Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2020, 11(1), 109-126

DILEMA ETIS AKUNTABILITAS DALAM KEPUTUSAN BISNIS


Dharmawan Supono Hadi Saputro, Ikhsan Budi Riharjo, Lilis Ardini

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya, Jl. Menur Pumpungan No.30, Surabaya 60118

Surel: dharmawan.shs@gmail.com

Volume 11 Abstrak: Dilema Etis Akuntabilitas dalam Keputusan Bisnis. Peneli­


Nomor 1
Halaman 109-126
tian ini bertujuan untuk memahami realitas dilema etis yang dialam­i oleh
Malang, April 2020 seorang konsultan dalam mengambil keputusan bisnis pada lingkungan
ISSN 2086-7603 perusahaan. Metode yang digunakan adalah fenomenologi transenden­
e-ISSN 2089-5879 tal Husserl pada dua orang konsultan. Hasil penelitian ini menunjuk­
kan bahwa seorang konsultan bisnis mengalami berbagai bentuk dilema
Tanggal Masuk: yang dapat diatasi dengan memahami PSAK dan UU serta mewujudkan
31 Desember 2019 elemen kesatuan kesadaran. Untuk memenuhi tujuan itu, konsultan
Tanggal Revisi: bisnis harus melakukan akuntabilitas dalam bentuk laporan keuangan
03 Maret 2020 dan tetap memperhatikan etika keutamaan (virtue ethics) berdasarkan
Tanggal Diterima: pertimbangan moral dan norma.
30 April 2020
Abstract: Ethical Dilemma of Accountability in Business Decisions.
This study aims to understand the reality of ethical dilemmas experienced
Kata kunci: by consultants in making business decisions in the corporate environment.
The method used is the Transcendental Husserl phenomenology in two
akuntabilitas, consultants. The results of this study indicate that a business consultant
etis, experiences various forms of dilemmas that can be overcome by under-
grey area, standing PSAK and the Law and realizing an element of unity of aware-
pengalaman ness. To fulfill that goal, business consultants must take accountability
in the form of financial statements and still pay attention to virtue ethics
based on moral considerations and norms.

Mengutip ini sebagai: Saputro, D. S. H., Riharjo, I. B., & Ardini, L. (2020). Dilema Etis Akuntabilitas
dalam Keputusan Bisnis. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 11(1), 109-126. https://doi.org/10.21776/
ub.jamal.2020.11.1.07

Seorang konsultan bisnis mempunyai mementingkan kepentingan pribadi un­


peran penting bagi perusahaan baik dalam tuk memperoleh keuntungan semata kare­
sektor swasta maupun sektor publik serta na konsultan bisnis harus mengutamakan
bertanggung jawab atas segala proses ke­ kepentingan para pemodal, menjaga dan
giatan operasional dalam bentuk lapor­ an bertanggung jawab sebagai wujud tercipta­
keuangan (West, 2017). Peran ini merupakan nya laba yang merupakan bagian dari tujuan
peran yang harus dilakukan oleh seorang perusahaan dan akuntabilitas atas segala
konsultan untuk mendukung terwujudnya tindakan mengenai kepatuhan akan pro­
pelaporan yang baik bagi perusahaan, serta fesinya. Riduwan & Andayani (2018) menga­
melakukan pendampingan kepada akuntan takan bahwa akuntabilitas konsultan bisnis
dalam proses pengawasan, pengendalian yang biasa disebut triple bottom line menja­
atau pemeriksaan serta pe­ laporan perusa­ di isu yang sangat menarik, di mana kon­
haan. Konsultan bisnis tidak seharusnya sultan bisnis dituntut untuk bertang­ gung

109
110 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 109-126

jawab atas pelaporan keuangan bagi para menunjukkan bahwa seorang konsultan
pemangku kepentingan (stakeholder) yang memiliki kesadaran dan keyakinan akan
mencakup area penciptaan profit (laba) bagi adanya etika serta norma yang berlaku yang
investor, mampu meningkatkan kesejahte­ dapat menuntunnya bekerja sesuai etika pro­
raan bagi sosial masyarakat (people), serta fesi. Namun, ketika ada masalah yang timbul
bertanggung jawab untuk menjaga keseim­ dari keterbatasan jumlah auditor, waktu, in­
bangan atas kelestarian dan keberlangsung­ frastruktur serta nurani akan membuat se­
an lingkungan di masa depan (planet). Oleh orang auditor merasakan dilema. Kesadaran
karena itu, kontrol yang efektif dapat terca­ profesi, hukum, sosial serta spiritual yang
pai di lingkungan organisasi sektor publik ada pada diri auditor akan mendorong mere­
ataupun lingkungan organisasi sektor swas­ ka dalam mengatasi berbagai situasi dilema
ta dengan bantuan dari konsultan bisnis yang sering dirasakan. Situasi tersebut akan
(Cohen & Sayag, 2010). hilang bila auditor mampu mewujudkan ke­
Dalam pelaksanaannya konsultan sadaran (Noviriani et al., 2015).
bisnis tidak akan pernah terlepas dari kon­ Ketika penelitian mengenai eti­
flik kepentingan, expectation gap (kesenjang­ ka akun­ tabilitas sudah berkembang dan
an ekspektasi), serta berbagai hal dilema etis me­nemukan bahwa akuntabilitas dapat
yang berkaitan dengan loyalitas (split loyalty) menuntun se­seorang untuk bertindak etis,
antara pihak-pihak yang ada dalam organi­ mulai saat itu timbullah suatu pemikiran
sasi (Dellaportas, 2013). Hubung­ an buruk berupa ide atau gagasan mengenai peran
yang terjalin antara klien dengan konsul­ akuntansi keuangan dalam memberikan
tan bisnis biasanya muncul akibat adanya informasi bagi para pengguna (Riduwan
ma­salah (dual agency), di mana konsultan & Andayani, 2018; Schneider et al., 2017).
bisnis biasanya ingin menjalin hubungan Esen­si peran akuntansi dapat menggambar­
baik de­ ngan klien akan tetapi konsultan kan sebuah pe­ nyajian informasi keuangan
bisnis tetap berkewajiban untuk mematuhi atau non-keuangan, sehingga dimensi etis
segala bentuk peraturan yang berlaku (Assy­ dapat dilihat dari timbal balik yang sesuai
diq, 2013; Briando & Purnomo, 2019). Aki­ de­ngan stakeholder dan stockholder. Peneli­
batnya, seorang Konsultan bisnis juga sering tian yang dilakukan untuk melihat penting­
mengalami suatu kendala dalam praktik­ nya etika dalam pengambilan keputusan te­
nya yang akan membuat seorang konsultan lah dilakukan dengan metode dan hasil yang
bisnis itu merasakan dilema ketika adanya bervariasi (Arestanti et al., 2016; Goretzki &
sebuah proses pengambilan suatu kepu­ Messner, 2019; Noviari & Suaryana, 2018;
tusan etis (Larkin, 2015). Dengan memili­ Noviriani et al., 2015). Riset tersebut le­bih
ki pandangan (persepsi) akan penting­ nya banyak meneliti tentang bagaimana pe­
akuntabilitas dan etika dapat membuat ngambilan keputusan etis dan dilema etis
seorang konsultan bisnis dengan mudah dalam konsultan pajak, auditor internal dan
membuat keputusan etis. Keputusan yang eksternal. Namun, lebih didominasi dengan
etis harus mempertimbangkan berbagai hal hanya melihat hubungan-hubungan dan
seperti menenangkan diri, menentukan ska­ pengaruh suatu variabel (paradigma positif)
la prioritas, serta memprtimbangkan segala terhadap konsultan pajak, auditor Internal
risiko (risk) yang ada. dan eksternal, tetapi tidak secara langsung
Budaya sosial yang sudah melekat mencari tahu secara mendalam tentang ke­
pada masyarakat akan menuntun seseorang sadaran dari diri konsultan tersebut.
untuk bertindak etis. Keputusan etis akan Kasus yang melibatkan PT Hanson In­
timbul bila seorang konsultan bisnis diha­ ternasional dan PT Garuda Indonesia ber­
dapkan pada situasi dilema yang melibatkan kaitan dengan manipulasi atau kesalahan
berbagai macam situasi kepentingan. De­ dalam penyajian laporan keuangan dengan
ngan memiliki etika yang baik, menghargai PSAK 44 dan PSAK 30. Kasus tersebut mem­
budaya, mengetahui kode etik dan norma, buat instansi penilai laporan keuangan itu
akan membuat seseorang untuk melaku­ terlibat, dan dikenakan sanksi berupa pem­
kan pengambilan keputusan etis. Sebalik­ bekuan STTD serta surat peringatan per­
nya, sifat macheavellian yang rendah akan baikan Prosedur Pengendalian Mutu dan
berpengaruh positif dan dapat menghasil­ Kebijakan. Akibat kasus tersebut membuat
kan keputusan yang etis (Arestanti et al., dampak yang signifikan bagi profesi akun­
2016; Goretzki & Messner, 2019; Noviari & tan. Para akuntan publik lebih merasa kha­
Suar­ yana, 2018). Hasil penelitian tersebut watir dan dilematis karena adanya kasus
Saputro, Riharjo, Ardini, Dilema Etis Akuntabilitas dalam Keputusan Bisnis... 111

