Anda di halaman 1dari 15

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Kampus UNP Air Tawar Padang 25131 Telp.(0751) 7058772 Pes 273

BAHAN AJAR MINGGU 16

Nama matakuliah : Pengantar Ilmu Material


No Kode : FIS 2.62.5004
Jumlah SKS : 3 SKS
Pembina matakuliah : Dra. Yenni Darvina, M.Si

A. Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

UMUM: Berfikir kritis dalam menerapkan konsep-konsep dan hukum-hukum dasar


Fisika untuk mendeskripsikan,mengaplikasikan, dan menganalisis berbagai
fenomena pada bahan dalam penelitian, kehidupan dan lingkup
pekerjaannya.

KHUSUS: Berfikir kritis dalam menerapkan konsep-konsep dan hukum-hukum dasar


Fisika untuk mendeskripsikan,mengaplikasikan, dan menganalisis tentang
Material biofisika Bioelektrik Biomekanik Biofluida Klorofil untuk panel
surya

Soft skills/Karakter: Berfikir kritis, Teliti, Jujur, Mandiri, Terampil, Bertanggung jawab

B. Materi :
Material biofisika
1. Bioelektrik
2. Biomekanik
3. Biofluida
4. Klorofil untuk panel surya

BAB XIV
MATERIAL BIOFISIKA

A. Bioelektrik
Listrik berperan penting di dalam kontrol sistem fungsi tubuh manusia. Muatan
listrik menentukan respon seluler terhadap stimulasi, meliputi resting state, treshold state,
active state. Resting state adalah respon dasar sel saat besar stimulasi di bawah batas
minimum aktifasi sel; threshold state adalah respon sel saat besar stimulasi mencapai batas
minimum aktifasi sel; active state adalah respon sel saat besar stimulasi melebihi batas
minimum aktifasi sel. Bentuk aktifasi sel beragam, bergantung jenis dan fungsi sel,
contoh : sel endokrin mensekresi hormone, sel B limfosit mensekresi antibodi, sel

151
makrofag yang melakukan fagositosis dan sel otot yang berkontraksi. Listrik dapat tercipta
manakala terdapat perbedaan muatan listrik antara satu bagian tertentu dengan bagian
yang lain.
Di dalam tubuh manusia, kita mengenal dua bagian kompartemen besar yang
berisi cairan. Bagian yang terletak di dalam sel, dibatasi oleh membran sel disebut cair
intra sel (cis). Sedangkan bagian yang terletak di luar sel disebut dengan cair ekstra sel
(ces). Komponen penyusun cis dan ces sebagian besar adalah elektrolit yang mengandung
ion bermuatan listrik. Semakin besar perbedaan muatan listrik antara cis dan ces, semakin
besar pula potensi listrik yang dihasilkan. Perbedaan muatan listrik antara cis dan ces
inilah yang disebut dengan beda potensial membran. Komposisi di dalam cis dan ces
bersifat dinamis dan selalu berubah, mengingat kedua kompartemen tersebut saling
berhubungan. Pada saat resting, komposisi ion cis dan ces menghasilkan bedaan muatan
listrik, dimana muatan listrik cis lebih kecil dibandingkan dengan muatan listrik ces. Beda
potensial tersebut terukur dengan galvanometer menghasilkan nilai negatif (pada sel syaraf
= -70 m volt). Nilai negatif mengisaratkan bahwa muatan listrik cis kurang 70 volt
daripada ces. Artinya, muatan positif relatif lebih banyak pada ces, sedangkan muatan
negatif relatif menumpuk di cis. Perbedaan inilah yaang kemudian disebut dengan resting
membrane potensial (RMP)
Tabel 14.1

Beda potensial membran pada saat resting (RMP) menunjukan potensi arah
kecenderungan ion untuk bergerak. Potensi tersebut terbatasi oleh keberadaan membran sel
yang bersifat semipermeable. Ion yang cenderung bergerak masuk atau keluar sel harus
melewati membran sel, sayangnya ion tidak dapat menembus membran sel. Ion hanya
dapat melewati membran sel melalui kanal khusus yang terbuka atau tertutup oleh pemicu
listrik ligand gated channel atau pemicu kimia ligand gated channel. Potensi pergerakan
ion (muatan listrik) melintasi membran dapat dipahami sebagai penjabaran Hukum
Coulomb yang menyatakan bahwa gaya tarik (F) yang diciptakan oleh RMP adalah
berbanding lurus dengan besar muatan ion (Q) yang berada di cis maupun di ces dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r2) antara cis dan ces. Fenomena ini disebut
dengan bioelektrostatika.

