Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

MODAL SENDIRI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan

Disusun oleh:

Rendra Renaldy Dahlan

(204010210)

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS PASUNDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Modal Sendiri” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori
modal saat ini bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu guru/dosen yang telah


memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang yang kami tekuni. Dan tidak lupa juga kami berterima kasih
kepada kedua orang tua kami yang telah mendukung dan mendoakan kami dalam
membuat makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.

, 18 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Memasuki era globalisasi, perkembangan teknologi informasi sangat


pesat. Seiring engan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi
mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat antar perusahaan. Adanya
persaingan tersebut memasa perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya
sehngga mampu mencapai tujuan utama dari usahanya, yaitu memperoleh
laba yang maksimal. Dengan menghasilkan laba, perusahaan dapat
mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat bersaing
dengan perusahaan lain karena laba tersebut dapat ditanam kembali dan
digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhannya.
Pertumbuhan perusahaan sering dipakai sebagai tolak ukur dalam
menilai perkembangan suatu perusahaan. Di dalam dunia bisnis, pengertian
pertumbuhan menunjukan semakin meningkatnya ukuran dan aktivitas
perusahaan dalam jangka panjang. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur
dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan yang
disebabkan oleh aspek pemasaran perusahaan. Pengukuran yang lain adalah
dengan melihat pertumbuhan laba operasi perusahaan. Dengan melakukan
pengukuran pertumbuhan laba operasi perusahaan, kita dapat melihat aspek
pemasaran perusahaan, dan efiseinsi perusahaan. Pengukuran yang lebih
lengkap selain pengukuran pertumbuhan laba operasi perusahaan adalah
pengukuran pertumbuhan laba bersih perushaan dengan menambah efisiensi
penggunaan modal, dimana inputnya adalah modal dan outpuntya berupa
laba. Pengukuran berikutnya adalah pengukuran pertumbuhan modal sendiri,
yang mempertimbangkan baik keputusan investasi (investment decision, dan
keputusan pembiayaan (financing decision), serta dengan memperhatikan
faktor yang berupa tingkat bunga pinjaman dan tingkat pajak. Pengukuran
yang paling dapat menggambarkan pertumbuhan modal yang lebih tepat
adalah dengan menambahkan keputusan pemberian deviden, selain faktor

1
investment decision, financing decision, tingkat bunga dan tingkat pajak
(Wiyani, et al., 2020).
Pertumbuhan modal sendiri perusahaan merupakkan hasil persentase
dari peningkatan modal sendiri dibandingkan dengan jumlah modal sendiri
sebelumnya (Maryati, 2001)Suatu perusahaan yang mempunyai laju
pertumbuhan tinggi akan mempunyai modal yang cukup untuk membiayai
pertumbuhannya tersebut. Makin cepat tingkat atau laju pertumbuhan
perusahaan, maka makin besar kebutuhan untuk membelanjai pertumbuhan
perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk membelanjai
pertumbuhannya maka perusahaan tersebut makin cenderung untuk menahan
sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh. Faktor – faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri adalah basic erning power (EP),
debt to equity ratio (DER), plowback ratio (PR), interest and tax rate (ITR)
(Brigham, 1996). Makalah ini akan membahas tentang modal sendiri.
Saat ini permodalan properti justru semakin kuat karena properti berani
mengambil resiko melakukan terobosan pemulihan dengan didukung oleh
modal sendiri, pre sales project yaitu dengan sistem penjualan strata title atau
sewa jangka panjang (25 - 30 tahun), yang menggunakan uang cicilan tunai
dari pembeli untuk membiayai pembangunan proyek sampai selesai, serta
joint dengan pengembang lain.
Pertumbuhan sektor properti yang semakin meningkat dapat terlihat
dari hasil studi Pusat Studi Properti Indonesia, tahun 1999 kapitalisasi proyek
properti Rp. 5.028 triliun, naik menjadi Rp. 9,410 triliun tahun 2000, naik lagi
menjadi Rp. 12,853 triliun tahun 2001, dan Rp. 19,543 triliun tahun 2002.
Dan tahun 2003 mencapai Rp. 34,778 triliun. Proyek tersebut mencakup pusat
perbelanjaan, apartemen, perkantoran, kawasan komersial, hotel, perumahan,
ruko atau rukan.
Pengelolaan fungsi keuangan terutama pengelolaan dana merupakan
salah satu unsur penting yang dapat menunjang kelangsungan hidup
perusahaan. Apabila perusahaan dapat melakukan pengelolaan dana dengan
tepat, maka akan didapatkan keuntungan yang optimal. Untuk pemenuhan

2
kebutuhan dana ini dapat diperoleh perusahaan dari luar perusahaan (hutang)
dan dari dalam (modal sendiri) (Bekti, 2006).

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-Macam Modal
1. Modal Sendiri
Menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan bahwa modal sendiri
adalah modal yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal
sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain
sebagainya.
Kelebihan modal sendiri adalah:
a. Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi
sehingga tidak menjadi beban perusahaan;
b. Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana
diperoleh dari setoran pemilik modal;
c. Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan
waktu yang relatif lama;
d. Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang
ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah
seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain.
Kekurangan modal sendiri adalah:
a. Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah
tertentu sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif
terbatas;
b. Perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon
pemilik baru (calon pemegang saham baru) sulit karena
mereka akan mempertimbangkan kinerja dan prospek usahanya;
c. Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang
menggunakan modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah
dibandingkan dengan menggunakan modal asing.
1. Modal Asing (Pinjaman)

4
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya
diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari
pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak
terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan
menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak
manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh.
Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:
a. Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta
maupun pemerintah atau perbankan asing;
b. Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian,
modal ventura, asuransi leasing, dana pensiun, koperasi atau
lembaga pembiayaan lainnya;
c. Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Kelebihan modal pinjaman adalah:
a. Jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan dapat mengajukan
modal pinjaman ke berbagai sumber. Selama dana yang
diajukan perusahaan layak, perolehan dana tidak terlalu sulit.
Banyak pihak berusaha menawarkan dananya ke perusahaan
yang dinilai memiliki prospek cerah;
b. Motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari
menggunakan modal sendiri. Jika menggunakan modal asing,
motivasi pemilik untuk memajukan usaha tinggi, ini disebabkan
adanya beban bagi perusahaan untuk mengembalikan pinjaman.
Selain itu, perusahaan juga berusaha menjaga image dan
kepercayaan perusahaan yang memberi pinjaman agar tidak
tercemar.
Kekurangan modal pinjaman adalah:
a. Dikenakan berbagai biaya seperti bunga dan biaya administrasi.
Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai
berbagai kewajiban untuk membayar jasa seperti: bunga, biaya
administrasi, biaya provisi dan komisi, materai dan asuransi;

5
b. Harus dikembalikan. Modal asing wajib dikembalikan dalam
jangka waktu yang telah disepakati. Hal ini bagi perusahaan
yang sedang mengalami likuiditas merupakan beban yang harus
ditanggung;
c. Beban moral. Perusahaan yang mengalami kegagalan atau
masalah yang mengakibatkan kerugian akan berdampak
terhadap pinjaman sehingga akan menjadi beban moral atas
utang yang belum atau akan dibayar (Kasmir, 2007:91).
3. Modal Patungan
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan
modal usaha dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang
lain. Caranya dengan menggabungkan antara modal sendiri dengan
modal satu orang teman atau beberapa orang (yang berperan sebagai
mitra usaha) (Jackie Ambadar, 2010:15).

