Analisis Pembunuhan Supir Taksi Online Oleh 4 Anak HPPA

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Nama :Muhammad Kurniawan

NPM : B1A016315
Mata Kuliah : HPPA
Kelas :C
Tugas UAS

ANALISIS PEMBUNUHAN SUPIR TAKSI ONLINE OLEH 4 PEREMPUAN

Empat orang perempuan dibekuk Satreskrim Polresta Bandung lantaran diduga menjadi
pelaku pembunuhan sadis kepada seorang sopir taksi online.

Dari empat perempuan itu, satu diantaranya masih dibawah umur. Mereka yakni, Bunga,
bukan nama sebenarnya (15), KSA (18), AS (20), dan TC (19).

Kapolresta Bandung, Kombes Pol Hendra Kurniawan menuturkan, penangkapan keempat


perempuan tersebut bermula dari pengungkapan adanya kasus temu mayat di sebuah jurang
di kawasan Pangalengan, Kabupaten Bandung pada 30 Maret 2020.

“Setelah diselidiki, korban berinisial SB dan berprofesi sebagai sopir taksi online. Dari kasus
temu mayat ini, kami akhirnya berhasil mengamankan empat perempuan yang menjadi
tersangka pembunuhan,” kata dia di Mapolresta Bandung, Senin 27 April 2020.

Menurut dia, kronologis kejadian bermula saat TC dan Bunga memesan sebuah grab car di
kawasan Jakarta. Setelah itu, mereka berdua melanjutkan perjalanan ke arah Pangalengan
secara offline, berniat menjemput KSA.

Sebelum ke Pangalengan, mereka terlebih dahulu ke Bogor dan menjemput AS. Keempat
perempuan ini, kata dia, adalah seorang lesbian. Mereka berempat memiliki hubungan
khusus.

“Mereka saling berkenalan di aplikasi HER. Aplikais khusus dating dan chating,” kata
Hendra.

Setelah tiba di Pangalengan dan berhasil menjemput AS, keempat perempuan itu
kebingungan lantaran tidak bisa membayar ongkos taksi online. Perjanjian sebelumnya
dengan korban, Bunga dan TC telah menyepakati akan memberikan ongkos perjalanan
sebesar Rp.1,7 juta.

“Karena tidak ada uang, pelaku yang masih dibawah umur mengajak temannya untuk
menghabisi pelaku dengan menggunakan kunci inggris yang ada di dalam mobil,” kata dia.

“Kepala korban dipukul oleh pelaku sebanyak 8 kali sampai akhirnya tewas. Kemudian
korban di buang ke jurang di Pangalengan,” kata dia.

Setelah menghabisi nyawa korban, keempat perempuan tersebut kemudian membawa kabur
mobil Datsun Go berpelat nomor B 1313 KRX milik korban. Karena tidak bisa menyetir,
akhirnya mobil mengalami kecelakaan di wilayah Cikalong Wetan.
“Kebetulan ada rekaman CCTV yang memperlihatkan adanya kecelakaan. Dari situlah,
petugas akhirnya mendapatkan identitas pelaku,” kata dia.

Atas perbuatan jahatnya, keempat pelaku terancam hukuman penjara maksimal seumur hidup
dikarenakan telah melakukan pembunuhan berencana.

Dalam kasus ini ada 1 anak yg masih dibawah umur, maka akan menyelesaikan seluruh
proses perkara hukum berdasarkan UU No.11 Tahun 2012. Mirisnya ia jugalah yang
merupakan otak pembunuhan.

Berdasarkan UU No.11 Tahun 2012, Bunga memiliki hak dan perlindungan pada saat proses
penyelesaian perkara, sebagaimana tercantum pada pasal 3 (tiga). Sistem peradilan anak juga
lebih mengutamakan Keadilan Restoratif. Dimana penyelesaian perkara tindak pidana dengan
melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk
bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada
keadaan semula, dan bukan pembalasan. Dan Bunga juga bisa mendapatkan bimbingan dari
pembimbing kemasyarakatan.

Apabila tidak menemui hasil melalui proses pendekatan maka akan dilanjutkan ke proses
peradilan. Mengenai ancaman penjara seumur hidup, tidak bisa dilakukan melihat isi salah
satu ayat dalam pasal 3. Tetapi sang anak bisa ditahan dengan surat penahanan karena telah
memenuhi syarat penahanan.

Hak2 sang anak dapat dilihat dalam isi pasal 3 sebagai berikut :
a. diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya;
b. dipisahkan dari orang dewasa;
c. memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;
d. melakukan kegiatan rekreasional;
e. bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi,
serta
merendahkan derajat dan martabatnya;
f. tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;
g. tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu
yang paling
singkat;
h. memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam
sidang yang
tertutup untuk umum;
i. tidak dipublikasikan identitasnya;
j. memperoleh pendampingan orang tua/Wali dan orang yang dipercaya oleh Anak;
k. memperoleh advokasi sosial;
l. memperoleh kehidupan pribadi;
m. memperoleh aksesibilitas, terutama bagi anak cacat;
n. memperoleh pendidikan;
o. memperoleh pelayananan kesehatan; dan
p. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kita berdoa semoga saja kedua belah pihak dapat diberikan solusi terbaik, mengingat belum
ada kabar dari persidangangan kasus ini. Mental dari sang anak harus kita perhatikan lebih
juga, karena anak masih memerlukan banyak sekali bimbingan. Dan dari korban juga kita
harus melihat kepentingannya juga yg utama jangan sampai dilupakan

Anda mungkin juga menyukai