Kuadrat jarak antara cis dan ces dipahami sebagai tebal membran sel; semakin
tabal membran sel maka semakin kecil gaya tarik (F) yang ditimbulkan, artinya potensi
listrik statis juga semakin kecil. Sel cenderung tidak mudah dirangsang atau kurang
sensitif. Contoh adalah sel syaraf yang berselubung myelin pada bagian aksonya. Selubung
myelin menyebabkan ketebalan membran akson syaraf bertambah sehingga pada bagian
yang terdapat myelin, akson syaraf menjadi kurang sensitif atau tidak mudah dirangsang..

152
Gambar 14.1. Hukum Coulomb

2. Potensial aksi
Potensi listrik statik pada membran (RMP) dapat berubah dinamik saat potensial
aksi terjadi. Potensial aksi merupakan rangkaian persitiwa yang terjadi akibat beda
potensial membran distimulasi. Potensial aksi hanya akan muncul bila terdapat stimulus
atau rangsangan yang adekuat atau lebih untuk membuka voltage gated ion channel. Setiap
channel memiliki nilai ambang kepekaan (firing level/ treshold) yang berbeda. Respon sel
yang mendapatkan stimulasi sampai betas minimal, disebut treshold state dan yang
mendapatkan stimulasi melebihi batas minimal, disebut active state (potensial aksi).
Potensial aksi dimulai dengan depolarisasi membran, yang berarti peniadaan atau
berkurangnya polarisasi (beda potensial) antara cis dan ces. Bila RMP terukur adalah -70
mv, maka stimulasi yang adekuat merubah beda potensial membran dari -70 mv menjadi
lebih kecil hingga mendekati nol. Penurunan beda potensial disebabkan oleh pembukaan
kanal ion natrium (Na+). Sensor listrik kanal ion natrium peka terhadap beda potensial
yang paling kecil, sehingga kanal ion natrium terbuka pertama kali setelah sel distimulasi.
Kanal ion natrium yang terbuka menyebabkan pergerakan masuk (influx) ion natrium
menjadi nyata. Influx ion natrium membawa masuk muatan positif ke dalam cis menjadi
lebih positif, sehingga beda potensial antara cis dan ces berkurang mendekati nol.
Depolariasi membran akan berhenti manakala beda potensial membran telah mencapai
nilai ambang dari sensor kanal ion kalium dan chlor. Nilai ambang sensor kanal ion chlor
menghendaki beda potensial yang lebih kecil dibandingkan kanal ion kalium sehingga
kanal ion chlor terbuka terlebih dahulu. Kanal ion chlor yang terbuka membawa masuk
sejumlah muatan negatif ke dalam sel (cis) sehingga menambah beda potensial membran.
Dengan demikian beda potensial yang semula mengecil akibat depolarisasi, kembali
meningkat akibat pembukaan kanal ion chlor. Beda potensial yang kembali meningkat
sampai pada nilai ambang kanal ion kalium, maka kanal tersebut akan terbuka dan
membawa keluar muatan positif dari dalam sel. Negatifitas muatan di dalam sel meningkat
kembali dan polarisasi membran pun bertambah mendekati kondisi semula. Hal inilah
yang disebut dengan fenomena repolarisasi, artinya polarisasi membran kembali pada
kondisi semula.

153
Gambar 14.2. Polarisasi membrane

Repolarisasi terkadang melebihi potensial membran saat resting (RMP) sehingga


sejumlah ion natrium dan chlor terjebak di dalam sel sedangkan ion kalium terjebak di luar
sel. Fenomena ini sering disebut dengan positive after potential. Upaya untuk
mengembalikan komposisi ion seperti semula tidak mudah, karena sel harus mengaktifkan
pompa ion yang mentransport secara aktif dengan bantuan ATP (Na K ATP ase) Semakin
besar beda potensial membran (polarisasi membran), semakin sensitif sel tersebut. Pada
kondisi potensial membran yang besar dibutuhkan stimulus yang besar pula untuk memicu
depolarisasi. Beda potensial membran yang melebihi RMP disebut dengan hiperpolarisasi,
sedangkan beda potensial yang kurang dari RMP disebut dengan hipopolarisasi. Selama
potensial aksi terjadi, sel menjadi kurang sensitif terhadap rangsangan. Periode penurunan
sensitifitas ini disebut dengan periode refrakter. Periode refrakter
terbagi menjadi periode refrakter absolut dan relatif. Periode refrakter absolut
menggambarkan kondisi sel tak dapat dirangsang kembali walupun dengan stimulus yang
lebih besar. Sedangkan periode refrakter relatif menggambarkan sel masih dapat
depolarisasi kembali bila stimulus yang diberikan lebih besar. Periode refrakter absolut
terjadi sejak nilai ambang tercapai hingga depolarisasi berlangsung. Sedagkan periode
refrakter relatif terjadi saat repolariasasi berlangsung
hingga melewati nilai ambang semula. Stimulus yang lebih besar diberikan pada
saat periode refrakter berpotensi menghasilkan potensial aksi yang lebih besar dari
sebelumnya. Pada otot jantung dan otot polos tipe single unit terdapat fenomena plateau.
Feomena plateau merupakan perlambatan dari fase relaksasi. Hal ini dimungkinkan terjadi
bila :
1. terjadi perlambatan pembukaan kanal ion kalium, atau

