Anda di halaman 1dari 18

DAMPAK SHALAT PADA KESEHATAN FISIK DAN MENTAL

IBADAH/AKHLAK
MUHIB ROSYIDI, M.PD

Di susun Oleh Kelompok : 3 (Tiga)


Kelas : 3E
Nama Anggota Kelompok :
1. Sarah Yusria (2001025141)
2. sifa supriyatul husnia (2001025372)
3. Muhammad Abrar Rizartiano (2001025382)
4. Salwa Naura Maharani (2001055085)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ibadah/Akhlak yang berjudul “Dampak
Sholat Pada Kesehatan Fisik dan Menta” dengan tepat waktu. Adapun yang nanti akan kami
bahas di dalam makalah ini adalah Analisis Pengaruh Keteraturan Frekuensi Shalat Terhadap
Tingkat Stress Pada Mahasiswa Muslim, Peningkatan Kesehatan Mental Anak dan Remaja
Melalui Ibadah Keislaman, Pengaruh Gerakan Shalat dan Faktor Lain Terhadap Kebugaran
Jantung dan Paru Pada Lansia, Pengaruh Shalat Tahajud Terhadap Depresi, dan Shalat Sebagai
Sarana Pemecah Masalah Kesehatan Mental (Psikologis).
Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya terutama kepada Bapak
Muhib Rosyidi, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Ibadah/Akhlak beserta teman-
teman dan rekan sekalian yang turut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
terselesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, diharapkan
kritik dan saran pembaca dan kesempurnaan makalah kami untuk kedepannya. Mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa yang mempelajari
materi ini.

Jakarta, 11 November, 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………6
D. Metode Pemecahan Masalah…………………………………………………………..6
BAB II : PEMBAHASAN
1. Analisis Pengaruh Keteraturan Frekuensi Shalat Terhadap Tingkat Stress Pada
Mahasiswa Muslim……………………………………………………………………7
2. Peningkatan Kesehatan Mental Anak dan Remaja Melalui Ibadah
Keislaman…………………………………………………………………………….9
3. Pengaruh Gerakan Shalat dan Faktor Lain Terhadap Kebugaran Jantung dan Paru Pada
Lansia………………………………………………………………………………..10
4. Pengaruh Shalat Tahajud Terhadap Depresi…………………………………………12
5. Shalat Sebagai Sarana Pemecah Masalah Kesehatan Mental
(Psikologis)…………………………………………………………………………..14
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………..………………….…………………………………17
B. Saran………………………………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari berbagai agama yang ada didunia agama Islam merupakan Agama yang paling
istimewa dari agama yang lainnya dan merupakan agama yang paling di cintai Allah SWT.
Dalam agama islam banyak sekali ibadah-ibadah yang bernilai pahala baik itu ibadah yang
wajib dilakukan ataupun sunnah untuk dilakukan. Shalat adalah salah satu dari sekian banyak
ibadah dalam agama islam yang wajib dilaksanakan olehumat Muslim yang ditunjukkan
kepada Allah Swt. Dengan menjalankan shalat hati kita akan senantiasa merasa tentram dan
damai. Selain ibadah yang wajib dilakukan, shalat juga memiliki banyak manfaat. Manfaat dari
shalat bisa dilihat dari aspek psikologi atau Kesehatan mental dan juga dari aspek fisik. Dari
aspek psikologi, manfaat yang diperoleh salah satunya adalah ketentraman jiwa. Shalat
membuat jiwa kita menjadi lebih tentam dan damai. Selain itu dengan shalat juga dapat
mengurangi stres yang berlebihan.

Shalat menjadikan seorang muslim merasa lebih tenang hatinya, bersih rohnya, dan
seimbang jiwanya.Shalat juga dapat digunakan menjadi terapi ruhaniah untuk kesembuhan
pasien. Selain dari segi medis, manfaat gerakan salat yaitu kita selalu merasa sehat, aman dan
tentram dimanapun kita berada dan juga sebagai wujud rasa syukur dan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT. Menurut Haryanto (1990; 1994) sholat juga memiliki efek yang mirip dengan
efek obat-obatan yang disalahgunakan. Misalnya memberi efek ketenangan (depresan), seperti
obat bius atau obat penenang. Mahmud Abdullah dosen ulumul Quran Al-Azhar Mesir,
mengatakan jikamelakukan shalat 5 waktu akan mendapatkanasupan yang bernutrisi bagi jiwa,
jika seorang hamba berdoa kepada Tuhannya melalui shalat, ia akan merasakan hatinya
semakin terang, dan dadanya pun semakin lapang. Shalat seharusnya dijadikan acuan suatu
terapi spiritual yang bisa dijadikan motivasi oleh para terapis muslim untuk pasiennya. Jika
kita sebagai umat muslim mau merenungkan atau membayangkan waktu-waktu shalat seperti
waktu Subuh, Dhuhur, Asar, Magrib, dan Isya’. Maka dengan waktu shalat tersebut dapat
diuraikan bahwa jarak waktu antara Shalat Subuh dan Shalat Dhuhur yaitu sekitar 7 jam dan
waktu ini merupakan rentang waktu yang lama dari waktu shalat yang lainnya. Dengan

