Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN :
PENEGAKKAN HUKUM DI INDONESIA

Disusun oleh :
Wisnu Agung Syeh Akbar 202010110311073
Muhammad Haykal Basier 202010110311078
Muhammad Iqbal Ifansyach 202010110311080
Sephia Auliya Widodo 202010110311094
Berlian Dwi Kusuma Defi 202010110311111
Muhammad Nabil Fauzan 202010110311114
Pulung Putra Pratama 202010110311117
Aisya Oktavia Azahraa 202010110311121

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................3

1.2 Permasalahan.................................................................................................................3

1.3 Tujuan............................................................................................................................4

BAB II Pembahasan................................................................................................................5

2.1 Hukum...........................................................................................................................5

2.1.1 Substansi Hukum (Legal Substance)......................................................................6

2.1.2 Struktur Hukum......................................................................................................6

2.1.3 Budaya Hukum.......................................................................................................7

2.2 Penegakkan Hukum Di Indonesia.................................................................................7

2.2.1 Kasus.......................................................................................................................8

2.2.2 Solusi......................................................................................................................9

BAB III Kesimpulan.............................................................................................................11

Daftar Pustaka.......................................................................................................................12

4
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum, hal tersebut juga dipertegas dalam pasal 1 ayat
(3) UUD 1945 setelah amandemen ketiga yang berbunyi :

“Negara Indonesia adalah negara hukum”

Penegasan ketentuan konstitusi ini bermakna, bahwa segala aspek kehidupan dalam
kemasyarakatan, kenegaraan, dan pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum.
Untuk mewujudkan negara hukum salah satunya diperlukan perangkat hukum yang
digunakan untuk mengatur keseimbangan dan keadilan di segala bidang kehidupan dan
penghidupan rakyat melalui peraturan perundang-undangan dengan tidak
mengesampingkan fungsi yurisprudensi. Hal ini diperlihatkan bahwa undang-undang
memiliki peranan yang penting dalam negara hukum Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan oleh founding father pada tangggal 17


agustus 1945 adalah awal pemberlakuan hukum nasional yang didasarkan pada landasan
ideologi dan konstitusi negara yaitu Pancasila dan UUD 1945. Pada awal kemerdekaan,
Indonesia belum memiliki hukum yang bersumber dari nilai-nilai yang hidup dimasyarakat
yang berlaku secara nasional namun berdasarkan pertimbangan politik dan nasionalisme,
segala peraturan perundang-undangan yang berlaku pada masa kolonial Belanda masih
tetap berlaku melalui proses nasionalisasi, sepanjang sesuai dengan kebutuhan sebuah
negara yang merdeka, berdaulat, dan religious.

1.2 Permasalahan
1. Kondisi penegakkan hukum di Indonesia saat ini
2. Faktor-faktor penyebab keadilan sulit ditegakkan di Indonesia.

5
3. Solusi masalah penegakkan hukum di Indonesia.

1.3 Tujuan
Tujuan makalah adalah penulis ingin mengetahui kondisi penegakkan hukum di
Indonesia dan bagaimana solusi yang dapat digunakkan untuk mengatasi masalah
penegakkan hukum di Indonesia.

6
BAB II
Pembahasan
Salah satu indikator negara hukum adalah keberhasilan dalam penegakan hukumnya.
Dikatakan berhasil karena hukum yang telah diaturnya, sudah seharusnya dan sudah
waktunya, dijalankan dan ditaati oleh seluruh elemen masyarakat.

2.1 Hukum
Secara sederhana, hukum adalah peraturan yang mengatur norma dan sanksi dari setiap
pelanggaran yang dilakukan. Salah satu fungsi hukum merupakan alat penyelesaian
sengketa atau konflik, disamping fungsi yang lain sebagai alat pengendalian social dan alat
rekayasa sosial. Guna terciptanya ketertiban didalam masyarakat diperlukan suatu tatanan.
Hukum sebagai salah satu bentuk tatanan disamping kebiasaan dan kesusilaan, berperan
besar dalam terciptanya ketertiban. Hukum disini adalah hukum tertulis seperti peraturan
perundang-undang, putusan hakim (jurisprudensi), perjanjian (traktat).

Dalam menghakimi pelanggaran-pelanggaran hukum untuk persoalan pidana masih


merujuk kepada KUHP. Kitab hukum ini dinilai sudah tidak kontekstual dan akomodatif.
Ada beberapa aspek yang bisa diamati tentang eksistensi dari kitab hukum ini, yakni: 1)
dari aspek pembuatnya, KUHP diproduk olek pemerintah kolonial Belanda yang berkuasa
saat itu. Bukan oleh orang Indonesia sendiri. 2) aspek kultur, bahwa kultur orang Belanda
berbeda dengan kultur orang Indonesia. 3) aspek materi, KUHP secara tertulis masih
terdapat kelemahannya.

