Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Penyusunan Pendapata, LRS dan LO

Dibuat Oleh:

TITI SARA NABABAN

NIM: C0E020019

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2020/2021

Page 1 of 11
BAB I
(PENDAHULUAN)

A. LATAR BELAKANG

Pelaporan realisasi anggaran bertujuan memberikan informasi realisasi dan anggaran


entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat
ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Walaupun dengan adanya Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Berbasis Akrual, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang berbasis kas tetap dipersyaratka
n sebagai salah satu bagian dalam laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun daerah. Laporan Realisasi Anggaran sebagai salah satu unsur di dalam
laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, harus mampu
memberikan informasi yang dapat bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan.

B. RUANG LINGKUP

Makalah Laporan Realisasi Anggaran ini secara khusus mempelajari akuntansi


Pendapatan-LRA, Belanja dan Pembiayaan yang disusun dan disajikan
denganmenggunakan anggaran berbasis kas yang diterapkan dalam penyajian
seluruhpendapatan-LRA, belanja dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran
untuktujuan umum, serta berlaku untuk setiap entitas pelaporan, baik pemerintah
pusatmaupun pemerintah daerah, yang memperoleh anggaran berdasarkan
APBN/APBD,tidak termasuk perusahaan negara/daerah.

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses
pembelajaranmengenai laporan realisasi anggaran khususnya akuntansi pendapatan-
LRA, belanja,dan pembiayaan serta agar terdapat kesamaan pemahaman dan persepsi
tentanglaporan realisasi anggaranpada lingkungan pemerintah dan juga sebagai
pedomandalam pengakuan, klasifikasi, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
pendapatan-LRA, belanja dan pembiayaan.

Page 2 of 11
BAB II
(PEMBAHASAN)

A. DEFENISI PENDAPATAN

Pendapatan menurut PSAK No.23 adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomik
yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal.
Berdasarkan PSAP No.2 Paragraf 22-23, pendapatan diakui pada saat diterima pada
rekening kas umum Negara/daerah. Pendapatan diklasifikasikan menurut jenis
pendapatan, yakni Pendapatan LRA dan Pendapatan-LO. Pendapatan LRA adalah
pendapatan berbasis kas yang digunakan untuk penyusunan Laporan Realisasi Anggaran.
Sedangkan, Pendapatan-LO adalah pendapatan berbasis akrual yang digunakan untuk
penyusunan Laporan Operasional. Pendapatan pada laporan keuangan pemerintah
daerah dapat bersumber dari PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) dan SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah).

Pendapatan daerah menurut Permendagri No.21 Tahun 2011 adalah hak pemerintah
daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Berdasarkan PP NO.58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, apa pun yang dapat dinilai dengan
uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah,
asuransi, dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro
atau pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada Bank serta
penerimaan dari hasil pemamfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan
pendapatan daerah.

Pendapatan menurut PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) Pendapatan LRA dan (2)
Pendapatan-LO. Namun, dalam hal ini hanya akan dibahas pendapatan LRA.

1. Pendapatan LRA

Pendapatan-LRA menurut PSAP No.2 Paragraf 7 adalah semua penerimaan


rekening kas umum Negara/daerah yang menambah saldo anggaran lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan

Page 3 of 11
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Akuntansi pendapatan-LRA
menurut PSAP No.2 Paragraf 24, 25, 27, 28, 29, dan 30 dilaksanakan berdasarkan
asas bruto, yaitu dengan membukukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Dalam hal
besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA. Koreksi dan
pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas penerimaan
pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukukan sebagai
pengurang saldo anggaran lebih pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut. Akuntansi pendapatan-LRA disusun untuk memenuhi
kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan
pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.

B. KLASIFIKASI PENDAPATAN-LRA
a. Pendapatan-LRA Pada Pemerintah Pusat
1. Perpajakan Pendapatan-LRA

Pendapatan Perpajakan-LRA adalah seluruh penerimaan uang yang masuk ke kas


negara yang berasal dari perpajakan pusat yang diakui sebagai penambah SAL yang menjadi
hak pemerintah dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali. Pendapatan Perpajakan-LRA antara lain mencakup :
1) Pendapatan Pajak Penghasilan
2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah
3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
4) Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
5) Pendapatan Cukai
6) Pendapatan Bea Masuk

Page 4 of 11
7) Pendapatan Bea Keluar
8) Pendapatan Pajak Lainnya

Page 5 of 11
2. Pendapatan Negara Bukan Pajak-LRA

Pendapatan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan uang yang masuk ke kas
negara yang tidak berasal dari pendapatan pajak pusat dan/atau pendapatan hibah yang
diakui sebagai penambah SAL yang menjadi hak pemerintah dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Jenis Pendapatan Negara Bukan Pajak
mencakup Pendapatan Negara Bukan Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat.