4
melakukan Shalat Dhuhur, seseorang dapat istirahat dari semua pekerjaan beserta kelelahan
fisiknya maupun mentalnya. Lalu tiba waktu Shalat Asar, sesudah setengah dari rentang waktu
setelahnya, karena pada saat itu seseorang dalam keadaan fisik yang lelah dan membutuhkan
waktu istirahat yang cukup banyak. Setelah selesai waktu Asar tibalah waktu shalat magrib
dengan selisih waktu yang tidak lama, setelah itu masuk waktu shalat Isya’ dan seterusnya
sampai shalat Subuh. Oleh sebab itu, sholat merupakan kegiatan yang menimbulkan status
ruhani manusia naik. Sholat dapat menjaditerapi kejiwaan untuk kesembuhan pasien.
Ungkapan tersebut dibuktikan langsung oleh seorang dokter Prancis yang terkenal yaitu Alexis
Carrel. Hal serupa juga diungkapkan oleh William Jame tentang dampak shalat, bahwa dengan
shalat kita bisa, “mendobrak pintu harta karun besar dari kegiatan intelektual yang tidak bisa
kita capai dalam kondisi-kondisi normal.

Gerakan salat menurut para ilmuwan dan dokter adalah jalan terbaik menyembuhkan
rematik (terutama untuk tulang punggung), yang disebabkan oleh ketidakseimbangan otot.
Berdasarkan saran dokter, solusi terbaik untuk menghindari rematik sejak dini yaitu dengan
melaksanakan salat 5 waktu secara konsisten dan juga banyak melakukan gerak untuk
meminimalisir kemungkinan penyakit tulang punggung. Gerakan salat merupakan gerakan
olahraga yang baik untuk melancarkan aliran darah sehingga tidak terjadi penyumbatan pada
pembuluh darah khususnya untuk melancarkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh organ
tubuh dan otak. Selain baik untuk jantung dan peredaran darah, gerakan shalat juga dapat
memperkuat tulang karena tulang yang banyak digerakkan secara terus-menerus akan menjadi
lebih baik, lebih tebal, tidak mudah keropos dan dapat terhindar dari osteoporosis, karena
mengandung lebih banyak kalsium dibanding tulang yang tidak sering digerakkan. Manfaat
gerakan salat dari segi medis yaitu baik untuk sistem pencernaan, peredaran darah, persendian
dan sebagainya.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jantung dan paru pada
lansia antara lain; keturunan, usia, jenis kelamin, gizi, merokok dan aktivitas fisik. Oleh karena
itu, akan lebih baik jika kita modifikasikan dari sekarang gaya hidup yang tidak sehat tersebut
dengan cara lebih giat menjalankan sholat 5 waktu, berolahraga, menurunkan berat badan
sesuai dengan berat badan ideal, membatasi pengkonsumsian alkohol, dan mengehentikan
kebiasaan merokok. Sedangkan kaitannya terhadap gerakan salat, dari segi medis gerakan salat
baik untuk sistem pencernaan, peredaran darah, persendian dan sebagainya. Selain dari segi

5
medis, manfaat Gerakan salat yaitu kita selalu merasa sehat, aman dan tentram dimanapun kita
berada dan juga sebagai wujud rasa syukur dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
• Apa saja dampak dari shalat dari aspek mental dan fisik?
• Bagaimana kaitannya shalat dengan mental dan fisik?
• Apakah terapi dalam shalat berhubungan dengan kesehatan mental?
• Apa manfaat shalat bagi aspek mental dan fisik?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada Semester 3 Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Prof. Buya Hamka yang
bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan serta manfaat bagi kita tentang “Dampak Shalat
Pada Kesehatan Mental dan Fisik”.

D. Metode Pemecahan Masalah


Berdasarkan masalah yang ada, masalah penyusun menitik beratkan kepada studi
kepustakaan dengan mencari jurnal sumber yang relevan dengan pembahasan masalah. Selain
itu kami juga mencari data yang menunjang dari media komunikasi elektroni yaitu internet.
Kemudian penyusun mengolah data dengan cara memilih data yang sesuai dengan kebenaran.