Hukum bukan semata-mata hanya rule and logic, tetapi social structure and behavior.
Berangkat dari pemahaman bahwa hukum bukan semata-mata sebagai peraturan dan
logika, tetapi juga terkait dengan struktur dan perilaku sosial, sudah barang tentu akan
membawa hukum dalam ranah tidak asocial.

Dalam berjalannya hukum di Indonesia, Indonesia menganut system hukum civil law
system. Pada perkembangan selanjutnya, sistem hukum yang berlaku tidak selalu
dipengaruhi civil law system. Terdapat empat dari lima Sistem hukum yang memengaruhi

7
hukum di Indonesia yaitu, civil law system, common law system, socialist law system, dan
traditional lawsystem.
Menurut Lawrence Meir Friedman terdapat tiga unsur dalam sistem hukum, yakni struktur
(Substance) dan kultur hukum (Legal Culture). Kendala penegakan hukum di Indonesia
disebabkan oleh keterpurukkan dalam tiga unsur sistem hukum yang mengalami pergeseran
dari cita-cita dalam UUD 1945. Sebagai sumber hukum tertinggi, UUD 1945 telah
menggariskan dasar bagi terlaksananya pemerintah yang baik (good governance).

2.1.1 Substansi Hukum (Legal Substance)


Idealnya tatanan hukum nasional mengarah pada penciptaan sebuah tatanan hukum
nasional yang bisa menjamin penyelenggaraan negara dan relasi antar warga negara,
pemerintah dan dunia internasional secara baik. Tujuan politik hukum yaitu menciptakan
sebuah sistem hukum nasional yang rasional, transparan, demokratis, otonom, dan responsif
terhadap perkembangan aspirasi dan ekspektasi masyarakat, bukan sistem hukum yang
bersifat menindas, ortodoks, dan reduksionistik.

Seringkali substansi hukum yang termuat didalam suatu produk perundang-undangan


dipengaruhi kepentingan kelompok tertentu. Sehingga hukum yang dihasilkan tidak
resposif terhadap perkembangan masyarakat. Akibat yang lebih luas adalah hukum
dijadikan sebagai alat kekuasaan dan bukan sebagai pengontrol kekuasaan atau membatasi
kesewenangan yang sedang berkuasa.

Menurut Satjipto Rahardjo yang mengutip dari Radbruch, terdapat nilai-nilai dasar dari
hukum, yaitu keadilan, kegunaan dan kepastian hukum. Tidak jarang ketiga nilai dasar
hukum tersebut saling bertentangan dalam penegakan hukum. Bila hal tersebut terjadi maka
yang harus diutamakan adalah keadilan, mengingat tujuan hukum adalah terciptanya rasa
keadilan dimasyarakat.

2.1.2 Struktur Hukum


Struktur hukum merupakan institusionalisasi kedalam beradaan hukum. Struktur hukum
disini meliputi lembaga penegak hukum seperti :

8
1. Kepolisian RI (Polri) UU No. 2 Tahun 2002
2. Kejaksaan RI UU No. 16 Tahun 2004
3. Hakim UU No. 4 Tahun 2004
4. Advokat UU No. 18 Tahun 2003
5. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) UU No. 30 Tahun 2002

2.1.3 Budaya Hukum.


Hukum dalam bentuknya yang asli bersifat membatasi kekuasaan dan berusaha untuk
memungkinkan terjadinya keseimbangan dalam hidup bermasyarakat. Berbeda dengan
kekuasaan yang agresif dan ekspansionis, hukum cenderung bersifat kompromistis, damai
dan penuh dengan kesepakatan-kesepakatan dalam kehidupan sosial dan politik. Konstitusi
sendiri mengakui hal tersebut, yakni dalam perkembangan masyarkat dan prinsip negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-undang”.

2.2 Penegakkan Hukum Di Indonesia


Montesquieu membagi kekuasaan dalam tiga bidang yakni eksekutif, yudikatif, dan
legislatif yang selanjutnya dikenal dengan Trias Politika. Indonesia berdasarkan UUD 1945
tidak menganut paham Trias Politika. Meski demikian pelembagaan berbagai kekuasaan
negara menunjukkan dengan tegas bahwa para perumus UUD 1945 sangat dipengaruhi oleh
ajaran Trias Politika.

Proses penegakkan hukum di Indonesia masih diskriminatif dan tidak konsisten serta
parameter yang digunakan tidak objektif dan cenderung mengedepankan kepentingan
kelompok tertentu. Permasalahan hukum yang terjadi di Indonesia, sudah mencapai titik
nadir. Hal ini ditandai dengan sudah tidak percayanya rakyat terhadap realisasi hukum
positif di Indonesia, terutama dalam penegakkan hukum positif itu sendiri. Ketika
berasumsi bahwa sarjana hukum selalu berorientasi pada perilaku yang dipandu oleh
hukum, ternyata kerusakan hukum sebagian besar disebabkan oleh ulah para sarjana hukum
sendiri.

9
Penegakkan hukum di Indonesia saat ini masih jauh dari harapan. Suatu gambaran
diperoleh dalam penegakkan hukum di Indonesia, yakni hukum akan ditegakkan manakala
pihak-pihak yang terlibat adalah masyarakat lemah. Namun hukum akan kehilangan
fungsinya manakala pihak yang terlibat menyangkut atau ada sangkut pautnya dengan
oknum aparat penegak hukum, penguasa dan pengusaha (orang kaya). Berdasarkan hal
tersebut bisa disimpulkan bahwa hukum Indonesia tajam kebawah dan tumpul keatas,
hukum di Indonesia juga dapat diperjual-belikan.

Ketika hukum menjadi komoditas bisnis maka tidak terelakan adanya “pertukaran
antara penawaran dan permintaan”. Hal ini jelas sangat berbeda bila menceritakan hukum
sebagai institusi moral; dimana penegak hukum tidak mudah terjebak oleh tarikan
kepentingan ekonomi.

Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum mengakibatkan penegakkan hukum tidak


berjalan sebagaimana mestinya. Banyak faktor yang mempengaruhi lemahnya mentalitas
aparat penegak hukum diantaranya lemahnya pemahaman agama, ekonomi, proses
rekruitmen yang tidak transparan dan lain sebagainya. Sehingga dapat dipertegas bahwa
faktor penegak hukum memainkan peran penting dalam memfingsikan hukum. Kalau
peraturann sudah baik, tetapi kulaitas penegak hukum rendah maka akan ada masalah.
Demikian juga, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas penegak hukum baik,
kemungkinan munculnya masalah masih terbuka.

2.2.1 Kasus
2.2.1.1 Nenek Asyani
Diduga mencuri 7 batang kayu jati milik Perum Perhutani. Menurut wanita tua dari
Situbondo, Jawa Timur tersebut, kayu jati itu dulunya ditebang oleh almarhum suaminya
dari lahan mereka sandiri yang kini telah dijual. Namun, pihak Perhutani tetap mengatakan
bahwa kayu jati itu berasal dari lahan milik mereka dan bersikeras memperkarakan ulah
Nenek Asyani itu. Dikarenakan hal ini, sejak bulan Juli-Desember 2014, Nenek Asyani
mendekam di dalam penjara untuk menunggu proses persidangan. Pihak pengadilan
memberikan ancaman maksimal 5 tahun penjara.

10
2.2.1.2 (M) Perempuan Tiongha
(M), perempuan Tiongha beragama Buddha yang tinggal di Tanjungbalai, Sumatera
Utara. M dituduh menodai agama karena mengeluhkan suara toa masjid yang kencang.
Keluhan M kemudian menyebar dengan versi berbeda, hingga berujng pada tindakan
sekelompok orang merusak dan membakar vihara di Tanjungbalai.
Pengadilan memvonis M menodai agama dan menghukumnya satu tahun enam bulan
penjara, adapun delapan orang tersangka perusak dan pembakar vihara hanya dipidana rata-
rata satu bulan 16 hari.

2.2.2.3 Petugas Satpam Divonis Penjara Karena Tak Sengaja Membunuh Pelaku
Pencurian.
Eko Sulistiyono dan Effendi Putra, dua orang petugas satpam di Kota Padang, divonis
penjara karena tak sengaja membunuh Adek Firdaus, terduga pencuri yang masuk di
kawasan Pelabuhan Teluk Bayur. Eko divonis 1 tahun 6 bulan penjara, sedangkan Effendi
Putra divonis 4 tahun 6 bulan penjara. Saat itu Eko dan Effendi melakukan patrol di
Dermaga VII Pelabuhan Teluk Bayur dan memergoki Adek Fiardaus masuk ke area obyek
vital negara.

Adek Firdaus yang menolak diminta untuk meninggalkan lokasi oleh kedua satpam,
mengeluarkan pisau dan menyerang Eko dan Effendi. Tetapi pada saat perkelahian pisau
yang dibawa Adek Firdaus terlepas kemudian diambil alih oleh satu satpam. Perkelahian
tidak berhenti di situ. Adek Firdaus kemudian mengeluarkan golok yang disimpan di
pinggangnya kemudian kembali menyerang kedua satpam di obyek vital tersebut.