154
2. terjadi pembukaan dari slow natrium-calcium channel yang hanya terdapat di
membran sel otot jantung. Respon dari kanal ion ini terlambat, dimana kanal baru terbuka
setelah depolariasasi berlangsung.
Plateau memperpanjang periode refrakter sehingga otot jantung tidak mudah
mengalami tetani meskipun diberikan rangsangan berulang dengan intensitas yang
meningkat.

3. Propagasi impuls
Potensial aksi yang terjadi akan ditularkan pada bagian lain dari membran ke
segala arah. Peristiwa ini disebut dengan propagasi atau konduksi. Propagasi tidak akan
berhenti hingga seluruh membran mengalami potensial aksi. Propagasi menyebabkan
potensial aksi yang semula bersifat lokal berjalan dan menjalar menjadi arus listrik. Arus
listrik (I) berbanding lurus dengan besar potensial aksi (V) yang terjadi dan berbanding
terbalik dengan besar hambatan (R). Besar hambatan (R) bergantung pada kualitas
membran sel, seperti ketebalan membran, konduktifitasmembran dan jumlah protein
membran.

Gambar 14.3. Propagasi impuls

4. Perekaman aktifitas listrik


Aktifitas listrik tubuh dapat direkam dan diamati dengan menggunakan alat khusus
yang disebut EEG, EMG dan EKG. EEG (encephalography) adalah alat yang dapat
merekam akifitas listrik otak, sedangkan EMG (elektromyography) merupakan alat
perekam aktifitas listrik otot rangka. EKG (elektrocardiography) merekam aktifitas listrik
jantung. Upaya merekam aktifitas listrik tubuh dilakukan dengan menggunakan tranducer.

155
Tranducer merupakan bahan tertentu yang bersifat konduktan listrik dan mampu
mengubah energi listrik menjadi bentuk lain, seperti kinetik atau termal. Aktifitas listrik
yang ditangkap oleh tranducer kemudian diamplifikasi dengan tujuan memperbesar sinyal
yang ditangkap sehingga dapat diamati dengan lebih jelas. Secara umum alat EEG, EMG
dan EKG menggunakan prinsip kerja tranduksi dan amplifikasi ini. Penggunaan alat
perekam aktifitas listrik tubuh dalam praktek medis ditujukan untuk membantu diagnosis
kelainan yang terjadi dan terapi. EKG misalnya, merupakan standar emas di dalam
penegakan diagnosis berbagai kelainan jantung, seperti : infarc myocard acute (IMA) dan
blokade impuls. Khusus EKG, perekaman menggunakan lebih dari satu elektroda
tranducer, yaitu terdiri dari tiga elektroda extremitas dan enam elektroda yang diletakan di
dinding dada. Perekaman EKG dapat menentukan beda potensial pada satu titik kedudukan
(unipolar) dan beda potensial antara dua titik kedudukan (bipolar). Beda potensial bipolar
yang diukur adalah antara tangan kanan dengan tangan kiri (lead I), tangan kanan dengan
kaki kiri (lead II) dan tangan kiri dengan kaki kiri (lead III). Hukum elektrodinamika :
I = V/R atau V = R I

Gambar 14.4. Aktifitas listrik pada tubuh manusia

Hasil pengukuran beda potensial lead I menunjukan tangan kanan lebih negatif
dibandingkan tangan kiri. Sedangkan pada lead II menunjukan tangan kananlebih negatif
dari kaki kiri dan pada lead III tangan kiri lebih negatif daripada kaki kiri. Dengan
demikian arah vektor lead II adalah resulatante dari lead I dan lead III. Dasar perekaman
EKG adalah propagasi impuls depolarisasi dan repolarisasi. Arah propagasi depolarisasi
dan repolarisasi pada umunya tiap sel adalah bolak-balik, namun khusus pada sel jantung
arah propagasi satu arah. Kekhasan otot jantung yang lain adalah memiliki serabut
konduksi tersendiri, yaitu : sa node, av node, bundle of his dan serabut
purkinje. Hasil rekaman EKG merupakan resultante dari arah propagasi impuls
yang merujuk dari sa node menuju ke apex jantung. Defleksi positif ditunjukan bila arah
propagasi mendekati elektroda, sedangkan defleksi negatif muncul bila arah propagasi
menjauhi elektroda. Elektroda yang dilalui oleh propagasi impuls akan menghasilkan
bentukan bifasik. Model EKG normal adalah hasil rekaman dari elektroda lead II. Hal ini
didasarkan pada arah vektor lead II yang searah dengan propagasi impuls jantung.
Rekaman EKG normal dari lead II terdiri dari gelombang p, kompleks qrs dan gelombang