6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisis Pengaruh Keteraturan Frekuensi Shalat Terhadap Tingkat
Stress Pada Mahasiswa Muslim

Dalam Islam, ibadah disebut shalat yang secara linguistik berarti doa. Shalat adalah
salah satu rukun Islam. Ini berbeda secara signifikan dari doa pribadi atau doa yang
berhubungan dengan iman Kristen. Dalam Al-Qur'an, kata shalat dapat diterapkan pada Tuhan,
malaikat, dan manusia (Al Ahzaab, 33:56). Bagi Tuhan, itu berarti bahwa Ia cenderung
berbelas kasih kepada umat manusia; bagi para malaikat, itu berarti bahwa mereka meminta
pengampunan bagi umat manusia; bagi manusia, itu berarti memohon kepada Tuhan. Dalam
teks-teks Islam, doa mengacu pada zikir Allah (Zikr). Allah berfirman bahwa “Mereka yang
beriman dan menemukan kepuasan hati mereka dalam pengingatan akan Allah. Tidak
diragukan lagi, dengan mengingat Allah akan menemukan kepuasan hati ”(Ar-Ra'd, 13:28).
Banyak cendekiawan telah memeriksa shalat sebagai strategi koping dan perannya dalam
meningkatkan kesehatan mental dan fisik. Shalat, sebagai upaya koping keagamaan, dapat
memiliki dampak yang signifikan dalam mengatasi masalah dan mengurangi stres dan
kecemasan. Dari perspektif mental, bagaimanapun, shalat, yang membutuhkan ketergantungan
pada Sang Pencipta, mengarah pada pencegahan dan penyembuhan sebagian besar neurosis,
depresi, dan bahkan psikosis utama.
Seorang muslim adalah orang yang percaya pada Allah dan berusaha untuk reorganisasi
lengkap hidupnya sesuai dengan pedoman Islam. Filsuf Muslim Ibnu Arabi mengatakan
seorang muslim adalah orang yang telah mendedikasikan ibadahnya secara eksklusif kepada
Tuhan. Salah satu ulama, Zaydan menjelaskan Islam sebagai kumpulan ajaran yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad (SAW) yang meliputi hukum aqidah, ibadah dan
akhlaq. Menurut al-Bagha, Islam terdiri dari tiga hal utama: aqidah, shariah dan akhlaq. Sabiq
menyatakan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Muhammad (SAW),
yaitu, iman dan ‘amal (praktik). Iman setara dengan aqidah dan membentuk dasar syariah atau
hukum dan ‘amal melengkapi iman dan aqidah. Muhammad Abdullah dan Muhammad Abdul
Halim menjelaskan bahwa Islam adalah aqidah dan ibadah. Pandangan ini sesuai dengan yang
diberikan oleh Musa bahwa Islam, agama Allah adalah permanen dan membutuhkan aqidah
dan ibadah yang valid. Menurut Abdullah, Islam berarti iman. Dan untuk al-Syak‘ah, Islam

7
adalah aqidah dan syariah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komponen utama dari
ajaran Islam terkandung dalam aqidah, ibadah dan akhlaq. Aqidah berarti hal-hal yang harus
diyakini dalam hati, tidak ternoda oleh keraguan dan memberikan ketenangan pikiran
(Sunaryo, 2018).
Aqidah atau iman sangat penting dalam kehidupan manusia karena memiliki efek
positif pada kesejahteraan jiwa adalah sumber dari semua kebaikan dan merupakan
penggambaran komponen Islam yang paling mulia atau tertinggi. Ibadah (ibadah atau
kepatuhan tertinggi, penyerahan, pengabdian, dan cinta) juga merupakan masalah penting
dalam kehidupan seorang muslim. Ibadah dalam Islam dibagi menjadi dua, umum dan spesifik.
Ibadah umum meliputi setiap tindakan yang dilakukan untuk mencapai keridhoan Tuhan
seperti perilaku yang bajik, menghormati orang tua dan sebagainya. Ibadah khusus berarti
praktik-praktik tertentu yang dilakukan seorang hamba sebagai praktik pelatihan untuk
membuktikan kepatuhannya yang semestinya, seperti lima prinsip Islam: deklarasi iman,
shalat, zakat, puasa dan haji. Ini juga mencakup kewajiban agama yang umum dikenal seperti
amal, umrah dan tilawah Al-Quran.
Shalat dapat memberi umat Islam, termasuk mahasiswa, dalam memperoleh energi
spiritual yang membantu mereka mengalami kedekatan dengan Yang Ilahi dan melindungi
mereka dari perasaan kesepian dan isolasi. Ayat dari Al- Qur'an ini menggambarkan hubungan
intim ini: “Dan Tuhanmu berkata: Berdoalah kepadaku: dan aku akan mendengar doamu” (Al-
Ghaafir, 40:60). Mengetahui bahwa seseorang adalah objek penyembuhan dapat memberikan
penyembuhan karena dapat menimbulkan rasa memiliki, dirawat, dan didukung. Keyakinan
Islam mendalilkan bahwa manusia memiliki ‘‘Fitrah”, yang dianggap sebagai iman primordial
yang ditanamkan oleh Tuhan dalam sifat manusia untuk mengakui dan merasa lebih dekat
dengan- Nya, terutama selama shalat. Hamdan (Sunaryo, 2018) juga berpendapat bahwa sifat
doa yang kontemplatif membuat penyembah lebih dekat kepada Tuhan.
Shalat dapat memberikan rasa kemanjuran dalam menangani masalah kehidupan, serta
respons relaksasi terhadap masalah ini. Selanjutnya, shalat dapat memupuk tanggung jawab
pribadi untuk tindakan seseorang dan dapat menuntun orang tersebut untuk melakukan
tindakan positif. Sehubungan dengan ibadah Islami, shalat dapat memberikan sumber kekuatan
yang berkelanjutan kepada orang percaya dan menanamkan disiplin diri dan ketekunan. Shalat
dapat menghasilkan energi spiritual yang memberi orang perasaan damai dan bahagia. Ayat
berikut dari Al-Qur'an mencerminkan hubungan antara shalat dan kebahagiaan: “Dan orang-
orang yang konstan, mencari keridhaan Tuhan mereka, dan terus berdoa dan menghabiskan
(dengan murah hati) dari apa yang telah Kami berikan kepada mereka secara diam-diam dan

