Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel darah dapat terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
Volume total darah orang dewasa diperkirakan sekitar 5-6 liter atau 7% - 8% dari
berat tubuh seseorang. Fungsi utama darah adalah untuk transportasi, sel darah
merah tetap berada dalam system sirkulasi dan mengandung pigmen pengangkut
oksigen haemoglobin. Sel darah putih betanggung jawab terhadap pertahanan tubuh
dan diangkut oleh darah ke berbagai jaringan tempat sel-sel tersebut melakukan
fungsi fisiologiknya. Trombosit berperan mencegah tubuh kehilangan darah akibat
pendarahan dan melakukan fungsi utamanya di dinding pembuluh darah. Protein
plasma merupakan pengangkut utama zat gizi dan produk sampingan metabolic ke
organ-organ tujuan untuk penyimpanan atau ekskresi. Banyak protein besar yang
tersuspensi didalam plasma juga menarik perhatian ahli hematologi, terutama
protein-protein yang berkaitan dengan pencegahan pendarahan melalui proses
pembekuan darah (koagulasi).
Sebagian besar sel di darah tidak mampu melakukan pembelahan lebih
lanjut dan relatif berumur pendek serta diganti secara terus menerus oleh sum-sum
tulang. Kelompok sel darah utama termasuk sel darah merah,sel darah putih,dan
trombosit berasal dari sel bakal (stem cell) hematopoitetik pluripoten. Sel bakal ini
adalah sel pertama dalam rangkaian tahap-tahap yang teratur dan berjenjang pada
pertumbuhan dan pematanagan sel.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari sistem darah (hematologi) ?
2. Bagaimana karakterisitik darah?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem darah ?
4. Bagaimana mekanisme dari pembekuan darah ?
5. Bagaimankah distribusi dan transportasi darah ?
6. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan darah ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari sistem darah (hematologi)
2. Agar dapat mengetahui karakteristik darah
3. Agar dapat mengetahui anatomi & fisiologi pada sistem darah
4. Agar dapat memahami mekanisme dari pembekuan darah
5. Agar dapat mengetahui dan memahami distribusi dan transportasi darah
6. Agar dapat mengetahui penyakit yang berhubungan dengan darah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Darah (Hematologi)


Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan
aspeknya pada keaadaan sehat atau sakit dalam keadaan normal volume darah
manusia ± 7-8% dari berat badan. Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit. Cairan plasma membentuk 45
sampai 60% dari volume darah total, sel darah merah (SDM) menempati sebagian
besar volume sisanya. Sel darah putih dan trombosit, walaupun secara fungsional
penting, menempati bagian yang relative kecil dari massa darah total. Proporsi sel dan
plasma diatur dan dijaga dengan relative konstan.
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam
ruang vaskuler, karena perannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai
bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa
zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian mengantarkan sisa metabolisme
melalui organ sekresi, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah.

B. Karakteristik Darah
Karakteristik umum darah meliputi warna, vsikositas, pH, volume, dan
komposisinya (Desmawati, 2013).
1. Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berkaitan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibandingkan
dengan darah arteri.
2. Viskositas
Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar
1.048 sampai 1.066.
3. pH
pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral
7.00).
4. Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,
atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
5. Komposisi
Darah tersusun atas dua komponen utama yaitu :
a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian
terdiri dari 92% air, 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme,
gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor pembekuan
dan garam-garam organik. Protein-protein dalam plasma terdiri
dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2 globulin, beta
globulin dan gamma globulin), fibrinogen, protombin, dan
protein esensial untuk koagulasi. Serum albumin dan gamma
globulin sangat penting untuk mempertahankan tekanan
osmotik koloid dan gamma globulin juga mengandung antibodi
(immunoglobulin) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE untuk
mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.
b) Sel-sel darah/butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri
atas eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red blood cell
(RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white blood
cell (WBC), dan trombosit atau platelet. Sel darah merah
merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel
darah putih dan trombosit 1%. Sel darah putih terdiri dari
Basofil, Eusinofil, Neutrofil, Limfosit dan Monosit.

C. Anatomi & Fisiologi Sistem Darah


1. Anatomi Sistem Darah
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi
untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Darah merupakan medium transpor tubuh, volume darah
manusia sekitar 7% -10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan
jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak sama, tergantung pada usia, pekerjaan, serta
keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri dari 2 komponen yaitu 55%
Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler (bagian padat darah).
Plasma darah merupakan salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warna
kekuning-kuningan yang di dalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, 0,9% mineral,
oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik seperti lemak, kolestrol,
urea, asam amino, dan glukosa. Selain itu, plasma darah merupakan cairan darah yang
berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian
tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari
seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.
Korpuskuler yang merupakan bagian padat darah terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Eritrosit merupakan bagian darah yang mengandung hemoglobin (Hb).
Hemoglobin merupakan biomolekul pengikat oksigen, sedangkan darah yang
berwarna merah ini dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat
darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan
mengikat karbon dioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5
sampai dengan 15,0 gram per cc darah.
Sel-sel darah yang paling banyak adalah sel-sel darah merah atau eritrosit
dengan persentase sekitar 99,9% dari seluruh elemen padat darah. Dalam darah,
jumlah eritosit sekitar 700 kali lebih banyak dibandingkan sel-sel darah putih
(leukosit) dan 17 kali lebih banyak dari keping darah (trombosit). Pada laki-laki
dewasa dalam 1 mikroliter atau 1 milimeter kubik (mm3 ) darahnya mengandung
sekitar 4,5 – 6,3 juta eritrosit, sedangkan perempuan dewasa mengandung 4,2 – 5,5
juta eritrosit. Jumlah eritrosit yang lebih tinggi pada laki-laki karena laki-laki
memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi daripada perempuan, dan konsentrasi
eritrosit yang lebih besar diperlukan untuk menyediakan oksigen yang dibutuhkan
untuk metabolisme sel-sel.
Eritrosit yang normal berbentuk cakram atau piringan yang di bagian tengah
kedua sisinya mencekung (bikonkaf), dengan diameter sekitar 7,5 μm. Bentuk
bikonkaf memberikan keuntungan yaitu menjadikan eritrosit memiliki permukaan
yang lebih luas bagi difusi oksigen, dibandingkan dengan bentuk bulat datar dengan
ukuran yang sama, dan membuat pergerakan gas ke dalam dan ke luar sel berlangsung
lebih cepat. Selain itu eritrosit juga bersifat fleksibel sehingga memungkinkan eritrosit
berjalan melalui kapiler yang sempit dan berkelok-kelok untuk menyampaikan
oksigen ke jaringan tanpa mengalami keruksakan. Diameter eritrosit dalam keadaan
nomal 7,5 – 8 μm mampu mengalami deformasi pada saat melalui kapiler yang
bahkan berdiameter 3 μm. Eritrosit tidak memiliki inti atau organel yang lain.
Sepertiga isi eritrosit adalah haemoglobin (pigmen merah). Kandungan haemoglobin
dalam eritrosit inilah yang menjadikan darah berwarna merah. Dalam satu eritrosit
mengandung sekitar 280 juta molekul haemoglobin. Isi sel darah merah lainnya
termasuk lipid, adenosin trifosfat (ATP), dan enzim karbonat anhidrase.
Eritrosit memiliki siklus hidup yang berumur pendek, tanpa DNA dan RNA,
eritrosit tidak dapat membentuk protein untuk memperbaiki sel, pertumbuhan,
pembelahan dan memperbaharui pasokan enzim. Usia eritrosit hanya mampu bertahan
selama 120 hari. Selama rentang waktu 4 bulan, eritrosit pengembara sekitar 700 mil
ketika bersirkulasi melalui pembuluh darah. Seiring dengan penuaan eritrosit,
membran plasmanya tidak dapat diperbaharui menjadi rapuh dan rentan, serta
mengalami kerusakan ketika masuk ke dalam sistem pembuluh sempit. Sebagian
besar eritrosit mengakhiri hidupnya di limfa, karena jaringan kapilernya sempit dan
berbelit-belit. Selain menghancurkan eritrosit, limfa juga berfungsi untuk menyimpan
eritrosit sehat di dalam pulpa interiornya, tempat penyimpanan trombosit dan banyak
mengandung limfosit. Eritrosit yang rusak ditelan dan dicerna oleh sel makrofag
dengan cara fagositosis. Bagian heme dari hemoglobin dipecah menjadi besi dan
pigmen kuning yang disebut bilirubin. Komponen besi disimpan sementara di hati dan
limpa sebelum didaur ulang di sumsum tulang merah dan digunakan untuk
membentuk lebih banyak hemoglobin baru. Bilirubin (pigmen empedu) disekresikan
oleh hati dalam empedu, yang dibawa oleh saluran empedu ke dalam usus kecil.
Eritrosit tidak dapat membelah diri, untuk menggantikan jumlahnya yang mati
diproduksi eritrosit baru oleh sumsum tulang. Proses pembentukan eritrosit disebut
eritropoiesis. Kecepatan pembentukan sel darah merah oleh sumsum tulang adalah 2 –
3 juta eritrosit/detik mengimbangi musnahnya sel-sel eritrosit tua, sehingga tetap
dalam kondisi yang seimbang. Dalam keadaan normal 2,5 juta eritrosit hancur dalam
setiap detik atau sekitar 0,00001% dari total seluruh jumlah eritrosit (25 triliun) yang
mengalir dalam sirkulasi darah orang dewasa. Eritropoiesis dikontrol oleh hormon
ertropoietin dari ginjal dan testosterone.
Produksi eritrosit bervariasi tergantung konsentrasi oksigen dalam darah. Jika
konsentrasi oksigen darah rendah (hipoksia), seperti setelah perdarahan, eritropoietin
ginjal dan hati dilepaskan, sehingga produksi eritrosit oleh sumsum tulang merah
meningkat. Ketika eritrosit baru ditambahkan ke darah dan konsentrasi oksigen
meningkat ke tingkat normal, produksi eritropoietin menurun, menyebabkan
penurunan produksi eritrosit, sehingga jumlah eritrosit selalu seimbang. Eritrosit
memerlukan besi, asam folat, dan vitamin B12 dalam produksinya. Besi diperlukan
untuk sintesis hemoglobin karena setiap molekul hemoglobin mengandung empat
atom besi. Asam folat dan vitamin B12 diperlukan untuk sintesis DNA selama tahap
awal pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang merah. Vitamin B12 kadangkadang
disebut faktor ekstrinsik karena diperoleh eksternal untuk tubuh.
b. Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih atau leukosit memiliki ukuran yang lebih besar jika
dibandingkan dengan eritrosit. Jumlah normal pada orang dewasa mengandung 4.000-
10.000 sel leukosit/mm3. Jumlah leukosit tidak sebanyak eritrosit, berkisar 5 – 10 juta
per milimeter darah atau rara-rata 7 juta sel/milimeter darah yang dinyatakan dengan
7000 /mm³. Leukosit merupakan sel darah yang paling sedikit jumlahnya sekitar 1 sel
leukosit untuk setiap 700 eritrosit. Tidak seperti sel darah merah, sel leukosit memiliki
inti (nukleus) dan sebagian besar leukosit dapat bergerak seperti amoeba serta dapat
menembus dinding kapiler. Sel darah putih di produksi dalam sumsum tulang,
kelenjar limfa dan juga limpa. Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak
berwarna (bening), bentuk tidak tetap (amoeboid) berinti, dan ukurannya lebih besar
dari eritrosit.
Leukosit memiliki fungsi menahan invasi oleh pathogen melalui proses
fagositosis; mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang muncul di dalam
tubuh; Membersihkan sampah tubuh yang berasal dari sel yang mati atau cedera.
Leukosit di produksi dalam sumsum tulang merah, dan produksi setiap tipe leukosit
diatur oleh protein yang disebut colony-stimulating factor (CSF). Granulosit dan
monosit dihasilkan hanya di sumsum tulang, sedangkan limfosit juga dihasilkan di
jaringan limfoid (jaringan yang mengandung limfosit seperti kelenjar limfe dan
tonsil). Berbagai jenis leukosit diproduksi dengan berbagai tingkat kecepatan,
bergantung pada jenis dan luas serangan yang dihadapi.
Tidak seperti eritrosit, leukosit hanya beredar dalam waktu singkat dalam
pembuluh darah sepanjang hidupnya. Leukosit bermigrasi melalui jaringan ikat dan
jaringan padat tubuh, mengunakan aliran darah untuk berpindah dari satu organ ke
organ lainnya dan untuk menuju ke tempat yang mengalami infeksi atau cedera.
Ketika leukosit beredar di sepanjang kapiler, leukosit dapat mendeteksi tanda kimia
adanya kerusakan di sekitar jaringan. Jika masalah terdeteksi, leukosit meninggalkan
aliran darah dan memasuki area yang mengalami kerusakan.
Pada sirkulasi leukosit, leukosit akan mendekati dan menempel pada dinding
pembuluh darah dalam suatu proses yang disebut marginasi. Setelah berinteraksi lebih
lanjut dengan sel endotel (epitel pembuluh darah), leukosit yang teraktivasi
menembus endotel dan memasuki jaringan. Proses ini disebut emigrasi atau
diapedesis. Semua leukosit mampu bergerak secara amoeboid. Gerak amoeboid
adalah pergerakan meluncur yang disebabkan oleh aliran sitoplasma ke arah yang
dituju (pergerakan ini diberi nama amoeboid karena serupa dengan pergerakan
Amoeba). Pergerakan amoeboid memungkinkan leukosit melewati endotelium
menuju jaringan perifer. Semua leukosit tertarik pada rangsangan kimiawi khusus.
Karakteristik ini disebut koemotaksis positif, yang akan menuntun leukosit untuk
menyerang patogen, menuju jaringan rusak atau yang lainnya.
c. Keping Darah (Trombosit)
Trombosit bukan merupakan sel utuh tapi merupakan potongan keping sel
yang terlepas dari tepi sel luar suatu sel besar (diameter 60 μm) disumsum tulang yang
disebut megakariosit. trombosit terdiri dari sejumlah kecil sitoplasma yang dikelilingi
oleh membran plasma. Trombosit berbentuk cakram dan rata-rata diameter sekitar 3
μm. Permukaan trombosit memiliki glikoprotein dan protein yang memungkinkan
trombosit untuk menempel pada molekul lain, seperti kolagen dalam jaringan ikat.
Dalam setiap mililiter darah pada keadaan normal terdapat sekitar 250.000 trombosit
(kisaran 150.000 – 350.000/mm³). Trombosit tidak mempunyai inti, namun terdapat
organel dan enzim sitosol untuk menghasilkan energi dan mensintesis produk
sekretorik yang disimpan dalam granul. Trombosit mengandung aktin dan miosin
dalam konsentrasi tinggi sehingga trombosit dapat berkontraksi.
Harapan hidup trombosit sekitar 5-9 hari dan setelah itu akan dihancurkan oleh
makrofag. Trombosit diproduksi dalam sumsum merah. Trombosit tidak keluar dari
pembuluh darah, tetapi sepertiga dari trombosit total selalu tersimpan di rongga-
rongga berisi darah di limfa yang akan dikeluarkan oleh limfa jika terjadi perdarahan.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar.
Jika trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah.
Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang
terkandung di dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca)
dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi
trombin. Selanjutnya, trombin merangsang fibrinogen untuk membuat fibrin atau
benang-benang. Benang-benang fibrin segera membentuk anyaman untuk menutup
luka sehingga darah tidak keluar lagi.

2. Fisiologi Sistem Darah


Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah,
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai berikut:
a. Sebagai transportasi subtansi berikut :
1) Transportasi O2 dan CO2 dengan jalur melalui paru-paru dan seluruh
tubuh.
2) Transportasi nutrisi hasil pencernaan ke seluruh tubuh.
3) Transportasi hasil pembuangan tubuh untuk didetoksifikasi atau
dibuang oleh hati dan ginjal.
4) Transportasi hormon dari kelenjar target sel
5) Membantu mengatur suhu tubuh.
b. Mengatur panas tubuh.
c. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
d. Mencegah perdarahan.
e. Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh.
f. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.

C. Mekanisme Pembekuan Darah


Koagulasi darah, atau pembekuan darah, adalah transformasi darah dari cairan
menjadi gel padat.Pembentukan bekuan di atas sumbat trombosit memperkuat dan
menopang sumbat, meningkatkan tambalan yang menutupi kerusakan pembuluh.Selain
itu, sewaktu darah di sekitar kerusakan pembuluh memadat, darah tidak lagi dapat
mengalir.Pembekuan darah adalah mekanisme hemostatik tubuh yang paling kuat.
Mekanisme ini diperlukan untuk menghentikan perdarahan dari semua kecuali
kerusakan-kerusakan yang paling kecil (Sherwood, L, 2014).
Langkah terakhir dalam pembentukan bekuan adalah perubahan fibrinogen,
suatu protein plasma larut berukuran besar yang dihasilkan oleh hati dan secara normal
selalu ada di dalam plasma, menjadi fibrin, suatu molekul tak-larut berbentuk benang.
Perubahan menjadi fibrin ini dikatalisis oleh enzim trombin di tempat cedera. Molekul-
molekul fibrin melekat ke permukaan pembuluh yang rusak, membentuk jala longgar
yang menjerat sel-sel darah, termasuk agregat trombosit. Massa yang terbentuk, atau
bekuan, biasanya tampak merah karena banyaknya SDM yang terperangkap tetapi
bahan dasar bekuan dibentuk dari fibrin yang berasal dari plasma. Kecuali trombosit,
yang membantu perubahan fibrinogen menjadi fibrin, pembekuan dapat berlangsung
tanpa adanya sel-sel darah lain (Sherwood, L, 2014).

Pembentukan sumbat darah yaitu :


1. Trombosit menempel dengan (oleh protein plasma faktor von Willebrand) dan
teraktivasi oleh kolagen yang terpajan di tempat pembuluh yang cedera.
2. Trombosit yang teraktivasi melepaskan ADP dan tromboksan A2
3. Caraka-caraka kimia ini bekerja bersama untuk mengaktivasi trombosit lain yang
sedang melintas.
4. Trombosit yang baru teraktivasi beragregasi pada sumbat trombosit yang sedang
terbentuk dan melepaskan lebih banyak Lagi bahan-bahan kimia penarik trombosit.
5. Endotel normal (tidak cedera) melepaskan prostasiklin dan nitrat oksida, yang
menghambat agregasi trombosit, sehingga sumbat trombosit dibatasi pada tempat
cedera.(Sherwood, L, 2014).
Pembentukan Sumbat Trombosit

Mekanisme Pembekuan Darah

Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan
ekstrinsik. Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial
yang dipertahankan. Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai
respons terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan
intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan suatu permukaan yang bermuatan
negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah lintasan terkahir yang
sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan pemecahan
fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin (Durachim dan Astuti,
2018)
D. Mekanisme Distribusi/Transportasi Darah dan Mekanisme
Aksi
1. Eritrosi
Eritrosit merupakan kendaraan untuk mengangkut O2 ke semua jaringan
lain di tubuh, untuk menghasilkan energy, sel ini sendiri tidak dapat
menggunakan O2, yang mereka bawa. Karena tidak memiliki mitokondria, yaitu
tempat berbagai enzim untuk fosforilasi oksidatif, eritrosit hanya mengandalkan
glikolisis untuk membentuk ATP (Sherwood, L, 2014).
Selain mengangkut O2, sel darah merah juga mempunyai fungsi lain.
Contohnya, sel tersebut mengandung sejumlah besar anhidrase karbonat, suatu
enzim yang mengatalisis reaksi reversibel antara karbon dioksida (CO2) dan air
untuk membentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat meningkatkan kecepatan
reaksi ini beberapa ribu kali lipat.Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah
dapat mengangkut sejumlah besar CO2 dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3-)
dari jaringan ke paru. Di paru, ion tersebut diubah kembali menjadi CO2 dan
dikeluarkan ke dalam atmosfer sebagai produk limbah tubuh.Hemoglobin yang
terdapat di dalam sel merupakan dapar asam-basa yang baik (seperti halnya
pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah bertanggung jawab untuk
sebagian besar daya dapar asam-basa seluruh darah (A.C Guyton, 2014).
Sel darah merah memiliki bermacam antigen :
- Antigen A, B dan O
- Antigen Rh
Proses penghacuran sel darah merah terjadi karena proses penuaan dan
proses patologis. Hemolisis yang tejadi pada eritrosit akan mengakibatkan
terurainya komponen hemoglobin yaitu komponen protein dan komponen
heme.
Fungsi dari sel darah merah :
-Mentranspor O2 ke jaringan melalui pengikatan Hb terhadap O2
-Mentranspor CO2 ke paru melalui pengikatan Hb + CO2 . Sebagian lagi
dalam bentuk ion bikarbonat
-Berperan dalam pengaturan pH darah. Karena ion bikarbonat dan Hb
merupakan buffer asam-basa.
Seiring dengan penuaan eritrosit, membran plasma eritrosit yang tidak
dapat diperbaiki menjadi rapuh dan mudah pecah ketika sel terjepit melewati
titik-titik yang sempit di dalam sistem vaskular. Sebagian besar SDM tua
mengakhiri hidupnya di limpa karena jaringan kapiler organ ini sempit dan
berkelok-kelok sehingga merusak sel-sel rapuh ini. Limpa terletak di bagian kiri
atas abdomen. Selain menyingkirkan sebagian besar eritrosit tua dari sirkulasi,
limpa memiliki kemampuan terbatas untuk menyimpan eritrosit sehat di interior
pulpanya, yang berfungsi sebagai reservoar untuk trombosit dan mengandung
banyak limfosit, salah satu jenis sel darah putih (Sherwood, L, 2014).
2. Leukosit ( sel darah putih)
Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, leukosit umumnya
menggunakan strategi "cari dan hancurkan" yaitu, sel-sel ini pergi ke tempat
invasi atau kerusakan jaringan.Penyebab utama leukosit berada di dalam darah
adalah agar cepat diangkut dari tempat produksi atau penyimpanannya ke
tempat mereka dibutuhkan. Tidak seperti eritrosit, leukosit mampu keluar dari
darah dengan bergerak menyerupai amuba, untuk menggeliat masuk ke pori
kapiler yang sempit dan merangkak ke area yang dituju. Akibatnya, sel efektor
sistem imun tersebar luas di seluruh tubuh dan dapat mempertahankan diri di
lokasi manapun
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening),
bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel
darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
a. Leukosit Bergranula
- Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%.
Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang
bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil bertugas untuk
memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula 7 mula
bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia
untuk mencegah bakteri berkembang biak serta menghancurkannya.
- Eusinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya
sekitar 5%. Eosinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi
yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya
eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan eosin. Eosinofil
memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil adalah untuk memerangi
bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan membuang sisasisa sel yang
rusak.
- Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya
hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila basofil
ditetesi dengan larutan basa, maka akan berwarna biru. Sel darah putih ini
juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti
penggumpalan yang disebut heparin.
b. Leukosit Tidak Bergranula
- Limfosit T
Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang lama,kemudian
bermigrasi menuju timus. Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini beredar dalam
darah sampai mereka bertemu dengan antigen dimana mereka telah di program
untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigennya, sel-sel ini
menghasilkan bahan-bahankimia yang menghancurkan mikrooranisme dan
menghasilkan limfokin serta memberitahu sel darah putih lainnya bahwa telah
terjadi infeksi. •
- Limfosit B Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah
sampaimenjumpai antigen dimana mereka telah diprogram untuk mengenalinya.
Pada tahap ini limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi el
plasma serta menghasilkan antibodi.
- Monosit
adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau bulat
panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit. (A.C Guyton,
2014).

3. Trombosit ( kepingan darah )


Trombosit berasal dari sel yang diproduksi di sumsum tulang yang disebut
megakariosit. Megakariosit adalah sel besar yang masuk ke fragmen untuk
membentuk trombosit. Fragmen sel ini tidak memiliki inti, tetapi mengandung
struktur yang disebut granula. Protein granula diperlukan untuk pembekuan
darah dan memperbaiki pembuluh darah yang rusak (Durachim dan Astuti,
2018).
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran
yang paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping
darah dibuat di dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan
tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000 – 300.000 butir keping
darah. Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis, sedangkan
apabila kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu
bertahan 8 hari. Meskipun 9 demikian trombosit mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pembekuan darah. (Durachim dan Astuti, 2018).
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi
kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit
akan pecah. Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim
trombokinase yang terkandung di dalamnya. Enzim trombokinase dengan
bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat
mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang
fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin
segera membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar
lagi.(Durachim dan Astuti, 2018).

E. Penyakit Terkait Sistem Darah


a. Anemia
Anemia yaitu penurunan konsentrasi hemoglobin, sering terjadi
akibat kelainan-kelainan tersebut. Anemia juga dapat ditimbulkan oleh
penurunan massa sel darah merah sehinggan kapasitas darah menganggut
oksigen menurun untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Anemia biasanya banyak diderita oleh kaum perempuan. Hal ini
disebabkan karena setiap satu bulan sekali perempuan mengalami
pendarahan yang lumayan banyak yaitu saat menstruasi. Anemia dapat
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala terasa
melayang.pengobatan yang diberikan pada pasien anemia berupa tranfusi
darah. Salah satu tindakan pencegahannya adalah dengan rajin
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, misalnya
bayam, atau bisa juga dengan mengonsumsi suplemen penambah darah.
(Sacher dan McPherson, 2004).
Perbedaan sel darah merah dan anemia

Jenis-jenis anemia menurut Proverawati dan Asfuah (2009) yaitu :


1) Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatan anemia zat besi
dilakukan dengan cara pemberian asupan Fe yang cukup

2) Anemia pada Penyakit Kronis


Anemia Megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folat
dan defisiensi vitamin B12 (Sianokobalamin).

3) Anemia Aplastik
Anemia Aplastik disebabkan karena sumsum tulang belakang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Dimana etiologinya belum
diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-
obatan.
4) Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik disebabkan karena penghancuran sel
darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya (penyakit
malaria).

b. Polisitemia
Polisitemia berarti kelebihan (poli-)semua jenis sel (-sitemia), tetapi
umumnya nama tersebut digunakan untuk keadaan yang eritrositnya
melebihi normal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan viskositas dan
volume darah. Polisitemia primer atau vera, merupakan suatu gangguan
mieloproliferatif ( Price dan Lorraine, 2006)
Polisitemia vera merupakan penyakit progresif pada usia
pertengahan, agak lebih banyak mengenal laki-laki daripada perempuan.
Tanda-tanda dan gejala-gejala ini disebabkan oleh peningkatan volume
darah total dan peningkatan viskositas darah. Volume plasma biasanya
normal, dan terjadi vasodilatasi untuk menampung peningkatan viskositas
darah. Gejala-gejala non spesifik bervariasi dari sensasi penuh dikepala,
pusing, kesulitan berkonsentrasi, pandangan kabur, kelelahan dan
pruritus(gatal) darah (aliran darah lambat) bersama dengan peningkatan
jumlah thrombosis dan pendarahan( Price dan Lorraine, 2006)
c. Leukosit
Gangguan sel darah putih dapat mengenai setiap lapisan sel atau semua
lapisan sel dan umumnya disertai gannguan pembentukan dan penghancuran
dini.Leukositosis menunjukkan peningkatan leukosit yang umumnya melebihi
10.000/mm3.Granulositosis menunjukkan peningkatan granulosit, tetapi sering
digunakan hanya untuk menyatakan peningkatan neutrophil.Leukosit meningkat
sebagai respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan
mikroorganisme.( Price dan Lorren, 2006: 270-271)
d. Leukemia
Leukimia adalah kanker yang menyerang sel darah putih.
Sementara, sel darah putih ini merupakan sel darah yang dihasilan oleh
sumsum tulang belakang dan berfungsi untuk melindungi tubuh dari
infeksi. Produksi sel darah putih yang tidak terkontrol yang disebabkan oleh
mutasi yang bersifat kanker pada sel mielogen atau sel limfogen.Hal ini
menyebabkan leukemia, yang biasanya ditandai dengan jumlah sel darah
putih abnormal yang sangat meningkat dalam sirkulasi darah (A.C Guyton,
2014).
Leukemia. dibagi menjadi dua tipe umum: leukemia limfositik dan
leukemia mielogenosa. Leukemia limfositik disebabkan oleh produksi sel
limfoid yang bersifat kanker, biasanya dimulai di nodus limfe atau jaringan
limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh lainnya. Tipe leukemia yang
kedua, leukemia mielogenosa, dimulai dengan produksi sel mielogenosa
muda yang bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke
seluruh tubuh, sehingga sel darah putih diproduksi di banyak organ
ekstramedular terutama di nodus limfe, limpa, dan hati (A.C Guyton, 2014).
e. Trombosit
Trombosit merupakan komponen yang sangat penting peranannya
dalam hemostasis dan pembekuan darah, trombosit berasal dari sel induk
luripotensial yang membentuk megakariosit. Megakariosit ini kemudian
mengalami endomitosis (pembelahan inti dalam sel), sehingga sitoplasma sel
akhirnya memisahkan diri menjadi trombosit-trombosit (D’Hiru, 2013).
Trombosit berjumlah kurang lebih 105 sampai 5.106 / mL darah, umur
trombosit setelah pecah dari sel asalnya dan masuk kedalam peredaran darah
adalah 8-14 hari. Trombosit mempunyai bentuk bulat cakram dengan garis
tengah 0,75-2,25 mm, trombosit tidak memiliki inti, namun dapat melakukan
sintesis protein, meskipun sangat terbatas, karena didalam sitoplasma masih
memiliki RNA dan juga mitokondria (Sadikin M, 2014). Ketika terjadi cedera
maka akan terjadi respons aktivasi faktor-faktor pembekuan yang dilepaskan:
berbagai enzim, protein kontraktil aktomiosin atau trombostenis, faktor V, VII,
dan faktor IX yang diabsorpsi oleh membran trombosit (D’Hiru, 2013).

f. Plasma Darah
Diskraksia sel plasma merupakan sekelompok gangguan yang
bermanifestasi proliferasi sel plasma dalam sumsum tulang belakang atau darah
tepi atau keduanya ( Price dan Lorren, 2006: 286,288)
1). Mieloma Multipel
Mieloma multipel adalah diskrasia sel plasma neoplastik yang
berasal dari satu klon (monoclonal) sel plasma, manifestasinya adalah
proliferasi sel plasma imatur dan matur dalam susunan tulang.Penyebab
pasti mieloma multiple tidak diketahui.Kerentanan genetic dan pajanan
radiasi dianggap penyebab. Insiden meningkat sesuai penambahan usia.
Insiden lebih tinggi pada orang kulit hitam daripada orang Kaukasia. (Price
dan Lorren, 2006).

2). Makroglobulinemia Waldenstrom


Makroglobulinemia Waldenstorm adalah diskraksia sel plasma
yang kurang sering terjadi yang terutama menyerang laki-laki berusia lebih
dari 50 tahun. Secara morfologis makroglobulinemia Waldenstrom
menyerupai limfoma ganas dengan limfosit B, sel plasma, dan limfosit
plasmisitoid (mirip dengan plasmasit) yang menginfiltrasi sumsum tulang
belakang.Pasien yang terkena dapat mengalami kelemahan menyeluruh,
kelelahan, penurunan berat badan dan kecenderungan pendarahan selama
bertahun-tahun sebelum diagnosis sesuai perkembangan penyakit (Price dan
Lorren, 2006).
Banyak penderita tidak menunjukkan gejala. Pada
Makroglobulinemia Waldenstrom, gejala yang muncul berkaitan dengan
banyaknya makroglobulin (Ig M) yang dihasilkan oleh sel-sel keganasan.
Makroglobulin dalam jumlah berlebih ini mengentalkan plasma darah
sehingga darah sulit melewati pembuluh darah kecil dan menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke kulit, jari tangan, jari kaki dan hidung.( G,
Todd. Macroglobulinemia of Waldenstrom. Medline Plus. 2012).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya. Hematologi berasal dari bahasa Yunani “haima”
yang artinya darah.Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg diperlukan oleh se-
sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat
sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yg bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Sel darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit),sel darah putih (leukosit) dan trombosit (platelet)leukosit terdiri dari dua jenis
yaitu polimorfonuklear (intinya banyak), yaitu neutrophil,eosinophil, basophil. Lalu
yang kedua mononuklear yang terdiri dari monosit/makropagdan limfosit.Sel darah ini
pada orang dewasa di produksi pada sum2 tulang panjang, seperti di paha atau di
lengan atas.Lalu plasma darah, merupakan bagian yang cair dari darah terdiri atas air
dan protein2darah sert faktor2 pembekuan darah
Sel darah terbagi menjadi beberapa jenis yaitu sel darah putih, sel darah merah,
trombosit dan plasma darah. Sel darah putih terbagi menjadi tiga jenis yaitu granulosit,
limfosit dan monosit. Granulosit terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
penyerapan pewarnaan pada granul yang terkandung didalam nya.
1. Neutrofil.
2. Eusinofi
3. Basofil
Darah didalam tubuh kita mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat
sisa metabolisme, hormon, dan air.
2. Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif
ke organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar
antara 36 – 37oC.
3. Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah
putih.
4. Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para pembaca untuk
dapat meningkatkan pemahamannya mengenai SistemPeredaran Darah pada
Manusia.Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
olehsebab itu kami menyarankan kepada pembaca untuk tetap terus
menggalisumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan yang akan
datang.Dengan ini kita mempelajari Sistem Peredaran Darah pada Manusia agar
dapatdimengerti dan mudah diterima
DAFTAR PUSTAKA

Desmawati. 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi. Edited by D. Juliastuti. Jakarta:


Penerbit In Media

D’Hiru. 2013. LIVE BLOOD ANALYSIS “Setetes Darah Dapat Mengungkapkan Status
Kesehatan dan penyakit yang Mengancam Anda”. Gramedia PustakaUtama. Jakarta

Durachim, A. dan Astuti, D. 2018.Hemostatis. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 12.Jakarta : EGC,
1022

G, Todd. Macroglobulinemia of Waldenstrom. Medline Plus. 2012.

Handayani, W. dan Hariwibowo, A.S. 2008.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Price, A. Sylvia, dan Lorraine Mc, Carty Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, Edisi 6.( terjemahan). Peter Anugrah. Jakarta : EGC
Proverawati, Asfuah S. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sacher, R.A. dan McPherson, R.A. 2004.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta: EGC.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai