Oleh :
D031181509
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha
sempurna, pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-nya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu
“Tanggung Jawab Asuransi Laut Berdasarkn UU Pelayaran No 17 Tahun 2008”.
Dengan harapan semoga tugas ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua.
Aamiin.
Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada ibu dan bapak
dosen yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini
dengan semaksimalnya dan juga tak lupa pula saya terima kasih kepada penulis buku
yang membahas keselamatan pelayaran yang telah memberikan informasi dan
pengetahuan berdasarkan isi materi yang dibahas, karena penulis sadar sebagai
makhluk sosial penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa ada sebuah bahan materi
yang dijadikan referensi sebagai bahan laporan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 7
1.3 Tujuan............................................................................................................ 7
1.4 Kegunaan........................................................................................................ 8
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 22
3.2 Saran............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini, asuransi sangat memegang peranan penting dalam
kegiatan ekonomi. Asuransi merupakan suatu sistem proteksi terhadap kerugian yang
bersifat finansial atau materil dengan caramengadakan pengalihan risiko dari suatu
pihak kepada pihak lain.Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan
Belanda.Perkembangan asuransi di Indonesia pun semakin pesat dan banyak jenisnya
setelah kemerdekaan. Mulai dari asuransi jiwa, asuransi pendidikan, asuransi
kebakaran, asuransi laut, dan lain-lain.Asuransi laut merupakan pelopor dari segala
jenis asuransi.
4
merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan potensi
dan peranannya untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien, serta
membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis. Pelayaran
memiliki Undang-Undang tersendiri yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008
tentang Pelayaran.
5
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN
1.4. KEGUNAAN
Pengetahuan mengenai asuransi laut atau sangatlah penting bagi
orang-orang yang bekerja pada perusahaan dan jasa kepelabuhanan, dimana
jika terjadi kasus-kasus, maka ia dapat berperan sesuai dengan prinsip-prinsip
yang ada dibidang tersebut
6
BAB 2
PEMBAHASAN
7
Kelaiklautan kapal dapat dibuktikan dengan kelengkapan persyaratan administrasi
dan teknis. Persyaratan administrasi berupa sertifikat – sertifikat keselamatan seperti
surat kebangsaan, surat ukur, sertifikat keselamatan, konstruksi kapal, sertifikat
keselamatan perlengkapan kapal, sertifikat radio dan ijazah yang dimiliki, serta
persyaratan teknis seperti perlengkapan alat pendukung keselamatan di laut harus
terlebih dahulu dipenuhi agar kapal mendapatkan status laik laut (Barus, et all, 2017).
Syarat-syarat kapal yang memenuhi kelaiklautan yaitu:
8
b. Pemeriksaan besar, dilakukan setiap 4 tahun sekali bersama dengan waktu
dokumen tahunan.
b. Mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur – alur pelayaran.
9
e. Mengawasi kegiatan pekerjaan bawah air dan salvage.
f. Mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya dan
beracun.
10
c. pelaksanaan pengawasan keselamatan dan keamanan pelayaran terkait dengan
kegiatan bongkar muat barang berbahaya, barang khusus, limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3), pengisian bahan bakar, ketertiban embarkasi dan debarkasi
penumpang, pembangunan fasillitas pelabuhan, pengerukan dan reklamasi, laik layar
dan kepelautan, tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaran,
pemanduan dan penundaan kapal, serta penerbitan Surat Persetujuan Berlayar.
j. penyiapan bahan penetapan dan evaluasi standar kinerja operasional pelayanan jasa
kepelabuhanan; dan
11
k. pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian dan umum, hukum dan hubungan
masyarakat serta pelaporan.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas diatas maka KSOP memiliki kewenangan
sebagai berikut :
Peran KSOP dalam bidang pengawasan sangat penting hal ini dapat dilihat
dalam undang undang pelayaran Indonesia mengenai keselamatan kapal ada beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian dari KSOP dalam pengawasannya yaitu :
a. Material kapal.
12
b. Konstruksi kapal.
c. Bangunan kapal.
e. Stabilitas kapal.
f. Tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio.
g. Elektornika kapal.
1. Nasional
2. Internasional
Safety of life at Sea 1974 diperbaiki dengan Amandemen 1978 berlaku bagi
semua kapal yang melakukan pelayaran antara pelabuhan-pelabuhan di dunia.
Ordonansi dan peraturan tersebut mengatur antara lain :
13
d. Mengatur persyaratan alat-alat radio komunikasi kapal.
k. Mengatur persyaratan untuk nahkoda, perwira deck, dan mesin kapal serta awak
kapal.