8
terbuka. dan mengusir kejahatan dengan kebaikan; Adapun mereka, mereka akan memiliki
(senang) pada masalah tempat tinggal” (Ar-Rad, 13:22).

2. Peningkatan Kesehatan Mental Anak dan Remaja Melalui Ibadah


Keislaman
Pengembangan Kesehatan Mental Melalui Ibadah dapat dijelaskan melalui salah satu
penelitian berjudul Efektivitas pelaksanaan ibadah dalam upaya mencapai kesehatan mental
(Reza, I. F., 2015).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengaruh pelaksanaan ibadah dalam konteks
agama Islam, seperti shalat berjamaah, berdzikir, membaca Al-Qur’an, biasanya dilaksanakan
di tempat ibadah, seperti Mesjid, Mushola, dan Surau. Mesjid merupakan pusat ibadah, dalam
pengertian luas mencakup kegiatan muamalat atau sosial. Dengan melaksanakan ibadah
keislaman tersebut, anak dan remaja meningkatkan kesehatan mental mereka khususnya untuk
membentuk kecerdasan sosial dengan lingkungan.
Hasil penelitian selanjutnya menjelaskan berdasarkan hasil wawancara peneliti (Reza,
I.F., 2015) kegiatan peribadahan terbagi menjadi lima kegiatan, yaitu: 1) kegiatan harian yang
rutin dengan melaksanakan shalat berjamaah lima waktu di mesjid, 2) kegiatan mingguan
berupa pengajian agama, 3) aktivitas atau kegiatan per bulan melalui kuliah subuh dan ramah
tamah silaturahmi dua kali dalam seminggu, 4) kegiatan sekali setahun (tahunan) dengan
melaksanakan peringatan atau perayaan hari besar Islam, 5) mengikuti kegiatan seminar atau
pelatihan tentang keislaman dan keagamaan (Reza, I. F., 2015).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan juga jawaban jamaah sebagai
responden mengenai motif pelaksanaan ibadah. Motif responden penelitian menjelaskan
ibadah merupakan kewajiban seorang muslim sebagai sarana bersyukur atas apa yang telah
diperoleh dalam hidup mereka. Jadi, kesehatan mental dengan bentuk kemampuan bersyukur
ditemukan melalui penelitian tersebut (Reza, I. F., 2015).
Sementara itu, berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap beberapa Jemaah bahwa
terlihat jamaah cenderung memiliki kesehatan mental yang baik (Reza, I.F., 2015). Terlihat
dengan seimbangnya antara aktivitas bekerja dengan aktivitas pelaksanaan ibadah. Jadi,
individu yang menjaga ibadah dengan disiplin menunjukkan produktivitas bekerja, berkarya,
dan aktivitas positif lain. Kondisi tersebut dapat dijelaskan melalui pandangan Hawari (dalam
Reza, I. F., 2015) mengemukakan, perubahan-perubahan sosial budaya sudah terjadi yang
menuntut kedisiplinan dan produktivitas maka pendidikan agama hendaknya tetap diutamakan.

9
Peran agama mengandung nilai moral, etik, dan pedoman hidup sehat yang universal, baik
kesehatan fisik dan kesehatan mental.

Berdasarkan hasil analisis data kualitatif yang didapatkan di atas, dapat disimpulkan
ada kecenderungan pengaruh positif antara pelaksanaan ibadah terhadap kesehatan mental pada
remaja untuk mencapai kriteria kesehatan mental khususnya pada prinsip kesehatan mental
tentang Hubungan Manusia dengan Lingkungannya dan Hubungan Manusia dengan Tuhan.
Sementara itu, Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti (dalam Lubis, B. H., & Nashori, F., 2002)
menerangkan bahwa apabila ibadah shalat dikerjakan dengan menerima delapan posisi tubuh
(arkan) secara terpisah dan membaca masing-masing ayat Al-Qur’an pada masing-masing
postur (sikap tubuh) akan meningkatkan efek kesehatan fisik dan kesehatan mental. Misalnya,
sikap tubuh disebut Sujud di dalam shalat memiliki dampak positif untuk membersihkan sistem
pernafasan, sistem peredaran darah dan syaraf.
Anak dan remaja perlu untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri
kepada Allah swt. karena remaja yang belum mempunyai pendirian, mereka sangat mudah
terpengaruh olehd lingkungan sekitar dan masih suka mengikuti gaya hidup orang lain yang
tidak selalu positif. Jadi, dengan meningkatkan ibadah keislaman maka remaja bisa
mengembangkan kesehatan mental dan potensi lainnya.
3. Pengaruh Gerakan Shalat dan Faktor Lain Terhadap Kebugaran Jantung dan
Paru Pada Lansia
Lansia adalah proses alami yang dimulai dengan kehidupan intrauterin, berlanjut
hingga kematian yang disebabkan oleh degenerasi sel dan sistem yang tidak dapat diubah.
Lansia bukanlah proses patologis, melainkan terjadinya suatu perubahan fisiologis, psikologis,
sosiologis dan kronologis seiring dengan berjalannya waktu. Dengan demikian, definisi lansia
cukup luas dan kompleks. Lansia secara fisiologis didefinisikan sebagai terjadinya penurunan
struktural dan fungsional; lansia secara psikologis didefinisikan dengan terjadinya penurunan
persepsi, pembelajaran dan kemampuan pemecahan masalah; dan definisi lansia secara
sosiologis didefinisikan sebagai terjadinya penurunan dan kehilangan nilai-nilai
kemasyarakatan terhadap individu. WHO mendefinisikan lansia sebagai individu yang berusia
65 tahun ke atas. Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis akan mengalami penurunan
akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Selain
itu, masalah degenaratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga lansia juga rentan terkena
infeksi penyakit menular. Hasil Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah

10
Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain; hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) dan Diabetes Melitus (DM).
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jantung paru meliputi faktor
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan
(minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin,
ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) seperti obesitas, kurang
olahraga atau aktivitas, merokok, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkoholisme, stres,
pekerjaan, pendidikan dan pola makan yang tidak sehat. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Usia
Usia berpengaruh pada risiko terkena penyakit kardiovaskular, dimana usia
menyebabkan perubahan di dalam jantung dan pembuluh darah.
b. Jenis Kelamin
Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibading laki-
laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan, tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia.
c. Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
• Merokok
Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil di dalam
paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih keras karena tekanan darah yang
lebih tinggi.
• Kurangnya Aktivitas Fisik
Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, maka makin
besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tekanan perifer
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah.
d. Konsumsi Garam berlebihan
Garam merupakan faktor yang sangat penting pada proses patogenesis hipertensi.
Asupan garam kurang dari 3 gram/hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah,
sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram/hari menyebabkan prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20%. Peranan garam pada patogenesis hipertensi melalui masukan
natrium yang tinggi.

11
Pengaruh Gerakan Salat Terhadap Kebugaran
Gerakan salat menurut para ilmuwan dan dokter adalah jalan terbaik menyembuhkan
rematik (terutama untuk tulang punggung), yang disebabkan oleh ketidakseimbangan otot.
Berdasarkan saran dokter, solusi terbaik untuk menghindari rematik sejak dini yaitu dengan
melaksanakan salat 5 waktu secara konsisten dan juga banyak melakukan gerak untuk
meminimalisir kemungkinan penyakit tulang punggung.
Gerakan salat merupakan gerakan olahraga yang baik untuk melancarkan aliran darah
sehingga tidak terjadi penyumbatan pada pembuluh darah khususnya untuk melancarkan suplai
oksigen dan nutrisi keseluruh organ tubuh dan otak. Selain baik untuk jantung dan peredaran
darah, gerakan shalat juga dapat memperkuat tulang karena tulang yang banyak digerakkan
secara terus-menerus akan menjadi lebih baik, lebih tebal, tidak mudah keropos dan dapat
terhindar dari osteoporosis, karena mengandung lebih banyak kalsium dibanding tulang yang
tidak sering digerakkan.
Manfaat gerakan salat dari segi medis yaitu baik untuk sistem pencernaan, peredaran
darah, persendian dan sebagainya. Selain dari segi medis, manfaat gerakan salat yaitu kita
selalu merasa sehat, aman dan tentram dimanapun kita berada dan juga sebagai wujud rasa
syukur dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
4. Pengaruh Shalat Tahajud Terhadap Depresi
a. Depresi Sebelum Perlakuan
Berdasarkan hasil penelitianyang dilakukan diketahui bahwa santri yang mengalami
depresi sedang pada pre intervensi sebanyak 4 orang (66%), tingkat depresi berat sebanyak 1
orang (17%) dan yang mengalami depresi sangat berat ada 1 orang (17%).
Umur juga mempengaruhi tingktan depresi pada remaja.Sebanyak 6 (100%) responden
berumur 18 tahun.Peneliti mengatakan masa ini adalah masa puber.Pada masa ini mulai terjadi
perubahan secara fisik dan mental dan merupakan masa transisi pada remaja.Bisa
dikatakandepresi gampang terjadi pada remaja karena remaja sangat memerhatikan citra diri
dan penampilan diri agar bisa tampil sempurna didepan orang. Peneliti yakin, pada masa ini
santri akan rentan mengalami stres, tekanan akibat beradaptasi dalam berinteraksi dengan
orang lain.Depresi pada remaja harus segera ditangani karena jika berkepanjangan, dapat
mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian. Makin lama seseorang mengalami
depresi, makin lemah daya tahan mentalnya, makin habis energinya, makin habis semangatnya,
makin terdistorsi pola pikirnya sehingga dia tidak bisa melihat alternatif solusi untuk
menangani depresinya, tidak bisa melihat ke depan, tidak menemukan harapan, tidak bisa

12
berpikir positif juga dapat mempengaruhi kualitas depresi yang terjadi pada seseorang. Secara
tidak langsung jika dihubungkan pada perilaku bunuh diri, bunuh diri juga menjadi solusi satu-
satunya untuk menyelesaikan atau menghakhiri depresinya.Dalam penelitian di Pesantren An-
Nur 2 Bululawang Malang, peneliti mendapatkan bahwa pernah terjadi tindakan bunuh diri
yang dilakukan oleh santri beberapa tahun yang lalu.Menurut Kaplan ( 2010) dalam Sari (2011)
penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien
memiliki serotonin yang rendah.
b. Depresi Post Intervensi
Berdasarkan hasil penelitian ini, sholat tahajud berpengaruh dalam menurunkan
tingkatan depresi yang dialami santri.Lihat saja persentase tingkatan depresi yang di alami
santri setelah melaksanakan sholat tahajud. Sebanyak (17%) 1 orang santri mengalami depresi
berat, sebanyak (50%) 3 orang mengalami depresi sedang dan sebanyak (33%) 2 orang tidak
mengalami depresi.
Ini merupakan suatu hasil yang sangat signifikan.Setelah diberikan perlakuan berupa
sholat tahajud selama tujuh kali perlakuan selama satu minggu.Sholat tahajud dapat
memberikan efek samping yang dapat mempengaruhi tingkatan depresi yang di miliki oleh
santri.Meskipun efek sampingnya berbeda-beda yang dirasakan oleh santri.Tapi hal ini
merupakan suatu keberhasilan dalam mempengaruhi tingkatan depresi.Maka dalam hal ini
peneliti pun bisa mengatakan sholat dapat menurunkan tingkatan depresi yang miliki oleh
manusia. Ini tercermin dalam QS, Al Baqarah, 2 : 45-46 “Jadikan sabar dan Sholat sebagai
penolongmu, dan Berdasarkan hasil penelitian mengenai frekuensi sholat tahajud sebanyak
(100%) 6 responden, seluruhnya melaksanakan sholat malam sebanyak 7 kali dalam satu
minggu. Peneliti beranggapan jika sholat dilakukan terus menerus akan menjadi saran
mendekatkan diri kepada sang ilahi dan meningkatakan tingkat keimanan dari seseorang.
Pengulangan ini memiliki kekuatan untuk mensugesti menghipnosa mental yang gelisah dan
bingung atau memasukkan (menenggelamkan) pikiran kedalam ketenangan yang luar biasa
(Sangkan, 2009).Peneliti juga merasakan bahwa intervensi yang diberikan belum cukup untuk
menurunkan tingkatan sholat tahajud pada responden.Sehingga masih ada responden yang
mengalami depresi berat.
c. Pengaruh Sholat Tahajud Terhadap Depresi
Penelitian ini memberikan hasil yakni ada pengaruh yang signifikan antara depresi
dengan sholat tahajud, yang dibuktikan dengan nilai 𝜌 value sebesar 0,027 < α 0,05. Menyadari
bahwa sebagian besar responden dalam keadaan depresi.Peneliti mencoba menggunakan
dimensi spiritual berupa sholat tahajud sebagai media dalam menurunkan tingkatan

13
depresi.Tetapi hal mendasarkan harus diketahui oleh responden adalah manfaat sholat
tahajud.Karena didalam sholat tahajud tersebuh dapat menyehatkan menyehatkan badan.Hal
ini sesuai dengan riwayat Nabi Muhammad s.a.w yang bersabda sebagaimana yang disebutkan
dalam hadis riwayat thobroni, “Kerjakanlah sholat malam, karena sesungguhnya ia akan
mengusir penyakit dalam tubuh.”Dan Wahana pendekatan diri kepada Allah s.w.t, penghapus
dosa dan pengusir penyakit dalam tubuh. (HR.at-Tirmidzi)
Peneliti beranggapan shalat tahajud dapat memberikan pengaruh secara maksimal
harusnya shalat tahajud dijalankan dengan ikhlas dan akan memperbaiki emosional positif dan
efektivitas coping. Meski belum banyak teori membahas mengenai keikhlasan dalam
melaksanakan perintah agama.Emosional positif sendiri menurut peneliti dapat menghindari
reaksi depresi berlebihan. Sholat yang dilaksanakan dengan hudhur (konsentrasi) dan
tuma’ninah (tenang) sudah terbukti memberi pengaruh kesehatan bagi manusia, baik fisik,
jiwa, sosial, maupun spiritual (Assegaf,2008 dalam Putra, 2012). Jadi, baik Sholat wajib
maupun sholat-sholat sunnah, termasuk disini sholat tahajud telah terbukti memberikan
manfaat bagi kesehatan.
5. Shalat Sebagai Sarana Pemecah Masalah Kesehatan Mental
(Psikologis)
Pengertian Shalat
Tidak ada satu pun kewajiban yang dibebankan kepada manusia kecuali didalamnya
terdapat kebaikan, hikmah, dan manfaat bagi manusia itu sendiri. Meskipun terkadang sebagian
manusia tak mampu melihat hikmah yang terkandung karena kurang diperhatikannya atau
belum dapat dirasakannya. Karenanya, sangat wajar jika kita diwajibkan untuk mensyukuri
segala yang diciptakan Allah di bumi, terlebih apabila yang diberikan Allah tersebut datang
dalam bentuk suatu kewajiban. Sebab, sebagai yang didatangkan Allah kepada hamba-Nya,
atau sebagai sebuah kewajiban yang secara langsung dijemput Nabi Muhammad SAW, pastilah
shalat dan shalat tersebut mengandung beberapa manfaat bukan hanya dalam kehidupan dunia
melainkan juga untuk kepentingan masa depan di akhirat. Shalat berarti doa atau rahmat.Shalat
dikatakan sebagai doa karena gerakan-gerakan dari shalat seluruhny mengandung makna doa
yang di tunjukkan kepada Allah SWT. Seluruh bacaan shalat merupakan bentuk pengagungan
seorang hamba kepada Tuhannya Rangkaian ucapan dan gerakan tersebut bukan hanya sekedar
ucapan dan gerakan tanpa memiliki arti atau makna, tetapi masing-masing mengandung
sejarah,filosofi, ibrah,tujuan, dan hikmah yang sangat banyak bagi orang yang
menjalankannya.