Pada pemerintah pusat, Pendapatan Negara Bukan Pajak-LRA antara lain mencakup :

1) Pendapatan SDA
2) Pendapatan Bagian Laba BUMN
3) Pendapatan Pendapatan PNBP Lainnya
4) Pendapatan BLU.
3. Pendapatan Hibah

Pendapatan Hibah adalah seluruh penerimaan uang yang masuk ke kas negara yang
berasal dari hibah yang diterima pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah
SAL yang menjadi hak pemerintah dalam periode tahun anggaranyang bersangkutan dan
tidak perlu dibayar kembali.

b. Pendapatan-LRA Pada Pemerintah Daerah


1. Pendapatan Asli Daerah

Terdiri dari :

1) Pajak Daerah
2) Retribusi Daerah
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4) Lain-lain PAD yang Sah
2. Transfer

Terdiri dari :

1) Bagi Hasil/DAU/DAK/Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat


2) Pendapatan Transfer Pemerintah Lainnya

Page 6 of 11
3) Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
4) Bantuan Keuangan
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Terdiri dari :

1) Pendapatan Hibah
2) Dana Darurat
3) Pendapatan Lainnya

C. PENGAKUAN PENDAPATAN

Deddi Noordiawan dalam bukunya Akuntansi Pemerintahan (2007) secara umum


mengakui pendapatan ketika :

a. Diperoleh (earned), yaitu ketika entitas telah menyelesaikan secara substansial


apa yang menjadi kewajibannya. Penyelesaiaan kewajibannya inilah yang akan
menjadi pendapatan ketika seluruh proses selesai.
b. Sudah direalisasikan/dapat direalisasikan (realized/realizable), yaitu ketika
kas/hak tagih (piutang) sudah diterima atas penyerahan barang/jasa (realized)
atau ketika jumlah kas/hak tagih (piutang )sudah dapat ditentukan atas
penyerahan barang/jasa tersebut (realizable).
Kedua prinsip pengakuan tersebut dapat diterapkan dalam kondisi akuntansi yang
berbasis akrual. Untuk akuntansi keuangan daerah di Indonesia, seperti yang diatur
dalam PP No. 71 Tahun 2010, prinsip pengakuan pendapatan menggunakan basis kas
untuk laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk laporan operasional. Kerangka
Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 81 menyebut bahwa dalam kriteria
pengakuan pendapatan, konsep kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan
terjadi digunakan dalam pengertian derajat kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi
masa depan yang berkaitan dengan pos atau kejadian/peristiwa tersebut akan mengalir
dari atau ke entitas pelaporan. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian
lingkungan operasional pemerintah. Pengkajian derajat dearajat kepastian yang melekat

Page 7 of 11
dalam arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat
diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan.
Transaksi pendapatan dalam bentuk barang dan jasa harus dilaporkan dalam neraca
dan catatan atas laporan keuangan. Contoh transaksi berwujud barang dan jasa adalah
hibah dalam wujud barang dan barang rampasan. Transaksi ini lebih dimaksudkan untuk
menjelaskan transaksi aset hibah atau hibah nonkas yang tidak diperlukan sebagai
pendapatan LRA.
Pengakuan Pendapatan LRA
Penggunaan basis kas mengakui pendapatan ketika pendapatan tersebut
diterima di rekening umum Negara/daerah. Dengan kata lain, pendapatan diterima
ketika pemerintah sudah menerima dana secara tunai atas pendapatan tersebut.
Namun, hal lain yang perlu diingat adalah penerimaan kas tersebut merupakan hak
pemerintah yang tidak bisa dikembalikan. Ada kalanya, pemerintah menerima dana
dari pihak ketiga sebagai jaminan pelaksanaan suatu kegiatan. Dana ini harus
dikembalikan kembali ke pihak ketiga apabila kegiatan yang dipersyaratkan sudah
dilakukan. Penerimaan dana ini tidak boleh diakui sebagai pendapatan daerah.
Pendapatan-LRA menurut Kerangka Konseptual PP NO. 71 Tahun 2010 Paragraf
95 diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum Negara/daerah atau oleh
entitas pelaporan. Pengakuan pendapatan dengan berbasis kas diakui dan dicatatat
pada saat kas atau setara kas diterima yang menambah saldo anggaran lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Pendapatan di PPKD diakui pada saat diterima di rekening kas umum Negara/daerah.
Pendapatan diakui pada saat diterima oleh bendahara penerimaan untuk seluruh transaksi
SKPD. Selanjutnya berdasarkan ketentuan yang berlaku, bendahara penerimaan segera
menyetorkan uang yang diterima ke rekening kas umum Negara/daerah. Dengan
mempertimbangkan bendahara penerimaan adalah pejabat fungsional yang melaksanakan
tugas perbendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran perda SKPD, yang secara
fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya pada PPKD selaku BUD.

D. PENGUKURAN PENDAPATAN

Page 8 of 11
Pendapatan diukur dalam hal ini dari produk atau jasa yang dipertukarkan dalam
transaksi wajar. Nilai ini merupakan nilai kas bersih atau nilai sekarang yang
didiskontokan atau nilai uang yang diterima atau yang akan diterima dalam pertukaran
dengan produk atau jasa yang ditransfer perusahaan kepada pelanggannya.

Menggunakan konsep tersebut, maka pengurang apa pun dalam harga tetap, baik
berupa diskon ataupun piutang tak tertagih, harus dikurangi ketika menghitung
pendapatan. Selain itu, untuk transaksi-transaksi nonkas, nilai pertukaran ditetapkan
setara dengan nilai pasar wajar dari barang yang diberikan atau yang diterima, yang
lebih jelas untuk dihitung.

Pengukuran Pendapatan-LRA

Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan


membukukan penerimaan bruto,dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).Dalam hal pengurangan terhadap pendapatan-
LRA bruto bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan
terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai,maka asas bruto dapat
dikecualikan.Pengecualian asas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari pendapatan
tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari pada pemerintah daerah atau
penerimaan kas tersebut berasal dari transaksi yang perputarannya cepat,volume
transaksi banyak dan jangka waktunya singkat.peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.

Pendapatan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas
daerah dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas bruto,yaitu pendapatan
dicatat tanpa dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut.

Page 9 of 11
E. PENGUNGKAPAN PENDAPATAN-LRA

Pendapatan disajikan berdasarkan jenis pendapatan dalam laporan realisasi


anggaran dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Penjelasan sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran
dan realisasinya sangat dianjurkan untuk diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang rupiah. Apabila penerimaan kas
atas pendapatan LRA dalam mata uang asing, maka penerimaan tersebut dijabarkan dan
dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut
menggunakan kurs pada tanggal transaksi.

Ilustrasi pengungikapan pendapatan dalam catatan atas laporan keuangan :

Anggaran 2011 Realisasi 2011 Selisih


(Rp) (Rp) (Rp)
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pajak Daerah 800.000.000 900.000.000 100.000.000
Retribusi Daerah 400.000.000 450.000.000 50.000.000
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
200.000.000 150.000.000 (50.000.000)
Daerah yang Dipisahkan

Catatan Laporan Keuangan

1) Terdapat selisih lebih sebesar Rp100.000.000 untuk realisasi pajak daerah


dibandingkan anggarannya. Selisih lebih ini disebabkan karena terjadi
peningkatan jumlah pengunjung hotel dan perubahan tarif hotel di beberapa
hotel bintang 5 dibandingkan dengan asumsi pada saat penyusunan anggaran.
Hal ini disebabkan tterjadinya kenaikan tingkat kunjungan wisatawan luar negeri
yang datang ke daerah ini, kenaikan disebabkan karena tingkat keamanan di
daerah kunjungan wisata di daerah ini yang telah ditingkatkan.
2) Terdapat selisih kurang sebesar Rp50.000.000 untuk realisasi pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Selisih kurang ini disebabkan
karena terjadi penurunan laba dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, penurunan lama ini disebabkan perusahaan sedang melakukan
investasi, sehingga memerlukan biaya yang cukup besar yang berbeda dengan
asumsi pada saat penyusunan anggaran.

Page 10 of 11
BAB III
(PENUTUP)

A. KESIMPULAN

Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang


menambah Saldo Anggaran Lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali
.Pendapatan-LRA dicatat pada saat kas dari pendapatan tersebut diterima di
Rekening Kas Umum Negara/Daerah kecuali Pendapatan BLU. Pendapatan BLU diakui
oleh pemerintah pada saat pendapatan tersebut dilaporkan atau disahkan oleh
Bendahara Umum Negara. Klasifikasi Pendapatan-LRA, yaitu Pendapatan-LRA
Pemerintah Pusat dan Pendapatan-LRA Pemerintah Daerah. Pendapatan-LRA dicatat
pada saat kas dari pendapatan tersebut diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah, kecuali Pendapatan BLU/BLUD. Sedangkan, pendapatan BLU/BLUD
diakui oleh pemerintah pada saat pendapatan tersebut dilaporkan atau disahkan oleh
Bendahara Umum Negara/Daerah. Pendapatan Perpajakan-LRA diukur dengan
menggunakan nilai nominal kasyangmasuk ke kas negara dari sumber pendapatan
dengan menggunakan `asas bruto,yaitu pendapatan dicatat tanpa
dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Pengecualian azas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari
pendapatan tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari pada pemerintah
atau penerimaan kas tersebut berasal dari transaksi yang perputarannya cepat,volume
transaksi banyak dan jangka waktunya singkat. Pendapatan-LRA disajikan pada Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas.Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang
rupiah. Apabila penerimaan kas atas pendapatan LRA dalam mata uang asing, maka
penerimaan tersebut dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran
mata uang asing tersebut menggunakan kurs pada tanggal transaksi.

Page 11 of 11

Anda mungkin juga menyukai