B. Fungsi Modal dalam Bisnis


Sejatinya suatu perusahaan dapat beroperasi lebih efisien dengan
didukung oleh keuangan yang stabil dan memiliki modal yang mampu
mencukupi kebutuhan perusahaan. perusahaan akan mampu memenuhi segala
kebutuhan dan kewajibannya dengan tepat waktu apabila didukung oleh
modal yang cukup. Berikut ini adalah beberapa fungsi dari working capital.
1. Saat terjadi krisis, perusahaan akan terlindungi apabila terjadi
penurunan nilai dari harta lancar jika perusahaan memiliki modal yang
cukup.
2. Dengan working capital perusahaan dapat melayani pelanggan
dengan lebih lancar dan cepat apabila perusahaan memiliki persediaan
dalam jumlah yang banyak.
3. Menggunakan modal, perusahaan bisa melunasi semua kewajiban
seperti pinjaman bank dan utang yang dimilik dalam waktu yang
tepat.
4. Dengan adanya modal, perusahaan lebih leluasa memberikan kredit
bagi konsumennya dengan mudah dan menguntungkan.

6
5. Semua aktivitas perusahaan baik internal maupun eksternal dapat
berjalan dengan lancar karena dipengaruhi oleh kondisi keuangan
perusahaan.
6. Dengan adanya modal dapat menjamin kelancaran operasional
perusahaan.
7. Modal yang cukup dapat menutuoi kerugian yang terjadi dalam
perusahaan tanpa memengaruhi kondisi keuangan perusahaan.
8. Dalam menjalankan suatu bisnis tak lepas dari peran anggota, dengan
ketersediaan modal dapat memenuhi hak pekerja dalam hal gaji,
tunjangan bahkan asuransu keselamatan kerja (Anon., n.d.)

C. Modal Sendiri
Munawir (2001) menyebutkan modal adalah hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal
saham), surplus dan laba yang ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh utang-utangnya.
Modal sebagai salah satu faktor produksi semakin dominan perannya
sejalan dengan perkembangan teknologi dan semakin jauhnya spesialisasi
dalam perusahaan. Masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan
yang sangat penting, mengingat modal sangat dibutuhkan untuk menjalankan
roda usaha perusahaan sehingga bila perusahaan mengalami kekurangan
modal, kontinuitas usaha akan terhambat. Bagi perusahaan masalah
permodalan merupakan masalah yang tidak akan berakhir, karena masalah
modal mengandung banyak aspek. Menurut Riyanto (1995) modal adalah
kekayaan atau investasi yang dioperasikan untuk menghasilkan laba dan
sebagai sumber dana untuk mengadakan investasi.
Definisi modal menurut Sartono (1996) adalah bagian dari neraca suatu
perusahaan yaitu merupakan elemen dari aktiva seperti kas,piutang,
persediaan bahan, tanah, gedung, peralatan pabrik, dan lain-lain. Tetapi
modal dapat sebagai elemen dari passivanya, yaitu sumber di mana diperoleh
modal berupa hutang jangka panjang dan modal sendiri.

7
Menurut Husnan (1985) pengertian modal dibagi menjadi dua yaitu
dalam pengertian akuntansi dan dalam pengertian usaha. Modal dalam
pengertian akuntansi diartikan sebagai nilai bersih yang dimiliki oleh
perusahaan yang terlihat dalam perkiraan modal yang berasal dari seseorang
pemilik tunggal, peserta-peserta dalam perusahaan firma, jumlah modal
saham yang di punyai maupun surplus modal, surplus dan cadangan surplus
dari suatu perusahaan. Sedangkan modal dalam pengertian usaha merupakan
kekayaan atau aktiva yang benar – benar dimiliki dalam pelaksanaan kegiatan
usaha, yaitu berupa uang, harta milik berwujud misalnya pabrik,
perlengkapan, merek dagang, hak paten serta hak milik lainnya yang sejenis.
Modal dari asalnya dapat dibedakan menjadi dua: sumber intern
(internal sources) dan sumber ekstern. Sumber intern (internal sources)
merupakan modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam
perusahaan artinya pembelanjaan yang dilakukan perusahaan adalah dengan
kekuatan sendiri disebut pembelanjaan dari dalam perusahaan. Sementara itu,
sumber ekstern merupakan sumber modal yang berasal dari luar perusahaan
dimana upaya pemenuhan kebutuhan modal ini dinamakan pembelanjaan dari
luar perusahaan (eksternal financing). Dana yang berasal dari eksternal
perusahaan adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta
atau pengambil bagian di dalam perusahaan.
Selanjutnya, dana yang berasal dari sumber eksternal terdiri dari modal
asing dan modal sendiri. Modal ini berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
sementara bekerja di dalam perusahaan dan merupakan hutang bagi
perusahaan yang bersangkutan serta pada saatnya harus dibayar baik bunga
maupun pinjaman pokoknya. Modal sendiri, pada dasarnya adalah yang
berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam didalam perusahaan untuk
jangka waktu yang tidak tertentu. Dengan demikian modal sendiri ditinjau
dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu
waktunya. Modal sendiri yang berasal dari sumber internal berbentuk
keuangan yang dihasilkan perusahaan sedangkan yang berasal dari sumber
eksternal berupa modal dari pemilik (Setyani, 2010).

8
Menurut Riyanto (1995), sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam
perusahaan maupun dari luar perusahaan. Sumber dari dalam perusahaan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan sumber yang
berasal dari luar perusahaan adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan. Bagi perusahaan yang tidak berbentuk PT, sumber dari luar yang
berupa modal sendiri adalah tambahan modal disetor.
Modal ekuitas memberikan kontribusi pada stabilitas dan solvabilitas
perusahaan. Modal ini biasanya memiliki sifat permanen, tangguh pada saat –
saat sulit dan tidak memiliki persyaratan dividen wajib. Perusahaan dapat
menginvestasikan pendanaan ekuitas pada aktiva jangka panjang dan
menggunakan modal ini pada usaha yang beresiko tanpa menghadapi
ancaman penarikan modal (John J Wild, et.all, 2005)
Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk PT terdiri
dari. Alex S. Nitisemito (1983 ; 30)
1. Modal Saham
Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh
perusahaan. Bagi PT tersebut modal yang telah diterima dan
ditanamkan dalam perusahaan adalah merupakan modal sendiri yang
bagi PT tersebut akan tetap tertanam dan tidak terikat kapan modal
tersebut akan dikembalikan. Tetapi meskipun demikian bagi pemiliknya
saham tersebut dapat diperjualbelikan. Adapun jenis -jenis dari saham
adalah :
a. Saham Biasa
Saham biasa adalah saham yang prosentase keuntungan
atau kerugiannya sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.
Pemegang saham biasa akan menerima keuntungan sesuai
dengan jumlah saham yang dimilikinya, sebaliknya apabila
perusahan rugi maka pemegang saham akan menanggung
kerugian sesuai jumlah saham yang dimiliki. Pemegang saham
biasanya tidak memiliki kekuatan hukum atas pembagian laba
perusahaan, pemegang saham biasa memiliki hak atas laba
perusahaan hanya jika dilakukan pembayaran dividen kas.

9
Pemegang saham juga dapat menikmati peningkatan harga
pasar, namun mereka sepenuhnya bergantung kepada dewan
direksi dalam hal pengumuman dividen. Menurut Martono
(2004; 236), adapun hak - hak pemegang Saham Biasa adalah :
1) Hak memberikan suara
Pemegang saham biasa merupakan pemilik
perusahaan yang berhak memilih dewan direksi.
Kemudian dewan direksi memilih manajemen yang
menjalankan operasi perusahaan. Ada 2 sistem yang
diberiakukan dalam pemberian suara, yaitu sistem hak
suara mayoritas dan hak suara kumulatif. Dengan
sistem hak suara mayoritas, pemegang saham memiliki
satu suara untuk setiap lembar saham yang dimiliki dan
mereka harus memilih setiap posisi direksi yang
tersedia. Sedangkan dengan sistem hak suara kumulatif,
pemegang saham dapat mengakumulasikan suara dan
memberikan suara tersebut untuk memilih dewan
direksi dibawah jumlah total dewan direksi yang
dipilih.
2) Hak untuk membeli saham baru
Jika perusahaan menerbitkan saham biasa yang
baru, maka pemegang saham biasa harus diberikan hak
untuk memesan saham baru tersebut.
3) Hak memperoleh pembayaran dividen
Dividen yang dibayarkan kepada pemegang
saham biasa didasarkan atas perlembar saham yang
dimiliki dan besamya rasio antara dividen yang
dibayarkan dengan laba bersih setelah pajak (dividen
payout ratio). Besarnya dividen perlembar saham
ditentukan oleh dewan direksi dalam RUPS.
4) Hak atas aktiva setelah pembayaran yang lebih senior
dalam likuidasi.

10
Apabila perusahaan dilikuidasi, maka kewajiban
kepada kreditur harus dipenuhi. Mereka yang memiliki
saham terlebih dahulu akan mendapatkan hak
pembagian aktiva terlebih dahulu.
b. Saham Preferen
Menurut Martono (2004; 230) saham preferen merupakan
pendanaan yang memiliki kombinasi antara hutang dan saham
biasa. Jika terjadi likuidasi, tuntutan atas aktiva berada pada
urutan setelah kreditur namun sebelum pemegang saham biasa.
Dari sisi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen
manfaat utama yang diperoleh adalah bahwa pembayaran
dividen atas saham preferen relatif lebih fleksibel
dibandingkanbunga hutang, karena pembayaran dividen
cenderung bersifat sebagai kebijakan perusahaan.Pada saham
preferen, biaya modal setelah pajak lebih tinggi dibandingkan
dengan biaya modal dari hutang, karena dividen saham preferen
dibayar setelah pajak atau tidak dapat digunakan sebagai
pengurang pajak.
Pada dasarnya ada 2 jenis saham preferen yaitu saham
preferen kumulatif dan saham preferen partisipasi. Pada saham
preferen kumulatif selalu diperhitungkan kewajiban pembayaran
dividennya sebelum membayar dividen ke pemegang saham
biasa. Sedangkan saham preferen partisipasi merupakan saham
preferen dimana pemiliknya juga berhak menerima dividen
tambahan jika pemilik saham biasajuga menerima dividen
tambahan. Ciri utama saham preferen adalah pemegang saham
preferen memiliki prioritas diatas pemegang saham biasa
terhadap laba dan peluang tambahan return jika saham biasa
melebihi jumlah yang ditetapkan. Namun kebanyakan saham
preferen tidak bersifat partisipatif dengan maksimum return
dibatasi sampai tingkat dividen tertentu.
1) Hak pemberian suara

11
Karena pemegang saham preferen memiliki hak
prioritas di atas pemegang saham biasa terhadap aktiva
dan laba, maka pemegang saham preferen tidak
diberikan hak suara. Namun dalam keadaaan
perusahaan tidak dapat membayar dividen saham
misalnya sebanyak 4 kali, maka pemegang saham
preferen diberi hak suara dalam rapat umum pemegang
saham.
2) Penggunaan saham preferendalam pendanaan
Salah satu manfaat dari pendanaan saham
preferen adalah bahwa saham preferen merupakan
rencana pendanaan yang fleksibel. Dividennya
bukanlah kewajiban hukum bagi perusahaaan yang
menerbitkannya. Apabila laba perusahaan menurun dan
keadaan keuangan perusahaan kurang baik
makadividen saham preferen dapat tidak dibayarkan
kepada pemegang saham. Sedangkan apabila kita
memakai hutang dalam pendanaaan, maka bunga
hutang harus tetap dibayar meskipun perusahaantidak
memperoleh laba.
2. Cadangan
Menurut Bambang Riyanto (1995;242) cadangan dimaksudkan
sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh
perusahaan selama beberapa waktu yang lampauatau dari tahun yang
berjalan. Tidak semua cadangan termasuk dalam modal sendiri,
cadangan yang termasuk dalam modal sendiri adalah :
a. Cadangan ekspansi
b. Cadangan modal kerja
c. Cadangan selisih kurs
d. Cadangan untuk menampung hal - hal yang yang tidak diduga
sebelumnya (cadangan umum)

12
Di dalam PT sering pula apa yang disebut "cadangan diam" dan
"cadangan rahasia". Cadangan rahasia adalah cadangan yang besar
jumlahnya tidak tampak dalam neraca dan besar jumlahnya tidak
mudah diketahui. Cadangan diam pada prinsipnya tidak berbeda dengan
cadangan rahasia yaitu besarnya tidak tampak dalam neraca , tetapi
dapat diduga adanya nilai cadangan dalam perusahaan. Adanya
cadangan rahasia terutama dalam hubungannya dengan pembayaran
dividen. Pemegang saham umumnya menghendaki agar seluruh atau
sebagian besar keuntungannya dibagikan dalam bentuk dividen. Tetapi
pimpinan perusahaan menghendaki agar keuntungan itu dapat
dipergunakan untuk perluasan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan
membentuk cadangan rahasia yang tidak diketahui oleh pemegang
saham danpihak luar. Cadangan rahasia dan diam pada prinsipnya dapat
dibentuk dengan cara :
a. Mengadakan penilaian yang lebih rendah pada pos aktiva
daripada nilai yang sebenarnya.
b. Mengadakan penilaian yang lebih tinggi pada pos aktiva
daripada nilai yang sebenarnya.
3. Laba Ditahan
Menurut (Riyanto, 1995, hal 243) keuntungan yang diperoleh
oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan
sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila keuntungan tersebut sudah
mempunyai tujuan tertentu, maka disebut dengan cadangan. Tetapi
apabila keuntungan tersebut belum memiliki tujuan tertentu maka
disebut" keuntungan yang ditahan ".
Laba ditahan bukan berarti menyisihkan uang tunai di laci
perusahaan, tetapi dana tersebut diinvestasikan kembali ke dalam
perusahaan daripada dibayarkan ke pemegang saham. Laba ditahan
merupakan penghasilan yang tidak dibagikan (Lyyn M. Frazer, et.all,
hal 77, 2005)
Adanya keuntungan akan memperbesar retained earning yang
berarti akan memperbesar modal sendiri. Sebaliknya kerugian akan

13
memperkecil modal sendiri. Dengan kata lain saldo laba akan
memperbesar modal sendiri dan saldo rugi akan memperkecil modal
sendiri (Bekti, 2006).

D. Struktur Modal
Struktur Modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka
panjang perusahaan yang ditunjukkkan oleh perbandingan hutang jangka
panjang terhadap modal sendiri (Martono, 2004). Struktur Modal merupakan
masalah yang penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan
perusahaan karena secara langsung akan berakibat pada biaya modal,
keputusan tentang capital budgeting dan harga pasar (Alwi, 1993).
Struktur modal ditentukan oleh perbandingan antara hutang jangka
panjang ditambah hutang jangka pendek dengan modal sendiri yang
digunakan oleh perusahaan. Manajer keuangan hams secara hati - hati
memantau efek struktur modal terhadap profit yang diperoleh. Manajer harus
mampu mencari alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien
akan tercapai bila perusahaan mempunyai strukturmodal yang optimal (Bekti,
2006).
Dalam menentukan struktur modal, manajer bisa menggunakan dua
istilah yaitu low leverage dan high leverage. Low Leverage merupakan
formalisasi untuk proporsi utang lebih rendah daripada proporsi ekuitas.
Misalnya, perusahaan memiliki total aset Rp1.000.000,00 maka manajer akan
mengatur jumlah utang sebesar Rp300.000,00 dan ekuitas sejumlah
Rp700.000,00. Sementara High Leverage terjadi jika proporsi utang lebih
tinggi daripada proporsi ekuitas. Mungkin manajer akan mengatur jumlah
utang sebesar Rp800.000,00 dan ekuitas sebesar Rp200.000,00 dari total aset
sebesar Rp 1.000.000,00
Cara penerapannya akan bervariasi dan bersifat dinamis sesuai jenis
industri. Sebagai contoh, industri pertambangan pada umumnya tidak cocok
dengan struktur modal High Leverage karena profil arus kas tidak dapat
diprediksi dan ada terlalu banyak ketidakpastian mengenai kemampuan untuk

14
membayar utang. Selain itu, kreditur cenderung tidak mau mengambil risiko
tinggi ketika akan meminjamkan dananya kepada perusahaan.
Sebaliknya, jenis industri seperti perbankan dan asuransi menggunakan
struktur modal High Leverage karena model bisnis seperti ini membutuhkan
banyak pendanaan berupa utang dari para nasabah. Untuk menentukan jenis
formulasinya, dibutuhkan riset yang mendalam pada setiap jenis perusahaan.
Formulasi yang digunakan tidak merugikan untuk semua pihak seperti
investor, kreditur, dan perusahaan itu sendiri. Manajer harus mengetahui
faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi keputusan
struktur modal perusahaannya (Anon., n.d.).

E. Teori Struktur Modal


Franco Modigliani dan Merton Miller adalah bapak dari teori
struktur modal (Eugene F. Brigham, Joel F. Houston, 2006;33). Pada tahun
1958, dalam American Economic Review 48 (1958, june) yang berjudul the
cost of Capital, corporate finance, and the teory of investment, mereka
menerbitkan apa yang disebut sebagai salah satu artikel keuangan yang
paling berpengaruh yang pernah ditulis. Mereka berpendapat bahwa struktur
modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM
membuktikan, dengan sekumpulan asumsi yang sangat membatasi, bahwa
nilai sebuah perusahaan tidak terpengaruh oleh struktur modalnya. Atau
dengan kata lain, hasil-hasil MM menunjukkan bahwa tidak menjadi masalah
bagaimana sebuah perusahaan akan mendanai operasinya, sehingga struktur
modal adalah suatu hal yang tidak relevan. MM mengajukan beberapa asumsi
yang tidak realistis, antara lain:
1. Tidak ada biaya pialang.
2. Tidak ada pajak.
3. Tidak ada biaya kebangkrutan.
4. Investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan.
5. Semua investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen
tentang peluang-peluang investasi perusahaan di masa depan.

15
6. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar
(market value).
7. EBIT tidak terpengaruh oleh penggunaan utang.
Asumsi-asumsi MM tentang Struktur Modal Dengan asumsi-asumsi
tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM
tanpa pajak dan preposisi dengan pajak.
1. Model Modigliani-Miller tanpa pajak
Modigliani-Miller mengeluarkan asumsi-asumsi yang
menyatakan :
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan
nilai dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari preposisi I ini
adalah struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan
struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted
average cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak
dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan memadukan hutang dan modal
untuk membiayai perusahaan
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila
perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of
the equity bergantung pada resiko dari operasional perusahaan (business
risk) dan tingkat hutang perusahaan (financial risk).
2. Model Modigliani-Miller (MM) Dengan Pajak
Pada model MM dengan pajak berasumsi bahwa perusahaan
dikenakan pajak penghasilan. Dengan adanya pajak penghasilan, MM
menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan nilai perusahaan karena biaya hutang adalah biaya yang
akan mengurangi pembayaran pajak (Lukas, 2006: 254). Teori MM
dengan pajak ini terdapat dua preposisi yaitu:
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan
nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan
penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini
adalah pembiayaan engan hutang sangat menguntungkan dan MM

16
menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus
persen hutang.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin
meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar
dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal
saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang
semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan
hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih
murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya
modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata
tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat). Teori MM
tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan
sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam
praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu,
karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin
tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang
melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan
hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya
kebangkrutan.
Perusahaan harus memiliki kemampuan dalam mempertimbangkan
keuntungan dan resiko yang akan dihadapi jika perusahaan itu menambah
hutang sebagai modal maka perusahaan harus siap dengan konsekuensi
pembayaran angsuran pokok ditambah dengan bunganya. Menurut Husnan
dan Enny, teori-teori yang bersangkutan dengan Struktur modal diantaranya:
1. Pendekatan tradisional
Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa
dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak , nilai
perusahaan (atau biaya modal perusahaan bisa dirubah dengan cara
merubah struktur modalnya yaitu B/S).
2. Pendekatan Modigliani dan Miller
Dalam artikel mereka, dua orang ekonomi MM menunjukan bahwa
pendapat pendekatan tradisional adalah tidak benar. Mereka

17
menunjukan kemungkinan munculnya proses arbitrage yang akan
membuat harga saham yang tidak menggunakan hutang maupun yang
menggunakan hutang, akhirnya sama. Proses arbitrage muncul karena
investor selalu lebih menyukai investasi yang memerlukan dana yang
lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan
resiko yang sama pula.
3. Personal tax
Akhirnya faktor personal tax juga akan mempengaruhi apakah sumber
dana yang dipergunakan akan berbentuk modal sendiri ataukah hutang.
Bagi pemodal, penghasilan bersih yang mereka dapat dari investasi
yang mereka lakukan merupakan pembayaran dari perusahaan (dalam
bentuk pembayaran dividen atau bunga obliges), setelah dikurangi
pajak pribadi mereka (personal tax) .
4. Pecking order theory
Menurut Brealey and Myer (2006;263-278) secara ringkas teori ini
menyatakan sebagai berikut:
a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal.
b. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian
deviden dengan kesempatan investasi yang diharapkan, dan
berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran dividen
yang terlalu besar.
c. Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba
yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang
berlebih ataupun kurang untuk investasi.
d. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu.
Penerbitan sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi,
kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal
sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru.
5. Teori Trade-Off
Menurut teori Trade-Off, perusahaan akan berutang sampai pada
tingkat tertentu. Penghematan pajak dari tambahan utang akan sama

18
dengan biaya kesulitan keuangan. Di dalamnya ada biaya kebangkrutan
atau reorganization dan biaya keagenan yang bertambah karena
turunnya kredibilitas perusahaan.
Ada yang menyebut bahwa perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas tinggi akan berusaha mengurangi pajak dengan cara
meningkatkan rasio utang. Padahal, manajer keuangan jarang
memikirkan itu. Rasio utang perusahaan dengan profitabilitas tinggi
biasanya rendah. Jadi, situasi ini tidak sesuai dengan teori Trade-Off.
6. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Dalam teori struktur modal ini disebut pihak-pihak yang terkait
dengan perusahaan tidak memiliki informasi yang sama tentang prospek
dan risiko perusahaan. Ada 2 jenis teori di dalamnya, yaitu Myers dan
Majluf serta Signaling.
Menurut Myers dan Majluf, ada asimetri informasi yang terjadi di
antara manajer dan pihak luar. Manajer memiliki informasi yang
lengkap. Dalam teori Signaling, manajer akan mengkomunikasikan
informasi mengenai perusahaan apabila yakin prospeknya baik dan
ingin saham meningkat.
Manajer bisa menggunakan utang sebagai sinyal karena berutang
dianggap dapat menunjukkan bahwa perusahaan yakin dengan
prospeknya. Investor diharapkan menangkap sinyal tersebut.
7. Teori Keagenan
Berdasarkan teori ini, struktur modal dibuat untuk mengurangi
konflik antara berbagai kepentingan kelompok. Ada kecenderungan
bahwa manajer menahan sumber daya untuk mengontrol sumber daya
tersebut. Nah, utang dinilai dapat mengurangi konflik dengan konsep
free cash flow. Manajer akan dipaksa mengeluarkan kas untuk
membayar bunga jika perusahaan berutang (Ramadhani, 2020).

F. Struktur Modal Optimum


1. Cara Penentuan Struktur Modal Optimal
Menurut Ambarwati (2010;31) ada beberapa cara untuk
menentukan Struktur Modal yang Optimum, diantaranya adalah:

19
a. Pendekatan Laba Operasional Bersih (NOI)
Pendekatan laba operational bersih (NOI) untuk struktur modal
adalah teori struktur modal dengan biaya modal rata-rata
tertimbang dan nilai total perusahaan tetap konstan ketika
leverage, keuangan berubah. Salah satu pendekatan penilaian
laba perusahaan disebut sebagai pendekatan laba operational
bersih (net operating income-NOI).
b. Pendekatan Tradisional
Menurut pendekatan ini struktur modal optimal adalah struktur
modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan dan
karenanya memaksimalkan nilai perusahaan. Pendekatan ini
menyarankan bahwa perusahaan awalnya dapat menurunkan
biaya modal dan meningkatkan nilai totalnya melalui kenaikan
leverage.
2. Cara Lain menentukan Struktur Modal Optimal
Menurut Brigham dan Davis (2006) yang juga dikutip oleh Lukas
ada model lain yang dapat digunakan untuk menentukan struktur
modal optimum. Cara lain dalam menentukan struktur modal optimum
adalah dengan cara (Anon., n.d.) :
a. Menghitung biaya ekuitas pada berbagai tingkat penggunaan
hutang.
b. Menghitung nilai ekuitas pada berbagai tingkat penggunaan
hutang
c. Menghitung total nilai perusahaan pada berbagai tingkat
penggunaan hutang.
d. Struktur modal optimum akhirnya dapat
memaksimumkan nilai perusahaan.

G. Komponen Struktur Modal


Harnanto (2001) mengklasifikasikan struktur permodalan atau sumber
permodalan dalam suatu perusahaan yang pokok dibedakan menjadi : (1)
modal dari pemilik – disebut juga modal sendiri dan (2) modal yang berasal

20
dari kreditur – disebut hutang dan modal asing. Karakteristik utama modal
dari modal sendiri terletak pada :
1. Tidak adanya jaminan atau keharusan untuk pembayarannya kembali
dalam setiap keadaan, dan;
2. Tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali
modal yang disetor.

H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal


Menurut Eugene F. Brigham(1999) adapun faktor- faktor yang
umumnya dipertimbangkan perusahaan ketika mengambil keputusan
mengenai struktur modal antara lain :
1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang stabil akan dapat dengan mudah
untuk memperoleh pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi pula.Perusahaan umum karena tingkat penjualannya lebih stabil
daripada perusahaan industri akan menggunakan lebih banyak leverage.
2. Struktur Aktiva
Perusahaan dengan aktiva yang sesuai untuk dijadikan jaminan kredit
cenderung menggunakan leverage yang tinggi. Sedangkan perusahaan
dalam bidang penelitian teknologi tidak demikian.
3. Leverage operasi
Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung mampu
memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai resiko
yang lebih kecil.
4. Tingkat pertumbuhan
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat akan cenderung untuk
menggunakan hutang yang lebih banyak. Namun pada saat yang sama
perusahaan yang tumbuh dengan pesat akan menghadapi resiko yang
besar dan mengurangi penggunaan hutang.
5. Profitabilitas
Pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan di Amerika yang
menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang tinggi seperti Intel,

21
Microsoft, dan Coca Cola memang tidak memerlukan utang karena
kebutuhan dana mereka dapat dipenuhi dengan dana yang dihasilkan
secara internal.
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan dalam perhitungan
pajak, dan pengurangan tersebut sangat bernilai untuk perusahaan yang
terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak akan
semakin besar manfaat hutang.
7. Pengendalian
Manajemen memilih modal yang memberikan perlindungan terbaik
dalam situasi yang bervariasi. Manajemen akan memilih pembiayaan
dengan hutang jika mempunyai hak suara untuk mengendalikan
perusahaan, tetapi tidak diperkenankan membeli saham tambahan. Di
lain pihak manajemen akan memilih ekuitas jika kondisi keuangan
perusahaan sangat lemah dan akan berpengaruh terhadap jabatan
mereka.
8. Sikap Manajemen.
Sikap manajemen sangat berperan dalam menentukan struktur modal
yang tepat. Sebagian manajemen yang bersifat lebih konservatif akan
menggunakan utang yang relatif kecil, sementara manajemen yang
agresif akan menggunakan banyak utang untuk mendapatkan laba yang
tinggi.
9. Sikap Pemberi Pinjaman.
Sikap manajer dan lembaga penilai peringkat (rating agency) seringkali
mempengaruhi struktur keuangan. Misalnya, perusahaan Moody dan
Standard & Poor diperingatkan oleh rating agency bahwa obligasinya
akan terkena penurunan peringkat jika perum tersebut menerbitkan
lebih banyak obligasi. Oleh karena itu, perusahaan harus membiayai
ekspansinya dengan saham biasa.
10. Kondisi Pasar.

22
Kondisi di pasarsaham dan obligasi mengalami perubahan jangka
panjang dan pendek yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
struktur modal yang optimal.
11. Kondisi Internal Perusahaan.
Perusahaan yang baru menyelesaikan program litbang-nya serta
meramalkan tingkat laba yang lebih tinggi dari sebelumnya dan belum
tercermin dalam harga saham, akan melakukan pembiayaan dengan
hutang sampai kenaikan laba tersebut terealisasi. Kemudian perusahaan
akan menerbitkan saham biasa, dan melunasi hutang, setelah itu akan
kembali pada struktur modal yang ditargetkan.
12. Fleksibilitas Keuangan.
Kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar
dalam keadaan memburuk berarti bahwa manajer harus menyediakan
modal yang mantap untuk operasi yang stabil. Semakin besar kebutuhan
modal di masa yang akan datang dan semakin buruknya konsekuensi
kekurangan modal, maka neracanya harus kuat (Bekti, 2006).
Besar kecilnya struktur modal yang digunakan perusahaan dipengaruhi
oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (Riyanto, 1998):
1. Tingkat bunga
Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur
modal akan mempengaruhi jenis modal apa yang akan digunakan,
apakah menggunakan saham atau obligasi. Penggunaan obligasi hanya
dibenarkan jika tingkat bunga obligasi lebih rendah daripada earning
power dari tambahan modal tersebut.
2. Stabilitas earning
Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan
menentukan apakah perusahan dibenarkan untuk menggunakan modal
dengan beban tetap (utang) atau tidak. Jika perusahaan memiliki
earning yang stabil maka perusahaan akan mampu memenuhi
kewajiban finansialnya; sebaliknya perusahaan yang memiliki earning
tidak stabil akan menghadapi risiko tidak dapat membayar beban bunga
atau angsuran utangnya pada tahun-tahun atau kondisi yang buruk.