14
Pengertian Psikologi
Sedangkan psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk kejiwaan
atau mental seseorang. Lebih jelasnya ada beberapa pengertian psikologi menurut para ahli
yaitu sebagai berikut Sobur (2011) mengemukakan secara ringkas berikut ini dapat dipaparkan
beberapa pengertian psikologi yang dikemukakan para ahli, antara lain: Psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir (plato dan
Aristoteles). Psikologi adalah ilmu yang mempelajari adanya jiwa dan kehidupan jiwa. (Bigot
Kohnstamm, dan Palland 1954). Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan
proses mental. (Hilgard dan Atkinson,1975). Jadi antara shalat dan psikologi merupakan satu
kesatuan yang berkaitan. Maka selain mendatangkan pahala shalat juga memberikan manfaat
psikologi.
Hubungan Shalat dan Psikologi dalam Islam
“Sholat adalah prosesi spiritul untuk mengingat Allah, dan mengingat Allah merupakan
pintu masuk untuk membuat hati yang tentram dan damai. Bukankah memiliki hati yang damai
dan kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia. Orang sibuk siang dan malam mengerahkan
segala daya untuk mengejar kedamaian dan kebahagiaan. Tentu saja ketentraman dan
kebahagian itu pusatnya didalam jiwa, didalam hati. Harta, jabatan, kekuasaan, bisa
mendatangkan kebahagiaan tergantung bagaimana menyikapinya”. Pada suatu kesempatan
Nabi pernah mentahbiskan shalat sebagai kendaraan untuk menaikkan kualitas ruhani
seseorang.
Shalat seharusnya dijadikan acuan suatu terapi spiritual yang bisa dijadikan motivasi
oleh para terapis muslim untuk pasiennya. Jika kita sebagai umat muslim mau merenungkan
atau membayangkan waktu-waktu shalat seperti waktu Subuh, Dhuhur, Asar, Magrib, dan
Isya’. Maka dengan waktu shalat tersebut dapat diuraikan bahwa jarak waktu antara Shalat
Subuh dan Shalat Dhuhur yaitu sekitar 7 jam dan waktu ini merupakan rentang waktu yang
lama dari waktu shalat yang lainnya. Dengan melakukan Shalat Dhuhur, seseorang dapat
istirahat dari semua pekerjaan beserta kelelahan fisiknya maupun mentalnya. Lalu tiba waktu
Shalat Asar, sesudah setengah dari rentang waktu setelahnya, karena pada saat itu seseorang
dalam keadaan fisik yang lelah dan membutuhkan waktu istirahat yang cukup banyak. Setelah
selesai waktu Asar tibalah waktu shalat magrib dengan selisih waktu yang tidak lama, setelah
itu masuk waktu shalat Isya’ dan seterusnya sampai shalat Subuh.
Oleh sebab itu, sholat merupakan kegiatan yang menimbulkan status ruhani manusia
naik. Sholat dapat menjaditerapi kejiwaan untuk kesembuhan pasien. Ungkapan tersebut
dibuktikan langsung oleh seorang dokter Prancis yang terkenal yaitu Alexis Carrel. Hal serupa

15
juga diungkapkan oleh William Jame tentang dampak shalat, bahwa dengan shalat kita bisa,
“mendobrak pintu harta karun besar dari kegiatan intelektual yang tidak bisa kita capai dalam
kondisi-kondisi normal. “Dr. Edwind Frederick Pourz, seorang professor dalam bidang
penyakit syaraf di Amerika Serikat, menyatakan bahwa menyembuhkan berbagai penyakit
yang menular dalam waktu yang singkat akan sulit dilakukan dalam waktu yang sedikit pula.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selain untuk menggugurkan dosa, shalat juga dapat mendekatkan diri pada Allah
Ta'ala, dapat menenangkan hati, memohon pertolongan Allah SWT, dan menjadi sumber
energi bagi jiwa. Tapi, manfaat shalat tidak hanya berhenti sampai disitu. Manfaat gerakan
shalat juga sangat memengaaruhi kesehatan fisik dan kesehatan mental.
Shalat akan memotivasi individu untuk lebih menjernihkan hati dan menghapus segala
penyakit kejiwaan dan dengki hati. Shalat pun akan menjadi penerang bagi hati, penerang bagi
wajah, dan sugesti bagi tubuh. Shalat pun akan mampu menenangkan jiwa, Ketenangan jiwa
adalah keadaan seseorang dalam keseimbangan hidup.
B. Saran
Mengingat pelaksanaan sholat tepat waktu dan rutin merupakan kewajiban bagi umat
muslim dan memiliki banyak manfaat pada diri kita maka hendaklah setiap umat islam
menanamkan keyakinan hal tersebut dalam hati masing-masing dan melaksanakan sesuai
dengan ketentuan islam sebagaimana umat-umat terdahulu melaksanakannya.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. https://scholar.archive.org/work/ssarahl3e5czxkgxavcfd5czii/access/wayback/http
s://jurnal.unimus.ac.id/index.php/APKKM/article/download/6659/pdf
2. https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/download/588/576
3. https://ojs.diniyah.ac.id/index.php/Nathiqiyyah/article/download/83/64
4. https://journal.uir.ac.id/index.php/alhikmah/article/download/3898/2062
5. https://scholar.archive.org/work/cecpazypr5bhpdzijmym2uv6qi/access/wayback/h
ttps://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/spiritualita/article/download/2688/1210

18

Anda mungkin juga menyukai