2.2.2 Solusi
Adapun solusi yang coba ditawarkan oleh Satjipto Rahardjo melalui gagasan atau ide
hukum progresifnya, kaitannya dengan keterpurukan hukum di Indonesia, yaitu :
Pertama, penggunaan kecerdasan spiritual untuk bangun dari keterpurukan hukum,
memberi pesan penting kepada kita (terutama akademisi dan praktisi hukum) untuk berani
mancari jalan baru (rule breaking) dan tidak membiarkan diri terkekang cara menjalankan
hukum yang lama dan tradisional yang jelas-jelas lebih banyak melukai rasa keadilan.

11
Kedua, pencarian makna lebih dalam hendaknya menjadi ukuran baru dalam
menjalankan hukum dan bernegara hukum. Para skateholder hukum di Indonesia
(akademisi dan praktisi hukum) didorong untuk selalu bertanya kepada nurani tentang
makna hukum lebih dalam. Bagaimana cara bekerjanya hukum dan bagaimana kondisi
hukum di Indonesia,

Ketiga, hukum hendaknya dijalankan tidak menurut prinsip logika saja, tetapi dengan
perasaan, kepedulian, dan semangat keterlibatan (compassion) kepada bangsa kita yang
menderita. Segala daya upaya hendaknya dilakukan untuk bangun dari keterpurukkan dan
sekali lagi perlu menggugat diri yang selama ini mempunyai cara berpikir yang lebih
banyak mendatangkan kesusahan. Sudah semestisnya hukum merupakan instusi yang
berfungsi untuk menjadikan bangsa kita, merasa sejahtera dan bahagia.

12
BAB III
Kesimpulan
Penegakkan hukum tidak hanya terbatas pada penegakan norma-norma hukum saja,
tetapi juga pada nilai-nilai keadilan yang mengandung ketentuan tentang hak-hak dan
kewajiban-kewajiban para subjek hukum dalam lalu lintas hukum.

Penegakkan hukum tidak hanya dimaksudkan untuk menjatuhkan hukuman kepada


setiap pelanggar hukum, penegakkan hukum juga dimaksudkan agar pelaksanaannya harus
selalu berpedoman kepada tata cara dan prosedur yang telah digariskan oleh undang-
undang dengan memperhatikan budaya hukum yang hidup di masyarakat terutama harus
mampu menangkap rasa keadilan yang hidup di masyarakat.

Aparat penegak hukum yang juga merupakan bagian dari masyarakat luas dituntut
untuk senantiasa memperhatikan asas kepentingan umum. aparat penegak hukum harus
selalu peka dan aspiratif terhadap perkembangan masyarakat yang semakin sadar hukum
dan kritis terhadap praktek hukum yang ada.

Hukum tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri tidak atau belum
mencerminkan perasaan atau nilai-nilai keadilan yang hidup di dalam masyarakatnya.
Hukum tidak mungkin menjamin keadilan jika materinya sebagian besar merupakan
warisan masa lalu yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman.

Solusi terbaik untuk menjawab permasalahan tersebut bagi para penegak hukum di
Indonesia adalah pengembalikan permasalahan kepada nilai jati diri bangsa sesungguhnya
yakni Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

13
Daftar Pustaka
Agus Budi Susilo. Penegakkan Hukum yang Berkeadilan dalam Perspektif Filsafat
Hermeneutika Hukum: Suatu Alternatif Solusi Terhadap Problematika Penegakkan Hukum
di Indonesia.

Budiarti Utami Putri. 2020. “Komnas Perempuan: Ada Ketidakadilan Hukum di


Kasus Penodaan Agama”. https://nasional.tempo.co/read/1316509/komnas-perempuan-
ada-ketidakadilan-hukum-di-kasus-penodaan-agama/full&view=ok. Diakses pada 31
Oktober 2020 jam 21.50 WIB.

Dani Durahman. Konfigurasi Politik dalam Penegakkan Hukum di Indonesia.

Dey Ravena. Wacana Konsep Hukum Progresif dalam Penegakkan Hukum di


Indonesia.

Jimly Asshiddiqie. Penegak Hukum.

Luthfia Ayu Azanella. 2020. “Selain Kakek Samirin, Ini 4 Kasus Hukum yang
Sempat Menimpa Lansia”.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/18/213315465/selain-kakek-samirin-ini-4-
kasus-hukum-yang-sempat-menimpa-lansia?page=all. Diakses pada 31 Oktober 2020 jam
21.14 WIB.

Rachmawati. 2020. “2 Satpam Dipenjara Karena Tak Sengaja Bunuh Terduga
Pencuri yang Masuk Obyek Vital Negara”.
https://regional.kompas.com/read/2020/10/26/06070031/2-satpam-dipenjara-karena-tak-
sengaja-bunuh-terduga-pencuri-yang-masuk-obyek?page=all. Diakses pada 31 Oktober
2020 jam 21.33 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai