Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PUPUK DAN


PEMUPUKAN
Pembuatan Pupuk Kompos dari Jerami Padi

Nama : Kartika Sholla W. Sugardo


NIM 205040207111158
Kelas :D
Asisten Praktikum : Nogi Ramadhani

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 2
1.2 Tujuan Pengomposan ................................................................................................ 2
2.1 Bahan baku utama...................................................................................................... 2
2.2 Bahan pengkaya 1 ...................................................................................................... 2
2.3 Bahan pengkaya 2 ...................................................................................................... 2
2.4 Proses Pengomposan ................................................................................................ 3
3. METODOLOGI................................................................................................................ 4
3.1 Waktu dan Tempat Pengomposan ........................................................................... 4
3.2 Alat dan bahan ............................................................................................................ 4
3.3 Prosedur Pengomposan .................................................................................................. 4
3.4. Timeline Kegiatan Pengomposan ................................................................................... 6
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................... 7
4.1 Logbook Kegiatan Harian pada Pengomposan ...................................................... 7
4.2 Tabel Pengamatan Pengomposan.......................................................................... 11
4.4 Pembahasan ............................................................................................................. 13
5. Penutup ......................................................................................................................... 15
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 15
5.2 Saran .......................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 17
Lampiran............................................................................................................................... 17
DAFTAR TABEL

Table 1. Alat Pengomposan ............................................................................................. 4


Table 2. Bahan Pengomposan ......................................................................................... 4
Table 3. Timeline Kegiatan Pengomposan ...................................................................... 6
Table 4. Logbook kegiatan praktikum pembuatan kompos secara mandiri .................... 7
Table 5. Tabel pengamatan pengomposan ................................................................... 11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hasil Pengomposan .................................................................................. 13


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan praktikum ............................................................... 17


1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pupuk merupakan salah satu komponen yang digunakan para petani sebagai
sumber nutrisi yang diberikan pada tumbuhan. Nutrisi yang biasa dibutuhkan oleh
tumbuhan tidak terlepas dari 3 unsur hara, yaitu Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).
Ketiga unsur hara ini sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi
pada tumbuhan. NPK dapat pula untuk menunjang produktivitas pertanian.
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang,
rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, serta kotoran hewan yang telah
mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos juga mengandung hara-hara
mineral yang esensial bagi tanaman. Pengomposan adalah proses dimana bahan
organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Jerami padi merupakan limbah pertanian yang sering digunakan untuk
pembuatan pupuk organik karena mengandung unsur hara yang bermanfaat bagi
tumbuhan. Selama ini limbah tanaman padi berupa jerami hanya dibuang dan dibakar di
lahan pertanian setempat dan abunya dipakai untuk pupuk. Pembakaran ini dapat
menghilangkan kandungan bahan organik dalam padi, jadi penggunaan untuk
pembuatan kompos lebih efektif dari pada menggunakan abu jerami. Menurut Doberman
dan Fairhust (2002), 1 ton jerami padi mengandung N 0,5-0,8%, P2O50,16-0,27%, K2O
1,4-2,0 %, S 0,05-0,10 %, dan Si 4-7%. Selain itu, jerami padi juga dapat menghasilkan
pupuk kompos yang berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tamtomo,
dkk (2015), bahwa kandungan hara kompos jerami padi, yakni C-Organik 39,7355%,
Nitrogen 2,0956%, C/N Rasio 18,96%, Fosfor 0,4877%, dan Kalium 0,8640%.
1.2 Tujuan Pengomposan
1. Untuk merubah bahan organik yang menjadi limbah menjadi produk yang mudah
dan aman untuk ditangan, disimpan, diaplikasikan ke lahan pertanian dengan aman
tanpa menimbulkan efek negatif baik pada tanah maupun pada lingkungan pada
lingkungan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan baku utama
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian di Indonesia yang
pemanfaatannya belum maksimal. Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil
buahnya (gabahnya), sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah
pertanian terbesar serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis
dan ekonomis (Kurniasari et al., 2008).
Hanya sebagian kecil petani menggunakan jerami sebagai pakan ternak
alternatif di kala musim kering karena sulitnya mendapatkan hijauan. Di lain pihak jerami
sebagai limbah pertanian, sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering di
bakar untuk mengatasi masalah tersebut. Sementara itu, pembakaran limbah pertanian
meningkatkan kadar CO2 di udara yang berdampak terjadinya pemanasan global.
Pembakaran jerami secara terus-menerus di lahan pertanian dapat menyebabkan
meningkatnya suhu udara di permukaan tanah serta menyebabkan polusi udara
sehingga dapat memusnahkan mikroorganisme yang berguna dalam proses biologis
tanah, seperti perombak bahan organik tanah sehingga berdampak pada menurunnya
kadar bahan organik dalam tanah (Tommy et al., 2014). Maka dari itu, solusi yang dapat
dilakukan adalah dengan memanfaatkan jerami padi untuk diolah menjadi kompos.
Pengomposan jerami padi bertujuan untuk meningkatkan unsur hara tanah serta dapat
mengurangi biaya produksi petani dalam pembelian pupuk.
Pemanfaatan jerami padi menjadi kompos merupakan salah satu alternatif untuk
substitusi penggunaan pupuk kimia. Kandungan hara jerami pada saat panen
bergantung pada kesuburan tanah, kualitas dan kuantitas air irigasi, jumlah pupuk yang
diberikan, dan musim/iklim. Di Indonesia rata-rata kadar hara jerami padi adalah 0,4%N,
0,02% P; 1,4% K; dan 5,6 Si. Untuk setiap 1 ton gabah (GKG) dari pertanaman padi
dihasilkan pula 1,5 ton jerami yang mengandung 9 kg N, 2 kg P, 25 kg K, 2 kg S, 70 kg
Si, 6 kg Ca dan 2 kg Mg (Thamrin et al., 2014).
2.2 Bahan pengkaya 1
Sekam padi merupakan lapisan paling luar dari padi atau sering disebut kulit
padi. Menurut sebuah penelitian, sekitar 20% berat padi ini adalah sekam (Hartono et
al., 2015). Jika dibandingkan dengan jumlah rata-rata produksi beras di Asia sebagai
salah satu penghasil beras terbesar di dunia, dalam satu tahun ada sekitar 770 juta ton
limbah sekam padi (Sari et al., 2017). Maka dari itu akan rugi sekali bagi para petani jika
produktivitas produksi beras tidak dibarengi dengan produktivitas produksi sekam padi.
Pemanfaatan sekam padi sebagai bahan pengkaya pupuk kompos sangat
berguna untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Hal ini disebabkan sekam padi
dapat menggemburkan tanah dan jenis unsur kimia yang ada di dalamnya sangat baik
untuk kesuburan tanah. Sekam padi merupakan bahan berlignoselulosa seperti
biomassa lainnya namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi
terdiri atas 50 % selulosa, 25 – 30 % lignin, dan 15 – 20 % silika (Bakri, 2008).
2.3 Bahan pengkaya 2
Dedak mengandung zat-zat gizi, vitamin, dan mineral yang bermanfaat.
Terutama karbohidrat, dedak kaya akan karbohidrat mencapai 51-55 gr / 100 gramnya.
Dedak juga mengandung protein, lemak, asam lemak esensial, serat, vitamin E
kompleks, serta vitamin B kompleks. Selain itu, juga mengandung mineral-mineral yang
bermanfaat seperti kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Phosphor (P), Mangan (Mn), Zat
3

Besi (Fe), Kalium (K), Seng (Zn), dan sebagainya.


