Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum Wr. Wb. Saya Nurul Hidayati, NIM 041940044, Izin menjawab, Bu.

1. Cara menilai validitas

Langkah awal untuk menilai validitas alat ukur suatu penelitian adalah dengan mencari variabel
utama penelitian tersebut, kemudian  mengamati definisi operasionalnya. Perhatikan tingkat
abstraksi konsepnya. Jika tingkat abstraksi konsepnya sederhana, tidak rumit, maka penilaian
validitas didasarkan pada validitas  permukaan. Jika abstraksi konsepnya lebih rumit, maka
gunakan penilaian validitas kriteria. Jika abstraksi konsepnya sangat rumit, maka gunakan
penilaian validitas konstruk.

Jika penilaian validitas didasarkan pada validitas kriteria dan konstruk, maka perlu
dipertimbangkan dimensi definisi yang lebih banyak, dan pendapat banyak ahli tentang konsep
yang bersangkutan, serta membandingkannya dengan alat ukur yang sudah terbukti valid.
Sampai di sini Anda tentu sudah paham tentang validitas dan bagaimana mengukurnya dalam
penelitian. Marilah sekarang kita membahas tentang reliabilitas.

2. Cara menilai reliabilitas instrument

Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menilai reliabilitas alat ukur, yaitu metode ulang,
metode paralel, dan metode belah dua.   

a. Metode ulang

Penilaian reliabilitas dengan menggunakan metode ulang dilakukan dengan cara alat ukur yang
sama diberikan kepada responden yang sama tetapi dalam  situasi yang berbeda. Suatu alat ukur
dikatakan reliabel atau memiliki reliabilitas  yang tinggi jika hasil dari ke dua pengukuran itu
sama. Aspek reliabilitas yang ditekankan di sini adalah kemantapan alat ukur tersebut.

b. Metode paralel

Dalam metode ini pengujian reliabilitas dilakukan melalui 2 cara:

Cara pertama,  pengukuran dilakukan oleh 2 orang peneliti dengan menggunakan satu alat ukur
yang sama. Alat ukur yang digunakan dikatakan reliabel jika hasil yang diperoleh oleh ke 2
orang peneliti tersebut, sama.

Cara kedua, pengukuran dilakukan oleh 1 orang peneliti, tetapi menggunakan alat ukur yang
berbeda. Alat ukur yang digunakan dikatakan reliabel jika hasil pengukuran dari ke 2 alat ukur
tersebut, sama.

1. Metode belah dua

Dalam metode ini alat ukur dibagi  menjadi dua bagian. Masing-masing bagian mengukur satu
konsep yang sama, artinya setiap bagian harus terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang homogen.
Hasil pengukuran dari ke dua bagian alat ukur tersebut kemudian dikorelasikan. Jika hasil
pengukuran ke dua bagian alat ukur tersebut memiliki korelasi yang tinggi, maka alat tersebut
dapat dikatakan reliabel. Sebaliknya jika korelasi hasil pengukuran ke dua bagian alat ukur itu
korelasinya rendah, maka alat ukur tersebut tidak reliabel.

Pembelahan alat ukur menjadi dua bagian merupakan titik rawan yang harus diperhatikan dalam
metode ini. Ada beragam cara dalam membelah alat ukur, yaitu:

1. dibelah menjadi dua secara random;

2. dibelah menjadi dua: bagian atas dan bagian bawah;

3. dikelompokkan menjadi kelompok nomor genap dan nomor ganjil.

Pada dasarnya proses pengujian reliabilitas metode belah dua sama dengan metode paralel.
Masalah utama dalam metode belah dua terletak pada bagaimana meyakinkan diri bahwa dua
bagian alat ukur tersebut benar-benar mengukur konsep yang sama. Jika konsep yang diukur
tidak benar-benar sama, walaupun hasil pengukurannya menghasilkan koefisien reliabilitas yang
tinggi, tetap tidak dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut reliabel.

Metode penilaian reliabilitas mana yang akan dipilih sangat tergantung pada teknik pengumpulan
data yang dipilih. Jika data dikumpulkan dengan teknik wawancara, maka metode paralel lebih
tepat. Penelitian tentang sikap yang datanya dikumpulkan dengan menggunakan skala sikap akan
lebih tepat jika reliabilitasnya diukur dengan metode belah dua.

3. Hubungan validitas dan reliabilitas instrument

Validitas adalah alat ukur untuk menilai apakah suatu konsep telah dijabarkan secara benar ke
dalam indikator-indikator pada tingkat empirik. Hasil dari penilaian menentukan apakah konsep
tersebut telah diukur dengan tepat dan dengan hasil yang sesuai. Untuk memastikan bahwa
konsep tersebut telah diukur secara benar, maka diperlukan alat ukur yang tepat (valid).
Reliabilitas, akan muncul jika alat ukur tersebut menunjukkan hasil pengukuran yang tepat dan
tetap. Jadi, validitas langsung mempermasalahkan kesesuaian antara konsep dengan kenyataan
empirik, sedangkan reliabilitas mempermasalahkan kesesuaian beberapa hasil pengukuran pada
tingkat empirik. Alat ukur yang absah atau valid otomatis akan dapat diandalkan, tetapi alat ukur
yang dapat diandalkan belum tentu absah atau valid. Alat ukur penelitian haruslah memiliki
validitas dan reliabilitas  yang tinggi agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar bermakna.
Jika penilaian validitas cenderung bersifat kualitatif karena abstrak, penilaian reliabilitas lebih
bersifat nyata karena dapat menggunakan perhitungan kuantitatif.

Demikian, mohon koreksi, arahan dan masukannya, Bu

Sumber : Buku Modul ISIP4216 hal 6.3-6.10

Anda mungkin juga menyukai