tersebut. Mereka berbeda dalam pandangan, Dilema etis ini yang akan menjadi tema uta­
pendapat, serta budaya itu terutama dalam ma dalam penelitian.
mengatasi dilema etis ketika mendapatkan Untuk mencapai tujuan penelitian ini
peran dan tugas untuk klien. Perbedaan partisipan atau yang biasa disebut infor­
tersebut dapat muncul karena kondisi yang man terdiri atas dua orang kunci utama (key
berbeda dalam diri masing-masing konsul­ informant), yaitu pemilik utama salah satu
tan bisnis. Peneliti melalui studi fenomenolo­ perseroan terbatas yang bergerak di bidang
gi mencari dan mendalami mengenai bentuk penyedia jasa (bernama Lina), yang bertugas
pengalaman konsultan bisnis dalam me­ menjadi seorang konsultan pada PT DAC,
mecahkan dilema etis saat melakukan tugas salah satu karyawan yang berstatus sebagai
dan perannya. Tujuan penelitian ini yaitu senior konsultan dalam perusahaannya
untuk memahami mengenai situasi dilema (bernama Deno) dan bertugas sebagai kon­
yang dialami seorang konsultan bisnis da­ sultan bisnis pada PT DAC. Kedua informan
lam mengambil keputusan bisnis. Penelitian ini begitu cocok dalam penelitian dikare­
ini sekaligus melihat bentuk akuntabilitas nakan konsultan bisnis bertanggung jawab
konsultan bisnis dalam memenuhi keingin­ atas manajemen keuangan, baik akuntan­
an para pemodal. si, perpajakan, strategi bisnis, maupun pe­
laporannya. Para informan itu dipilih karena
METODE akan menjadi individu yang dapat member­
Penelitian ini dilakukan pada perusa­ ikan gambaran atau informasi secara tepat
haan yang bergerak di bidang industri pem­ dan akurat sesuai dengan posisi mereka ya­
buatan besi yang sangat rentan menimbul­ itu sebagai seorang konsultan bisnis pada
kan berbagai masalah dilema etis. Himick et perusahaan tersebut.
al. (2016) dan Jackson (2014) berargumen­ Data penelitian ini dikumpulkan mela­
tasi bahwa teori etika mempunyai suatu tu­ lu dua tahap. Pertama, wawancara tidak
juan, yaitu membantu individu dalam meng­ terstruktur dengan kedua informan. Per­
ambil suatu keputusan terkait moral serta tanyaan yang ditujukan untuk kedua in­
memberikan pertimbangan atas keputusan forman ini adalah pertanyaan biasa yang
yang dibuat. Etika dapat dikelompokkan berkaitan mengenai akuntansi, perpajakan,
menjadi ontologi teleologi, ontologi deontolo­ akuntabilitas, dan kemudian diikuti per­
gi, ontologi hak, dan ontologi keutamaan. tanyaan yang sesuai dengan jawaban infor­
Studi fenomenologi dalam penelitian ini man. Dalam proses wawancara dapat te­rus
merujuk pada Husserl yaitu memfokuskan berkembang selama masih dalam tahap re­
fenomenologi transendental sebagai studi levan dengan tema penelitian. Kedua, ob­
kesadaran. Kesadaran tersebut berpusat servasi atau pengamatan langsung untuk
pada “aku” sebagai individu. Namun seti­ memvalidasi informasi yang diperoleh ketika
ap individu yang ada sangat berbeda-beda. wawancara mengenai sarana dan prasara­
Perbedaan ini karena pengalaman seseorang na secara fisik yang berkaitan dengan hasil
dengan yang lainnya berbeda. Pengalaman produksi (besi) dan melakukan dokumentasi
yang berbeda ini dapat membentuk sebuah yang berkaitan dengan hasil produksi dan
harapan, persepsi, imajinasi, dan ingatan tanggungjawab masing-masing informan.
yang berbeda (Conklin, 2014; Reynolds, Pada hakikatnya penelitian fenome­
2016). nologi adalah untuk menganalisis dan me­
Lokasi penelitian ini yaitu pada PT DAC, mahami data kemudian membuat penaf­
yang telah berdiri sejak tahun 2006 dan te­ siran data dengan membuat makna dari
lah mempekerjakan karyawan sebanyak 190 data tersebut (Correa & Larrinaga, 2015;
karyawan. PT DAC merupakan perusahaan Pokropski, 2019). Pemahaman akan data se­
sahamnya dimiliki oleh warga negara Indo­ lanjutnya harus direfleksikan ke dalam teori
nesia (WNI) yang terbagi menjadi tiga persen­ fenomenologi yang nantinya akan menjadi
tase yaitu 50%, 25%, dan 25%. PT DAC di­ alat analisis untuk memaknai seorang kon­
pilih sebagai situs penelitian dikarenakan sultan bisnis dalam mengambil keputusan
industri besi mempunyai ukuran, batasan bisnis pada suatu perusahaan.
toleransi yang bervariasi pada setiap pro­ Teknik analisis data sesuai dengan
duknya, dan akan cenderung memiliki po­ pendekatan studi fenomenologi transen­
tensi yang sangat tinggi dan rentan menga­ dental Husserl (1970), khususnya mengenai
kibatkan timbulnya berbagai masalah yang thematic analysis (secara tematik) dan disa­
akan membuat seseorang merasa dilematis. jikan dalam betuk tampilan berupa tema-te­
112 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 109-126

ma yang sudah ditemukan di dalam peneli­ biasanya diemban oleh konsultan bisnis.
tian. Teknik tersebut terdiri dari epoche yang Konsultan harus memastikan kesejahteraan
berarti putusan hubungan dengan pengala­ perusahaan yang diikuti oleh kesejahteraan
man dan pengetahuan yang kita miliki sebe­ sosial masyarakat. Kesadaran profesi dan
lumnya, Reduksi fenomenologi merupakan hukum dapat menghilangkan sebuah pe­
suatu penjelasan mengenai kejadian atau rilaku yang tidak etis dan tidak bertentang­
fenomena (terdiri dari noema dan noesis), an dengan suatu tindakan menyimpang
Variasi Imajinatif ialah pencarian makna yang nantinya dapat merugikan.
berdasar intuisi, sintesis makna dan esensi Kesadaran yang ada dalam diri kon­
yang merupakan penggambaran dalam ben­ sultan bisnis dapat mengurangi tindakan
tuk simpulan (Wu, 2018). menyimpang atau tindakan yang mengarah
Gambar 1 mengibaratkan sebuah ke fraud, yang menguntungkan bagi priba­
layangan (rerangka analisis) yang dikemu­ di. Lebih dari itu, keyakinan untuk melak­
dikan oleh seorang konsultan bisnis. Sema­ sanakan akuntabilitas lebih besar daripada
kin merasa teguh dan bersikap profesional mengikuti hawa nafsu yang timbul sesaat.
ia tidak akan merasa dilema dan bila tidak Keyakinan ini merupakan sebuah komitmen
mampu, ia akan terbawa arus entah itu arus antara sesama manusia dan profesional­nya,
baik ataupun buruk. Konsultan bisnis harus untuk terus menjadi pengawas di dalam
menjunjung tinggi etika profesi dan menjun­ perusahaan. Dari sikap individu ini, kon­
jung tinggi kesadaran spiritual agar tetap sultan dengan teguh memegang kejujuran
stabil mengendalikan dirinya agar tak terba­ tanpa sedikit pun memikirkan iming-iming
wa arus dan merasa dilema. yang hadir dari pihak tertentu. Tindakan
Setiap kesadaran yang ada pasti memi­ itu dikatakan etis atau tidak pada dasar­nya
liki sebuah tujuan. Tujuan ini menjadi se­ bergantung pada setiap individu. Dengan
buah benteng pertahanan atau pelindung mempertimbangkan keyakinan, norma, dan
(protector) kuat yang digunakan oleh seorang etika dapat menghadapi risiko yang ada dan
konsultan bisnis. Kesadaran yang dimiliki terus menjaga setiap individu untuk bertin­
seorang konsultan bisnis dapat dijadikan dak etis.
sebuah pengingat (reminder) agar berpe­
rilaku baik dan tidak tergoda sesuai de­ngan HASIL DAN PEMBAHASAN
kepe­ rcayaannya akan keberadaan Yang Bentuk dilema: peraturan abu-abu
Maha Esa. Sementara itu, perwujudan beru­ yang menempatkan konsultan dalam dile-
pa akuntabilitas terhadap masyarakat yang ma. Konsultan bisnis dituntut untuk beker­

Manajemen Konsultan Pemilik

Ontologi Teleologi Ontologi Hak


Etika
Ontologi Deontologi Ontologi Keutamaan

Kesadaran Sosial Kesadaran


Hukum
Kesadaran Kesadaran
Spiritual Profesi

Pembuatan
Keputusan
Etis/Tidak

Gambar 1. Rerangka Analisis Penelitian


Saputro, Riharjo, Ardini, Dilema Etis Akuntabilitas dalam Keputusan Bisnis... 113

ja sesuai dengan peraturan undang-undang “Biasa main di grey area” ini menun­
dan kode etik. Namun, di sisi lain dalam jukkan bahwa seorang konsultan sudah
penerapan suatu aturan dan kenyataan di terbiasa memanfaatkan peluang melalui
lapangan begitu berbeda dengan apa yang celah yang ada untuk kepentingan perusa­
ada di dalam peraturan yang berlaku di In­ haan. Hal ini memberikan gambaran dan
donesia. Dalam membuat suatu perenca­ pemaham­ an bagi kita bahwa seorang kon­
naan keuangan diperlukan wawasan dan sultan terbiasa memanfaatkan celah dan
pemahaman yang sangat tinggi, baik menge­ menunjukkan bahwa peraturan yang ada
nai aturan maupun undang-undang untuk belum baik. Dapat ditarik simpulan bah­
menghindari atau memperkecil risiko jika wa undang-undang pajak atau peratur­
terjadi pemeriksaan. Undang-undang perpa­ an keuangan memang masih mempunyai
jakan dan peraturan keuangan mempunyai ketidakjelas­an aturan yang ada di dalamnya
area abu-abu yang kerap dimanfaatkan da­ sehingga dalam peraturan yang diterapkan
lam membuat perencanaan laporan keuan­ pun masih dapat digunakan klien untuk
gan (Arestanti et al., 2016). Area abu-abu melakukan penambahan biaya atau peng­
merupakan peraturan yang tidak jelas atau hematan pajak (Assydiq, 2013; Rereja & Su­
tegas, tetapi tidak ada penjelasan apakah daryati, 2019).
boleh dilakukan atau tidak. Konsekuensi­ Dalam Undang-Undang Perpajakan
nya jika menerapkan aturan yang belum dan peraturan keuangan yang berlaku saat
jelas akan memunculkan berbagai persepsi. ini (Indonesia) begitu banyak peraturan yang
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh pasalnya dapat dijadikan suatu celah untuk
Deno yang bekerja sebagai seorang konsul­ membuat perencanaan laporan keuangan.
tan pada kutipan berikut ini. Celah dalam pasal tersebut terdapat dalam
kalimat pasal itu sendiri. Penggunaan ce­
“Ya kita bermain pada area abu- lah dalam membuat perencanaan laporan
abu itu, area abu-abu yang aku keuangan harus menentukan arti celah pa­
maksud itu aturannya kurang sal terlebih dahulu sehingga jika diterapkan
tegas. Ada pembolehan tapi tidak konsultan dapat meminimalisasi risiko yang
ada petunjuknya sama sekali, Se­ akan terjadi (Blankley et al., 2014; Pietsch
dangkan ada larangan tapi tidak & Messier, 2017). Namun, seorang konsul­
ada hukumannya juga, baik di tan kerap masih merasa kesulitan untuk
keuangan dan perpajakan” (Deno). menentukan arti celah tersebut seperti yang
diungkapkan oleh Deno:
Pernyataan “bermain pada area abu-
abu” menunjukkan bahwa area yang dimak­ “Begini, pernah baca aturan
sud selalu ada bagian yang dianggap area keuangan yang di dalamnya ada
abu-abu. Kata “baik di keuangan dan per­ yang berbunyi “lainnya”? Itu yang
pajakan” memberikan gambaran bahwa area biasanya ada di akhir kalimat. Di
yang dianggap abu-abu masih melekat pekat sana udah jelas akan jadi area
pada sektor tersebut. Dapat ditarik simpul­ abu-abu, tak jelas juga itu” (Deno).
an bahwa sebenarnya bukan hal yang me­
langgar aturan ataupun hal yang tabu lagi Dalam Undang-undang dan peratur­
bagi seorang konsultan bisnis melakukan an yang berlaku saat ini (Indonesia) ada
penghematan pajak atau penambahan bia­ pasal atau aturan yang tidak jelas seperti
ya pada klien dengan memanfaatkan celah yang dungkapkan oleh Deno. Kalimat dalam
dalam suatu peraturan. Hal ini dapat mem­ aturan tersebut berbunyi “lainnya”. Seorang
berikan pemahaman bahwa peraturan yang konsultan dalam hal ini harus mencari tahu
berlaku di Indonesia masih belum ketat secara mendalam mengenai arti sesung­
tercermin dari pernyataan “aturan yang ti­ guhnya dari kata “lainnya”, apa saja atur­
dak tegas”. Pernyataan Deno juga dipertegas an yang termasuk ataupun tidak termasuk
oleh Lina yang juga bekerja sebagai konsul­ dalam arti tersebut. Aturan yang biasanya
tan: membuat seorang konsultan merasakan ke­
sulitan dalam mengira-ngira dan menentu­
“Kalau aku sudah biasa bermain kan kata “lainnya” berupa apa saja dan apa
di grey area, sudah biasa kalau yang menjadi risikonya serta bagaimana bila
bermain di sana” (Lina). akan diterapkan. Pernyataan deno diperkuat
oleh Lina:
114 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 109-126

