Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PENDAPATAN DAERAH DALAM UPAYA PELAKSANAAN OTONOMI

DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Pendapatan Daerah dalam Upaya
Pelaksanaan Otonomi Daerah di Provinsi Sumatera Utara”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Mulyo Hendarto Robertus, M.S.
dan Drs. Y. Bagio Mudakir, M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Regional
studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang membantu
kami dalam penulisan makalah.

Sebagai mahasiswa/i, kami menyadari terdapat banyak kekurangan di dalam


penyusunan makalah baik dari segi bahasa, susunan kalimat, isi dan lain sebagainya sehingga
masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, kami
menerima kritik maupun saran yang membangun dari pembaca demi kebaikan penyusunan
materi di makalah ini.

Harapan kami dengan makalah ini adalah dapat meningkatkan minat dalam literasi
terkhusus di bidang ekonomi regional. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan
terimakasih.

Semarang, 03 Oktober 2021

Penulis
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar
72.981,23 km2 yang dibagi menjadi 25 Kabupaten, 8 Kota, 325 Kecamatan dan 5.456
Kelurahan/Desa (BPS, 2020). Luasnya wilayah Provinsi Sumatera Utara yang dilihat
dari banyaknya jumlah kabupaten/kota serta penduduk menjadi salah satu potensi
dalam mempercepat proses pembangunan sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah
di Provinsi Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaannya, setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda
untuk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan dikelola dengan baik,
maka setiap daerah/wilayah harus memilih sektor ekonomi unggulan/potensial
(Devi,2014). Salah satu cara untuk mengetahui penentuan sektor potensial yang dapat
di lakukan adalah dengan kebijakan otonomi daerah.
Provinsi Sumatera Utara memiliki kewenangan untuk mengelola keuangannya
sendiri, termasuk dalam menggali potensi pendapatan daerah. Pembangunan ekonomi
dalam jangka panjang yang diikuti pertumbuhan pendapatan, akan membawa suatu
perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, yaitu pergeseran dari ekonomi
tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang
didominasi oleh sektor-sektor non-primer seperti sektor industri. Jika hal ini dikaitkan
dengan kondisi di Provinsi Sumatera Utara, luasnya wilayah dan kayanya hasil
pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, dan hasil hutan merupakan modal
bagus untuk menyokong sektor industri manufaktur atau industri pengolahan.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak tumbuh secara bersamaan. Tetapi
akan butuh waktu yang berbeda untuk berkembang di setiap daerahnya. Jika
pertumbuhan itu terjadi, maka daerah di sekitarnya akan mulai mengikuti dan
diharapkan dapat menciptakan multiplier effect yang akan berdampak pada minat
pelaku usaha dimana kegiatan tersebut akan merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi
lainnya.
Skala nasional, peningkatan pendapatan dicerminkan pada Produk Nasional
Bruto (PNB), sedangkan daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
(Sri Budhi, 2013). PDRB umumnya digunakan dalam menghitung suatu pencapaian
ekonomi daerah tertentu, dimana PDRB merupakan suatu nilai tambah satu periode
yang biasanya satu tahun dari barang dan jasa yang dihasilkan (Purnama, 2012).
Berdasarkan UU RI No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pada pasal 17
sumber pendapatan asli daerah terdiri atas: a) Pendapatan Asli Daerah yang
selanjutnya disebut PAD, yaitu : 1) Hasil pajak daerah, 2) Hasil retribusi daerah, 3)
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,dan lain-lain PAD yang sah; b)
Dana perimbangan ; c) Lain-lain pendapatan PAD yang sah.
Dari ketiga sumber pendapatan tersebut yang menjadi salah satu kriteria dalam
pelaksanaan otonomi daerah adalah pendapatan asli. Pendapatan asli Daerah
merupakan sumber penerimaan keuangan daerah yang digali dari potensi yang
dimiliki daerah yang bersangkutan meliputi : pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah.
Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam
UU No. 32 tahun 2004 diharapkan dapat meningkatkan daya dan hasil guna bagi
penyelenggaraan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat sebagai
Daerah Otonom, yang memiliki kewenangan dan tanggung-jawab untuk
menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi,
transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.
1.2 Permasalahan Intra Regional
Untuk mengoptimalkan potensi yang ada, Provinsi Sumatera Utara diberi
wewenang dalam mengatur pembangunan daerahnya sendiri. Pembangunan ini
bertujuan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diwujudkan melalui
pembangunan sektor ekonomi unggulan. Pada pelaksanaannya, pendapatan daerah
menjadi modal utama terhadap pembangunan tersebut. Oleh karena itu, merupakan
tugas pemerintah daerah dalam mengelola pengalokasian pendapatan daerah untuk
mengembangkan sektor unggulan yang ada dan membangun sektor-sektor baru. Maka
dirumuskan beberapa permasalahan terkait permasalahan intra regional yang dikaji
yaitu :
- Darimanakah sumber pendapatan daerah Provinsi Sumatera Utara ?
- Bagaimana alokasi pendapatan daerah serta distribusinya pada setiap sektor dalam
rangka pembangunan daerah Provinsi Sumatera Utara ?
- Sektor apa saja yang memiliki kontribusi paling besar melalui alokasi pendapatan
daerah dalam pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan sebagai jawaban dari permasalahan intra regional
yang diangkat dalam makalah ini yaitu untuk :
- Mengetahui sumber pendapatan daerah Provinsi Sumatera Utara beserta
pembagian dari setiap jenis pendapatannya
- Mengetahui distribusi dari alokasi pendapatan daerah pada setiap sektor yang ada
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah Provinsi Sumatera Utara
- Mengetahui sektor apa saja yang berkontribusi paling besar dalam pertumbuhan
ekonomi daerah Provinsi Sumatera Utara melalui alokasi pendapatan daerah
dilihat dari PDRB lapangan usahanya

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah unit analisis
sektoral dimana fokus utama pada sektor – sektor yang ada di Provinsi Sumatera
Utara.
2. METODE PENELITIAN
3. LANDASAN TEORI
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Melalui alokasi pendapatan daerah mengindikasikan adanya pembangunan
sektor ekonomi unggulan di beberapa wilayah dari 33 kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Sumatera Utara. Dapat diketahui sumber-sumber pendapatan asli daerah itu
berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah.
Pembangunan ekonomi Provinsi Sumatera Utara membawa suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi, yaitu pergeseran dari ekonomi tradisional dengan
pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-
sektor non-primer seperti sektor industri. Hal ini dapat dilihat dari sektor yang
awalnya berkontribusi paling besar menurut lapangan usaha adalah Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan dengan total 21,34% kemudian diikuti peningkatan
kontribusi terbesar menurut jenis lapangan usaha berupa Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor oleh Kota Medan yang mampu
menghasilkan nilai tambah ADHB sebesar 153,14 triliun rupiah, atau memberikan
kontribusi sebesar 18,88% terhadap total nilai PDRB Sumatera Utara. Hampir sama
dengan pertumbuhan industri pengolahan, pertumbuhan lapangan usaha perdagangan
juga sangat terdampak akibat terjadinya pandemi covid-19. Semua daerah perkotaan
mengalami kontraksi kecuali Kota Gunungsitoli yang tumbuh sebesar 3,12%. Semua
daerah perkotaan mengalami kontraksi kecuali Kota Gunungsitoli (tumbuh sebesar
0,38 persen) yang berada di Kepulauan Nias.

5.2 Keterbatasan
Dalam penulisan makalah ini, adanya beberapa aspek yang tidak dapat
dicantumkan oleh karena keterbatasan data sehingga tidak disajikan secara lebih rinci.
Hal ini ditunjukkan pada kondisi dimana adanya ketidakmerataan dalam konteks
sebaran data PDRB per kapita menurut kabupaten/kota dianggap sebagai ketimpangan
pendapatan. Selain itu adapun faktor yang menyebabkan sulitnya pengukuran
pendapatan daerah adalah bahwa perekonomian daerah lebih terbuka daripada
nasional sehingga batas-batas daerah sulit untuk dibuat secara tegas karena adanya
kesatuan budaya, politik, dsb.

5.3 Saran/ Rekomendasi


Dengan mengetahui permasalahan intra regional dari pembahasan yang telah
ditulis pada bagian Hasil dan Pembahasan, diharapkan adanya transparansi dalam
ketersediaan data sehingga mampu menghasilkan perhitungan dan pengukuran yang
lebih akurat serta interpretasi yang sahih.

Anda mungkin juga menyukai