23
3. Susunan aktiva
Pada kebanyakan perusahaan industri atau manufaktur di mana
sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan
cenderung mengutamakan penggunaan modal sendiri sedang modal
asing atau utang hanya sebagai pelengkap, sedangkan perusahaan yang
sebagian besar aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek.
4. Risiko aktiva
Risiko yang melekat pada setiap aktiva perusahaan belum tentu sama.
Semakin panjang jangka waktu penggunaannya maka risikonya
semakin besar. Jika perusahaan memiliki aktiva yang peka terhadap
risiko maka perusahaan harus memilih banyak menggunakan modal
sendiri yang relatif tahan risiko dan sedapat mungkin mengurangi
penggunaan modal asing (utang) yang memiliki risiko lebih tinggi
dibanding modal sendiri.
5. Jumlah modal yang dibutuhkan
Jumlah modal yang dibutuhkan atau diperlukan dapat mempengaruhi
struktur modal. Jika modal yang dibutuhkan sangat besar maka
dirasakan perlu bagi perusahaan untuk menggunakan beberapa sekuritas
secara bersamaan; misalnya mengeluarkan saham dan obligasi secara
bersamaan.
6. Keadaan pasar modal
Kondisi pasar sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh
banyak faktor. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh dana melalui
penjualan sekuritas perusahaan harus memperhatikan kondisi pasar
modal. Ketika investor menyukai menanamkan dananya dalam
pembelian saham, maka pada waktu itu perusahaan lebih baik
melakukan penerbitan saham.
7. Sifat manajemen
Bagi manajemen yang optimis terhadap masa depan perusahaan,
umumnya akan berani menangung risiko yang besar (risk seeker),
sehingga akan lebih berani menggunakan utang untuk memenuhi

24
kebutuhan dana perusahaan. Sebaliknya manajer yang bersifat pesimis
dan tidak menyenangi risiko (risk averter) akan lebih suka
menggunakan sumber dana intern untuk memenuhi kebutuhan dananya.
8. Besarnya perusahaan
Suatu perusahaan yang tergolong besar dimana sahamnya tersebar
sangat luas, penambahan saham untuk memenuhi kebutuhan dana tidak
banyak mempengaruhi kekuasaan atau pengendalian pemegang saham
mayoritas. Oleh karena itu, perusahaan besar umumnya lebih menyukai
melakukan penerbitan saham baru untuk memenuhi kebutuhan dananya.

Adapun menurut Brigham dan Houston (2001) besarnya kecilnya


struktur modal atau utang suatu perusahaan ditentukan oleh empat faktor
berikut (Waskito, 2008):

1. Risiko bisnis
Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi
perusahaan apabila perusahaan tersebut menggunakan utang. Makin
besar atau makin tinggi risiko perusahaan, maka perusahaan akan
cenderung menggunakan utang yang rendah.
2. Pajak perusahaan
Alasan utama penggunaan utang oleh perusahaan adalah karena biaya
bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak.
3. Fleksibilitas keuangan
Fleksibilitas keuangan atau kemampuan perusahaan untuk menambah
modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk.
Ketersediaan modal yang cukup merupakan hal yang penting guna
mendukung operasi perusahaan yang stabil serta menentukan
keberhasilan perusahan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dalam
kondisi perekonomian yang sulit, atau apabila perusahaan mengalami
kesulitan operasi maka kemungkinan perusahaan tersebut memperoleh
pinjaman dari investor relatif kecil, sehingga kondisi tersebut akan
mempengaruhi struktur modal atau utang perusahaan.
4. Agresivitas manajemen

25
Pada perusahaan-perusahaan dengan manajer yang agresif pada
umumnya lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan
laba.

I. Pertumbuhan Perusahaan
Menurut Sugiarto (2004 :69) pertumbuhan adalah suatu proses yang
menggambarkan perubahan dari sesuatu yang belum ada menjadi ada, dari
kecil menjadi besar. Pertumbuhan menggambarkan sesuatu yang hidup dan
berkembang. Pertumbuhan perusahaan adalah hidup dan berkembangnya
suatu perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan terjadi apabila di dalam perusahaan ada
perubahan yang meningkat, misalnya peningkatan omset penjualan,
peningkatan produksi, bertambahnya modal usaha, kenaikan tingkat
keuntungan dan sebagainya. Apabila pengukuran pertumbuhan perusahaan
dilakukan secara fisik (physical measurement method) maka akan mengalami
kesulitan karena harus membandingkan bentuk fisik suatu perusahaan, baik
bentuk gedung perkantoran, luas pabrik, fasilitas yang diberikan perusahaan,
mesin pabrik dan lainnya.
Hasil pengukuran sementara dari pengukuran secara fisik dapat dilihat
bahwa perusahaan yang bagus dan besar cenderung telah berkembang dengan
baik. Namun, dapat terjadi hal yang sebaliknya bahwa perusahaan kecil yang
mengalami kemajuan yang lebih pesat jika dilihat dari kenaikan rentabilitas
usaha, bertambahnya modal usaha dan berkurangnya hutang.
Dengan melihat adanya kelemahan pengukuran secara fisik, maka dapat
dilakukan altematif pengukuran pertumbuhan perusahaan dengan metode
financial. Metode financial dilakukan dengan membandingkan laporan
keuangan (Neraca, Rugi laba, maupun perubahan Modal Sendiri) antara satu
perusahaan dengan perusahaan lain yang masih dalam satu industri maupun
membandingkan antara periode sekarang dengan periode yang lalu untuk
perusahaan yang bersangkutan. Pengukuran dengan metode financial method
akan memberikan hasil yang lebih cepat, mudah serta lebih efisien (Bekti,
2006).

26
J. Pertumbuhan Modal Sendiri
Manajemen keuangan memiliki porsi yang sangat besar dalam
suksesnya suatu perusahaan, dengan pengelolaan yang baik atas struktur
permodalan dan pengalokasian modal maka stabilitas keuangan dan going
concern perusahaan dapat terjamin. Setiap perusahaan memiliki struktur
modal dan pengalokasian modal yang berbeda dari aspek kemampuannya
untuk menghasilkan laba dan membayar kewajiban-kewajibannya atau hutang
yang akan mempengaruhi kehidupan perusahaan. Stabilitas keuangan dan
going concern suatu perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan struktur
permodalannya, salah satunya yaitu modal sendiri.
Pertumbuhan modal sendiri suatu perusahaan merupakan persentase
yang menunjukkan peningkatan modal sendiri pada tahun tertentu
dibandingkan jumlah modal sendiri pada tahun sebelumnya (Maryati, 2001).
Perusahaan yang mengharapkan laju pertumbuhan modal yang tinggi, harus
menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertumbuhan yang
diinginkan tersebut, lebih cepat laju pertumbuhan yang diinginkan makin
besar kebutuhan dana untuk membiayainya. Pertumbuhan modal sendiri
fokus terhadap penciptaan nilai melalui pertumbuhan pendapatan yang
menguntungkan bagi perusahaan. Pertumbuhan modal sendiri didasarkan
pada asumsi dalam teori modal, yang mencakup produktifitas modal,
keputusan manajer keuangan dan financial leverage.
Dalam perusahaan, modal yang produktif biasanya menggunakan hasil
labanya untuk ditanamkan kembali pada modal saham, yang diperkirakan
akan dapat meningkatkan persentase jumlah modal sendiri. Kondisi ini juga
terkait dengan kebijakan perusahaan tentang alternatif perlakuan terhadap
laba yang diperoleh, apakah akan dibagikan kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen atau diinvestasikan kembali dalam bentuk laba ditahan
(Wiyani, et al., 2020).
Banyak cara atau alat yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan
keuangan perusahaan. Tetapi alat ukur yang melibatkan semua keputusan
dalam fungsi manajemen keuangan adalah pertumbuhan modal sendiri. Tugas

27
pengelola keuangan khususnya manajer adalah meningkatkan nilai
perusahaan melalui beberapa keputusan yaitu keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dalam hal alokasi profit perusahaan (Suad Husnan,
hal 5 , buku 1, 1996).
Keunggulan utama modal ekuitas adalah sifatnya yang permanen dan
tidak memiliki resiko bagi perusahaan. Meskipun demikian modal ekuitas
merupakan uang yang berbiaya tinggi dan mahal bila dikaitkan dengan
pengendalian (Ciaran Walsh, hal 100,2002)
Menurut MC. Maryati (2001 :60), pertumbuhan modal sendiri
perusahaan (rate growth of equity) adalah hasil prosentase dari peningkatan
modal sendiri dibandingkan dengan modal sendiri tahun sebelumnya. Suatu
perusahaan yang ada dalam suatu industri yang mempunyai laju pertumbuhan
yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk kegiatan
operasional perusahaan, maka semakin besar pula kebutuhan untuk
membelanjai pertumbuhan perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut
sudah mapan (well established), kebutuhan dana dapat dibiayai dari sumber
eksternal, dengan demikian kebijakan penahanan keuntungan akan semakin
lunak. Inti dari proses pertumbuhan adalah untuk mendapatkan kendali dari
seluruh penambahan sumber daya yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan diatas biayanya dan akan meningkatkan nilai perusahaan (MC.
Maryati, 2001:60).

K. Peranan Modal Sendiri


Modal sendiri mempunyai peranan yang sangat penting, karena dapat
mempengaruhi kebijaksanaan perusahaan, misalnya dalam pergantian
pimpinan perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Selain itu,
modal sendiri juga merupakan sumber dana yang paling tepat untuk
diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan investasi yang
menghadapi resiko kerugian yang relatif besar (Harnanto, 1985:301)
Banyak sekali keuntungan yang didapatkan jika perusahaan
menggunakan modal sendiri. Keuntungan tersebut, antara lain, perusahaan
tidak perlu memikirkan kapan harus mengembalikan, maka modal sendiri

28
bukan merupakan beban tetap bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan,
penghasilan pemilik modal sendiri adalah sesuai dengan jumlah modal yang
diserahkan. Jadi jika perusahaan mengalami kerugian, perusahaaan tidak
perlu membagi keuntungan dan sebaliknya jika perusahaan memperoleh
keuntungan yang lebih tinggi, maka perusahaan harus memberikan
keuntungan yang lebih tinggi pula (Alex S. Nitisemito, hal 197, 1983).
Keuntungan lain adalah memperkecil resiko yang dihadapi perusahaan,
penarikan modal sendiri juga dapat mempertahankan atau bahkan
meningkatkan tingkat likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Modal sendiri
juga dapat digunakan sebagai jaminan hutang atau kredit pihak ketiga pada
pemasok bahan baku, mesin, serta pemodal yang menanamkan sahamnya di
perusahaan (Alex. S. Nitisemito, hal 200, 1983)
Melihat peranannya yang sangat penting maka perusahaan selalu
berusaha untuk mempertahankan atau meningkatkan proporsi modal sendiri
setiap tahunnya demi kelangsungan perusahaan. Namun demikian perlu
diingat bahwa seorang manajer keuangan harus mempertahankan
keseimbangan hutang dan ekuitas, karena jika terialu banyak hutang akan
menambah potensi gagal bayar (default). Sebaliknya jika terialu banyak
proporsi modal sendiri akan menghilangkan akan menghilangkan manfaat
dari financial leverage dan WACC (Weighted Average Cost of Capital).
Seorang manajer keuangan harus mampu membentuk kombinasi modal yang
baik yang dapat menurunkan biaya serendah mungkin, mempertahankan
kebijakan dividen dan pendapatan serta memaksimumkan kekayaaan
pemeganga saham (Ferdinand et.all, hal 55, 2001)

L. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri


1. Return On Asset (ROA)
Pengembalian atastotal aktiva menyediakan dasar - dasar yang
diperlukan oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan ROE yang baik,
karena sebuah perusahaan yang tidak memiliki ROA yang baik hampir
tidak mungkin menghasilkan ROE yang memuaskan (Bekti, 2006).

29
ROA merupakan salah satu rasio keuntungan dengan bertujuan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha
dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba ( Martono dan
Harjito, 2002 ). ROA yang positif menunjukkan bahwa modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dipergunakan untuk
operasi perusahaan mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan,
sebaliknya jika ROA negatif menunjukkan bahwa modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dipergunakan untuk
operasi perusahaan tidak mampu memberikan keuntungan bagi
perusahaan ( Husnan, 1995).
Rasio ini merupakan rasio ukuran kinerja terbaik kedua yang
merupakan penggerak ROE yang baik, sebagai ukuran efisiensi operasi
yang utama, serta merupakan rasio yang paling dapat dikendalikan oleh
manajemen perusahaan (Ciaran Walsh, hal 64, 2002).
Diasumsikan apabila perusahaan berhasil memperoleh
keuntungan dan sebagian dari keuntungan tersebut ditanamkan kembali
dalam perusahaan, maka ROA mempunyai pengaruh positif terhadap
pertumbuhan modal sendiri perusahaan, sebaliknya jika perusahaan
menderita kerugian, maka akan berpengaruh pada penurunan modal
sendiri (Setyani, 2010).
Semakin tinggi ROA semakin besar keuntungannya serta tingkat
pertumbuhan modal sendiri juga tinggi dan akan mempengaruhi
kebijakan investasi, pendanaan dan pembagian dividen. Perusahaan
dalam keadaan demikian menandakan bahwa kinerja perusahaan
tersebut bagus karena risiko kebangkrutan semakin kecil. Oleh karena
itu ROA mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan modal
sendiri perusahaan (Husnan;1995).
2. Debt to Equity Ratio (DER)
DER merupakan salah satu rasio leverage yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan hutang perusahaan, karena DER juga menunjukan sampai
seberapa besar struktur finansial perusahaan berasal dari hutang, maka

30
tinggi rendah DER juga menggambarkan besar kecilnya jumlah hutang
perusahaan (Husnan, 1995).
Pada dasarnya tinggi rendah DER berpengaruh secara positif juga
berpengaruh negatif terhadap modal sendiri. Ada pemilik perusahaan
yang menyukai DER tinggi dengan alasan bahwa ketika DER tinggi
akan memperbesar dana perusahaan sehingga kemampuan perusahaan
untuk berinvestasi semakin besar pula yang dapat memungkinkan
membawa dampak yang positif bagi keuntungan perusahaan sehingga
pertumbuhan modal sendiri semakin bertambah.
DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang ditunjang oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Semakin rendah DER maka
semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh
kewajiban, berakibat pertumbuhan modal sendiri akan relatif lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki DER, karena DER
yang rendah maka akan lebih banyak laba yang ditahan yang digunakan
untuk peningkatan modal sendiri maupun dibagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen daripada yang digunakan untuk membayar
kewajiban (Setyani, 2010).
Menurut (Terry Gasking, hal 83, 1997) menyebutkan bahwa
adanya rasio DER yang tinggi mengindikasikan adanya resiko
kebangkrutan yang tinggi pula. Karena itu pihak kreditor tidak akan
mengambil resiko dengan meminjamkan dana kepada perusahaan yang
memiliki DER diatas 100%. Dalam keadaan normal, lembaga peminjam
senang jika angka DER dibawah 50%, sebaliknya jika rasio DER diatas
100% perusahaan disebut highly geared (perusahaan dengan
pinjaman tinggi).
Hutang terbukti meningkatkan baik laba maupun resiko. Hal ini
terjadi karena disatu sisi perusahaan akan mengeluarkan uang kas yang
besarnya tetap selama beberapa periode ke depan, sementara itu arus
kas masuk mungkin sangat tidak pasti. Arus kas keluar yang tetap
dikombinasikan dengan arus masuk yang tidak pasti menimbulkan

31
resiko keuangan. Namun disisi lain dengan semakin meningkatnya
hutang, maka perusahaan secara umum dapat meningkatkan
profitabilitasnya, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan membangun potensi
pertumbuhan yang lebih besar.
Pengaruh rasio hutang terhadap modal sendiri dapat positif, dapat
negatif dan dapat pula tidak berpengaruh sama sekali. Dapat
berpengaruh positifjika nilai rentabilitas ekonomis lebih besar dari
tingkat bunga dan sebaliknya dapat berpengaruh negatifjika rentabilitas
ekonomis lebih kecil daripada tingkat bunga. Dan apabila rentabilitas
ekonomis besamya sama dengan bunga pinjaman, maka berapapun
rasio hutang tidak akan mempengaruhi modal sendiri (Bambang
Riyanto, hal 51, 1995).
3. Retention Rate (RR)
Retention rate merupakan rasio yang menunjukkan tingkat
keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham sebagai
deviden (Husnan,1995). Retention ratio mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan, semakin besar dana
yang ditahan maka akan semakin besar tingkat pertumbuahan modal
sendiri atau dengan kata lain perusahaan akan cenderung untuk
menahan sebagian besar dari keuntungan, dengan demikian besarnya
laba ditahan akan mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri.
Kemampuan perusahan untuk memperoleh laba atau meninggkatkan
laba yang ditahan dalam suatu perusahaan akan menentukan
kredibilitas suatu perusahaan, yang pada akhirnya akan menarik
investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut
(Husnan,1995).
Adanya keuntungan secara otomatis akan memperbesar retained
earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri. Sebaliknya
kerugian akan memperkecil jumlah modal sendiri. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa saldo laba akan memperbesar modal sendiri, dan

32
saldo kerugian akan memperkecil jumlah modal sendiri (Bambang
Riyanto, hal 243, 1995).
Retention rate juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
modal sendiri. Keuntungan netto sesudah pajak (EAT) dikurangi
dividen, kas lainnya, angsuran pinjaman adalah merupakan sisa
keuntungan netto yang akan dapat merubah jumlah modal sendiri.
Prosentase seluruh pengeluaran tersebut dengan pendapatan disebut
dengan retention rate (Sugiarto, hal 71, 2004).
4. Dividen Payout Ratio (DPR)
Dividen Payout Ratio bervariasi untuk setiap industri dan
perusahaan. Perusahaan yang tumbuh dengan cepat membutuhkan
semua dana yang mereka peroleh, karena itu dividen payout rationya
kecil. Besamya pembayaran dividen pada setiap periode tidak sama.
Tidak menentunya pembayaran dividen membuat kedidakpastian yang
akan menaikkan tingkat diskon dan menurunkan harga saham.
Perusahaan kadang - kadang tetap menggunakan kebijakan konservatif
dengan mempertahankan pembayaran dividen baik dalam kondisi baik
ataupun buruk (Bekti, 2006).
Menurut (Ferdinand D. Saragih, et. All, hal 158, 2005)
menyatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membuat
kebijakan deviden, antara lain:
a. Menentukan potensi pertumbuhan pendapatan pada masa yang
akan dating.
b. Menentukan fase pada siklus bisnis dimana sensitivitas bisnis
memiliki sensitivitas yang tinggi.
c. Menentukan dividen yield yang didapat dari hubungan
pembayaran dividen dengan harga per lembar saham dari
perusahaan lain dalam industri sama atau berbeda.
Apabila kesempatan investasi menjanjikan hasil pengembalian
yang lebih besar daripada pengembalian yang investor syaratkan, maka
investor lebih senang jika perusahaan menahan laba. Atau jika
kesempatan investasi berlimpah pembayaran dividen mungkin nol.

33
Sebaliknya jika hasil pengembalian lebih kecil dari pengembalian yang
disyaratkan, maka investor lebih suka jika dividen dibagikan.
Pembagian dividen juga dipengaruhi keadaan perusahaan. Jika
perusahaan ingin diakuisisi oleh perusahaan lain, maka pembayaran
dividen yang rendah merupakan keuntungan "pihak luar" yang ingin
memiliki kendali atas perusahaan. Pihak luar dapat meyakinkan
pemegang saham bahwa perusahaan tidak memaksimalkan kekayaan
pemegang saham dan pihak luar dapat melakukan hal yang lebih baik.
Akibatnya perusahaan dalam ancaman akuisisi mungkin menetapkan
pembayaran dividen yang tinggi untuk menyenangkan pemegang saham
(James C. Van Home, 1998).
Semakin tinggi dividen yang dibayarkan, akan memperkecil
prosentase laba ditahan dan pada akhirnya akan memperkecil
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba, dan berdampak pada
kecilnya pertumbuhan dividen.Untuk itu manajer harus dapat
menyeimbangkan dividen saat ini dengan pertumbuhan dividen masa
yang akan datang. Sehingga dapat dijelaskan bahwa antara dividen dan
laba ditahan mempunyai pengaruh negatif (Sutrisno, hal 321, 2000).

34
BAB III

PENUTUP

Modal sebagai salah satu faktor produksi semakin dominan perannya sejalan
dengan perkembangan teknologi dan semakin jauhnya spesialisasi dalam
perusahaan. Masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang sangat
penting, mengingat modal sangat dibutuhkan untuk menjalankan roda usaha
perusahaan sehingga bila perusahaan mengalami kekurangan modal, kontinuitas
usaha akan terhambat. Bagi perusahaan masalah permodalan merupakan masalah
yang tidak akan berakhir, karena masalah modal mengandung banyak aspek.
Diantaranya adalah modal sendiri, modal sendiri adalah modal yang diperleh dari
pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah,
saudara, dan lain sebagainya. Untuk mempelajari macam-macam modal dan
mengenai laju serta pertumbuhan modal sendiri, maka makalah ini dapat dijadikan
referensi bacaan bagi para pembaca.

35
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, S., 1993. Alat-Alat Analisis dalam Pembelanjaan. Yogyakarta: Andi Offset.

Anon., n.d. [Online]


Available at:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&v
ed=2ahUKEwjxqMTnxqP0AhXI-
aQKHW03A9gQFnoECDMQAQ&url=https%3A%2F%2Feprints.uny.ac.id
%2F8760%2F3%2Fbab%25202%2520-
08404244001.pdf&usg=AOvVaw0y2dnkljYzzvn4fTPHMSuG

Anon., n.d. [Online]


Available at: https://accurate.id/ekonomi-keuangan/modal-kerja-pengertian-
jenis-contoh-dan-fungsinya-dalam-
bisnis/#Fungsi_Modal_Kerja_dalam_Bisnis

Anon., n.d. [Online]


Available at: https://www.harmony.co.id/blog/pengertian-struktur-modal-
dan-cara-penerapannya

Bekti, S. N., 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Modal Sendiri Pada Sektor Properti dan Real Estate Tahun 1999-2003.
Skripsi Fakultas Ekonomi, pp. 1-127.

Brigham, E. F., 1996. Intermediate Financial Management. 5 ed. s.l.:The Dryden


Press.

Martono, 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

Maryati, 2001. Fakior-fakior yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal


Sendiri pada Perusahaan Industri Semen yang Terdaftar di BEJ. Jurnal
Telaah Bisnis, Volume 2.

Ramadhani, N., 2020. Akseleran. [Online]


Available at: https://www.akseleran.co.id/blog/teori-struktur-modal/

Riyanto, B., 1998. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. 3 ed. Yogyakarta:


Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.

Setyani, A. Y., 2010. Pertumbuhan Modal Sendiri Pada Industri Manufaktur:


Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan, 6(2), pp. 113-124.

36
Waskito, D., 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuuhan
Modal Sendiri Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Tesis Sekolah Pascasarja, pp. 1-86.

Wiyani, W., Prihantono, E. Y., Widjajani, R. & Brimantyo, H., 2020. Faktor
Internal Penentu Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Pada Perusahaan Rokok
Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 27
November, 7(2), pp. 197-203.

37

Anda mungkin juga menyukai