Askep Resiko Bunuh Diri
Askep Resiko Bunuh Diri
PENDAHULUAN
Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup
tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005,
sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap
tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan
bunuh diri per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per
100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah
Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaiman Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan resiko binuh diri ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Definisi Bunuh Diri
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,
2008).
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup
aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini
sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk
tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada
kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada
kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi
(Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang
harapan putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif
3
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
2. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan
merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir
dengan bunuh diri.
a. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang
ditandaidengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri
terjadi padasaat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
b. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untukmengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping
terakhirindividu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Laraia, 2005).
2.2 Etiologi Bunuh Diri
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
3. Interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukumanpada diri sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
4
karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan
beradaptasi dengan stressor).
Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
prilaku destrukif diri.
2.3.2 Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan
hubunganinterpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
5
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukumanpada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.
6
mengenai bagaimana mengatasi konflik ini. Perawat harus
melakukannya sesuai dengan sistem keyakinannya sendiri.
2. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
destruktif-diri tak langsung adalah :
a. Denial, mekanisme koping yang paling menonjol
b. Rasionalisme
c. Intelektualisasi
d. Regresi
2.6 Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang
yang siapmembunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan
tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
7
tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut
tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih
dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang
menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).
Peningkatan verbal/ non verbal
Bunuh Diri
8
2.8 Komplikasi
2.10 Penatalaksanaan
9
Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran
penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan
perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan
kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan
keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi
psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan
gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani
juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan
terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
1. Penatalaksanaan Medis
pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang
mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak
ditemukan atau melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus
bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka bertindak
kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan pasien juga lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
2) Tindakan keperawatan
a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4. Bersifat hangat dan bersahabat.
5. Temani klien saat keinginan mencederai diri
meningkat.
10
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
1. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat
membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca,
dan lain lain).
2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu
terlihat oleh perawat.
3. Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan
keraguan ,ketakutan dan keputusasaan.
3. Beridorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
4. Beriwaktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan lain lain.
11
2. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan
yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan
orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan
dalam kesehatan.
3. Beridorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang
lain yang mempunyai suatu masalah dan atau
penyakit yang sama dan telah mempunyai
pengalaman positif dalam mengatasi masalah
tersebut dengan koping yang efektif
12
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
klien lakukan.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi klien
e) Memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien
dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga
2.11 Pencegahan
13
melihat hal-hal yang tidak dapat didengar atau dilihat oleh orang
lain.
14
penggunaannya asal-asalan dan tidak mematuhi aturan dari dokter
yang terlatih, baru akan menyebabkan ketergantungan. Obat-obatan
dari golongan lain tidak menyebabkan ketergantungan.
3. Completed suicide
Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar mati
mungkin akan mati, jika tidak ditemukan pada waktunya.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
B. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
C. Faktor Predisposis
16
Sifat Kepribadian: Sifat kepribadian yang meningkatkan
resiko bunuh diri yaitu suka bermusuhan, impulsif,
kepribadian anti sosial dan depresif.
Lingkungan Psikososial: Individu yang mengalami
kehilangan dengan proses berduka yang berkepanjangan
akibat perpisahan dan bercerai, kehilangan barang dan
kehilangan dukungan sosial merupakan faktor penting yang
mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
Riwayat Keluarga: Keluarga yang pernah melakukan
bunuh diri dan konflik yang terjadi dalam keluarga
merupakan faktor penting untuk melakukan bunuh diri.
Menurunnya neurotransmitter serotonin, opiate dan
dopamine dapt menimbulkan perilaku destruktif-diri.
D. Faktor Predispitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Masalah Keperawatan:
Resiko bunuh diri
Risiko perilaku kekerasan
Harga diri rendah
E. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
F. Konsep Diri
Gambaran Diri: Klien biasanya merasa tidak ada yang ia
sukai lagi dari dirinya.
Identitas: Tanyakan pada klien apakah dia sudah, menikah
atau belom, kalau sudah menikah apakah sudah memiliki
anakn
Peran Diri: Tanyakan pada klien apakah klien seorang
kepala keluarga, ibu/ ibu rumah tangga atau sebagai anak dari
berapa bersaudara
Ideal Diri: Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah
pulang/sembuh klien akan melakukan apa untuk hidupnya
17
selanjutnya, apakah lebih bersemangat atau membuat
lembaran baru.
Harga Diri: Tanyakan apakah Klien Agresif, bermusuhan,
implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
G. Hubungan Sosial
H. Spiritual
Nilai dan keyakinan: Tanyakan apakah pasien percayaakan
adanya Tuhan atau dia sering mempersalahkan Tuhan atas
hal yang menimpanya.
Kegiatan ibadah: Tanyakan apakah Klien sering,selalu atau
jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
I. Status Mental
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian
harus di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit
bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak
intrest, kurang mendengarkan.
Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban
yang diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang
pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam,
terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas
melakukan aktivitas
18
Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang
lawan bicara saat berkomunikasi.
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
L. Penilaian Stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap
tindakan. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko
bunuh diri pada pasien
M. Sumber Koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam
mengatasi masalah individu dalam memecahkan masalah
seringkali membutuhkan bantuan orang lain.
N. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak
diri tak langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan
regresi. Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri adalah
19
indiviidu telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan diri
sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah
hidupnya.
O. Rentang Respon
Skor Intensitas
0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang
1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri
2
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh
3 diri
21
alcohol/obat
11 Percobaan Tidak atau yang Dari tidak sampai Dari tidak sampai
bunuh diri tidak fatal dengan cara yang berbagai cara yag
sebelumnya agak fatal fatal
12 Disorientasi Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
dan
disorganisasi
13 Bermusuhan Tidak atau Beberapa Jelas atau ada
sedikit
14 Rencana Samar, kadang- Sering dipikirkan,
Bunuh diri kadang ada kadang-kadang ad
pikiran, tidak aide untuk
ada rencana merencanakan
Isolasi sosial
Subjektif Objektif
memiliki riwayat penyakit mengalami depresi, cemas, dan
mental perasaan putus asa
menyatakan pikiran, harapan, respon kurang dan gelisah
dan perencanaan bunuh diri
menyatakan bahwa sering menunjukkan sikap agresif
mengalami kehilangan secara
bertubi-tubi dan bersamaan
22
menderita penyakit yang tidak koperatif dalam menjalani
prognosisnya kurang baik pengobatan
menyalahkan diri sendiri, berbicara lamban, keletihan,
perasaan gagal dan tidak menarik diri dari lingkungan sosial
berharga
menyatakan perasaan tertekan penurunan berat badan
23
3.4 Intervensi Keperawatan
24
pengendalian secar o Awasi klien secara ketat setiap
implus saat.
Menghindari
lingkungan dan
situasi beresiko 3. Klien dapat o Dengarkan keluhan yang
tinggi mengekspresikan dirasakan.
o Bersikap empati untuk
perasaanya
meningkatkan ungkapan
keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
o Beri dorongan untuk
mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
o Beri waktu dan kesempatan
untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan
lain-lain.
o Beri dukungan pada tindakan
atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk
4. Klien dapat
25
meningkatkan harga hidup.
diri
o Bantu untuk memahami bahwa
klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
o Kaji dan kerahkan
sumber-sumber internal
individu.
o Bantu mengidentifikasi
sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama,
yang adaptif
o Ajarkan untuk
mengidentifikasi
pengalaman-pengalaman yang
26
menyenangkan setiap hari
(misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit,
menulis surat dll.).
o Bantu untuk mengenali hal-hal
yang ia cintai dan yang ia
sayang, dan
o pentingnya terhadap
kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
6. Klien dapat o Beri dorongan untuk berbagi
menggunakan keprihatinan pada orang lain
dukungan sosial yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit
yang sama dan telah
mempunyai pengalaman
positif dalam mengatasi
masalah tersebut dengan
koping yang efektif.
27
o Kaji dan manfaatkan
7. klien dapat
menggunakan obat sumber-sumber ekstemal
28
atau mencoba
bunuh diri o Diskusikan tentang obat
(nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum
obat).
o Bantu menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
2. Keluarga pasien o Anjurkan membicarakan efek
mampu merawat dan efek samping yang
pasien dengan dirasakan.
resiko bunuh diri o Beri reinforcement positif bila
menggunakan obat dengan
benar.
29
pasien sendirian
o Menganjurkan keluarga untuk
membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya
disekita pasien
o Mendiskusikan dengan
keluarga untuk tidak sering
melamun sendiri
o Menjelaskan kepada keluarga
pentingnya passion minum
obat secara teratur.
30
b. Mendiskusikan tentang
tanda dan gejala yang
umumnya muncul pada
pasien beresiko bunuh diri
31
ditempat yang mudah
di awasi, jangan
biarkan pasien
mengunci diri
dikamarnya atau
jangan meninggalkan
pasien sendirian
dirumah
- Menjauhkan
barang-barang yang
bias digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan
pasien dari barang-
barang yang bias
digunakan untuk
bunuh diri, seperti
tali, bahan bakar
minyak/bensin, api,
32
pisau atau benda
tajam lainnya, zat
yang berbahaya
seperti racun nyamuk
atau racun serangga.
- Selalu
mengadakan
pengawasan dan
meningkatkan
pengawasan apa bila
ada tanda dan gejala
bunuh diri meningkat.
Jangan pernah
melonggarkan
pengawasan,
walaupun pasien
tidak menunjukkan
tanda dan gejala
33
untuk bunuh diri.
c. Menganjurkan keluarga
untuk malaksanakan cara
tersebut diatas.
34
o Mencari keluarga mencari rujukan
fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi pasien
a. Memberikan informasi
tentang nomor telpon darurat
tenaga kesehatan
b. Menganjurkan keluarga
untuk mengantarkan pasien
berobat/control secara teratur
untuk mengatasi masalah
bunuh dirinya
c. Menganjurkan keluarga
uuntuk membantu pasien
minum obat sesuai prinsip
lima benar pemberian obat.
35
3.5 Implementasi dan Evaluasi
36
NO TGL/JAM DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI
KEP
1. 10/4/2010 Resiko BunuhSp I Pasien S :Klien mengatakan sudah mencoba
PK.10.00 Diri 1. Membina hubungan saling belajar berkenalan namun masih enggan
WIB percaya dengan klien untuk dilakukan
2. Mengidentifikasi benda-benda
yang dapat membahayakan
O: Klien aktif dan memperhatikan selama
pasien
latihan berkenalan dengan perawat
3. Mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan
A: Klien sudah tahu cara berkenalan dengan
pasien.
4. Melakukan kontrak treatment menyebutkan nama,asal,hobi
5. Mengajarkan cara
mengendalikan dorongan bunuh
P: Lanjutkan berkenalan dengan orang lain.
diri
Sp II Pasien
1. Mengidentisifikasi aspek positif
pasien
2. Mendorong pasien untuk
berfikir positif terhadap diri
sendiri
3. Mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
Sp III Pasien
1. Mengidentisifikasi pola koping
yang biasa diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yng biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
4. Mendorong pasien memilih
pola koping yang konstruktif
5. Menganjurkan pasien
menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan
harian
Sp IV Pasien
1 Membuat rencana masa depan
37
yang realistis bersama pasien
2 Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991
: 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
4.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat
mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan
asuhan keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk
menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan kedepannya.
38
Daftar Pustaka
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT
Refrika Aditama
39