Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FINAL PERENCANAAN PENDIDIKAN

MERANGKUM MATERI PERENCANAAN PENDIDIKAN

TUGAS INDIVIDU

Oleh
FIRMAN MELANI
031801072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2021
A. Sejarah Perencanaan Pendidikan 
Konsep dasar perencanaan pendidikan telah dikenal 25 abad yang lalu, yaitu sejak
bangsa Sparta mengembangkan sistem pendidikan yang ditujukan untuk membentuk
manusia Sparta di bidang militer, sosial, dan ekonomi. Plato dalam bukunya Republic,
menyatakan bahwa perencanaan sekolah bertujuan untuk melayani masyarakat. Pada
abad ke-18 ditemukan tulisan yang berkenaan dengan perencanaan pendidikan yang
berjudul Perencanaan Universitas di Rusia karya Diderot. Selanjutnya, pada abad ke-19
sudah terdapat beberapa perencanaan pembangunan sekolah dan perencanaan pendidikan
guru. 
Setelah Perang Dunia I, pada tahun 1923, Rusia dalam Rencana Pembangunan
Lima Tahun I merupakan negara pertama yang menerapkan konsep perencanaan
pendidikan, kemudian diikuti Prancis pada tahun 1929, Amerika Serikat pada tahun 1933,
Swiss pada tahun 1941, dan Puerto Rico pada tahun 1942. Sesudah Perang Dunia II,
muncul pergolakan sosial dan ledakan penduduk. Sementara itu sumber daya semakin
mahal dan langka. Akibatnya, beberapa negara di Eropa memandang bahwa perencanaan
pendidikan itu penting mengingat keterbatasan sumber daya tadi. Sejak itu, Inggris pada
tahun 1944 melakukan wajib belajar di 146 daerah dan para pejabat daerahnya diminta
untuk menyiapkan perencanaan pendidikan. 
Pada tahun 1951, Prancis membentuk komisi Perencanaan Pembangunan Sekolah,
Universitas Ilmu Pengetahuan dan Seni. Selanjutnya pada tahun 1953, pendidikan
merupakan bagian integral dari rencana pembangunan nasional. Sementara itu, sejak
tahun 1950 beberapa negara yang baru dapat kemerdekaan mulai menerapkan
perencanaan pendidikan sebagai instrumen peningkatan pembangunan pendidikan. Pada
tahun 1951-1955 India dalam Rencana Pembangunan I telah menempatkan pendidikan
dalam kerangka pembangunan sosial ekonominya. 
 Pada tahun 1960 dilaksanakan Konferensi Karachi yang menghasilkan rencana
kerja pembangunan pendidikan di wilayah Asia yang selanjutnya melahirkan Karachi
Plan. Karachi Plan tersebut berisikan rekomendasi (1) perluasan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan bagi usia sekolah dasar secara bebas melalui Kewajiban Belajar,
dan (2) pembentukan unit pelayanan perencanaan pendidikan di tingkat nasional.  Setelah
melalui berbagai sidang yang intensif, akhirnya Sidang Umum UNESCO (1960)
memutuskan untuk mendirikan empat pusat pendidikan dan pelatihan regional
perencanaan pendidikan, yaitu The Regional Centre foe Education Planning and
Administration untuk negara-negara Arab (Beirut, 1961); The Asian Institute of
Education Planning and Administration (New Delhi, 1962); The Regional Institute of
Education Planning and Administration for Latin America and Caribbean (Santiago,
1968); The Region al Education Planning and Administration Group for Africa. 
B. Macam Pendekatan Perencanaan Pendidikan 
Pendekatan dalam perencanaan menempati kedudukan penting karena
pendekatan atau approach ini merupakan pilihan strategi dan filsafah dalam perencanaan
yang dapat mewarnai corak dan nafas pendidikan. 
1. Pendekatan Tuntutan Sosial 
Pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan yang mengandung
misi pembebasan terutama bagi negara-negara berkembangan yang kemerdekaannya
baru saja diperoleh setelah melalui perjuangan pembebasan yang amat lama.
Pendidikan membebaskan rakyat dari ketakutan, dari penjajahan, dari kebodohan, dan
dari kemiskinan. Misi pembebasan yang menjiwai tuntutan terhadap pendidikan
merupakan aspirasi politik rakyat karena itu tuntutan sosial ini merupakan tekanan
keras bagi penyelenggara pendidikan. Dengan melihat karakteristik tuntutan ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa pendekatan ini lebih menekankan pada pemerataan
kesempatan atau kuantitatif, dibandingkan dengan aspek kualitatif. Karena itu
pendidikan dasar merupakan prioritas utama yang harus diberikan kepada setiap anak
usia SD. Kewajiban belajar merupakan manifestasi dari tuntutan sosial ini untuk
membebaskan populasi usia sekolah dari tuna aksara. Target yang harus dicapai adalah
pembebasan dari tuna aksara atau free from illiteracy. 