“Kalau aku sering lihat itu di da­ Ketika menyatakan “dilema” saat mem­
lam aturan ada yang tidak kon­ berikan masukan serta khawatir akan plan-
sisten, misalnya ada kata-kata ning-nya, Deno dan Lina seperti merasa
lainnya, yang berkaitan, dan se­ bersalah dan sedikit merasa putus asa. Hal
bagainya. Nah itu yang aku mak­ ini menggambarkan mengenai dilema yang
sud dengan grey area” (Lina). cukup mendalam yang dirasakan ketika
memilih celah yang akan digunakan dalam
Kata “tidak konsisten” yang diucapkan perencanaan pembuatan laporan keuang­
oleh Lina menjadi kata penguat dari apa yang an. Dilema menyebabkan rasa kekhawatir­
telah diungkapkan oleh Deno “lain­nya”. Oleh an jika saat memberikan masukan kepada
sebab itu, area abu-abu terkadang membe­ klien mengenai celah dalam peraturan yang
rikan rasa dilema kepada seorang konsultan dapat digunakan untuk menghemat biaya
di saat ia akan menggunakan area terse­ atau pajak, ternyata celah tersebut dapat
but dalam membuat perencanaan laporan mengakibatkan risiko yang begitu besar saat
keuangan. Se­ orang konsultan juga merasa terjadi pemeriksaan hanya karena adanya
kurang yakin bila akan menerapkan atau perbedaan persepsi dengan petugas pajak
menggunakan area abu-abu yang terkan­ atau audit (Larkin, 2015; Pike & Barrain­
dung dalam peraturan. Dengan demikian, kua, 2015). Simpulannya hal itu, akan me­
peraturan yang kurang tegas dapat membe­ nimbulkan risiko untuk wajib pajak yang
rikan dampak bagi seorang konsultan dalam menjadi klien dari konsultan. Namun risiko
membuat dan mengambil keputusan etis tersebut juga dapat mengenai seorang kon­
(Liu & Ren, 2017; Wen, 2019). sultan seperti yang diungkapkan oleh Deno
Hal ini disebabkan penerapan pera­ sebagai berikut.
turan yang nantinya akan digunakan itu
tidak jelas sehingga menimbulkan ber­ “Abu-Abu ya. Jikalau memang
bagai persepsi yang berbeda (Single et al., benar aturannya jelas melarang
2018). Persepsi yang nantinya berbeda akan berarti penafsiran saya salah.
memicu timbulnya perbedaan pendapat an­ Otomatis seperti itu lah…bisa-bi­
tara klien dan pemeriksa laporan keuangan. sa masuk bui aku” (Deno).
Oleh karena itu, jika risikonya tidak dianti­
sipasi terlebih dahulu hal ini dapat menjadi Pernyataan “memang benar” yang di­
suatu permasalahan (Svanberg & Öhman, ungkapkan Deno dapat disimpulkan bahwa
2013). Oleh sebab itu. Seorang konsultan area abu-abu tidak selalu bisa dipakai atau
laporan keuangan merasa kurang yakin da­ dibolehkan untuk diterapkan. Jika memang
lam memberikan masukan kepada kliennya terbukti bahwa penafsiran area abu-abu yang
jika peraturan masih dalam area abu-abu. berada di dalam sebuah aturan tersebut ter­
Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Deno bukti memang tidak boleh dilakukan karena
dan Lina sebagai berikut: terbukti melanggar, ataupun salah penaf­
siran dari area abu-abu, sehingga menjadi
“Yang menjadi dilema itu karena suatu masalah dalam proses pemeriksaan
abu-abu, dilema itu pada saat ke­ baik pajak maupun audit, maka tidak ha­nya
tika memberikan masukan kepa­ wajib pajaknya saja yang kena tetapi juga
da klien, keyakinan itu tidak sam­ konsultannya, seperti pada kalimat “bisa
pai 100% loh, yang buat aku ragu masuk bui” yang diungkapkan oleh Deno.
itu karena aturannya masih abu- Oleh sebab itu, yang menjadi pertimbangan
abu, jadi ada perbedaan penafsir­ seorang konsultan untuk memanfaatkan
an” (Deno). celah dari suatu peraturan dalam membuat
perencanaan laporan keuangan, harus sa­
“Dilema lah, pada saat memberi­ ngat berhati-hati. Sebab, bila memang salah
kan advise, kerena apa…di kan­ dalam memanfaatkan celah yang ada, dapat
tor kami ingin menerapkan sesuai memberikan risiko yang tinggi pada klien
dengan peraturan, tetapi saat di dan dirinya bila nanti terjadi pemeriksaan
lapangan substansinya tidak bisa, oleh audit atau pajak (Blankley et al., 2014;
jadi ya pasti dilema lah…khawatir Svanberg & Öhman, 2013).
planning yang aku buat tidak tau Melalui pernyataan yang disampaikan
benar apa tidak jadinya” (Lina). oleh beberapa orang konsultan di atas, di­
peroleh sebuah fenomena yang menggam­
Saputro, Riharjo, Ardini, Dilema Etis Akuntabilitas dalam Keputusan Bisnis...115

barkan sebuah kejadian di mana konsultan viriani et al., 2015). Hal inilah yang dapat
seperti “menerbangkan layangan di malam mempengaruhi tugasnya sebagai seorang
hari” tanpa didukung oleh pencahayaan. konsultan. Seorang konsultan bisnis harus
Pepatah tersebut menunjukkan pemahaman mempunyai pegangan atau berpegang teguh
mengenai dilema yang dialami oleh konsul­ pada pedoman atau prinsip dasar kode etik
tan dikarenakan adanya peraturan yang yaitu membantu membimbing klien (wajib
masih abu-abu. Seorang konsultan bertugas pajak) untuk bersifat patuh dan taat kepada
menarapkan aturan yang ada sesuai dengan peraturan yang berlaku.
peraturan yang berlaku saat ini, tetapi sub­ Dalam hal perencanaan laporan
stansinya di lapangan tidak semuanya bisa keuang­ an, seorang konsultan seharus­ nya
sesuai dengan peraturan yang saat ini ber­ membimbing kliennya untuk patuh dan
laku. Hal ini disebabkan adanya area abu- taat dalam melaporkan kewajibannya se­
abu tersebut. cara sejujur-jujurnya atau tidak ada peng­
Menerbangkan layangan di malam hari gelapan omset atau semacamnya. Sehingga
tidak akan menjadi kendala bila didukung laporan keuangan yang disajikan nantinya
oleh cahaya yang memadai, seperti halnya mencerminkan keadaan perusahaan yang
seorang konsultan dalam membuat sebuah sesungguhnya baik di mata direksi maupun
perencanaan laporan keuangan tidak akan perpajakan. Oleh karena itu, laporan menja­
pernah merasa ragu walau menggunakan di gambaran yang tidak akan membohongi
area abu-abu. Perbedaan penerangan ini dewan direksi atau pemegang saham serta
akan menimbulkan persepsi yang berbeda menjadi laporan perpajakan terutang yang
antara auditor, petugas pajak, dan wajib pa­ semestinya sesuai dengan keadaan perusa­
jak. Hal ini menyebabkan seorang konsultan haan (Arestanti et al., 2016; Borderman &
merasa dilema dan merasa tidak yakin ser­ Westermann, 2019). Namun pada kenyata­
ta khawatir akan area abu-abu yang digu­ annya di lapangan klien (wajib pajak) data
nakan dalam membuat perencanaan lapor­ keuangan yang diberikan kerap tidak riil.
an keuangan, apakah perencanaan laporan Hal ini yang dinyatakan oleh Deno sebagai
keuangan yang disarankannya ke klien itu berikut:
benar ataupun tidak.
Perbedaan menerbangkan layangan “Kadang-kadang klien itu seperti
di malam hari dengan di siang hari hanya bersikap sembunyi-sembunyi dari
dibedakan oleh cahaya matahari. Adanya kita, padahal kita kan gak terlalu
perbedaan penafsiran antara petugas pajak, ingin paham juga omsetnya seper­
auditor, dan dirinya tidak akan mengubah ti apa, tapi ada juga yang bersifat
segala keputusan yang akan diambil. Ke­ loss, loss di sini aku artiin ya ter­
raguan akan kegelapan dan terlalu memikir­ buka karena ingin berbenah se­
kan risiko tanpa mencoba akan menggiring suai keadaan” (Deno).
konsultan dalam kegagalan membuat pe­
rencanaan laporan keuangan ini. Keyakinan Deno mengatakan “sembunyi-sem­
diri akan membuat seorang konsultan dapat bunyi” yang menyebabkan timbulnya pe­
menerangi jalannya dalam membuat peren­ mikiran apakah perusahaan ingin menekan
canaan serta sebagai cahaya untuk mener­ pembayaran pajak atau dividen. Pernyataan
bangkan layangan di malam hari. “bersifat loss” memberikan gambaran bah­
Bentuk dilema: rasa simpati yang wa sebenarnya masih ada klien yang mem­
hadir merusak segalanya. Sebagai manu­ berikan data yang riil. Jujur atau tidaknya
sia biasa seseorang tidak pernah terlepas seorang konsultan akan tetap melakukan
dari kepedulian terhadap sesama manusia. perhitungan kembali dari data yang telah
Hal ini disebabkan di dalam pikiran ma­ disediakan oleh kliennya, guna mengeta­
nusia ada logika pikiran dan ego. Manusia hui apakah data yang telah diberikan su­
masih memiliki hati nurani yang peka dan dah sesuai atau belum sesuai. Bila konsul­
mengakibatkan timbulnya perasaan iba tan mendapati data yang tidak benar (rill)
dan kasihan terhadap sesama umat manu­ seharusnya menolak data dan meminta
sia, tak terkecuali seorang konsultan. Di kembali data yang sesungguhnya. Namun,
luar tugasnya sebagai seorang konsultan, ia pada akhirnya kembali lagi dari sisi manu­
tetap­lah seorang manusia biasa yang masih sia itu diberkahi dengan naluri yang besar,
memiliki hati nurani dan pedoman sebagai maka konsultan kerap merasakan rasa iba
jalan hidup (Briando & Purnomo, 2019; No­ atau kasihan terhadap kliennya jika melihat
116 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 109-126