Ada tiga tugas penting yang harus dilakukan oleh syahbandar (Harbour Master)
ialah :
14
2. Sewaktu Kapal berada di perairan Bandar
15
b. Pandu
Harus sudah diminta oleh perusahaan yang bersangkutan dan sudah siap
untuk melakukan pemanduan.
c. Nahkoda
Memberikan Clearing Declaration kepada Syahbandar
Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan dapat dikembangkan
dalam kaitannya dengan tindakan pencegahan kecelakaan pada saat pelaksanaan kerja
di bidang pelayaran. Dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir
16
32 dan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Pelayaran Pasal 1 butir 25 menyatakan bahwa keselamatan
dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan
dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan, dan lingkungan
maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal
yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan
dari kapal, pengawakan, garis muat, permuatan, kesejahteraan awak kapal dan
kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan
pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan
tertentu.
17
ditempatkan di atas kapal tersebut kalau di operasikan manusia yang tidak
mempunyai keterampilan atau keahlian sesuai dengan tugas dan fungsinya maka
semua akan sia-sia. Sebuah dasar hukum telah menaungi jaminan keamanan dan
keselamatan dalam pelayaran. Yakni UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran
yang menyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan
terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di
perairan. Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu
lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang berkeahlian, berkemampuan
dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan
awak kapal yang cukup dan sesuai untuk melakukan tugasnya di atas kapal
berdasarkan jabatannya dengan mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal
dan daerah pelayaran. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 40
awak kapal adalah orang yang bekerja atau diperlukan di atas kapal oleh pemilik atau
operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang
tercantum dalam buku sijil.
Pasal 169
1. Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk jenis dan ukuran
tertentu harus memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan
pencemaran dari kapal.
18
4. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan setelah dilakukan audit
eksternal oleh pejabat pemerintah yang memiliki kompetensi atau lembaga yang
diberikan kewenangan oleh Pemerintah.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit dan penerbitan sertifikat
manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 195
c. Setiap bangunan atau instalasi dimaksud dalam huruf b, yang sudah tidak
digunakan wajib dibongkar oleh pemilik bangunan atau instalasi.
e. Pemilik atau operator yang akan mendirikan bangunan atau instalasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf c wajib memberikan jaminan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Peran Syahbandar dalam bidang pengawasan sangat penting hal ini dapat
dilihat dalam Undang-Undang Pelayaran Indonesia mengenai standar keselamatan
kapal. Syahbandar mencatat nama kapal, muatan kapal, kapasitas kapal, tujuan
keberangkatan, kedatangan kapal. Sebelum memuat barang di kapal, perusahaan
pelayaran harus mengajukan surat permohonan muat barang ke Syahbandar dari
gudang ke kapal yang berisikan tentang jenis barang, jumlah barang.
Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu
lintas kapal dilaut, diperlukan adanya awak kapal yang berkeahlian,
berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar
harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan sesuai untuk melakukan
tugasnya di atas kapal berdasarkan jabatannya dengan mempertimbangkan
besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran.
20
Apabila ada kejadian kecelakaan di wilayah kewenangan Syahbandar, Sesuai
dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 55 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Kecelakaan Kapal, jika terjadi kecelakaan kapal seperti kapal
tenggelam, kapal terbakar, kapal tubrukan, kapal kandas, Nakhoda atau pemimpin
kapal yang mengalami kecelakaan kapal wajib melaporkan kecelakaan kapal
kepada Syahbandar pada pelabuhan terdekat atau pelabuhan pertama yang
disinggahi. Syahbandar setelah menerima laporan kecelakaan kapal melakukan
pemanggilan terhadap Nakhoda, Perwira Kapal, Anak Buah Kapal yang dibuat
secara tertulis. Kemudian Syahbandar melakukan pemeriksaan, lalu membuat
Laporan pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal
dituangkan secara tertulis dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan yang
memuat tentang laporan kecelakaan kapal, kesimpulan hasil pemeriksaan
pendahuluan kecelakaan kapal dan dokumen lain yang diperlukan. Untuk
menghindari terjadinya suatu kecelakaan di dalam aktivitas pelayaran adalah
dengan cara melaksanakan pengendalian yang lebih baik terhadap faktor manusia
yang berpartisipasi baik dikapal, maupun di darat.
3.2 Saran
21
lebih ditingkatkan mengingat masyarakat yang mengunakan sarana angkutan laut
semakin meningkat jumlahnya yang sangat mengharapkan transportasi laut yang
aman, nyaman dan lancar.
3. Kepada Pemerintah untuk dapat mengalokasikan anggaran untuk menambah
kapal patroli dengan kemampuan yang baik, mumpuni dan sesuai perkembangan
jaman agar tugas dan fungsi pengawasan yang diberikan kepada Syahbandar
dapat dilaksanakan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Perhubungan No. 55 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Kecelakaan Kapal
22