156
t. Gelombang p menunjukan depolarisasi atrium, sedangkan kompleks qrs menggambarkan
depolarisasi ventrikel dan gelombang t menggambarkan repoalrisasi ventrikel. Fase
repolarisasi atrium tidak nampak oleh karena bersamaan dengan depolarisasi ventrikel.
Interval antar gelombang menunjukan kualitas konduksi impuls. RR interval mewakili
jedah waktu antara satu impuls dengan impuls berikutnya dan mewakili kualitas dan
frekuensi irama jantung. PR interval mewakili kualitas konduksi impuls dari sa node
melewati av node hingga mencapai dinding ventrikel mengalami depolarisasi. Lebar
kompleks qrs menggambarkan periode depolarisasi dinding ventrikel. Sedangkan ST
segment adalah waktu yang dibutuhkan dari peralihan fase depolarisasi ventrikel menjadi
repolarisasi ventrikel. Interval yang memanjang menunjukan kualitas konduksi yang
memburuk, misalnya blokade pada salah satu serabut konduksi. Hasil rekaman EKG di
luar lead II merupakan hasil rekaman yang khas pada lokasi perekaman dimana elektroda
diletakan. Pembacaan hasi rekaman tersebut perlu mempertimbangkan posisi elektroda dan
memahami arah propagasi impuls dan vektor jantung.

B. Biomekanik
Manusia diciptakan mampu berdiri dan berjalan dengan tegak, berbeda dengan
golongan kera atau simpanse. Prinsip inilah yang penting untuk selalu diingat dan menjadi
acuan dasar mendiskusikan biomekanika tubuh manusia. Tuhan menganugerahkan 2
pasang extremitas, yaitu : tangan dan kaki sebagai anggota gerak utama. Organ tubuh
utama di dalam biomekanika adalah otot dan rangka. Kedua organ tersebut membentuk
sistem lokomotoris. Otot merupakan jaringan kontraktil yang memiliki elastisitas. Gaya
yang dihasilkan oleh otot sebenarnya mirip dengan gaya pada pegas, yang disebut dengan
gaya recoil. Sifat dari gaya recoil adalah makin diregang, makin besar gaya reaksi yang
dikeluarkan otot tersebut. Hal ini sesuai dengan Hukum Frank Starling. Selain otot, gaya
recoil juga dimiliki oleh jaringan kontraktil lain seperti kolagen dan jaringan ikat penyekat
antar alveolus.

Gambar 14.5. Gaya pegas pada otot


Biomekanika tubuh manusia dapat dipandang pada dua fungsi utama, yaitu
stabilitas saat diam dan bergerak. Stabilitas saat diam dan bergerak melibatkan beberapa
sistem gaya yang bekerja baik pada tubuh maupun pada lingkungan. Kontrol dan
manipulasi terhadap sisitem gaya inilah yang diyakini menjadi penjelasan berbagai
fenomena medis Pemahaman tentang stabilitas statis tidak terlepas dari pengertian sistem
tuas tubuh. Pada dasarnya keseimbangan sistem gaya tubuh dibedakan menjadi 3 sistem
tuas. Sistem tuas yang pertama menempatkan pengumpil (o) berada diantara gaya berat
(w) dengan gaya yang ditimbulkan oleh respon konraksi otot (m). Salah satu contoh

157
aplikasi sistem tuas pertama adalah kemampuan menegakan kepala dan leher. Berat kepala
(w) direspon oleh gaya dari sekumpulan otot penyangga kepala dan leher. Kemampuan
bayi dalam menegakan kepala ditentukan oleh tonus otot (m) yang menciptakan respon
gaya terhadap berat kepala (w).

Gambar 14.6. Sistem tuas pada tubu manusia

Selama tonus otot penyangga kepala leher belum optimal, maka bayi belum dapat
menegakan kepala. Sebaliknya, peningkatan berat kepala (w) pada bayi dengan
hidrochepalus menuntut respon gaya otot (m) penyangga kepala leher yang lebih besar
sehingga tonus otot meningkat.