2. Pendekatan Ketenagaan 
 Pendekatan ini mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan
dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan seperti
sektor ekonomi, pertanian perdagangan dan industri. Tujuan yang akan dicapai adalah
bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan
kerja yang lebih baik hingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui
penghasilan yang diperolehnya dari pekerja itu. Misalnya adalah kesejahteraan atau
peningkatan taraf hidup. Dalam kehidupan dewasa ini pendekatan ini
sangatappealing karena dikaitkan langsung dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar
setiap orang. Karena itu tekanan utama tampaknya adalah relevansi program
pendidikan dengan berbagai sektor pembangunan dilihat dari pemenuhan
ketenagaannya. Pendidikan kejuruan dan teknologi baik pada tingkat menengah
maupun pada tingkat universitas merupakan prioritas.
Untuk memenuhi tuntutan relevansi seperti disebutkan diatas kurikulum
dikembangkan sedemikian rupa hingga lulusan yang merupakan output sistim
pendidikan “siap pakai” di lapangan. Implikasi dari pendekatan ini adalah pendidikan
harus berorientasikan kepada pekerjaan yang mungkin diperlukan di pasaran kerja.
Jenis pekerjaan, tingkat atau level pekerjaan, persyaratan kerja, mobilitas kerja harus
dijabarkan hinggaeducational attainment cocok dengan karakteristik berbagai
persyaratan kerja diatas. Apabila pendekatan-pendekatan secara murni dilaksanakan
maka kesukarannya adalah dalam pengembangan program yang relevant itu. Jenis
kerja, persyaratan kerja klasifikasi kerja, tingkat kerja amat tidak pasti dan
perubahannya amat cepat, sedangkan pendidikan adalah proses jangka lama yang
menghendaki ketelitian dan kecermatan. Educational attainment yang diinginkan amat
sulit diwujudkan. Kesukaran lain adalah pendidikan yang tidak langsung berkaitan
dengan dunia kerja tidak mendapat prioritas, dan pendidikan dengan pembebasannya
itu akan di dapat prioritas, dan pendidikan dengan pembebasannya itu akan
dikesampingkan dan ini secara politis akan menimbulkan kesukaran pula. 

3. Pendekatan Untung Rugi 


 Pendekatan ini adalah bersifat ekonomi dan berpangkal dari
konsep investment in human capitalatau investasi pada sumber daya manusia. Setiap
investasi harus mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter.
Pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu keuntungan dari investasi
tersebut harus dapat diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang mempunyai
nilai ekonomi. Kalau pembangunan itu bertujuan untuk meningkatkan ekonomi rakyat,
dan bila pendidikan itu berfungsi secara ekonomis untuk mewujudkan tujuan ini,
apakah keuntungan ekonomi dari pendidikan itu dan bagaimanakah pula mengukur
kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi? 
Pendidikan secara konseptual tampaknya, tidak diragukan lagi, mempunyai
nilai ekonomi, artinya pendidikan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi,
walaupun para ahli ekonomi mengalami kesukaran secara nyata dan pasti dalam
mengukur besarnya kontribusi tersebut, karena sifat dan ciri pendidikan yang
kompleks itu. Keterkaitan pendidikan dengan ekonomi dapat diterangkan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti tenaga kerja,
pengetahuan dan teknologi. Faktor-faktor ini hanya dapat diwujudkan dengan
masuknya peran pendidikan melalui human faktor, sebab pembangunan ekonomi pada
dasarnya dilakukan oleh manusia dan untuk manusia.
Sedangkan pembangunan manusia ekonomi hanya mungkin dilakukan oleh
pendidikan, bukan oleh ekonomi. Bukti lain yang dapat menerangkan keterkaitan
pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi adalah negara-negara yang ekonominya
kuat, didukung oleh rakyat yang latar belakang pendidikan yang dicapainya tinggi,
sebaliknya negara-negara yang ekonominya lemah tingkat pendidikan rakyatnya
rendah. Bukti lain yang dapat menerangkan kontribusi pendidikan tahap ekonomi ada
melalui keterkaitan antara tingkat dan jenis pendidikan dengan ketenagakerjaan.
Income seseorang ternyata banyak dipengaruhi oleh jenis pendidikan dan tingkat
pendidikan yang diperolehnya. Secara umum income lulusan SD lebih rendah bila
dibandingkan dengan income lulusan SMTA, dan demikian pula lulusan SMTA
berpenghasilan lebih rendah bila dibandingkan dengan income lulusan perguruan
tinggi. 
 Berdasarkan uraian diatas, pendekatan untung rugi mempunyai implikasi
sesuai dengan prinsi ekonomi yaitu program pendidikan yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi menempati ururtan atau prioritas utama. Program pendidikan yang
mempunyai nilai ekonomi rendah atau tidak langsung tidak menempati urutan atau
prioritas penting. Karena pendekatan untung rugi mempunyai keterkaitan erat dengan
pendekatan ketenagaan, maka program pendidikan kejuruan dan teknologi yang
lulusnya mempunyai kesempatan lebih baik untuk bekerja mendapat prioritas dalam
alokasi pembiayaan sebagai bentuk investasi dalam pendidikan. Kesulitan dalam
pendekatan ini adalah menentukan dengan pasti program mana yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi dalam menentukan besar alokasi dana. Pengembangan program
pendidikan yang berorientasikan pada nilai ekonomi ini tidak selalu mudah karena
kesempatan kerja yang merupakan ukuran nilai ekonomi tinggi, amatlah tidak stabil
dan terus berubah sesuai dengan pertumbuhan ekonomi bangsa itu. 