Selain dedak merupakan sumber makanan yang baik bagi bakteri. Dengan
kandungan karbohidrat yang tinggi serta protein nabati, dedak juga menjadi sumber
makanan yang lengkap bagi bakteri pengurai. Penambahan dedak pada pembuatan
pupuk kompos secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap kualitas kompos yang
dihasilkan.
2.4 Proses Pengomposan
Proses pengomposan adalah proses dekomposisi materi organik menjadi pupuk
kompos melalui reaksi biologis mikroorganisme secara aerobik dalam kondisi terkendali.
Pengomposan sendiri merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang
terkandung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah
tangga, dan sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus (Irawan, 2014). Hampir semua
bahan yang pernah hidup, tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan
kompos. Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk
organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian antara lain : pupuk
organik mengandung unsur hara makro dan mikro, dapat memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara, memperbesar daya ikat tanah
berpasir, memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah, membantu proses
pelapukan dalam tanah, dan tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tahan
terhadap penyakit.
Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga keseimbangan
kandungan nutrien, kadar air, pH, temperatur dan aerasi yang optimal melalui
penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses pengomposan, temperatur
kompos akan mencapai 65 – 700C sehingga organisme patogen, seperti bakteri, virus
dan parasit, bibit penyakit tanaman serta bibit gulma yang berada pada limbah yang
dikomposkan akan mati. Pada kondisi tersebut gas-gas yang berbahaya dan baunya
menyengat tidak akan muncul. Proses pengomposan umumnya berakhir setelah 6
sampai 7 minggu yang ditandai dengan tercapainya suhu terendah yang konstan dan
kestabilan materi (Trivana et al., 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : kelembaban,
konsentrasi oksigen, temperatur, perbandingan C / N, derajat keasaman (pH), ukuran
bahan. Mikroorganisme dapat bekerja dengan kelembaban sekitar 40-60%. Kondisi
tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme bekerja optimal. Kebutuhan oksigen dalam
pembuatan kompos yakni berkisar antara 10-18%. Temperatur optimum yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35-55°C. Perbandingan C /
N yang optimum untuk proses pengomposan adalah berkisar antara 25-25. Derajat
keasaman yang terbaik untuk proses pengomposan adalah pada kondisi pH netral yakni
berkisar antara 6-8. Ukuran bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerobik berkisar
antara 1-7,5 cm.
Pada proses pengomposan menggunakan jerami padi, jerami padi dicacah dan
ditimbang serta diangkut ke area pengomposan. Pemberian bioaktivator sesuai dengan
anjuran, bioaktivator dilarutkan dalam air dan di siram secara merata pada bahan
kompos, lalu ditutup terpal plastik. Selama proses pengomposan berlangsung, dilakukan
pembalikan secara rutin (Yasin et al., 2019).
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pengomposan
Kegiatan pengomposan dilaksanakan mulai tanggal 25 September sesuai
dengan jadwal praktikum Mata Kuliah Teknologi Pupuk dan Pemupukan sampai 31
Oktober 2021. Pengomposan dilakukan di rumah praktikan yang terletak di Kelurahan
Ciracas, Kecamatan Kelapa Dua Wetan, Kota Jakarta Timur. Menurut Google Earth,
alamat ini memiliki titik koordinat -6.3465289398910425, 106.87845646603743 dan
6.35oS, 106.88oE. Selain itu tempat yang digunakan untuk praktikum ini memiliki
ketinggian 58 m diatas permukaan laut. Suhu di alamat ini berkisar antara 29-32℃ dan
memiliki kelembaban udara 59%. Curah hujan berkisar antara 210-250 mm/hari.
Alamat ini terletak di kota Jakarta Timur yang memiliki perbatasan sebelah utara
meliputi, Kali Ciliwung - Jl. Pegangsaan Timur - Jl. Matraman - Jl. Pramuka - Jl. Bypass
Kali Sunter - Jl. Bekasi sampai batas DKI ; sebelah timur adalah batas DKI Jakarta dengan
Bekasi ; sebelah selatan adalah batas DKI Jakarta dengan Bogor ; dan sebelah barat
adalah Kali Ciliwung menurut situs jakarta.go.id.
3.2 Alat dan bahan
Dalam pengomposan diperlukan adanya alat untuk mempermudah proses
pengomposan. Beberapa alat yang digunakan dalam pengomposan yaitu sebagai berikut.
Table 1. Alat Pengomposan
No. Alat Fungsi
1. Sekop Untuk mencampurkan bahan baku
2. Pisau Untuk mencacah bahan baku
3. Polybag Wadah bahan baku
4. Baskom/ember kecil Wadah larutan / dekomposer
5. Karung atau terpal Untuk menutup atau alas kompos
6. Termometer Untuk mengukur suhu kompos
Kemudian diperlukan peran bahan untuk mendukung fungsi alat yang digunakan.
Beberapa bahan yang digunakan dalam pengomposan yaitu sebagai berikut.
Table 2. Bahan Pengomposan
No. Bahan Fungsi
1. Jerami padi Sebagai bahan baku utama
2. Sekam padi Sebagai bahan pengkaya
3. Dedak Sebagai bahan pengkaya
4. EM4 Sebagai dekomposer
5. Air Sebagai pengencer dan melembabkan tanah
3.3 Prosedur Pengomposan
Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang telah
ditentukan. Selanjutnya mencacah Jerami padi yang telah dipisahkan dari kotoran-kotoran
kecil menggunakan pisau hingga menjadi potongan yang kecil agar mempermudah proses
pengomposan. Setelah itu, mencampurkan larutan EM4 sebanyak 200 ml ke dalam bahan
yang telah dicacah sebelumnya. Kemudian mengaduk bahan secara perlahan agar larutan
EM4 tercampur merata. Setelah itu, menambahkan air sebanyak 1 liter dan dilakukan
pengadukan kembali. Kompos yang telah diaduk kemudian dimasukkan kedalam polybag
dan tidak lupa ditutup rapat agar proses pengomposan dapat terjadi secara maksimal serta
tunggu selama 30 hari. Lakukan pengamatan terhadap kompos setiap 3hari sekali meliputi
pengecekan suhu, pembalikan kompos agar suhu bagian bawah kompos sama dengan
5