Gambar 14.7.Sistem tuas pada telapak kaki

Peningkatan tonus inilah yang menambah nyeri kepala pada penderita


hirochepalus. Pendekatan serupa juga dapat menjelaskan kelainan tension headache,
penderita tumor kepala dan meningitis. Sistem tuas kedua meletakan gaya berat (w) berada
diantara pengumpil (o) dan respon gaya otot (m). Salah satu aplikasi dari sistem tuas kedua
adalah keseimbangan Gaya recoil saat berdiri jinjit bertumpu pada ujung jari kaki. Rahasia
dari seorang balerina yang stabil adalah kemampuan otot gastrocnemius dan tendon achiles
(m) dalam merespon berat tubuh yang diproyeksikan tepat di tengah. Pergeseran proyeksi
berat badan ke depan akibat obesitas sentral atau kehamilan menyebabkan seseorang
cenderung jatuh ke depan saat berjinjit. Sebaliknya tes jinjit dapat dipakai untuk
mengetahui kemampuan otot gastrocnemius dan tendon achiles. Pada atlit sepakbola yang
cidera tendon achiles tidak dapat berdiri jinjit. Sistem tuas ketiga meletakan gaya otot (m)
berada diantara pengumpil (o) dengan proyeksi gaya berat (w). Aplikasi sederhana dari
sistem tuas ketiga dapat diamati ketika lengan atas (brachii) menahan beban yang diletakan
di telapak tangan. Kemampuan menahan atau mengangkat berat beban (w) tersebut

158
bergantung pada kontraksi otot biceps yang berorigo pada humerus dan berinsersio di
radius. Sendi siku bertindak sebagai pengumpil pada sistem ketiga

Gambar 14.8. Sistem tuas pada lengan

Salah satu metode latihan otot beseps yang sudah sangat dikenal menerapkan
sistem tuas ketiga. Semakin jauh posisi beban yang diangkat dari siku semakin besar gaya
yang harus direspon otot biseps.

1. Postur
Postur diartikan sebagai stabilitas tegak tubuh manusia saat berdiri di atas dua kaki.
Postur tubuh sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : vertebrae (ruas tulang
belakang), m. Paraspinalis (otot punggung) dan proyeksi berat badan tubuh. Dalam
mendukung kemampuan bediri tegak, tubuh membutuhkan keseimbangan. Sistem tuas
pertama merupakan pinsip yang diaplikasikan pada postur tubuh tegak manusia. Vertebrae
sebagai pengumpil (o) berada diantara gaya otot paraspinal (m) dengan proyeksi gaya
berat tubuh (w/ cg). Kualitas gaya tarik otot paraspinal (m) sangat menentukan stabilitas
postur tubuh. Penambahan berat badan yang disertai dengan perubahan proyeksi central
gravity ke depan meningkatkan beban yang diatnggung otot paraspinal dan vertebrae
sebagai pengumpil. Inilah awal dari keluhan nyeri punggung saat berdiri. Pada kondisi
kronis, tubuh melakukan kompensasi dengan menggeser posisi vertebrae sebagai
pengumpil (o) lebih ke depan mengikuti pergeseran central gravity dan penambahan berat
tubuh (w). Sudut antara ruas vertebrae berubah sehingga postur tubuh juga berubah meski
tetap mampu berdiri tegak. Contoh nyata adalah pada penderita obesitas sentral, wanita
hamil dan tumor abdomen.

2. Gerakan
Definisi gerakan adalah perubahan posisi tubuh seluruhnya atau sebagian dari
kondisi awal. Contoh dari gerakan antara lain : berjalan, berlari, bernapas, melompat dan
lainya. Prinsip dari gerakan meliputi adanya gaya, kecepatan dan percepatan. Newton
berpendapat bahwa gerakan dapat terjadi bila gaya aksi lebih besar dari gaya reaksi. Hal
ini sesuai dengan Hukum Newton III, dimana Σ F = F aksi – F reaksi, bila Σ F ≤ 0 diam;
dan bila Σ F > 0 bergerak Melompat adalah gerakan sederhana yang mudah dijelaskan.

159
Dasar dari gerakan melompat adalah stabilitas berdiri dengan posisi jinjit. Melompat
menggunakan ujung telapak kaki sebagai tumpuan pengumpil (o). Besar gaya tolak yang
diciptakan oleh otot gastrocnemius (m) sangat menentukan tinggi lompatan. Besar gaya
tolak harus lebih besar dari berat tubuh itu sendiri (w). Contoh lain dari gerakan adalah
bernapas. Mekanika bernapas terdiri dari dua tahap, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi
adalah gerakan mengambil napas, sedangkan ekspirasi adalah gerakan menghembuskan
napas. Saat inspirasi, dada terangkat ke atas melawan berat os sternum dan os costae yang
berjumlah 13 pasang (w). Dada terangkat oleh karena gaya tolak otot levator costae (m)
yang lebih besar dari berat dada itu sendiri. Saat inspirasi, volume rongga dada meningkat
oleh karena diameter antero-posterior dan supero-inferior bertambah. Peningkatan
diameter supero-inferior disebabkan oleh kontraksi otot diafragma ke arah rongga
abdomen. Kontraksi otot diafragma menimbulkan gaya yang meningkatkan tekanan
intraabdomen. Besarnya efek dari gaya yang ditimbulkan kontraksi otot diafragma sangat
membantu di dalam proses persalinan (partus) untuk mengakhiri kehamilan. Keberhasilan
persalinan sangat bergantung dari besar gaya dorong yang diciptakan oleh kontraksi otot
diafragma saat inspirasi. Pada posisi berbaring, gaya gesek (f) berlawanan arah dengan
gaya dorong (F) yang besarnya maksimal, yaitu sama dengan gaya berat (w). Gaya gesek
(f) merupakan representasi dari proyeksi gaya reaksi bidang tekan (N). Bila posisi partus
adalah tidur terlentang, maka proyeksi gaya berat (w) membentuk sudut 0 derajat / 180
derajat terhadap N. Besar gaya gesek (f) sama dengan gaya berat janin (w) dikalikan
dengan cos 0 derajat yang hasilnya sama dengan w. Cairan ketuban mengurangi besar gaya
gesek (f) dengan membuat licin jalan lahir. Dengan demikian, kunci dari pimpinan
persalinan adalah kemampuan dokter atau bidan dalam memandu inspirasi dalam supaya
gaya dorong diafragma (F) maksimal.

C. Biofluida
Fluida diartikan sebagai zat alir atau zat yang memiliki sifat mengalir. Tubuh
manusia memliki 2 macam zat yang mengalir, yaitu udara di dalam saluran napas dan
darah di dalam pembuluh darah. Karakteristik antara fluida cair dan gas berbeda dalam
beberapa hal. Sifat fluida gas molekul penyusunya bebas bertumbukan. Inilah sumber dari
tekanan fluida gas yang tidak pernah tegak lurus terhadap bidang tekan. Sedangkan fluida
cair memiliki molekul yang lebih terikat longgar, karena itu terdapat gaya adhesi dan
kohesi. Tekanan fluida cair muncul akibat gravitas sehingga selalu tegak lurus terhadap
bidang tekan.

1. Fluida Gas Pada Respirasi


Gas merupakan bahan baku proses respirasi. Sebagian orang berpendapat bahwa
gas yang dihirup saat inspirasi berbeda dengan gas yang keluar saat ekspirasi. Pendapat ini
telah lama dipathkan oleh Dalton yang mengungkapkan 2 hukum penting, yaitu:
1. tekanan udara merupakan kumulatif dari tekanan parsial komponen gas
penyusunya,
2. komponen tekanan parsial O2 selalu lebih besar dari CO2 baik saat inspirasi
maupun ekspirasi.

160
Tabel 14.2.

Gas yang masuk ke dalam paru saat insprasi mengisi sebagian besar jalan napas
mulai dari saluran napas atas yang berdiameter besar hingga saluran napas bawah yang
berdiameter lebih kecil. Gas yang kaya O2 ditukar dengan CO2 yang dibawa oleh darah.
Pertukaran ini hanya terjadi di alveolus, sedangkan komposisi gas di saluran napas lain
hampir tidak berubah. Hal inilah yang menyebabkan tekanan dan presentase O2 saat
ekspirasi tetap lebih besar. Hukum Dalton menjelaskan mengapa prosedur pemberian
napas buatan aman dilakukan dan sangat bermanfaat. Gas ekspirasi merupakan bahan baku
pemberian napas buatan Alveolus merupakan unit fungsional dari sistem respirasi.
Alveolus harus terus mengembang dan tidak boleh kolaps. Upaya tubuh menjaga alveolus
untuk tetap mengembang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : tegangan permukaan yang
tinggi pada dinding alveolus dan sisa udara ekspirasi yang tertinggal (residual volume)
sebagian di dalam alveolus. Tegangan permukaan alveolus dipertahankan tinggi oleh
adanya surfaktan yang melapisi dinding alveolus. Kadar surfaktan sangat menentukan
pengembangan paru pertama kali pada bayi baru lahir. Tekanan di dalam alveolus
berbanding lurus dengan besar tegangan permukaan, namun berbanding terbalik dengan
besar jejari atau volume alveolus. Pernyataan ini dinyatakan Laplace dalam sebuah Hukum
yang diringkas dalam sebauah persamaan, yaitu Laplace juga menyatakan bahwa rahasia
dibalik alveolus tetap terkembang tanpa meletus adalah adanya penyekat antar alveolus.
Penyekat menjaga antar alveolus tidaksaling berhubungan. Hal ini penting agar alvelolus
tidak kolaps, seperti diilustrasikan pada gambar berikut.
Penyekat alveolus merupakan jaringan ikat yang menghasilkan gaya recoil, seperti
otot. Gaya recoil tersebut menyebabkan paru memiliki elastisitas yang tinggi. Gaya recoil
membatasi paru untuk terus mengembang saat inspirasi. Jaringan ikat penyekat paru
umumnya tidak bertambah banyak, namun dapat berkurang oleh karena proses degenerasi
(penuaan). Hal ini menyebabkan gaya recoil melemah sehingga paru kehilangan
elastisitasnya dan molor saat inspirasi. Volume udara yang mengisi paru meningkat
melebihi batas normal. Masalah muncul saat ekspirasi; volume udara yang besar
dikeluarkan secara bersamaan melalui jalan napas yang mengecil saat ekspirasi sehingga
munculah keluhan sesak.Gaya recoil dapat meningkat tanpa diikuti penambahan jumlah
jaringan ikat penyekat alveolus. Penyebabnya adalah munculnya jaringan parut atau
cicatrix yang memiliki kekuatan tarikan lebih besar dari jaringan ikat penyekat itu sendiri.
Jaringan parut muncul sebagai hasil akhir proses keradangan paru, misalnya TB paru dan
pneumonia. Alveolus tak mampu mengembang maksimal oleh karena tertahan gaya recoil
yang besar sehingga sesak muncul saat inspirasi Aliran udara masuk dan keluar paru
berlangsung dengan tidak mudah karena terdapat tananan atau resistensi sepanjang jalan

161
napas. Resistensi berbanding lurus dengan besar tekanan udara di dalam jalan napas dan
berbanding terbalik dengan kecepatan alir udara melewati jalan napas. Hal ini dinyatakan
oleh Ohm melalui hukum yang diringkas dalam sebuah persamaan berikut Sesak napas
dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan udara yang melalui jalan napas, seperti pada
kondisi emfisema dimana begitu besar tekanan udara di dalam paru melalui saluran napas
yang menyempit saat ekspirasi. Sebaliknya penurunan kecepatan alir udara insprasi
menunjukan adanya resistensi yang besar terutama pada saluran napas atas. Kondisi ini
menunjukan adanya obstruksi, baik yang bersifat parsial maupun total. Volume udara di
dalam paru sulit dapat diketahui secara langsung. Sebagian ahli mencoba menampung
udara respirasi ke dalam sebuah kantong yang ditemukan Douglas. Metode ini sangat
membahayakan orang coba, sehingga pengukran volume udara respirasi dilakukan dengan
cara tidak langsung, yaitu melalui alat yang disebut spirometer. Alat ini mencatat volume
udara saat inspirasi maupun ekspirasi dalam bentuk grafik yang mengikuti gerakan napas.
Kelemahan pengukuran menggunakan spirometer adalah tidak mampu mengukur volume
residu dan volume paru yang diperoleh belum menggambarkan kondisi sebenarnya. Untuk
mendapatkan volume paru sebenarnya diperlukan konversi melalui aplikasi hukum Boyle
Gay Lussac yang meyatakan bahwa hasil kali dari tekanan dan volume akan tetap
selamanya konstan sehingga bila tekanan dan volume diukur pada dua kondisi berbeda,
hasil kalinya tetap akan sama. Kondisi berbeda tersebut adalah tekanan,volume dan suhu
alat spirometer serta tekanan, volume dan suhu tubuh.

D. Klorofil untuk panel surya

Sebagai momok besar perubahan iklim terus alat tenun besar di masa depan,
mencari layak, sumber energi terbarukan menjadi semakin penting. Tenaga surya telah
lama dilihat sebagai unsur yang sangat penting di masa depan energi bersih kita. Dengan
sedikit inspirasi dari alam, tenaga surya hanya mungkin menjadi prospek yang lebih
menjanjikan dibandingkan pertama kali dipikirkan.

Sinar matahari adalah sumber energi hampir tak terbatas yang terdiri dari panjang
gelombang yang berbeda . Panjang gelombang 400-700 nanometer (satu nanometer = satu
miliar meter) membentuk apa yang disebut "kisaran terlihat" - cahaya mata kita dapat
mendeteksi. Panjang gelombang dalam spektrum terlihat adalah warna yang membentuk
pelangi, dari merah (panjang gelombang terpanjang) ke violet (panjang gelombang
terpendek). Cahaya tampak membentuk sekitar 40% dari sinar matahari yang mencapai
permukaan bumi setiap hari.

Semua cahaya terdiri dari foton , kecil, partikel tak bermassa yang datang dalam
berbagai "energi". Energi dari foton tertentu tergantung pada panjang gelombang cahaya
itu membuat - lebih pendek panjang gelombang cahaya (sinar ultraviolet misalnya) terdiri
dari foton energi yang lebih tinggi dari cahaya panjang gelombang panjang (sinar
inframerah, misalnya).

162
Gambar 14.9 Fotosintesis

Tanpa fotosintesis, tidak akan ada oksigen bagi kita untuk bernapas. At09kg

Selain memberikan cahaya yang memungkinkan kita untuk melihat, sinar matahari
memainkan satu peran penting di alam.

Fotosintesis adalah proses penyimpanan energi surya di mana tanaman mengambil


sinar matahari, karbon dioksida dan air dan mengkonversi menjadi energi (dalam bentuk
gula) dan oksigen. Selama jutaan tahun, fotosintesis pada tumbuhan telah menyebabkan
penciptaan sumber daya energi kita sekarang mengambil untuk diberikan, termasuk
minyak dan batubara (ketika tanaman menjadi fosil dan dikompresi menjadi bentuk cair).
Fotosintesis juga bertanggung jawab untuk oksigen di atmosfer yang kita hirup setiap hari.

Pandangan tradisional fotosintesis adalah bahwa cahaya panjang-panjang


gelombang (cahaya jauh-merah dan inframerah, dengan panjang gelombang lebih dari 700
nanometer) mengandung foton energi rendah. Kami dulu berpikir bahwa cahaya pada
panjang gelombang yang panjang tidak "energik" cukup untuk menghasilkan oksigen.
Dengan kata lain, kami pikir fotosintesis hanya bisa terjadi dengan cahaya kita bisa
melihat manusia. Tapi penemuan jenis baru klorofil - yang disebut f CHL - perubahan cara
kita berpikir tentang fotosintesis.

Klorofil adalah molekul penting yang menyerap dan mengubah energi cahaya
menjadi energi kimia dalam organisme fotosintetik. Ada lima klorofil yang dikenal:
klorofil a, b dan c diidentifikasi pada abad ke-19 dan klorofil d pertama kali dilaporkan
pada tahun 1943.

Klorofil f, klorofil kelima, yang dilaporkan di Science pada tahun 2010. Molekul
hijau baru memiliki kemampuan terbesar untuk menyerap cholorophyll setiap lampu
merah-bergeser - yaitu cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang dari mata
manusia dapat mendeteksi.

163
Gambar 14.10. Spektrum elektromagnetik

Sinar matahari terdiri dari cahaya dari semua panjang gelombang yang berbeda.
(Klik untuk tampilan lebih besar).

Klorofil merah-bergeser, klorofil d dan f klorofil, dapat menyerap cahaya di tepi


merah dari spektrum terlihat atau di luar. Ini penemuan f klorofil tantangan pandangan
tradisional tentang batas-batas fisik fotosintesis. Ketika penemuan itu dilaporkan di
Science, segera menarik banyak perhatian karena aplikasi potensinya. Salah satu potensi
aplikasi yang paling menjanjikan untuk f klorofil dalam pengembangan sel surya baru.
Pada sel surya yang ada, cahaya tampak dapat memberikan tenaga yang cukup untuk
menghasilkan arus dalam sel. Panjang gelombang cahaya pendek dengan energi terlalu
banyak (sinar UV, misalnya) hanya akan melewati, dan cahaya lagi panjang gelombang
dengan energi yang lebih rendah (seperti cahaya inframerah) tidak memberikan tenaga
yang cukup untuk membuat arus yang berguna. Namun penemuan klorofil merah-
bergeser, seperti f klorofil, dapat memberikan solusi untuk meningkatkan efisiensi sel
surya dengan memperluas masukan spektrum surya. Artinya, jika cahaya dari porsi yang
lebih besar dari spektrum dapat digunakan dalam sel surya, kita mungkin bisa
menghasilkan lebih banyak energi dari sinar matahari, lebih efisien. Dalam dunia yang
akan mengandalkan pada energi terbarukan lebih dan lebih di masa depan, yang lebih
efisien kita bisa menghasilkan energi tersebut, semakin baik.

164
Evaluasi
1. Jelaskan cara kerja bioelektrik pada tubuh manusia
2. Jelaskan pungsi pemberian cairan infus NaCl atau KCl pada orang sakit seperti
diare ditinjau dari bioelektrik tubuh manusia.
3. Jelaskan cara kerja biomekanik pada anggota gerak manusia
4. Jelaskan peran biomekanik pada pembentukan postur tubuh
5. Jelaskan prisip fluida pada pertukaran gas saat respirasi
6. Jelaskan peran klorofil pada panel surya sehingga dapat menghasilkan listrik.

Daftar Pustaka :
1. Van Vlack, 1992, Ilmu dan Teknologi Bahan, Jakarta: Erlangga (W1)
2. William F. Smith, 1993, Foundations of materials science and engineering,
Mcgraw- Hill,Inc, Singapore (W2)

165

Anda mungkin juga menyukai