4. Pendekatan Cost Effektiveness 


ini berbeda dengan pendekatan untung rugi dalam hal bahwa pendekatan ini
tidak menentukan prioritas pengembangan program pendidikan pada nilai ekonomi,
tapi menekankan pada bagaimanakah menggunakan dana yang ada secermat mungkin
dengan hasil yang seoptimal mungkin baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Pendekatan ini memerlukan manajemen yang canggih dan efisien terutama dalam
mengelola dana, yang pada kebanyakan negara berkembang manajemen ini merupakan
salah satu titik lemah dalam kegiatan pembangunan nasional. Pendekatan ini amat
fungsional artinya terutama dalam krisis moneter internasional dewasa ini. Program
yang sifatnya cost effective dapat dikembangkan sebagai penjabaran pendekatan ini. 

C. Model Perencanaan Pendidikan 


Model perencanaan pendidikan sangat penting dalam membuat suatu rancangan
pendidikan agar apa yang menjadi tujuan dalam pendidikan dapat tercapai. 
1. Model Komprehensif 
Model ini digunakan untuk menganalisa perubahan-perubahan dalam sistem
pendidikan secara menyeluruh. Selain itu, berfungsi juga sebagai pedoman dalam
menguraikan rencana-rencana yang lebih khusus ke arah tujuan yang lebih luas. 
2. Model Pembiayaan dan Keefektifan Biaya 
 Model ini digunakan untuk menganalisis proyek dengan kriteria efisiensi dan
efektivitas. Dengan model ini dapat diketahui proyek mana yang paling layak atau
terbaik dibandingkan dengan proyek lainnya. Model ini mirip dengan pendekatan
untung rugi. 
3. Model PPBS 
 Planning, Programmming, Budgeting System (PPBS) atau Sistem
Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran banyak digunakan di pendidikan
tinggi negeri. PPBS mmerupakan suatu pendekatan sistematis dan komprehensif yang
berusaha menentukan tujuan, mengembangkan program-program untuk dicapai
dengan menggunakan anggaran seefisien dan seefektif mungkin, mampu
menggambarkan kegiatan program jangka panjang. 
4. Metode Target Setting 
5. Model ini digunakan untuk memperkirakan atau memproyeksi tingkat perkembangan
dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapannya diperlukan model untuk analisis
demografis dan proyeksi penduduk, model untuk memproyeksikan jumlah peserta
didik (enrolment) di sekolah, dan model untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga
kerja. 

D. Karakteristik Perencanaan Pendidikan 


Gaffar (1978) memberikan karakteristik perencanaan pendidikan sebagai berikut. 
1. Harus mengutamakan nilai-nilai manusiawi. 
2. Harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik
secara optimal. 
3. Harus memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua peserta didik. 
4. Harus komprehensif dan sistematis. 
5. Harus berorientasi pada pembangunan. 
6. Harus dikembangkan dengan memerhatikan keterkaitannya dengan berbagai
komponen pendidikan secara sistematis. 
7. Harus menggunakan sumber daya secermat mungkin. 
8. Harus berorientasi pada masa yang akan datang. 
9. Harus kenyal dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat, tidak
statis tetapi dinamis. 
10. Harus merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan. 
E. Praktik Perencanaan Pendidikan 
Bangsa kita adalah bangsa yang senang berkumpul-kumpul dan kaya dengan
perencanaan. Bangsa kita adalah bangsa yang paling hebat dalam membuat perencanaan.
Ketika berkumpul cenderung timbul semangat untuk membuat perencanaan. Dalam proses
merencanakan kita semua biasanya sangat bersemangat, bahkan kadang-kadang rencana
itu muluk-muluk, tidak sesuai dengan keadaan sehingga menjadi sangat tidak realistis.
Namun, setelah mulai memasuki tahap pelaksanaan semangat yang menggebu-gebu tadi
mulai menurun. Mungkin semua pikiran dan tenaga telah terkuras habis-habisan dalam
tahap perencanaan sehingga dalam tahap melaksanakan sudah kehabisan tenaga dan
semangat. Akhirnya, rencana tinggal rencana. 

Anda mungkin juga menyukai