Anda di halaman 1dari 24

NASKAH AKADEMIK

TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
DAERAH KABUPATEN
KOLAKA, PROVINSI
SULAWESI TENGGARA.

PUSAT STUDI SOSIAL MAHASISWA


(PSM KOLAKA)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segala karunia dan ridho serta rahmat dari-NYA sehingga
Naskah Akademik yang berjudul “Pengelolaan Sampah" di Kabupaten
Kolaka ini dapat diselesaikan. Penyusunan Naskah Akademik ini
disusun untuk digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
mengatasi seluruh urusan tentang pengelolaan sampah itu secepatnya di
realisasikandi Daerah Kabupatenkolaka.
Dengan keterbatasan pengalaman, pengetahuan maupun pustaka
yang ditinjau, kami menyadari bahwa penyusunan Naskah Akademik
ini masih jauh dari sempurna dan perlu pengembangan lebih lanjut
sehingga masih membutuhkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan penyusunan Naskah Akademik ini serta sebagai
masukan bagi penulis untuk penyusunan Naskah Akademik yang
akandatang.
Akhir kata, semoga Naskah Akademik ini dapat memberi manfaat
dan tujuan yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan
pertimbangan untuk lebih memperhatikan dan mengatasi segala
kebijakan tentang pengelolalan sampah yang berada di Daerah
Kabupaten Kolaka dan kami mohon maaf jika masih terjadi kesalahan
dan kekurangan didalamnya.

Kolaka , November2021
Tim penyusun Naskah Akademik
Pusat Studi Sosial Mahasiswa
(PSM KOLAKA)
Pengelolaan Sampah
DAFTAR PUSTAKA

i
HALAMANSAMPUL ii
KATAPENGANTAR iii
DAFTARISI 1
1
BAB IPENDAHULUAN
5
A. LatarBelakang
B. IdentifikasiMasalah 6
C.Tujuan dan Manfaat 8
KegiatanPenyusunanNaskahAkademik
D.Metode
BAB II KAJIAN TEORITIS DANEMPIRIS---------------------------- 10
A. KajianTeoritis 10

B. Kajian empiris-------------------------------------------------- 22

BAB III LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS DANSOSIOLOGIS------ 25


A. LandasanFilosofis 25
B. LandasanYuridis 29
C. LandasanSosiologis 31

BAB IV EVALUSI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGANTERKAIT 36
A. Undang-Undang DasarNegaraRepublik Indonesia
Tahun1945 37
B. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
PenataanRuang 38
C. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 200 tentang
PengelolaanSampah 41
D. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
LingkunganHidup 47
E. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah
beberapa kali menjadi Undang-Undang Nomor9
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


PemerintahanDaerah 49
F. PeraturanPemerintahNomor81Tahun2012
Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
SejenisRumahTangga 52
G. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.16 Tahun 2011
tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Sampah
RumahTanggadanSampahSejenisSampahRumah
Tangga 59

BABIV PENUTUP 76
A. Kesimpulan 76
B. Saran 77

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Meningkatnya tingkat populasi, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi


yangcepat dan kenaikan standar hidupmasyarakat telah mempercepat
adanya penumpukan sampah. Sampah adalahmasalah yang harus dihadapi
olehmasyarakat karena sampah merupakan buangan yang dihasilkan dari
aktivitas manusia yang tidak terpakai.Jumlah sampah ini setiap tahun terus
meningkat sejalan dan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas
kehidupan masyarakat atau manusianya serta kemajuan ilmu
pengetahuan teknologi yang menghasilkan pula pergeseran pola hidup
masyarakat yang cenderung konsumtif. Pengelolaan sampah telah menjadi
isu yang penting selain masalah lingkungan lainnya, di negara- negara
berkembang, oleh karena itu pemerintah perlu menyediakan fasilitas
pengelolaan sampah menggunakan teknologi baru agar sampah tersebut
dapat ditangani dan tidak lagi menyebabkan polusi lingkungan dan
bahayakesehatan.
Lingkungan atau lingkungan hidup adalah semua benda dan daya
serta kondisi,termasuk di dalamnya manusia dan tingkah-perbuatannya,
yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup
lainnya. Lingkungan juga diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan
dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati, dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupanmanusia.
Pasal 28 H (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

1
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanankesehatan.

Jaminan hak asasi manusia terhadap lingkungan yang baik dan


sehat dalam konstitusi di Indonesia disebutkan merupakan hak asasi
dari setiap manusia,diantara jaminan hak asasi manusia yang
lain.Secara tersirat konsep negara kesejahteraan atau welfare state
sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia dalam Pasal 33
Ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuranrakyat.
Ayat (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan,berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian,serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional.

Berdasarkan kedua Pasal di atas maka sudah jelas bahwa UUD


1945 juga telah mengakomodasi perlindungan konstitusi
(constitutional protection), baik terhadap warga negaranya untuk
memperoleh lingkungan hidup yang memadai maupun jaminan
terjaganya tatanan lingkungan hidup yang lestari atas dampak negatif
dari aktivitas perekonomian nasional.Dalam Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah secara formil
merupakan wujud pemenuhan hak masyarakat untuk mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, sesuai dengan ketentuan
Pasal 28H ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Undang- undang ini menjadi payung hukum
pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif yang
memberikan kepastian hukum bagi masyarakat untuk memperoleh
layanan pengelolaan sampah yang baik, di samping mengatur
kejelasan hak,tugas,
wewenang, dan tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 juga memberikan
kewenangan terhadap Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten atau
Kota dalam pengelolaan sampah, sesuai dengan wewenang otonomi
daerah. Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, Pasal 12 Ayat (2) dinyatakan bahwa salah satu
urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah.
Pengendalian lingkungan hidup ini, diantaranya termasuk
pengelolaan sampah, yang diantaranya meliputi pengumpulan,
pengangkutan, penampungan, pemusnahan / pengolahan, maupun
penyediaan tempat pemrosesan akhir sampah(TPA).
Fenomena pertambahan penduduk dan perubahan pola
konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan
karakteristik sampah yang semakin beragam. Pertambahan penduduk
menuntut orang agar lebih praktis dalam pemenuhan kebutuhannya.
Praktis dalam hal ini tidak hanya dari sudut tenaga saja melainkan
juga produk tersebut harus praktis digunakan oleh masyarakat.Dalam
menghadapi tuntutan masyarakat yang tingkat mobilitasnya tinggi
sehingga kepraktisan sudah menjadi kebutuhan, ternyata juga
menimbulkan dampak terhadap lingkungan.Salah satu dampak yang
muncul adalah semakin banyak volume sampah yang menimbulkan
masalah tersendiri terhadap lingkungan. Sebagai contoh tempat
makan yang hanya sekali pake, plastik yang susah untuk diuraikan
alam dan juga sampah organik yang berupamakanan.
Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan
juga berasal dari proses alam yang berbentukpadat.
Potensi munculnya sampah adalah setiap orang atau akibat proses
yang menghasilkan timbulan sampah.Pengelolaan sampah selama ini
belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat
danlingkungansepertipencemaranudara,airdanjugatanah.
Permasalahan sampah telah menjadi isu global karena terjadi
diberbagai tempat dengan menimbulkan dampak yang cukup
bervariasi. Salah satu persoalan sampah yang cukup fenomenal yaitu
menyangkut pencemaran baik pencemaran tanah, udara dan
air.Pencemaran itu terjadi akibat dari perbuatan manusia yang tidak
terukur dan cenderung mengabaikan dampak negatifnya.Laju
pertambahnya volume sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu tipe bangunan, intensitas aktivitas, jumlah penduduk kondisi
sosial ekonomi, dan letakgeografis.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan sampah yang selanjutnya disingkat menjadi UU
Persampahan No. 18/2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 81
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yang selanjutnya disingkat
menjadi PP Sampah Rumah Tangga No.81/2012 menginstruksikan
kepada pemerintah untuk melakukan upaya kebijakan strategi
nasional dalam hal pengelolaan sampah. Sejak penetapan UU
Persampahan No. 18/2008 tersebut, kemudian dilakukan kajian dan
evaluasi kebijakan yang telah menerapkan sistem 3R (Reduce, Reuse,
Recycle), ternyata masih menemukan sejumlah persoalan sampah di
tingkat nasional yang diperkirakan terus mengingkat tiaptahunnya.
B. Identifikasi Masalah
C.Tujuan dan Manfaat KegiatanPenyusunanNaskahAkademik

6
D.METODE

7
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

1.PengelolaanSampah

Pengolahan sampah merupakan bagian dari penangan sampah


dan menurut UU no 18 tahun 2008 didifinisikansebagai proses
perubahan bentuk sampah dengan mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan
kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah,
disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam
sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan
energy).Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa pengomposan,
recycling/daur ulang, pembakaran (insinerasi) dan lain-lain. Secara
umum pengolahan sampah dilakukan dengan berbagai tahapan
diantaranya adalah: pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan,dan proses akhir sampah, dimana sampah-sampah
tersebut jika dikembalikan ke media lingkungan tidak akan
berdampak buruk baik bagimanusia, hewan maupunlingkungan itu
sendiri. Klasifikasi Sampah padat diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori sebagai berikut (Subarna, 2014: 17):
a. Berdasarkan kandungan zatkimia
1) Sampah Organik Sampah yang mengandung zat-zat kimia
organik khususnya karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O).
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk
hidup atau alam yang dapat terurai melalui prosesbiologi.
2) Sampahanorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak berasal dari
mahkluk hidup baik yang tersedia di alam maupun berasal dari
produk buatan manusia. Sampah anorganik tidak dapat terurai
melalui prosesbiologi.
Sampah yang mengandung zat kimia anorganik seperti belerang
atau sulfur (S), Fosfor (P), gugus Nitrit (NO2) atau nitrat (NO3),
Khlor (Cl), logam, dan lain-lain.
b. Berdasarkansumbernya
1) Sampahalami
Sampah yang diproduksi oleh alam hasil proses daur ulang
alami.Daun-daun kering atau batang pohon mati adalah
sampah organik yang di daur ulang melalui dekomposisi
biologis di dalam tanah menjadi zat hara (humus).
2) Sampahmanusia
Sampah yang berasal dari tubuh manusia sebagai sisa
metabolisme dalam bentuk urin dan tinja (feces). Sampah
manusia dapat menjadi bahan pencemar yang berbahaya
bagi kesehatan karena mengandung bakteri atau mikroba
patogen (penyebab penyakit).
3) Sampahkonsumsi
Sampah yang diproduksi oleh manusia sebagai bahan sisa
konsumsi.Pertumbuhan populasi yang cepat menyebabkan
jumlah sampah jenis ini meningkat secara signifikan dan
menjadi masalah serius bagi kehidupan di lingkungan
perkotaan. Contoh sampah konsumsi antara lain: sampah
rumah tangga yang meliputi sisa sayuran dan
makanan,daun, kertas atau
plastikpembungkus,barangbekaspakaidanlainlain.
4) Sampahindustri
Sampah yang diproduksi oleh sektor industri sebagai bahan
sisa proses produksi yang tidak terpakai. Contoh sampah
industri antara lain: sisa potongan kayu, pelat atau kaleng,
potongan tekstil, sisa bahan karet, plastik, danlain-lain.
5) Sampahpertambangan
Sampah yang diproduksi oleh sektor pertambangan sebagai
bahan sisa kegiatan penambangan dan/atau produksi pada
industri pertambangan. Wujud sampah pertambangan
tergantung pada jenis pertambangan yang dilakukan.
Contoh sampah pertambangan antara lain: batu-batuan,
bahan logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb),dan
sebagainya.
6) Sampahpertanian/perkebunan
Sampah yang berasal dari kegiatan pertanian atau perkebunan.
2. Mekanisme PengelolaanSampah
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan
bahwa pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas
tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat,asas
keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan,asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sebagai
sumber daya.Mekanisme pengelolaan
sampahdapatdijabarkansebagaiberikut(Subarna,2014):
a. Pengurangansampah
Aktifitas untuk mengurangi timbulnya sampah sejak dari
produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lain-lain),
mendaur ulang sampah disumbernya atau di tempat
pengolahan.
b. Penanganansampah
Rangkaian aktifitas penanganan sampah yang meliputi
pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut
jenis dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari
sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah
terpadu), pengangkatan (kegiatan memindahkan sampah dari
sumber TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu
pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk,
komposisi,karakteristik dan jumlah sampah agar diproses lebih
lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan ke alam.
Pada umumnya pengelolaan sampah di perkotaan
dilakukan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu : pengumpulan,
pengangkutan, dan pembungan akhir atau pengolahan. Pada
tahap pembuangan akhir atau pengolahan, sampah akan
mengalami pemprosesan, baik secara fisik,kimiawi maupun
biologis. Perlu dicari alternatif pengelolaan sampah yang tepat,
adekuat dan komprehensif bagi tiap wilayahperkotaan.
Landfill bukanlah alternatif yang tepat karena
menimbulkan masalah baru bagi lingkungan serta tidak
berkelanjutan. Mendaur ulang sampah dan mengubahnya
menjadi produk lain yang bernilai ekonomi adalah solusi
alternatif yang bermanfaat baik dari segi ekonomi, sosial,dan
lingkungan. Hasil daur ulang sampah dapat menjadi sumber
penghasilan baru penggerak ekonomi sirkuler (Gunawan,
2007),pemberdayaanpartisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah, serta perbaikan
kualitas lingkungan.
3. Prinsip-Prinsip PengelolaanSampah
a. Reduce(mengurangi)
Upaya sedapat mungkin mengurangi pembentukan sampah
sejak dari sumbernya. Pengurangan dilakukan tidak terbatas
pada kuantitasnya saja, tetapi juga mencegah pemakaian
barang atau bahan berbahaya atau tidak mudah terurai
secarabiologis.
b. Reuse (mengunakankembali)
Memilih atau menyortir barang atau bahan yang bisa dipakai
kembali. Menghindari pemakaian barang atau bahan sekali
pakai (disposable), sekaligus memperpanjang pemakaian
barang melalui perawatan dan pemanfaatan ulang. Pada
prinsipnya, diusahakan agar barang atau bahan bisa dipakai
berulang-ulang sampai benar-benar tidak bisa digunakanlagi.
c. Recycle (mendaurulang)

Barang atau bahan yang sudah tidak berguna didaur ulang dan
diolah menjadi produk lain yang bermanfaat dan punya nilai
ekonomi.Pada umumnya upaya ini membutuhkan peran serta
produsen dari sektor industri untuk mengolah sampah menjadi
produk baru dalam skala besar.Terdapat beberapa jenis sampah
yang dapat didaur ulang sendiri oleh masyarakat, salah satu
diantaranya adalah sampah organik yang dapat diubah menjadi
arang briket dan kompok.
BAB III
LANDASAN FILOSOFI, SOSIOLOGI DAN YURIDIS

A. LandasanFilosofis

Pola pikir modernis yang begitu kuat mengilhami teori pembangunan telah
menempatkan manusia sebagai aktor utama dalam proses pembangunan. Manusia
dipandang dengan sangat optimis, sehingga akan mampu mengatasi setiap persoalan yang
mungkin muncul dalam strategi yang diambilnya, hal ini berlaku sama untuk setiap
persoalan yang terkait dengan pembangunan. Dengan rasionalitasnya maka manusia akan
semakin tertantang untuk maju dan mampu menaklukkan alam. Pola pikir yang
antroposentris tersebut telah menjadikan alam hanya sebagai objek, alat, sekaligus sarana
yang didaya gunakan untuk kepentingan dan kemanfaatan manusia semata (Keraf,
2005:33). Hal ini dapat dipahami karena dalam sudut pandang modernitas yang menjadi
tujuan utama adalah tercapainya suatu kondisi yang sustainable secara ekonomi dan bukan
ekologi.

Fakta inilah yang menyebabkan munculnya berbagai kritik terhadap teori modernis,
karena sesungguhnya pembangunan tidak sematamata dapat diukur dari sisi pertumbuhan
ekonomi saja. Kenyataan menunjukkan bahwa teori modernisasi yang diterapkan dalam
model pembangunan sekarang ini telah menyisakan banyak persoalan. Salah satu
diantaranya adalah persoalan yang terkait dengan masalah ekologi, dimana contoh riil
untuk problem ini adalah sampah. Maka sengaja dalam tulisan ini “sampah” dijadikan
sebagai tema utama untuk menelaah secara lebih jelas keterbatasan modernitas yang
kemudian coba dijawab lewat transformasinya ke arah model pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).

Dalam pemikiran modernis, pembangunan diasumsikan akan senantiasa berjalan


secara linear dari tradisional menuju modern, dimana hal ini dapat dicapai lewat tahap-
tahap tertentu (The Stages of Economic Growth). Adapun tingkat tertinggi dari
keberhasilan pembangunan tersebut akan ditandai dengan terwujudnya kondisi
masyarakat yang memiliki kemampuan konsumsi tinggi atau high mass consumption
(Fakih, 2006:56). Padahal kondisi ini akan memberikan konsekuensi logis berupa semakin
banyaknya volume sampah yang akan dihasilkan oleh manusia, begitu pula dengan tingkat
keberagaman sampahnya.
Problem persampahan menjadi semakin kompleks tatkala manusia kemudian hanya
sekedar membuang sampah yang mereka hasilkan tanpa mau secara kreatif berupaya
mengubah sampah tersebut menjadi sesuatu yang berharga. Logika yang selalu digunakan
oleh masyarakat umumnya adalah “not in my back yard (NIMBY)”(Santoso, 2006:13).
Tidak peduli akan lari kemana sampah yang dibuang karena yang penting adalah
tempatnya sendiri bersih dari sampah. Akan dibawa kemana sampah itu selanjutnya,
apakah di sungai, di jalan, di TPA, atau bahkan di selokan air mereka tidak peduli.
Menggejalanya gaya-gaya berpikir semacam NIMBY di atas sebenarnya merupakan
cerminan dari semakin kuatnya pola pikir modernis, dimana orang hanya berorientasi pada
upaya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dan meminimalkan beban yang
harus ditanggung. Mereka mau untuk memproduksi dan mengkonsumsi secara besar-
besaran, namun residu dari dua proses tersebut mereka abaikan. Hal ini tentunya
memberikan pengaruh yang buruk terhadap kualitas lingkungan hidup. Karena dengan
semakin banyak dan beragamnya volume sampah yang tercipta sebagai hasil dari proses
yang dikatakan sebagai modernitas tersebut, maka daya dukung alam juga semakin turun.
Dan jika kondisi ini tidak segera diantisipasi maka akan sangat membahayakan
kelangsungan hidup manusia di masa yang akan datang.

Dari latar belakang persoalan tersebut di atas dapat dilihat betapa modernitas telah
menyisakan banyak persoalan, diantaranya tentang sampah tadi. Maka dari limitasi
modernitas ini juga tulisan ini akan dikembangkan untuk menjawab beberapa pertanyaan
sebagai berikut : Apakah yang menjadi sumber utama dari persoalan persampahan yang
ada sekarang? Bagaimana sudut pandang sustainable development dalam menyikapi
problem tentang persampahan? Serta solusi seperti apa yang dapat ditawarkan oleh
sustainable development untuk mengatasi problem tersebut?

 Konsumsi dan Industrialisasi yang bercorak Antroposentris Sebagai Sumber Utama


Sampah.

Sampah secara definitif berarti bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Namun jika
diteliti lebih dalam lagi, setidaknya ada beberapa sumber sampah yaitu pemukiman,
perkantoran, pertanian dan perkebunan, industri dan sumber-sumber lainnya. Dan
diantara beberapa sumber sampah tadi industri ternyata masih menempati porsi tertinggi
dalam menghasilkan sampah. Karena itu dapat dikatakan bahwa meskipun setiap aktivitas
konsumsi manusia akan menghasilkan residu berupasampah, namun setidaknya hal ini
bukanlah penyebab tunggal dari semakin parahnya problem persampahan yang terjadi di
dunia.

Dalam asumsi penulis, aktivitas manusia yang semakin tinggi untuk mengkonsumsi
barang-barang ini berkorelasi positif dengan semakin canggihnya teknologi produksi. Ini
berarti tingginya tingkat konsumsi masyarakat dan industrialisasi memberikan pengaruh
yang sama besar terhadap semakin meningkatnya volume sampah dan lebih jauh terhadap
semakin menurunnya kualitas dan daya dukung alam. Dalam masyarakat modern,
industrialisasi memang dijadikan sebagai motor utama penggerak ekonomi untuk
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Karena itu industrialisasi memegang peran
yang sangat sentral dalam proses pembangunan. Agar perekonomian masyarakat dapat
digenjot secara cepat maka industri dikembangkan sampai ke pelosok-pelosok negeri.
Tanpa disadari bahwa sebenarnya keberadaan industri itu sendiri memberikan double
effect bagi masyarakat.

Seperti yang dilaporkan oleh Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World
Commissions on Environment and Development) yang menyebutkan bahwa industri dan
produk yang dihasilkannya memberi dampak pada basis sumber daya alam melalui
keseluruhan daur eksplorasi dan ekstraksi barang mentah, transformasi menjadi produk,
konsumsi energi, limbah produksi, dan pemakaian produk beserta pembuangan sampah
yang dihasilkan dari produk tersebut oleh konsumen (World Commissions on Environment
and Development, 1988 : 285). Sehingga di satu sisi keberadaan industri tersebut memang
memberikan dampak positif berupa perpanjangan kemanfaatan atas sumber daya alam dan
inilah yang dinikmati oleh konsumen (manusia), tetapi di sisi lain industrialisasi juga
memberikan dampak negatif. Industrialisasi telah memaksa alam untuk menampung
seluruh residu hasil aktifitasnya yang berupa sampah dan limbah. Akibatnya alam menjadi
tercemar dan kualitas lingkungan menjadi semakin turun.

Memang sejauh ini motif ekonomi masih tetap mendominasi dalam setiap kebijakan
industri. Banyak contoh kasus misalnya dalam hal pembuangan sampah (tepatnya-limbah)
industri yang tidak dikelola dengan baik sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan
yang sangat fatal.

B. LandasanSosiologis

Sampah dengan pemikiran singkat dianggap bukanlah sesuatu yang genting untuk
dipermasalahkan oleh masyarakat pada umumnya. Sampah dipandang sebagai sesuatu
yang tidak memiliki nilai dan dalam pengelolaannya hanyalah diserahkan sepenuhnya
kepada petugas kebersihan saja, dengan hal tersebut sampah dianggap tidak menimbulkan
masalah lagi. Namun, seiring dengan perkembangannya sampah mulai terasa
menimbulkan permasalahan, baik dari segi kesehatan, lingkungan, maupun pada nilai-nilai
estetika atau keindahan.

Diera globalisasi sekarang ini, sampah merupakan persoalan besar di seluruh


kota-kota besar di Indonesia bahkan dunia sekalipun. Sampah dapat diartikan sebagai
suatu hasil buangan dari komsumsi sehari-hari masyarakat yang mana jika tidak mendapat
pengelolaan yang baik dan benar akan menyebabkan timbulan-timbulan sampah yang
berujung pada kerusakan lingkungan secara umum. Berkenaan dengan itu, persoalan dan
permasalahan sampah kerap menjadi topik pembicaraan untuk dicarikan solusi dalam
pengelolaannya.

Untuk menangani persoalan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan


alternatif-alternatif dalam pengelolaannya. Secara singkat, pengelolaan sampah dengan
metode penimbunan (sanitary landfill) atau pengangkutan sampah ke lokasi TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) tidak dapat menampung secara keseluruhan jumlah sampah yang ada.
Disamping itu, jumlah atau volume sampah dipengaruhi oleh jumlah penduduk suatu
daerah yang semakin meningkat.

Kolaka sebagai salah satu kota besar Sulawesi Tenggara dengan angka penduduk
yang tinggi, yang secara kasat mata diperhadapkan pada persoalan sampah, seperti yang
biasa dijumpai di selokan, pinggir jalan, tempat-tempat keramaian, pemukiman warga
bahkan sampai pada lokasi tempat pembuangan akhirnya. Membahas persoalan sampah di
Kolaka.
Pengelolaan secara umum adalah suatu proses kegiatan yang menggambarkan
fungsi-fungsi dapat berjalan secara terus menerus meliputi kegiatan merencanakan,
mengorganisir, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi, dan membuat laporan.11
Berbicara mengenai pengelolaan, sangat berkaitan dengan pendekatan manajemen.
Pendekatan manajemen bertumpu pada kemampuan menata sistem yang berada dalam
sistemtersebut.
Berkaitan dengan pengelolaan, khususnya pada rana pengelolaan lingkungan hidup
dengan pendekatan filosofis melakukan perubahan paradigma dari Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1982 ke Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997. Pada Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1982, filosofinya bertumpu pada hukum lingkungan.

semua bidang dapat membentuk peraturan lingkungan sendiri. Sementara Undang-


Undang Nomor 23 Tahun 1997 filosofinya bertumpu pada pengelolaan. 12 Inti dari
perubahan undang-undang tersebut adalah bagaimana melakukan pengelolaan
lingkungan (termasuk sampah) dengan pendekatan manajemen. Pendekatan tersebut
mengutamakan kemampuan manusia dalam mengelola lingkungannya yang berbasis
ramah lingkungan.

Pengaturan hukum pengelolaan sampah melalui bank sampah diatur dalam


Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012,
pada penelitian ini terfokus pada pasal 7 ayat (3) terkait dengan pelaksanannya oleh
pemerintahdaerah/kota.

Berdasarkan peraturan tersebut pemerintah daerah ditegaskan untuk dapat


memperbanyak banksampah, pendampingan dan bantuan teknis, pelatihan, monitoring
dan evaluasi bank sampah, dan membantu pemasaran hasil kegiatan 3R. Hal tersebut
dimaksudkan agar supaya dalam pelaksanaan dan pengelolaan bank sampah dapat berjalan
secara massif dan efektif. Dalam pembentukan dan pelaksanaan program bank sampah
tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah Kota Makassar memiliki peranan penting untuk
berjalannya bank sampahtersebut

C. LandasanYuridis

seperti yang tertuang dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa negara memberikan hak
kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sampah
merupakan salah satu permasalahan dalam lingkungan hidup, yang dalam UU No. 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (UU Pengelolaan Sampah), mengamanatkan
pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan publik dalam
pengelolaan sampah. Seperti juga yang tertuang dalam UUD Tahun 2021 No. 22 Pasal (2)
HURUF (j) “pengenaan sanksi administratif”
[

Rendahnya sampah yang diangkut oleh petugas kebersihan memperlihatkan masih


rendahnya tingkat pelayanan persampahan yang ada. Rendahnya tingkat pelayanan
persampahan yang ada di suatu daerah salah satunya dipengaruhi oleh bentuk lembaga
atau instansi yang mengelola persampahan yang ada. Lembaga atau instansi pengelola
persampahan merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari
sumber sampai TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kondisi kebersihan suatu daerah
merupakan output dari rangkaian pekerjaan manajemen pengelolaan persampahan yang
keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor-faktor lain. Kapasitas dan kewenangan
instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena berdasarkan UU
Pengelolaan Sampah dan UU Pemerintahan Daerah (UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah), masalah persampahan merupakan tanggung jawab pemerintah
kabupaten/kota dan menjadi urusan wajib dari pemerintah kabupaten/kota (Lampiran
huruf C dan huruf K, UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah). Besar
tanggung jawab yang harus dipikul pemerintah kabupaten/ kota dalam menjalankan roda
pengelolaan sampah biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit sejalan
dengan makin besarnya kategori suatu daerah.

Untuk meminimalisir permasalahan sampah maka harus ada pengelolaan sampah sejak
dari sumbernya. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan
sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan
serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Oleh karena itu, sesuai dengan keluhan dari pada masyarakat setempat yang ada di daerah
Kec. Kolaka, Kel. Balandete, Kab. Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, untuk
mengantisipasi terjadinya bencana banjir lagi maka seharusnya dinas lingkungan hidup
untuk segera melakukan pembersihan sampah dan untuk Dinas PU membongkar kembali
hasil proyek penayring sampah yg diduga sudah dibangun Sejak 2 tahun yang lalu.
Maka demi kemakmuran rakyat secara adil dan merata, mempertimbangkan keselamatan
dan keberlanjutan ekosistem, demi kepentingan generasi saat ini maupun yang akan
datang. bahwa berbagai kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang ada telah
terjadi secara masif, berlangsung lama, dan telah meningkatkan kerentanan bencana
hingga pada taraf mengancam keselamatan warga serta pencapaian tujuan pembangunan
daerah. Berbagai ancaman tersebut diakibatkan oleh lemahnya tata kelola Dinas terkait yg
ada di kab. Kolaka.
BAB IV
EVALUSI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGANTERKAIT
BAB IVPENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai