurgis
15. Pinset anatomis

4 Melakukan Desinfeksi
- Desinfeksi penis dan sekitarnya
dengan cairan desinfektan
- Persempit lapangan tindakan
dengan doek lubang steril

5 Melakukan Anastesi Lokal


- Lakukan anestesi infiltrasi
subkutan dimulai dari pangkal
penis melingkar.
- Tunggu 3 – 5 menit dan
yakinkan anestesi lokal sudah
bekerja dengan mencubitkan
pinset

6 Membebaskan Perlengketan dengan


klem
 Tarik preputium ke proksimal,
klem dibuka sambil didorong ke
arah perlengketan.

94
 Dilakukan berulang-ulang sampai
terlihat sulkus korona glandis dan
pangkal mukosa prepusium
 Smegma dibersihkankan
seluruhnya dengan kasa yang
dibasah Povidon Iodine
7 Lakukan Dorsumsisi
- Tandai batas insisi dengan
gambar desain insisi
menggunakan surgical marker
yaitu di proksimal dari korona
- Preputium dan Frenulum dijepit
klem pada jam 11, 1 dan jam 6
ditarik ke distal.
- Preputium diinsisi pada jam 12
diantara jepitan klem dengan
menggunakan gunting jaringan
kearah sulcus coronarius sampai
garis desain insisi, sisakan
mukosa kulit secukupnya dari
bagian distal sulcus
- Pasang klem di posisi jam 12.
- Insisi melingkar kekiri dan
kekanan dengan arah serong
menuju frenulum
- Gunting dan rapikan kelebihan
mukosa
8 Perawatan perdarahan
- Cari sumber perdarahan dengan
menghapus daerah luka dengan

95
kasa
- Bila di dapatkan sumber
perdarahan segera di jepit
dengan klem arteri bengkok.
- Tarik klem, ligasi dengan
mengikat sumber perdarahan
dengan benang Plain Catgut.
- Pastikan seluruh sumber
perdarahan sudah diatasi
9 Jahit Frenulum dengan Jahitan
Matras
- Jahit frenulum pada jam 6
segaris dengan midline raphe
dengan jahitan matras horisontal
- Tusukkan jarum pada sisa
mukosa sedikit sebelah kiri
frenulum, lalu masuk menyilang
dan keluar dari kulit di sisi yang
bersebrangan
- Tusukkan kembali jarum ke
sisa mukosa sebelah kanan terus
masuk dan menyilang sampai
keluar di kulit sisi bersebrangan
- Simpulkan dengan erat
minimal 3 kali
- Buat Tali kendali di arah jam 6,
jepit dengan klem
10 Jahit mukosa dan kulit
- Sekali lagi pastikan tidak ada
lagi perdarahan aktif
- Penjahitan dilakukan antara

96
bagian ujung sisa mukosa dan tepi
kulit.
- Arah penjahitan selalu
menjauhi glans penis 
- Lakukan Jahitan matras
vertikal pada arah jam 12 ,
pasang Tali Kendali,jepit dengan
klem
- Kemudian lakukan jahitan
matras vertikal di arah jam 3 dan 9
- Kemudian lakukan jahitan
simple interupted diarah jam 2,4,
8 dan 10.
11 Rawat luka
Selesai dijahit olesi tepi luka dengan
betadine.
Luka dapat dirawat dengan metode
tertutup atau terbuka.
12 Medikamentosa
Diberikan
Analgetika : Asam Mefenamat
500mg 3x1 peroral
Antibiotika : Amoksisilin 500mg  3x1
peroral
13 Edukasi.
 Luka dalam 2 hari jangan kena
air
 Bila ada perdarahan post
sirkumsisi, segera kontrol ke
dokter

97
 Bila selesai kencing hapus
sisa air kencing dengan kasa
 Perbanyak dengan makan dan
minum yang bergizi terutama yang
banyak mengandung protein
 Setelah 3 hari post sirkumsisi
kontrol ke dokter untuk rawat luka
atau lepas balutan
JUMLAH SKOR

Keterangan:
0 = tidak melakukan
1 = melakukan tidak sempurna
2 = melakukan sempurna
Tanda tangan,
Dosen Penguji

(…………………………………….)

98

Anda mungkin juga menyukai