kondisi lapangan klien sesungguhnya, se­ Pernyataan Deno mengindikasikan


perti yang diungkapan oleh Deno dan Lina bahwa ia pernah menangani klien yang tidak
pada kutipan berikut ini. mau mengikuti aturan yang ada, tetapi ia
tetap mengikuti kemauan klien seperti dalam
“Bagaikan siang dan malam, bi­ pernyataannya “mengikuti maunya”. Hal ini
lamana klien jujur ya bangkrut memunculkan pemikiran bahwa sebenarnya
dini, bila tidak jujur jadi buronan” ia sebagai konsultan telah membina klien
(Deno). untuk tetap patuh akan aturan yang ber­
laku, tetapi di sisi lain kliennya tetap tidak
“Terkadang klien itu sangat i­ngin bisa untuk melaporkan laporan keuangan
jujur untuk segi pelaporan­ nya, secara terbuka. Lina menambahkan ”bukan
tapi keadaan yang memaksa mer­ untuk membunuhnya” mengindikasikan
eka berbuat seperti itu…mau bahwa demi untuk tidak membunuh klien,
dikata apa coba…bila jujur maka ia memutuskan untuk tetap membantu
pemerintah oke, tapi di sisi peru­ klien­nya walaupun ia tahu bahwa hal yang
sahaannya tidak oke, serba salah dilakukannya melanggar dari seorang kon­
jadinya” (Lina). sultan bisnis. Hal ini menyebabkan dilema
yang cukup besar dan mendalam yang ia
Pernyataan “ingin jujur”, “bagaikan rasakan terlihat dari mimik wajahnya kare­
siang dan malam” menimbulkan pemikiran na ia “tahu kenyataannya”. Namun, ia tetap
bahwa tidak semua klien itu jujur dalam mendukung segala keputusan klien (wajib
mengungkap seberapa besar perusahaan­ pajak) untuk melaporkan yang tidak benar
nya (Reraja & Sudaryati, 2019). Hal terse­ dengan alasan tidak ingin “membunuh” pe­
but menggambarkan bahwa ketidakjujuran rusahaan. Alasan tersebut yang membuat
menjadi hal biasa karena terbatas biaya konsultan Deno dan Lina merasakan dilema
untuk oprasional perusahaan akan menim­ ketika pengambilan keputusan (Arestanti et
bulkan rasa ingin menyembunyikan laporan al., 2016; Noviari & Suaryana, 2018; Single
keuangan agar bisa melakukan penambah­ et al., 2018).
an biaya dan penghematan untuk pelaporan Melalui beberapa pernyataan yang ter­
perpajakan sedikit mungkin sehingga lapor­ lontar oleh konsultan Deno atau Lina, bisa
an yang ada menunjukkan nilai yang kecil, digambarkan oleh layang-layang yang telah
sesuai dengan perkataan “bangkrut” “peru­ diterbangkan seorang konsutan akan tetapi
sahaannya tidak oke”. Konsultan pada prin­ layangan tersebut dibenturkan ke layang­
sipnya harus membina klien untuk patuh an lain yang mengakibatkan benturan atau
membayar pajak (Dellaportas, 2013; Liu & gesekan. Artinya, dapat ditarik simpulan
Ren, 2017; Noviari & Suaryana, 2018). Tidak bahwa dilema yang dirasakan oleh mereka
seharusnya konsultan mendukung kliennya adalah saat semestinya mereka melapor­
untuk melaporkan omzet yang tidak ril. Hal kan sesuai dengan yang ada dari klien­nya,
ini pun memicu dilema seperti yang diutara­ tetapi di sisi lain konsultan peduli akan
kan oleh Deno dan Lina sebagai berikut: kelangsung­an hidup perusahaan kliennya.
Keseimbangan dan keyakinan akan
“Ada kilen yang sebenarnya itu menerbangkan layangan untuk kesenangan
besar tetapi dalam LK menunjuk­ hati akan menyebabkan layangan tersebut
kan operasi yang kecil. Aku harus dapat terbang dengan baik sesuai dengan
mengikuti maunya dan membuat tindakan yang benar tanpa mengadukan ke
planning terus, jadi dilema nih” layangan lainnya. Konsultan dalam mem­
(Deno). buat suatu perencanaan harus didasarkan
oleh data yang benar dan valid untuk meng­
“Yang buat dilema itu kalau kita hindari bila sewaktu-waktu dilakukan pe­
tau yang sebenarnya seperti apa, meriksaan. Selain itu, data yang tidak benar
terlebih kalau perbedaan dengan juga bisa mengarah ke tax evasion. Konsul­
yang nyata itu jauh, duh. Pikiran­ tan juga harusnya menghindari hal ini se­
nya apa etis ya? Jelas tidak etis hingga hasil pajak yang harus dibayar dapat
sih, tapi aku juga tidak mau jadi sesuai dengan realita dan tidak menimbul­
penjahat bagi perusahaan karena kan masalah di kemudian hari. Di sisi lain,
membunuhnya” (Lina). konsultan masih memiliki rasa simpati de­
ngan merasa kasihan melihat kondisi peru­
Saputro, Riharjo, Ardini, Dilema Etis Akuntabilitas dalam Keputusan Bisnis... 117

sahaan kliennya. Hal ini menyebabkan kon­ timbul di perusahaan tersebut. Hal ini men­
sultan terjebak dalam suatu kebimbangan jadi kendala dan dilema bagi ia karena ke­
yang sangat mendalam. mungkinan besar pimpinan tersebut hanya
Bentuk dilema etis: masalah struktur menandatangani atau menyetujui saja, tan­
internal perusahaan menjadi penyebab di- pa mengetahui maksud sesungguhnya dari
lemma. Bentuk dilemma ibarat sebuah ke­ apa yang aku terangkan kepadanya. Rante
pingan berupa serpihan (puzzle) yang masih et al. (2014) mengatakan bahwa hal terse­
berserakan dan belum tersusun membentuk but merupakan tekanan ketaatan (obedience
sebuah objek (potret) secara sempurna. Dile­ pressure) yang diberikan oleh struktur ter­
ma yang dialami seorang konsultan bisnis tinggi dalam sebuah perusahaan, yaitu se­
itu tidak hanya terjadi karena dihadapkan orang pimpinan yang nantinya akan mem­
dalam situasi di mana diharuskan segera bentuk sebuah tindakan yang akan ditiru
mengambil keputusan di atas kepentingan. oleh bawahannya. Seorang konsultan bisnis
Puyou (2018) mengakui begitu sulit­ tetap akan berkomunikasi dan mendengar­
nya menerapkan suatu tindakan yang akan kan saran yang diberikan oleh atasan me­
berdampak pada perilaku etis dalam sebuah reka untuk menjaga dan mecapai imbalan
organisasi karena di sana begitu ba­ nyak yang sesuai demi kelangsungan hidup me­
tekanan (pressure) yang membuat takut seti­ reka (Jenkins & Stanley, 2019; Kamath et
ap individu untuk bertindak etis karena me­ al., 2018).
lihat resiko yang ada. Bahkan, Janin (2017) Perkataan yang telah diucapkan oleh
mengungkapkan menjadi etis tidaklah se­ informan menggambarkan sebuah bentuk
derhana (being ethical is not simple) karena dilema yang dihadapi murni sebagai kon­
tidak hanya melibatkan berbagai individu sultan bisnis. Pelayanan dan pemeriksaan
saja, tetapi juga dihadapkan dengan ber­ merupakan bagian dari tugas dan fungsi­nya.
bagai organisasi. Oleh karena itu, tekanan Oleh sebab itu, konsultan berkewajiban un­
yang di­ hadapi konsultan timbul dari ber­ tuk bertindak secara profesional. Kapasitas
bagai sudut organisasi dan berbagai ma­ pikiran akan diimbangi oleh jumlah pemikir.
cam sifat individu yang nantinya akan ber­ Artinya, semakin banyak konsultan akan se­
dampak pada kualitas pelayanan (service) makin efektif dalam penyelesaian pekerjaan
(Pike & Barrainkua, 2015). Masalah yang (Nga & Mun, 2013; Noviriani et al., 2015).
timbul dari struktur internal perusahaan Kondisi demikian tidak akan menyebabkan
yang diakibatkan ketidakjelasan dalam pe­ terbengkalainya suatu pekerjaan seperti
ngawasan membuat seorang konsultan arti “keteteran”. Di lain sisi, menyelesaikan
bisnis harus menentukan sebuah tindakan pekerjaan secara asal-asalan tidak akan
yang dirasa itu etis ataupun tidak etis se­ menyelesaikan suatu permasalahan wa­
suai dengan ungkapan Deno dalam kalimat laupun tindakan itu terkadang membawa
berikut. keuntungan. Seperti yang diungkapkan oleh
Deno dan Lina berikut ini.
“Terkadang wewenang yang ha­
rus ada itu dipegang langsung “Aku pernah dapet klien itu dadak­
oleh pimpinan. Pada dasarnya an. Saat itu juga aku langsung ha­
pimpinan pada PT DAC itu ber­ rus buat LK untuk SPT. Posisi aku
prinsip dagang, yang berarti akan baru nanganin, di sisi lain klien
sulit untuk diajak bicara menge­ banyak masalah, gimana ngambil
nai perencanaan. Jadi suatu ke­ keputusannya coba? Mau tidak
tika ada masalah atau apa pun mau ya udah jalani aja, bi­ngung-
itu hanya akan ada persetujuan bingung deh” (Deno).
dan pertanyaan. Padahal kan aku
maunya ada usulan atau diskusi “Ketika waktu yang didapat atau
bahwa ini benar atau tidak, bukan aku miliki itu cuma singkat, se­
apa-apa sudah final” (Deno). dangkan masalah yang ada itu
banyak yaitu yang buat aku dile­
Deno mengungkapkan, terkadang sega­ ma, harus mengambil keputusan
la persetujuan ada yang dipegang langsung dengan cepat dan benar. Di sisi
oleh pemilik yang mengakibatkan ia sulit lain pihak klien susah diajak ra­
berdiskusi mengenai permasalahan yang pat” (Lina).
118 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 109-126

Ungkapan Lina “waktu singkat” dan mendapatkan kejelasan data dan keinginan
Deno “dadakan” berarti tidak semua bisa yang kuat memperbaiki system. Sama hal­
dilakukan secapat mungkin tanpa mem­ nya yang dikatakan Lina “banyak hal, salah
pertimbangkan hal lain. Efek dari tekanan satunya SDM”, yang mengakibatkan kon­
waktu (time pressure) menggambarkan dan sultan merasa kesulitan dalam memenuhi
memiliki pengaruh serta dapat menyebab­ akuntabilitasnya (Arestanti et al., 2016;
kan kinerja konsultan bisnis itu menurun. Wen, 2019).
Christopher et al (2010) juga mengatakan Melalui apa yang telah diungkapkan
bahwa tekanan waktu dapat membuat kon­ di atas dapat dipahami bahwa suatu dile­
sultan menyelesaikan suatu permasalahan ma mengenai pengambilan keputusan etis
di bawah standar. Konsultan bisnis Lina dan dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan
Deno jika dihadapkan dalam tekanan wak­ seperti struktur hanya terdiri dari pemilik,
tu dapat menimbulkan suatu tindakan tidak direksi, staff dan dipengaruhi juga oleh time
etis. Bila konsultan bisnis dihadapkan da­ schedule pemeriksaan atau pelayanan bisnis
lam kondisi tekanan waktu cen­derung akan serta tidak didukungnya sarana akomodasi
mengalami kepanikan (Pietsch & Messier, yang menunjang menyebabkan segala per­
2017) dan stres. Ironisnya, profesi konsultan masalahan yang dialami sangat kompleks
bisnis lebih cenderung mengalam­i stres saat dan mengakibatkan sulit dalam mengambil
berada dalam tekanan waktu dan mendapat­ keputusan etis.
kan masalah akibat masalah struktur inter­ Struktur atau tulang sayap dari layang­
nal klien, dibandingkan de­ngan profesi-pro­ an yang tidak seimbang akan menyebabkan
fesi lain seperti yang diungkapkan oleh kendala saat penerbangan. Artinya, konsul­
Dillard & Brown (2015). Selain masalah wak­ tan di sini merasakan ketidakjelasan struk­
tu, seorang konsultan bisnis juga mengalami tural yang terkadang menyebabkan ia con­
masalah lain seperti hal­nya mengenai kondi­ dong ke kiri (manajemen) dan condong ke
si sarana dan prasarana klien, seperti yang kanan (pemilik). Hal ini dapat diatasi dengan
diungkapkan oleh Deno dan diperkuat oleh pemahaman secara mendalam mengenai
pernyataan Lina: permasalahan yang dihadapi dengan meng­
analisis dan memprediksikan risiko, melihat
“Sarana atau pendukung saat di pertimbangan lain yang diperlukan untuk
klien kadang juga ada yang tidak mengatasi permasalahan yang dihadapi,
sesuai. Misalnya saja aku pernah serta memperbaiki tulang sayap layangan
terkendala masalah SDM, di mana (struktur perusahaan).
SDM hanya ada satu tapi meme­ Pengalaman: mengatasi dilema de­
gang semua hal, keuangan, per­ ngan memahami aturan PSAK dan UU.
pajakan, operasional, dll…seperti Setiap profesi memiliki peraturan dan kode
admin tunggal gitu deh. Jadi su­ etik yang menjadi dasar dalam menjalan­
sah kita ajak bicara atau diskusi kan tugas-dan funginya. Begitu pula dengan
karena banyak waktunya tersita konsultan bisnis, di mana konsultan harus
oleh pekerjaannya” (Deno). memahami undang-undang pajak dan PSAK
serta kode etik yang menjadi pondasi untuk
“Kalau aku pernah ngerasain saat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
ada klien yang kurang, kaya ku­ seorang konsultan. Pada dasarnya peratur­
rang sarana angkutan, SDM, gaji, an dan kode etik berfungsi untuk menjaga
dan banyak hal deh…kasus inter­ konsultan bisnis agar sesuai dan tetap di da­
nal yang rumit sedemikian rupa lam jalan yang benar tidak menyimpang dari
itu yang buat aku susah mengam­ peraturan (Annisette, 2017; Dillard & Brown,
bil keputusan, gimana gak pusing 2015; Pike & Barrainkua, 2015; West, 2017).
coba” (Lina). Namun, suatu peraturan kerap memberi
suatu celah konsultan untuk memanfaat­
Dari apa yang telah diungkapkan oleh kannya dalam membuat planning. Celah
Deno dan diperkuat oleh Lina ada berbagai tersebut sering disebut dengan area abu-
masalah internal saat mereka menangani abu. Planning dengan menggunakan area
klien. Bisa kita lihat perkataan “masalah abu-abu tersebut masih dapat dikatakan da­
SDM” yang bisa kita artikan bahwa mereka lam batas legal. Namun, area abu-abu pun
terkendala akibat masalah SDM yang ku­ tak jarang membuat penafsiran berbeda an­
rang, yang mengakibatkan sulitnya mereka tara petugas pajak, auditor, dan konsultan
Saputro, Riharjo, Ardini, Dilema Etis Akuntabilitas dalam Keputusan Bisnis... 119

bisnis. Hal ini membuat dilema bagi konsul­ konsultan akan memilih suatu celah dalam
tan dalam menyampaikan pendapat kepada peraturan untuk melakukan planning, tetapi
klien mengenai celah-celah mana saja yang ia merasa khawatir akan benar atau tidak­
dapat digunakan untuk melakukan penghe­ nya keputusan yang diambil (Assydiq, 2013;
matan laporan keuangan. Reraja & Sudaryati, 2019; Yuen et al., 2013).
Konsultan bisnis dalam hal ini harus Kekhawatiran disebabkan area yang masih
benar-benar mempunyai kesadaran untuk abu-abu sehingga jika salah penafsiran akan
memahami secara baik aturan-aturan dalam membawa dirinya serta klien ke dalam risiko
undang-undang, PSAK, dan kode etik. Pe­ yang berat. Namun, dilema ini dapat dimi­
mahaman peraturan secara tidak langsung nimalisasi dengan memahami aturan secara
menyebabkan konsultan bisnis lebih ber­ mendalam sehingga rasa kekhawatiran da­
hati-hati atas pengambilan keputusan yang lam melakukan planning dengan meman­
akan ia ambil. Seperti yang diungkapkan faatkan celah peraturan dapat berkurang.
oleh Deno berikut ini: Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Deno
sebagai berikut:
“Dulu melakukan hanya ber­
dasarkan keyakinan semata. Tapi “Aku selalu melakukan atau
setelah aku paham yang nama­nya membuat skema aturan dulu,
UU, PSAK dan Kode Etik profesi kemudian substansinya apa, jadi
sifatku tidak langsung baku han­ perkiraan orang pajak seperti ini,
tam saja, tapi harus memikirkan­ orang keuangan seperti ini, ke­
nya dulu atau tetap bersifat ha­ temunya di mana. Kurang lebih
ti-hati dalam melakukan segala kaya prakasus (kalau di hukum),
keputusan” (Deno). jika diketemukan begini cara pe­
mecahannya” (Deno).
Ungkapan “hati-hati” mengindikasikan
bahwa Deno sudah memiliki pemahaman Deno menggambarkan hal yang ia
yang baik akan aturan yang berlaku. Dalam lakukan untuk “meyakinkan diri”-nya, ya­
pernyataannya menceritakan atau meng­ itu dengan cara membuat skema aturan ter­
gambarkan bahwa dahulu sebelum ia me­ lebih dahulu. Hal ini berarti ia harus mema­
ngerti tentang aturan, ia sama sekali tidak hami secara benar dari aturan yang akan ia
merasakan kekhawatiran ataupun dilema gunakan dalam membuat suatu keputusan
akan risiko yang disebabkan jika ia salah planning (Annisette, 2017; Dillard & Brown,
dalam memberikan planning. Namun, saat 2015; Pike & Barrainkua, 2015; West, 2017).
ia mengerti tentang aturan ia merasakan Setelah itu ia akan mencocokkan kepada
bahwa mengerti suatu undang-undang, substansinya seperti apa, serta mempre­
PSAK, dan kode etik membuat ia bertam­ diksikan temuan oleh pemeriksa pajak atau­
bah hati-hati dalam mengambil setiap lang­ pun auditor sehingga risiko dapat dihindari
kah dalam melakukan tugasnya, salah sa­ dengan menyiapkan data yang diperlukan
tunya dalam memberikan planning. Hal ini atau argumen-argumen yang diperlukan.
me­nyimpulkan bahwa memang seharusnya Deno memberikan contoh sebagai berikut:
suatu peraturan menjadi pedoman bagi kon­
sultan bisnis agar lebih berhati-hati pada “Ketika kita mencari kepastian
setiap tindakan yang ia lakukan dan tidak pasti kita akan menekankan pada
menyimpang dari peraturan yang berlaku substansinya, jadi perlakuan
(Arestanti et al., 2016; Noviari & Suaryana, apaan sih? Secara akuntansi kan
2018; Single at al., 2018). ada yang namanya PSAK, dalam
Memahami sebuah peraturan juga pajak ada UU, terkadang aturan
memiliki keterkaitan dalam mengatasi se­ dalam UU dan PSAK tidak sama.
buah dilema. Dilema dapat terjadi akibat Maka aku mencari celah yang
perbedaan penafsiran antara aturan yang meyakinkan untuk melakukan
tercantum di area abu-abu dengan situasi di suatu tindakan, misalnya ada
lapangan atau dengan kata lain perbedaan aturan yang tidak ada di UU maka
penafsiran konsultan bisnis, petugas pajak, aku harus cari di PSAK. Pokok­nya
serta auditor dalam memahami sebuah pera­ jangan sampai kita tidak punya
turan. Dilema yang terjadi berkaitan saat pegangan apa pun dalam meng­
120 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 109-126