bagian atas kompos serta lakukan penambahan air jika diperlukan. Tahap akhir yaitu
pemanen kompos dimana kompos yang telah matang ditandai dengan warna yang gelap,
tidak berbau dan dan suhu yang rendah. Catat hasil pengomposan dan dokumentasikan.
6

3.4. Timeline Kegiatan Pengomposan


Table 3. Timeline Kegiatan Pengomposan
No. Kegiatan Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 Minggu ke-5

1. Menyiapkan alat dan


bahan

2. Mencacah bahan
baku utama dan
bahan pengkaya

3. Membuat
dekomposer

4. Mencampur
dekomposer dengan
bahan kompos

5. Mengaduk kompos

6. Mengukur suhu

7. Memanen kompos
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Logbook Kegiatan Harian pada Pengomposan
Table 4. Logbook kegiatan praktikum pembuatan kompos secara mandiri
No. Hari Tanggal Hari Ke- Kegiatan Dokumentasi

1 Sabtu 25 1 Pencampuran bahan


September
8

2 Selasa 28 3 Pembolak-balikan
September bahan dan
pengukuran suhu

3 Jumat 1 Oktober 6 Pembolak-balikan


bahan dan
pengukuran suhu

4 Senin 4 Oktober 9 Pembolak-balikan


bahan dan
pengukuran suhu
9

5 Kamis 7 Oktober 12 Pembolak-balikan


bahan dan
pengukuran suhu

6 Mingg 10 Oktober 15 Pembolak-balikan


u bahan dan
pengukuran suhu

7 Rabu 13 Oktober 18 Pembolak-balikan


bahan dan
pengecekan suhu
10

8 Sabtu 16 Oktober 21 Pembolak-balikan


bahan dan
pengecekan suhu

9 Selasa 19 Oktober 24 Pembolak-balikan


bahan dan
pengecekan suhu

10 Jumat 22 Oktober 27 Pembolak-balikan


2021 bahan dan
pengecekan suhu
11

11 Senin 25 Oktober 30 Pembolak-balikan


2021 bahan dan
pengecekan suhu

12 Kamis 28 Oktober 33 Pemanenan kompos


2021

4.2 Tabel Pengamatan Pengomposan


Table 5. Tabel pengamatan pengomposan
No. Hari Ke- Suhu Warna Bentuk Bahan Baku Keterangan

1 1 280C Coklat muda Bahan baku masih Bahan baku


terlihat jelas masih
berbentuk
jerami padi.
Kondisi
lembab

2 3 320C Coklat muda Bahan baku masih Bahan baku


terlihat jelas masih lembab
dan berbau
busuk

3 9 330C Coklat muda Bahan baku masih Berbau


terlihat agak jelas sangat
menyengat
dan muncul
semut
12

4 12 330C Coklat muda Bahan baku sudah Bau


terlihat ada yang menyengat
hancur dan semut
berkurang

5 15 300C Coklat tua Bahan baku sudah Bahan baku


namun masih terlihat ada yang belum hancur
ada yang hancur secara
berwarna merata dan
coklat muda kondisi
lembab.
Masih ada
sedikit semut

6 18 310C Coklat tua Bahan baku sudah Muncul putih-


namun masih banyak yang hancur putih dan
ada yang berbau
berwarna menyengat
coklat muda

7 21 290C Coklat gelap Bahan baku sudah Suhu


banyak yang hancur menurun dan
berbau sedikit
menyengat.
Kondisi
lembab

8 24 290C Coklat gelap Bahan baku sudah Putih-putih


banyak yang hancur masih ada

9 27 290C Coklat gelap Bahan baku sudah Putih-putih


banyak yang hancur mulai
menghilang

10 30 280C Coklat tua Bahan baku Sudah tidak


sedikit lebih sebagian besar ada putih-
gelap dari sudah hancur putih dan
sebelumnya semut
berkurang

11 33 270C Coklat tua Bahan baku Kondisi agak


sebagian besar lembab dan
sudah hancur semut masih
ada namun
sedikit
13

4.3. Hasil pengomposan

Gambar 1. Hasil Pengomposan


Proses pengomposan tidak berlangsung dengan sempurna. Berdasarkan hasil
pengamatan kompos yang telah dipanen dapat dilihat bahwa kompos dengan
menggunakan bahan baku utama jerami padi dan bahan pengkaya sekam padi dan
dedak menunjukkan hasil kurang maksimal karena proses dekomposisi tidak terjadi
secara menyeluruh dan merata. Kompos pada jerami padi dan sekam padi serta dedak
menghasilkan tekstur remah namun masih ada beberapa bagian kompos yang masih
berbentuk padat. Hal ini dikarenakan bakteri tidak mampu mendekomposisi bahan yang
keras serta berukuran besar dengan waktu yang singkat. Kemudian hasil pengomposan
memiliki warna coklat tua dan mengalami penurunan suhu pada hari ke-21 menjadi 290 C
sehingga suhu pada kompos dikategorikan tidak panas. Selanjutnya terdapat juga
perubahan bau yang pada awalnya berbau menyengat menjadi tidak berbau busuk lagi.
Kemudian pada kompos terdapat semut hitam serta muncul benang-benang miselium
berwarna putih.
4.4 Pembahasan
Pada kegiatan pembuatan kompos yang dilakukan secara mandiri dengan
menggunakan bahan baku jerami padi dan bahan pengkaya sekam padi dan dedak
ini tidak berhasil yang ditunjukkan dengan suhu terendah 270C dan tertinggi 330C. Hasil
suhu yang didapatkan pada pengomposan dikategorikan sebagai suhu tidak panas.
Hasil pengukuran suhu sangatmempengaruhi keberhasilan pengomposan karena suhu
merupakan faktor utama yangmemiliki pengaruh pada cepat atau lambatnya proses
dekomposisi yang terjadi.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembuatan kompos yang
telahdilakukan tidak memperoleh hasil secara maksimal. Hal ini diperkuat oleh penelitian
yangdilakukan oleh Widarti et al. (2015) yang menyatakan bahwa suhu kompos yang
tidak mencapai 400C dapat dikatakan tidak berhasil yang disebabkan karena tidak
tercapainyafase termofilik yang diharapkan pada proses pengomposan ini yakni berkisar
400C-650C.
Berdasarkan hasil dari pengomposan yang telah dilakukan, diperoleh warna
kompos yang semula berwarna coklat muda menjadi coklat tua. Selain itu, diperoleh hasil
dari indikator bau yang semula berbau jerami kering menjadi bau tanah serta tekstur dari
komposnya yang sudah menjadi remah. Hal ini menunjukkan bahwa kompos termasuk
ke dalam indikator kompos yang matang. Spesifikasi kompos dari sampah organik harus
memenuhi persyaratan parameter yang telah ditetapkan yakni kompos yang sudah jadi
harus memiliki bau tanah, warna kompos menjadi kehitaman, serta memiliki tekstur
seperti tanah. Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Zuhrufah et al., 2015) yang
menyatakan bahwa pembuatan pupuk organik dengan penambahan bioaktivator EM4
14

didapatkan hasil pupuk yang berwarna sangat hitam menyerupai tanah, berbau dan
memiliki tekstur remah serta halus.
Pada dua belas hari pertama, kompos mengalami kenaikan suhu dari 280C
hingga 330C. Hasil pengamatan menandakan bakteri dekomposer mulai aktif bekerja.
Pemberian molase berfungsi sebagai starter dekomposer. Pada molase terdapat
kandungan gula dan asam-asam organik sehingga yang dapat membantu proses
fermentasi pada pengomposan (Fifendy et al., 2013). Fermentasi merupakan reaksi
katabolisme dimana senyawa kompleks dipecah menjadi senyawa yang lebihsederhana.
Proses katabolisme merupakan proses eksergonik yaitu reaksi yang menghasilkan
energi berupa ATP (Irmaningtyas, 2013). ATP digunakan oleh mikrobasebagai sumber
energi dalam proses fisiologisnya sehingga terjadi proses dekomposisi.
Ditemukan semut (makroflora) dan jamur (makrofauna) dalam kompos. Semut di
dalam kompos diperkirakan disebabkan oleh molase yang memiliki bahan kandungan
gula yang tinggi sehingga mengundang semut untuk datang. Sedangkan jamur muncul
akibat kondisi kelembaban kompos yang tinggi. Berdasarkan pendapat Muchtar et al.,
(2011) menyatakan bahwa jamur menyukai suhu lingkungan 25-290C dengan
kelembapan ±80%. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan kompos dimana memiliki
suhu berada pada kisaran 26-300.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengomposan yang dilakukan selama 33 hari didapatkan hasil bahwa
kompos memiliki perubahan suhu dari 28⁰C menjadi 27⁰C yang disebabkan oleh keadaan
kompos yang lembab. Kemudian terjadi perubahan warna menjadi coklat tua dan
perubahan tekstur yang awalnya berbentuk padat menjadi remah namun hanya di
beberapa bagian saja akibat dekomposisi bakteri mesofilik. Pupuk kompos yang telah
matang memiliki karakteristik yaitu terjadi penurunan suhu menjadi suhu ruang, berwarna
hitam dan gelap, remah, tidak berbau serta tidak ditemukannya mikroorganisme pada
kompos. Pada hasil kompos yang telah dibuat, hanya memenuhikarakteristik suhu dan
aroma yang dihasilkan sedangkan untuk karakteristik lain kompos belum menunjukkan
hasil yang maksimal. Parameter tekstur belum memenuhi karena masih ada beberapa
bagian yang belum terdekomposisi.
5.2 Saran
• Proses pembalikan kompos sangat diperlukan agar perubahan tekstur dapat
terjadi secara merata dan tidak hanya di beberapa bagian saja.
• Perlu dilakukan penambahan EM4 agar proses dekomposisi bahan dapat berjalan
optimal dan fase-fase pengomposan dapat terjadi secara maksimal akibat peran
bakteri mesofilik dantermofilik.
• Pengamatan, pembalikan, serta dokumentasi dapat dilakukan seefisien mungkin
agar tidak tercemar oleh organisme yang tidak diinginkan.
• Pastikan wadah pengomposan tertutup serapat mungkin dan diletakkan pada
tempat yang jauh dari jangkauan semut.
Daftar Pustaka
Bakri. 2008. Komponen Kimia dan Fisik Abu Sekam Padi sebagai SCM untuk
Pembuatan Komposit Semen. Jurnal Perennial. Vol. 5 (1) : 9-14.
Dobermann dan Fairhurst, T. 2002. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient Management.
Potash & Potash Institute / Potash & Potash Institute of Canada. Hal : 191.
Fifendy et al. (2013). Pengaruh Pemanfaatan Molase Terhadap Jumlah Mikroba Dan
Ketebalan Nata Pada Teh Kombucha. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung, 67-72.
Hartono et al. 2015. Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi (ASP) terhadap Kuat
Tekan dan Absorpsi Bata Merah. Jurnal Inersia. Vol. 7 (1) : 23-32.
Irawan. 2014. Pengaruh Susunan Bahan terhadap Waktu Pengomposan Sampah
Pasar pada Komposter Beraerasi. METANA. Vol. 10 (1) : 18-24.
Irmaningtyas. (2013). Biologi SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kurniasari et al. 2008. Kajian Hidrolisa Enzimatis Jerami Padi untuk Produksi
Bioetanol. Momentum. Vol. 4 (1) : 56-64.
Muchtar et al. 2011. Pengaruh Kondisi Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Jamur
pada Gambir. Jurnal Dinamika Penelitian Industri. 22 (1) : 36-43.
Sari et al. 2017. Pemanfaatan Limbah Sekam Padi untuk Campuran Pupuk Bokashi
dan Pembuatan Biobriket sebagai Bahan Bakar Nabati. PengabdianMu. Vol. 2
(2) : 90-97.
Tamtomo, dkk. 2015. Pengaruh Aplikasi Kompos Jerami dan Abu Sekam Padi
terhadap Produksi dan Kadar Pati Ubi Jalar. Jurnal Agrosains. Vol 12. No 2. ISSN
: 1693-5225.
Thamrin et al. 2014. Kajian Pemanfaatan Pupuk Organik dan Anorganik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Sayuran Kentang. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 17 (1) : 49-59.
Tommy et al. 2014. Karakteristik Biologi dan Kimia Tanah Sawah Akibat Pembakaran
Jerami. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 2 (2) : 851-864.
Trivana et al. 2017. Optimalisasi Waktu Pengomposan dan Kualitas Pupuk Kandang
dari Kotoran Kambing dan Debu Sabut Kelapa dengan Bioaktivator PROMI dan
Orgadec. Jurnal Sain Veteriner. Vol. 35 (1) : 136-144.
Widarti et al. 2015. Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku pada Pembuatan Kompos Dari
Kubis dan Kulit Pisang. Jurnal Integrasi Proses. 5 (2) : 75-80.
Yasin et al. 2019. Pengaruh Bioaktivator dalam Proses Pengomposan Jerami Padi.
Journal TABARO. Vol. 3 (1) : 287-294.
Zuhrufah et al. 2015. Pengaruh Pemupukan Organik Takaura dengan Penambahan
EM4 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus L.). Jurnal Biologi. 4 (1) : 13-35.
Lampiran
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan praktikum
No. Hari Tanggal Hari Ke- Kegiatan Dokumentasi

1 Sabtu 25 1 Pencampuran bahan


September
18

2 Selasa 28 3 Pembolak-balikan
September bahan dan
pengukuran suhu

3 Jumat 1 Oktober 6 Pembolak-balikan


bahan dan
pengukuran suhu

4 Senin 4 Oktober 9 Pembolak-balikan


bahan dan
pengukuran suhu
19

5 Kamis 7 Oktober 12 Pembolak-balikan


bahan dan
pengukuran suhu

6 Mingg 10 Oktober 15 Pembolak-balikan


u bahan dan
pengukuran suhu

7 Rabu 13 Oktober 18 Pembolak-balikan


bahan dan
pengecekan suhu
20

8 Sabtu 16 Oktober 21 Pembolak-balikan


bahan dan
pengecekan suhu

9 Selasa 19 Oktober 24 Pembolak-balikan


bahan dan
pengecekan suhu

10 Jumat 22 Oktober 27 Pembolak-balikan


2021 bahan dan
pengecekan suhu
21

11 Senin 25 Oktober 30 Pembolak-balikan


2021 bahan dan
pengecekan suhu

12 Kamis 28 Oktober 33 Pemanenan kompos


2021

Anda mungkin juga menyukai