Dibuat Oleh:
NIM: C0E020019
UNIVERSITAS JAMBI
2020/2021
Page 1 of 11
BAB I
(PENDAHULUAN)
A. LATAR BELAKANG
B. RUANG LINGKUP
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses
pembelajaranmengenai laporan realisasi anggaran khususnya akuntansi pendapatan-
LRA, belanja,dan pembiayaan serta agar terdapat kesamaan pemahaman dan persepsi
tentanglaporan realisasi anggaranpada lingkungan pemerintah dan juga sebagai
pedomandalam pengakuan, klasifikasi, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
pendapatan-LRA, belanja dan pembiayaan.
Page 2 of 11
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. DEFENISI PENDAPATAN
Pendapatan menurut PSAK No.23 adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomik
yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal.
Berdasarkan PSAP No.2 Paragraf 22-23, pendapatan diakui pada saat diterima pada
rekening kas umum Negara/daerah. Pendapatan diklasifikasikan menurut jenis
pendapatan, yakni Pendapatan LRA dan Pendapatan-LO. Pendapatan LRA adalah
pendapatan berbasis kas yang digunakan untuk penyusunan Laporan Realisasi Anggaran.
Sedangkan, Pendapatan-LO adalah pendapatan berbasis akrual yang digunakan untuk
penyusunan Laporan Operasional. Pendapatan pada laporan keuangan pemerintah
daerah dapat bersumber dari PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) dan SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah).
Pendapatan daerah menurut Permendagri No.21 Tahun 2011 adalah hak pemerintah
daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Berdasarkan PP NO.58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, apa pun yang dapat dinilai dengan
uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah,
asuransi, dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro
atau pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada Bank serta
penerimaan dari hasil pemamfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan
pendapatan daerah.
1. Pendapatan LRA
Page 3 of 11
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Akuntansi pendapatan-LRA
menurut PSAP No.2 Paragraf 24, 25, 27, 28, 29, dan 30 dilaksanakan berdasarkan
asas bruto, yaitu dengan membukukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Dalam hal
besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA. Koreksi dan
pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas penerimaan
pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukukan sebagai
pengurang saldo anggaran lebih pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut. Akuntansi pendapatan-LRA disusun untuk memenuhi
kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan
pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.
B. KLASIFIKASI PENDAPATAN-LRA
a. Pendapatan-LRA Pada Pemerintah Pusat
1. Perpajakan Pendapatan-LRA
Page 4 of 11
7) Pendapatan Bea Keluar
8) Pendapatan Pajak Lainnya
Page 5 of 11
2. Pendapatan Negara Bukan Pajak-LRA
Pendapatan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan uang yang masuk ke kas
negara yang tidak berasal dari pendapatan pajak pusat dan/atau pendapatan hibah yang
diakui sebagai penambah SAL yang menjadi hak pemerintah dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Jenis Pendapatan Negara Bukan Pajak
mencakup Pendapatan Negara Bukan Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat.
Pada pemerintah pusat, Pendapatan Negara Bukan Pajak-LRA antara lain mencakup :
1) Pendapatan SDA
2) Pendapatan Bagian Laba BUMN
3) Pendapatan Pendapatan PNBP Lainnya
4) Pendapatan BLU.
3. Pendapatan Hibah
Pendapatan Hibah adalah seluruh penerimaan uang yang masuk ke kas negara yang
berasal dari hibah yang diterima pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah
SAL yang menjadi hak pemerintah dalam periode tahun anggaranyang bersangkutan dan
tidak perlu dibayar kembali.
Terdiri dari :
1) Pajak Daerah
2) Retribusi Daerah
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4) Lain-lain PAD yang Sah
2. Transfer
Terdiri dari :
Page 6 of 11
3) Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
4) Bantuan Keuangan
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Terdiri dari :
1) Pendapatan Hibah
2) Dana Darurat
3) Pendapatan Lainnya
C. PENGAKUAN PENDAPATAN
Page 7 of 11
dalam arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat
diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan.
Transaksi pendapatan dalam bentuk barang dan jasa harus dilaporkan dalam neraca
dan catatan atas laporan keuangan. Contoh transaksi berwujud barang dan jasa adalah
hibah dalam wujud barang dan barang rampasan. Transaksi ini lebih dimaksudkan untuk
menjelaskan transaksi aset hibah atau hibah nonkas yang tidak diperlukan sebagai
pendapatan LRA.
Pengakuan Pendapatan LRA
Penggunaan basis kas mengakui pendapatan ketika pendapatan tersebut
diterima di rekening umum Negara/daerah. Dengan kata lain, pendapatan diterima
ketika pemerintah sudah menerima dana secara tunai atas pendapatan tersebut.
Namun, hal lain yang perlu diingat adalah penerimaan kas tersebut merupakan hak
pemerintah yang tidak bisa dikembalikan. Ada kalanya, pemerintah menerima dana
dari pihak ketiga sebagai jaminan pelaksanaan suatu kegiatan. Dana ini harus
dikembalikan kembali ke pihak ketiga apabila kegiatan yang dipersyaratkan sudah
dilakukan. Penerimaan dana ini tidak boleh diakui sebagai pendapatan daerah.
Pendapatan-LRA menurut Kerangka Konseptual PP NO. 71 Tahun 2010 Paragraf
95 diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum Negara/daerah atau oleh
entitas pelaporan. Pengakuan pendapatan dengan berbasis kas diakui dan dicatatat
pada saat kas atau setara kas diterima yang menambah saldo anggaran lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Pendapatan di PPKD diakui pada saat diterima di rekening kas umum Negara/daerah.
Pendapatan diakui pada saat diterima oleh bendahara penerimaan untuk seluruh transaksi
SKPD. Selanjutnya berdasarkan ketentuan yang berlaku, bendahara penerimaan segera
menyetorkan uang yang diterima ke rekening kas umum Negara/daerah. Dengan
mempertimbangkan bendahara penerimaan adalah pejabat fungsional yang melaksanakan
tugas perbendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran perda SKPD, yang secara
fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya pada PPKD selaku BUD.
D. PENGUKURAN PENDAPATAN
Page 8 of 11
Pendapatan diukur dalam hal ini dari produk atau jasa yang dipertukarkan dalam
transaksi wajar. Nilai ini merupakan nilai kas bersih atau nilai sekarang yang
didiskontokan atau nilai uang yang diterima atau yang akan diterima dalam pertukaran
dengan produk atau jasa yang ditransfer perusahaan kepada pelanggannya.
Menggunakan konsep tersebut, maka pengurang apa pun dalam harga tetap, baik
berupa diskon ataupun piutang tak tertagih, harus dikurangi ketika menghitung
pendapatan. Selain itu, untuk transaksi-transaksi nonkas, nilai pertukaran ditetapkan
setara dengan nilai pasar wajar dari barang yang diberikan atau yang diterima, yang
lebih jelas untuk dihitung.
Pengukuran Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas
daerah dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas bruto,yaitu pendapatan
dicatat tanpa dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut.
Page 9 of 11
E. PENGUNGKAPAN PENDAPATAN-LRA
Page 10 of 11
BAB III
(PENUTUP)
A. KESIMPULAN
Page 11 of 11