Anda di halaman 1dari 4

Penerapan Arsitektur Klasik Yunani Kuno

pada Bangunan Mahkamah Konstitusi

Tampak depan gedung Mahkamah Konstitusi


(Sumber: https://nationalgeographic.grid.id/ diakses pada April 2020)

Gedung Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terletak di Jalan Merdeka


Barat No. 6, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat. Pembangunan gedung ini
dimulai pada Juni 2005 dan berakhir pada Agustus 2007 yang memakan waktu hingga
2 tahun lamanya serta menelan biaya sekitar Rp 200.000.000.000 (dua ratus milyar
rupiah).

Setelah melalui kajian arsitektural, para Hakim Konstitusi sepakat memilih


konsep desain gedung bergaya neo klasik ala Yunani atau Romawi kuno, tetapi tetap
menghadirkan cita rasa modern. Salah satu yang diakomodir keinginan para Hakim
Konstitusi adalah adanya kolom (pilar) sebagai simbol sembilan Hakim Konstitusi.
Kemudian konsep arsitektural itu ditindaklanjuti Ir. Soprijanto selaku arsitektur
pembangunan gedung MK.

Seperti dikutip dalam buku “Rancang Bangun Gedung MK”, pembangunan


gedung Mahkamah Konstitusi ini diniatkan sebagai “Rumah Konstitusi” karena di
gedung itulah sengketa konstitusional, sengketa pemilu, dan konflik antar lembaga
negara akan terputus. Desain gedung Mahkamah Konstitusi selain mengedepankan
estetika, juga menampilkan karakter gedung sesuai kedudukan Mahkamah Konstitusi
sebagai pelaku kekuasaan kehakiman.

Kesembilan pilar yang berdiri kokoh di muka bangunan itu tidak hanya memberi
kesan megah. tapi juga sebagai simbol Sembilan Hakim Konstitusi. Kabarnya, pilar
berjumlah ganjil itu tidak dikenal dalam rumus arsitektur dan sempat ditentang oleh
Tim Penasihat Arsitektur Kota DKI. Tetapi Ketua Mahkamah Konstitusi saat itu,
Jimly Asshiddiqie, tetap mempertahankan desain sembilan pilar tersebut.

Jenis pilar tuscan yang dipakai dalam desain gedung Mahkamah Kon
(Sumber: History of Interior Design, John Pile)

Sejak resmi berdiri desain gedung Mahkamah Konstitusi mengkombinasi antara


podium dan menara. Podium yang terdiri dari 4 lantai bergaya klasik tampil sebagai
gedung utama. Sedangkan menaranya yang terdiri dari 16 lantai dibangun dengan
gaya klasik modern tampak sebagai background podium. Bagian podium dilengkapi
dengan tangga, pilar-pilar, kubah, dan mahkota kubah. Sementara bagian menara
meski dirancang dengan gaya modern, tetapi tetap menampilkan gaya gotik dengan
sentuhan nuansa klasik.
Kubah mencerminkan kekuasaan, keagungan, kewibawaan sebagai lembaga
peradilan tata negara yang bebas dan merdeka untuk menegakkan hukum dan
keadilan. Demikian pula dengan mahkota kubah yang melambangkan supremasi
konstitusi yakni UUD 1945 sebagai hukum dasar tertinggi.

Bagian Menara
(16 lantai)
Bagian Podium
(4 lantai)

Perspektif gedung Mahkamah Konstitusi


(Sumber: 3D Warehouse SketchUp)

Dibalik kesan wibawanya itu, desain gedung Mahkamah Konstitusi ini juga
mengesankan ramah terhadap rakyat. Salah satunya diwujudkan dengan desain tanpa
pagar yang dihiasi dengan sebuah taman kecil yang ditata secara apik di halam depan
gedung Mahkamah Konstitusi. Hal itu melambangkan keterbukaan Mahkamah
Konstitusi terhadap masyarakat umum termasuk menyampaikan aspirasi
(demonstrasi). Dengan membiarkan halaman terbuka, Mahkamah Konstitusi berupaya
menghilangkan kesan bahwa gedung Mahkamah Konstitusi bersifat angkuh.

Taman kecil tanpa pagar yang disusun berundak


(Sumber: google image)

Penataan yang apik sempat menarik perhatian Dinas Pertamanan Pemerintah


Provinsi DKI Jakarta yang kemudian memberi penghargaan terhadap Mahkamah
Konstitusi sebagai gedung ramah lingkungan. Pasalnya, semangat dasar bangunan
gedung Mahkamah Konstitusi ini dianggap telah memberikan sumbangan cukup
penting dalam pelestarian lingkungan dan penataan ruang kota.

Oleh karena itu, tak heran ketika dikunjungi berbagai sekolah atau perguruan
tinggi untuk kepentingan study tour, halaman depan gedung Mahkamah Konstitusi ini
kerap dijadikan sarana rekreasi. Pasalnya, setelah kunjungan mereka kerap
berfoto-foto ria di halaman depan dengan background gedung Mahkamah Konstitusi.
Demikian pula, pengunjung sidang dalam sengketa Pemilukada pun kerap
menggunakan halaman depan gedung sebagai sarana rekreasi karena umumnya
mereka berasal dari luar Jakarta.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa desain arsitektur dari gedung
Mahkamah Konstitusi ini mirip dengan bangunan klasik masa Yunani Kuno yaitu
bangunan Rome Phanteaon. Bangunan Phanteaon dan bangunan Mahkamah
Konstitusi sama-sama memiliki pilar di pintu masuk bangunan (serambi depan), dan
memiliki atap kubah. Yang membedakan hanyalah pada bentuk denahnya saja. Denah
bangunan Phanteaon berbentuk lingkaran (sesuai tipologi baru bernama parthenon),
sedangkan denah podium dari bangunan Mahkamah Konstitusi berbentuk bujur
sangkar.

Atap kubahnya

Serambi depan
dengan pilar-pilar

Perspektif bangunan Phantheaon


(Sumber: google image)

Nama: Cantika Vira


NIM: 1854050001

Anda mungkin juga menyukai