ambil keputusan agar mengurangi ya bisa dikecilin tidak? Pasti bisa,


risiko bila sewaktu-waktu ada pe­ tapi kita harus bisa menyiapkan
meriksaan” (Deno). segala bukti dan harus menjelas­
kannya lagi ke pihak perusahaan
Ungkapan yang dinyatakan oleh deno untuk mengecilkan seperti apa
“tidak sama” berarti ada perbedaan pera­ yang dimau. Namun, seandai­
turan yang terkandung dalam PSAK dan nya diperiksa oleh auditor atau
UU, tetapi perbedaan yang ada masih dalam orang pajak? Di sini aku merasa
ranah “legal”. Artinya perbuatan itu sama biasa aja karena memang sedari
sekali tidak melanggar ketetuan yang ada, awal udah aku menyiapkan sega­
hanya saja itu adalah kelemahan yang tidak la bukti atas pengecilan tersebut,
bisa dihindarkan dan dimanfaatkan oleh dan sudah berkoordinasi dengan
konsultan untuk melakukan penghematan pihak internal” (Deno).
biaya. Selain itu, Deno harus memban­
dingkan PSAK dan undang-undang untuk Pernyataan Deno mengindikasikan
membuat planning. Oleh karena itu, ia yakin bahwa kliennya harus mengetahui terlebih
jika terjadi suatu hari nanti ada perdebatan dahulu mengenai data yang riil. Jika klien
atau permasalahan, keyakinan yang ia mi­ menginginkan planning, Deno akan terlebih
liki 100% dapat memenangkan perdebatan dahulu mencocokkan dengan aturan-aturan
atau permasalahan tersebut dikarekanan ia serta memberikan prediksi dan menganal­
memiliki UU pembanding untuk digunakan­ isis apa saja bukti-bukti yang mungkin di­
nya dalam berargumen. Oleh sebab itu, butuhkan ketika terjadi pemeriksaan (Brian­
pemahaman yang baik dari peraturan sa­ do & Purnomo, 2019; Noviari & Suaryana,
ngatlah penting untuk menghindarinya dari 2018). Dengan demikian, keyakinan Deno
risiko dalam membuat planning (Arestanti dalam membuat suatu planning menjadi
et al., 2016; Briando & Purnomo, 2019; No­ sepenuhnya yakin dan meminimalisasi dile­
viari & Suaryana, 2018; Reraja & Sudaryati, ma yang ia rasakan. Hal ini selaras dengan
2019; Single et al., 2018; Yuen et al., 2013). yang diungkapkan Lina berikut ini.
Deno menekankan:
“Perbedaan penafsiran antara apa
“Ketika kita sudah punya celah yang terkandung baik di dalam
yang didukung oleh aturan yang PSAK, UU akan mengakibatkan
ada, maka lakuin aja” (Deno). kasus sengketa keuangan atau
pajak. Inilah fungsi dari planning
Penekanan Deno dalam “mencari celah yaitu untuk menyiapkan diri da­
yang didukung” menjelaskan bahwa dalam lam segala kondisi yang ada dan
meyakinkan diri akan suatu celah mempu­ menguatkan segala argumen yang
nyai beberapa langkah seperti memahami di kemudian nanti akan digu­
peraturan, memprediksikan apa yang se­ nakan” (Lina).
andainya terjadi dan menyiapkan data-da­
ta serta menguatkan argumen. Jika semua Lina mengungkapkan bahwa “argumen
peraturan dipahami dan segala sesuatu yang harus dikuatkan” mengindikasikan
yang diperlukan sudah siap, ia pun mera­ bahwa dalam mengatasi perbedaan penaf­
sa yakin untuk memberikan advise kepada siran antara petugas pajak, auditor, dan
klien dan melakukan planning. Deno dalam konsultan bisnis memerlukan argumen yang
memberikan advise juga lebih menekan­ kuat untuk memenangkan sengketa terse­
kan penyampaian riil kepada klien terlebih but. Argumen yang kuat harus didasari de­
dahulu mengenai resiko yang akan terjadi ngan pemahaman peraturan yang berlaku.
ketika seandainya kantor pajak atau audi­ Jika konsultan tidak memahami peratur­
tor memeriksa (Amiruddin, 2019; Pietsch & an, dapat dipastikan konsultan tidak akan
Messier 2017), seperti yang diungkapkan bisa memberikan argumen yang kuat (Det­
berikut ini. zen, 2018; Yuen et al., 2013). Secara ringkas
apa yang telah diutarakan oleh Deno dapat
“Aku selalu menyampaikan tercermin dari ringkasan berikut.
keadaan yang sebenarya dulu
sesuai dengan keadaan nyata­ “Aku selalu membuat skema atur­
nya. Biasanya bosnya selalu tan­ an main (pra-kasus), dikarenakan
Saputro, Riharjo, Ardini, Dilema Etis Akuntabilitas dalam Keputusan Bisnis... 121

adanya perbedaan dalam PSAK sar hingga mengarah ke penyimpangan dari


dan UU…harus menekankan ke aturan. Hal ini menyebabkan dilema dalam
substansinya untuk menentukan pemilihan celah yang akan digunakan.
kejelasan maksud dan tetap se­ Melakukan sesuatu harus didasarkan
suai dengan aturan” (Deno). dengan ketenangan, seperti halnya mener­
bangkan dan mengendalikan layangan ha­
Ungkapan Deno mengenai “Skema rus didasarkan dengan ketenangan yang
Aturan” dalam dunia akuntansi biasa dise­ diikuti dengan kejelihan dalam membaca
but dengan istilah planning. Misalnya Deno arus angin serta kesiapan akan terjadinya
ingin bermain pada kasus perpajakan yang hujan. Artinya dilema dapat diminimalisasi
tetap sesuai dengan aturan dan tidak me­ dengan pemilihan celah yang baik. Hal ini
langgar ketentuan pph21, 22, 23 dan PPN, dapat dilakukan dengan pemahaman secara
bisa menggunakan nama pribadi atas “sewa” penuh terhadap peraturan yang berlaku,
dalam e-spt pph 23, memang dalam perpa­ membandingkan peraturan-peraturan lain
jakan yang diuntungkan adalah pemerin­ yang dibutuhkan, menganalisis dan mem­
tah, akan tetapi jika dilihat dengan seksama prediksikan risiko, serta memberikan infor­
biaya atas sewa tersebut bisa dibebankan masi kepada klien.
secara langsung dan tidak terkena koreksi Mewujudkan kesadaran sebagai
fiskal, artinya di sini bisa disebut dengan langkah awal seorang konsultan dalam
istilah “berkorban” sedikit dapat tambahan menjawab tantangan dilema etis dalam
“harta”. Perencanaan akan laporan keuang­ pe­ngambilan keputusan. Keahlian (kom­
an akan menguntungkan bila tetap meme­ petensi) yang dimiliki oleh konsultan bisnis
gang atau bermain di area legal, seperti yang sangat bermanfaat bagi sistem pengawasan,
diungkapkan Lina sebagai berikut: pengendalian, dan pendampingan dengan
tetap mengacu pada peraturan yang ber­
“Menyiapkan segala situasi yang laku saat ini di Indonesia. Dengan keahlian
akan terjadi dengan planning” itu, konsultan bisnis dapat dipercaya da­
(Lina). lam pelaksanaan untuk memastikan bah­
wa pelaksanaan kegiatan yang sedang ber­
Kata “planning” menjadi kata yang su­ langsung dapat berjalan secara efektif dan
dah tidak asing lagi bagi seseorang yang ber­ efisien. Namun, kualitas pelayanan tidak ha­
profesi sebagai akuntan publik khususnya nya diukur oleh keahlian (kompetensi) saja,
seorang konsultan bisnis. Selain contoh yang tetapi dipengaruhi oleh tindakan yang baik
digambarkan oleh konsultan Deno di atas, dalam pengambilan keputusan etis (Detzen,
pada kenyataannya seorang konsultan tidak 2018; Liu & Ren, 2017). Hal itu seperti sepa­
hanya bermain pada area perpajakan saja. tah penggalan dari Deno dan Lina:
Akan tetapi juga bermain pada area keuang­
an murni. Area yang biasanya bisa disebut “Aku melihat manusia sebagai
area abu-abu adalah PSAK 24, 44 dan masih seseorang yang dibuat dari In­
banyak lagi. Semua area bisa digunakan un­ telektual dan aku juga yakin
tuk kepentingan yang menguntungkan pe­ bahwa semua jawaban atas rasa
rusahaan yang masih di jalur legal dan tidak dilema yang dihadapi setiap ma­
melanggar ketentuan yang berlaku. nusia bisa ditemukan melalui In­
Melalui pernyataan dari pengalaman telektual, dengan kata lain, yaitu
yang diungkapkan oleh konsultan bisnis di dengan berpikir. Aku juga belum
atas, dapat dipahami bahwa suatu dilema menyadari bahwa berfikir tanpa
dalam penerapan planning dapat diminimal­ kesadaran adalah dilema utama
isasi dengan memahami peraturan. Konsul­ dari keberadaan manusia” (Deno).
tan bisnis dalam menerapkan planning harus
tetap sesuai dengan peraturan melalui cara “Peranan kunci dalam profe­
memanfaatkan celah yang ada dalam pera­ si akuntan dapat tercermin dari
turan tersebut. Namun, terkadang penafsir­ kesadaran etik, pengembangan
an dari celah tersebut dapat menimbulkan diri dan kesadaran moral. Rasa
suatu permasalahan bahkan risiko yang be­ “aku” termanifestasi dalam setiap
122 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 109-126

pendapat, sudut pandang, memo­ godaan dilematis. Kata “iman dan takwa”
ri dan interpretasi. Jadi kesimpul­ dapat diartikan sebagai perwujudan sebuah
an­nya kesadaaran diri yang harus indera yang ada yaitu indera perasa jiwa dan
dikuatkan” (Lina). hati yang dilabur oleh nuansa akan keindah­
an ketuhanan, harmonisasi hubung­ an an­
Baik ungkapan Deno maupun Lina tarsesama dengan tetap mengingat Yang
yang berbunyi “kesadaran” menimbulkan Maha Esa. Selanjutnya, konsultan bisnis
pemikiran bahwa kontrol diri ada pada in­ akan senantiasa merasakan hidup di dalam
telektual. Ketika dihadapkan dalam posisi suasana penuh keimanan karena sesung­
dilema, ego memperkaya diri dari sisi har­ guhnya keyakinan adalah bentuk manifesta­
ta, untuk mengutamakan posisi yang ada, si dari sebuah kepercayaan akan kebenaran
ego yang mendominasi untuk memudahkan Tuhan (Briando & Purnomo, 2019; Detzen,
pekerjaan tanpa memikirkan tugas serta 2018; Dillard & Brown, 2015; Pike & Bar­
akuntabilitas yang sebenarnya yang akan rainkua, 2015; West, 2017). Kepercayaan
menyebabkan adanya dinding atau peng­ dan memiliki iman yang kuat akan ketu­
halang bagi konsultan untuk bertindak etis hanan tidak hanya diyakini dan kemudian
(Arestanti et al., 2016; Goretzki & Messner, hanya sekadar dilafalkan atau diucapkan
2019; Noviari & Suaryana, 2018). Maka, saja dalam sebuah bentuk perkataan, tetapi
kesadaran sangat dibutuhkan sebagai pe­ juga tercermin dalam setiap tindakan yang
ngendali diri sesuai dengan ungkapan Deno nyata. Keimanan akan menjadikan sebuah
yang mengatakan “intelektual” serta Lina perisai penjaga umat manusia dalam meng­
“Kesadaran etik atau moral” untuk menun­ hadapi berbagai pilihan yang ada, pilihan
tun seseorang ke jalan baik dan mampu ber­ yang membimbingnya dalam perbuatan ter­
tindak etis dan benar. Pada akhirnya tindak­ larang. Selain itu, Lina juga menyinggung
an berkesadaran akan membuat se­ orang masalah “kesadaran sosial”, seperti:
konsultan bisnis mampu mewujudkan dan
bertindak etis dalam situasi apa pun. Par­ker “Oh iya, selain itu kita juga pu­
& Warren (2017) mengatakan bahwa pada nya tanggung jawab secara sosial
hakikatnya yang dirasakan oleh konsultan loh, secara akuntansi kita ada
bisnis mengenai kesadaran diri dapat dija­ istilah green accounting yang be­
dikan sebagai panduan pada keadaan apa rarti kita harus memiliki manfaat
pun untuk pengambilan keputusan etis. untuk masyarakat sekitar, secara
Deno dan Lina mengatakan: pajak juga kita bisa membantu
pertumbuhan ekonomi secara na­
“Aku selalu mengingat Allah saat sional yang akan berdampak ke
godaan mulai bermunculan, agar orang banyak. Pokoknya kita se­
tidak terpengaruh dan intinya aku lalu akan berhubungan erat de­
ingin meningkatkan iman, takwa, ngan keadaan sosial masyarakat”
karena aku adalah orang berag­ (Lina).
ama” (Deno).
Peka akan keadaan sosial yang telah
“Semua itu kembali lagi ke ta­ngan dirasakan oleh seorang konsultan bisnis
Tuhan, jika memang mau taat akan menjadikan ia paham tentang manusia
maka tidak akan terpengaruh oleh yang sesungguhnya merupakan makhluk
godaan apa pun itu. Tapi kembali sosial yang tidak akan pernah atau dapat
lagi bila memang ia dekat dengan hidup sendiri tanpa adanya interaksi dengan
Tuhan maka ia tidak akan terpe­ sesama manusia (Briando & Purnomo, 2019;
ngaruh. Tapi kalau imannya tidak Detzen, 2018). Interaksi sosial yang terjadi
kuat maka akan terbawa…abis” adalah murni interaksi nyata, bukan hanya
(Lina). hiasan atau embel-embel atas dasar motif
rugi atau untung. Menciptakan pengawasan
Ungkapan yang tercermin dalam kali­ dan mewujudkan hasil pelaporan yang baik
mat di atas adalah “kesadaran spiritual” bisa adalah tindakan yang dilakukan konsultan
dilihat dari ungkapan “ingat” yang mengar­ karena manyadari bahwa tanggungjawab
tikan bahwa keyakinan akan keberadaan yang ia emban begitu penting. Keadaan yang
Allah yang melindunginya dari berbagai baik dalam bentuk laporan harus sesuai
Saputro, Riharjo, Ardini, Dilema Etis Akuntabilitas dalam Keputusan Bisnis... 123

dengan kaidah, norma dan ketentuan yang pada kalimat di atas pada hakikatnya untuk
berlaku (Arestanti et al., 2016), seperti yang mengetahui apa yang seharusnya konsultan
diutarakan oleh Deno dan Lina: rasakan dan lakukan pada suatu keadaan
untuk mengambil sebuah keputusan etis.
“Laporan yang baik itu adalah Penggambaran kesadaran sejalan de­ ngan
laporan yang telah sesuai dengan layangan yang harus didasarkan akan
kaidah ketentuan yang ada da­ kerangka, kertas pembalut, benang, serta
lam PSAK dan UU Pajak. Bukan faktor lain yaitu keahlian menerbangkan,
sembarangan asal melaksanakan keahlian membaca arus angina, serta yang
dengan tidak memandang keten­ paling utama adalah keyakinan akan diri
tuan, nantinya kita bisa terkena sendiri untuk mengambil keputusan untuk
masalah, atau dijerat oleh hukum menerbangkan atau tidak menerbangkan
yang berlaku. Jadi ya kalau buat layangan tersebut.
laporan keuangan ya buat sesuai
aturan dengan menjunjung tinggi SIMPULAN
nilai kebenaran, keterbukaan, dan Perusahaan telah melaksanakan kewa­
tidak melanggar kode etik profesi jibannya serta melaporkannya dalam bentuk
juga” (Deno). laporan keuangan untuk mencapai keber­
langsungan usahanya di masa depan. De­
“Sesuai aturan yang ada, kamu ngan strategi Planning laporan keuang­an dan
tau sendiri kalau kita harus ber­ Bisnis, tim managemen memiliki kayakin­an
pegangan pada PSAK, UU, nilai bahwa perusahaan telah memenuhi kewa­
norma, kode etik” (Lina). jibannya sebagai entitas bisnis dan tetap
menjaga keadaan lingkungan perusahaan
Kata “kesadaran hukum” dapat ter­ dengan baik, tetap menjaga stabili­tas sosial
gambarkan dalam sebuah tindakan yang masyarakat setempat, yang pada akhirnya
dilakukan konsultan bisnis untuk menerap­ perusahaan akan tetap fokus untuk me­
kan peraturan yang ada sesuai norma dan layani berupa pertanggungjawaban kepada
kode etik profesi untuk mengatasi berbagai pemilik saham. Untuk mempertanggung­
dilemma. Untuk mencoba menciptakan pe­ jawabkan planning laporan keuangan dan
ngawasan dan pengendalian yang diharap­ Bisnis kepada pemilik saham, Perusahaan
kan mampu berjalan dengan baik, membu­ menyusun laporan keuangan dalam satu
tuhkan aksi konsultan dalam membimbing bentuk yang mengandung dua unsur, yaitu
sesuai dengan aturan yang berlaku. Mela­ unsur pertama adalah akuntansi, dan kedua
ju dalam kebenaran dan tetap mengikuti adalah perpajakan. Fenomena yang tampak
aturan yang ada merupakan tindakan yang dapat terwujud dengan etika keutamaan (vir-
penting untuk mewujudkan tujuan (Brian­ tue ethics) berdasarkan pertimbangan moral,
do & Purnomo, 2019; Detzen, 2018; Della­ norma, dan peraturan yang terinternalisasi
portas, 2013; Larkin, 2015; Pike & Barrain­ dalam diri.
kua, 2015; West, 2017). Sebuah peraturan Pemahaman secara mendalam me­
yang ada hanya akan menjadi sebuah ker­ ngenai permasalahan yang dihadapi adalah
tas kosong bila tidak ada “tindakan” (action). dengan menganalisis dan memprediksikan
Artinya, pada dasarnya keputusan untuk risiko, serta pertimbangan lain yang diper­
melakukan sesuai dengan aturan ada di lukan untuk mengatasi permasalahan yang
sisi konsultan bisnis. Keahlian (kompetensi) ada. Permasalahan yang ada biasanya tim­
yang dimiliki konsultan bisnis berupa pe­ bul dari faktor internal perusahaan seperti
ngetahuan yang mendalam dapat diperoleh struktur hanya terdiri dari pemilik, direksi,
dengan pengalaman dan pelatihan ataupun staf dan dipengaruhi juga oleh time sche­
pendidikan yang merupakan salah satu wu­ dule pemeriksaan atau pelayanan bisnis
jud “kesadaran profesi”, sesuai yang tercer­ serta tidak didukungnya sarana akomodasi
min dari kata-kata “kode etik” “norma atau yang menunjang. Konsultan bisnis harus
kaidah”. membuat siasat untuk menghadapi segala
Melalui apa yang telah diungkapkan kemung­kinan yang ada agar terhindar dari
di atas, kesadaran tersebut terangkum da­ rasa dilema. Dilema yang dirasakan mem­
lam empat elemen kesatuan kesadaran, ya­ buat sorang konsultan bisnis mencari ber­
itu: kesadaran spiritual, sosial, hukum, dan bagai cara untuk menghilangkannya. Dalam
profesi. Semua aspek kesatuan kesadaran hal ini siapa pun pasti tidak ingin merasakan
124 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 109-126

dilema berkepanjangan. Konsultan bisnis Bordeman, A., & Westermann, K. D. (2019).


pun demikian. Konsultan bisnis mengatasi The Professional Ethics Exam and Acts
rasa dilema dalam berbagai macam pertim­ Discreditable: An Introductory Assign­
bangan seperti harus memahami peratur­ ment. Issues in Accounting Education,
an PSAK dan UU secara baik akan menja­ 34(4), 39-53. https://doi.org/10.2308/
di hal kunci utama baginya. Maka dari itu, iace-52545
konsultan bisnis harus mendalami peratur­ Briando, B., & Purnomo, A. P. (2019). Etika
an sehingga konsultan akan secara mudah Profetik bagi Pengelola Keuangan
melakukan pemilihan celah yang akan digu­ Negara. Jurnal Akuntansi Multipara-
nakan untuk planning laporan keuangan. digma, 10(2), 342-364. https://doi.
Keterbatasan penelitian ini ialah dalam org/10.18202/jamal.2019.08.10020
pengambilan informan penelitian (key infor- Christopher, A., Brazel, J. F., Hatfield, R. C.,
mant) atau yang biasa disebut dengan istilah & Jackson, S. B. (2010). How Do Au­
partisipan yang terlibat. Seluruh informan dit Workpaper Reviewers Cope with the
ialah konsultan bisnis yang bersifat ekster­ Conflicting Pressures of Detecting Mis­
nal, dan tidak memiliki waktu luang yang statements and Balancing Client Work­
cukup lama dikarenakan mobilitas yang be­ loads? Auditing: A Journal of Practice
gitu tinggi. Penelitian dengan tema ini akan & Theory, 29 (2), 27–43. https://doi.
dirasa lebih baik jika seorang peneliti dapat org/10.2308/aud.2010.29.2.27
memastikan ketersediaan waktu yang dimi­ Cohen, A., & Sayag, G. (2010). The Effective-
liki informan cukup lama, agar dapat me­ ness of Internal Auditing: An Em­
mahami seluruh dampak dilema atas hasil pirical Examination of Its Determi­
pelaksanaan akuntabilitas ekonomi. nants in Israeli Organisations. Aus-
tralian Accounting Review, 20(3), 54.
DAFTAR RUJUKAN https://doi.org/10.1111/j.1835-
Amiruddin. (2019). Mediating Effect of Work 2561.2010.00092.x
Stress on the Influence of Time Pressure, Conklin, T. A. (2014). Phenomenology Redux:
Work–Family Conflict and Role Ambigu­ Doing Phenomenology, Becoming Phe­
ity on Audit Quality Reduction Behav­ nomenological. Organization Manage-
ior. International Journal of Law and ment Journal, 11(2), 116-128. https://
Management, 61(2), 434-454. https:// doi.org/10.1080/15416518.2014.9299
doi.org/10.1108/IJLMA-09-2017-0223 35
Annisette, M. (2017). Discourse of the Pro- Correa, C., & Larrinaga, C. (2015). Engagement
fessions: The Making, Normalizing and Research in Social and Environmen­
Taming of Ontario’s “Foreign-Trained tal Accounting. Sustainability Account-
Accountant”. Accounting, Organizations ing, Management and Policy Journal,
and Society, 60, 37-61. https://doi. 6 (1), 5–28. https://doi.org/10.1108/
org/10.1016/j.aos.2017.06.006 SAMPJ-09-2014-0058
Arestanti, M. A., Herawati, N., & Rahmawati, Dellaportas, S. (2013). Conversations with In-
E. (2016). Faktor-Faktor Internal Indi­ mate Accountants: Motivation, Oppor­
vidual dalam Pembuatan Keputusan tunity and the Fraud Triangle. Account-
Etis: Studi pada Konsultan Pajak di ing Forum, 27(1), 29-39. https://doi.
Kota Surabaya. Jurnal Akuntansi dan org/10.1016/j.accfor.2012.09.003
Investasi, 17(2), 104–117. https://doi. Detzen, D. (2018). A “New Deal” for the Pro-
org/10.18196/1201 fession: Regulatory Initiatives, Chang­
Assydiq, G. G. G. (2013). Dimensi Pelanggaran ing Knowledge Conceptions and the
Etika Praktik Akuntansi. Jurnal Committee on Accounting Procedure.
Akuntansi Multiparadigma, 4(2), 216- Accounting, Auditing & Accountability
237. https://doi.org/10.18202/ja­ Journal, 31(3), 970-992. https://doi.
mal.2013.08.7194 org/10.1108/AAAJ-06-2016-2584
Blankley, A. I., Hurtt, D. N., & MacGregor, Dillard, J., & Brown, J. (2015). Broadening
J. E. (2014). The Relationship between Out and Opening Up: An Agonistic At­
Audit Report Lags and Future Restate­ titude toward Progressive Social Ac­
ments. AUDITING: A Journal of Practice counting. Sustainability Accounting,
& Theory, 33(2), 27-57. https://doi. Management and Policy Journal, 6(2),
org/10.2308/ajpt-50667 243-266. https://doi.org/10.1108/
SAMPJ-09-2014-0055
Saputro, Riharjo, Ardini, Dilema Etis Akuntabilitas dalam Keputusan Bisnis... 125

Goretzki, L., & Messner, M. (2019). Backstage tional Change: A Case Study of a Ma­
and Frontstage Interactions in Ma­ laysian Business School. Education +
nagement Accountants’ Identity Work. Training, 55(6), 500-519. https://doi.
Accounting, Organizations and Society, org/10.1108/ET-07-2012-0074
74, 1-20. https://doi.org/10.1016/j. Noviari, N., & Suaryana, I. G. N. A. (2018).
aos.2018.09.001 Dampak Budaya Etis Organisasi dan Si­
Himick, D., Brivot, M., & Henri, J. F. (2016). fat Macheavellian pada Keputusan Etis
An Ethical Perspective on Account­ Konsultan Pajak di Provinsi Bali. Akun­
ing Standard Setting: Professional and tabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi, 11(2),
Lay-Experts’ Contribution to GASB’s 349–368. https://doi.org/10.15408/
Pension Project. Critical Perspectives akt.v11i2.8806
on Accounting, 36, 22-38. https://doi. Noviriani, E., Ludigdo, U., & Baridwan, Z.
org/10.1016/j.cpa.2015.12.002 (2015). Studi Fenomenologi atas Dile­
Husserl, E. (1970). The Crisis of European ma Etis Auditor Internal Pemerintah.
Sciences and Transcendental Phenome- Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 19(2),
nology: An Introduction to Phenomeno- 217-240. https://doi.org/10.24034/
logical Philosophy. Northwestern Uni­ j25485024.y2015.v19.i2.86
versity Press Parker, L. D., & Warren, S. (2017). The Pre-
Jackson, J. (2014). Accounting “Boot Camp”. sentation of the Self and Professional
Journal of Accounting Education, 32(1), Identity: Countering the Accountant’s
88-97. https://doi.org/10.1016/j.jac­ Stereotype. Accounting, Auditing & Ac-
cedu.2014.01.004 countability Journal, 30(8), 1895-1924.
Janin, F. (2017). When Being a Partner Means https://doi.org/10.1108/AAAJ-09-
More: The External Role of Football Club 2016-2720
Management Accountants. Management Pietsch, C. P. R., & Messier, W. F. (2017). The
Accounting Research, 35, 5-19. https:// Effects of Time Pressure on Belief Revi­
doi.org/10.1016/j.mar.2016.05.002 sion in Accounting: A Review of Relevant
Jenkins, J. G., & Stanley, J. D. (2019). A Literature within a Pressure-Arous­
Current Evaluation of Independence al-Effort-Performance Framework. Be-
as a Foundational Element of the Au­ havioral Research in Accounting, 29(2),
diting Profession in the United States. 51-71. https://doi.org/10.2308/bria-
Current Issues in Auditing, 13(1), 17-27. 51756
https://doi.org/10.2308/ciia-52357 Pike, M. E., & Barrainkua, I. (2015). An Ex-
Kamath, R., Huang, T. C., & Moroney, R. A. planatory Study of the Pressures and
(2018). Auditor Rotation and Perceived Ethical Dilemmas in the Audit Con­
Competence and Independence: The flict. Spanish Accounting Review, 19(1),
Effect of Fees and Industry Specializa­ 10-20. https://doi.org/10.1016/j.
tion. Journal of International Accounting rcsar.2014.10.001
Research, 17(3), 153-175. https://doi. Pokropski, M. (2019). Phenomenology and
org/10.2308/jiar-52227 Mechanisms of Consciousness:
Larkin, J. M. (2015). The Ability of Internal Considering the Theoretical Inte­
Auditors to Identify Ethical Dilem­ gration of Phenomenology with a
mas. Journal of Business Ethics, Mechanistic Framework. Theory & Psy-
23, 401-409. https://doi.org/10.1023/ chology, 29(5), 601–619. https://doi.
A:1006150718834 org/10.1177/0959354319868769
Liu, G., & Ren, H. (2017). Ethical Team Lead- Puyou, F. R. (2018). Systems of Secrecy:
ership and Trainee Auditors’ Likelihood Confidences and Gossip in Management
of Reporting Client’s Irregularities. Accountants’ Handling of Dual Role
Journal of Financial Crime, 24(1), 157- Expectations and MCS Limitations.
175. https://doi.org/10.1108/JFC-02- Management Accounting Research, 40,
2016-0012 15-26. https://doi.org/10.1016/j.
Nga, J. K. H., & Mun, S. W. (2013). The Per- mar.2018.01.001
ception of Undergraduate Students Rante, A., Rosidi, R., & Djamhuri, A. (2014).
towards Accountants and the Role Sistem Akuntansi Manajemen, Gaya
of Accountants in Driving Organiza­ Kepemimpinan, dan Desentralisasi se­
126 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 109-126

bagai Determinan Kinerja Manajerial. 12-21. https://doi.org/10.1016/j.adi­


Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 5(1), ac.2018.06.002
56-66. https://doi.org/10.18202/ja­ Svanberg, J., & Öhman, P. (2013). Auditors’
mal.2014.04.5005 Time Pressure: Does Ethical Culture
Reraja, F., & Sudaryati, E. (2019). Karakter Support Audit Quality? Managerial Au-
Akuntan dalam Filosofi Adigang, Adi­ diting Journal, 28(7), 572-591. https://
gung, Adiguna. Jurnal Akuntansi Multi- doi.org/10.1108/MAJ-10-2012-0761
paradigma, 10(3), 482-501. https://doi. Wen, W. (2019). The Institutionalisation of
org/10.21776/ub.jamal.2019.10.3.28 Commercialism in the Audit Profession:
Reynolds, J. (2016). Phenomenology and How Auditors Constitute the Commer­
Naturalism: A Hybrid and Hereti­ cial Self in a Large Chinese Audit Firm.
cal Proposal. International Journal of Journal of Accounting in Emerging Econ-
Philosophical Studies, 24(3), 393-412. omies, 10(2), 191-205. https://doi.
https://doi.org/10.1080/09672559.20 org/10.1108/JAEE-02-2019-0049
16.1175106 West, A. (2017). The Ethics of Professional
Riduwan, A., & Andayani. (2018). Peran Accountants: An Aristotelian Perspec­
Akuntansi dalam Pertanggungjawaban tive. Accounting, Auditing & Accountabil-
Sosio-Ekologi. Jurnal Akuntansi Multi- ity Journal, 30(2), 328-351. https://doi.
paradigma, 9(2), 205–222. https://doi. org/10.1108/AAAJ-09-2015-2233
org/10.18202/jamal.2018.04.9012 Wu, Z. (2018). The Problem of Origin in Hus-
Schneider, T., Michelon, G., & Maier, M. (2017). serl’s Phenomenology. Comparative and
Environmental Liabilities and Diversity Continental Philosophy, 10(1), 21-34.
in Practice under International Finan­ https://doi.org/10.1080/17570638.20
cial Reporting Standards. Accounting, 18.1460066
Auditing & Accountability Journal, 30 Yuen, D. C. Y., Law, P. K. F., Lu, C., & Guan, J. Q.
(2), 378–403. https://doi.org/10.1108/ (2013). Dysfunctional Auditing Be­
AAAJ-01-2014-1585 haviour: Empirical Evidence on Audi­
Single, L., Donald, S., & Almer, E. (2018). The tors’ Behaviour in Macau. Internation-
Relationship of Advocacy and Mentor­ al Journal of Accounting & Information
ship with Female Accountants’ Career Management, 21(3), 209-226. https://
Success. Advances in Accounting, 42, doi.org/10.1108/IJAIM-12-2012-0075

Anda mungkin juga menyukai