Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI

“PERAN RERANGKA KONSEPTUAL DALAM PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN


LAPORAN KEUANGAN”

DISUSUN OLEH :

Nama : Maria Junira Fahik


NIM : 1910020120
Dosen Pengampuh: Sarinah J. M. Rafael, SE,M.Acc,AK,CA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan berkat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Rerangka Konseptual Dalam Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan” ini tepat waktu. Makalah “Peran Rerangka Konseptual Dalam
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” disusun guna memenuhi tugas dari dosen
pada mata kuliah Teori Akuntansi di Universitas Nusa Cendana. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Peran Rerangka
Konseptual Dalam Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan”.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku dosen mata kuliah
Teori Akuntansi. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 8 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………

Daftar Isi …………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………..

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan …………………………………………...

2.2. Kerangka Konseptual Indonesia ………………………………………………………

2.3. Kerangka Konseptual Direvisi …………………………………………………………

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Rerangka Konseptual ………………………………………………………

3.2 Rerangka Konseptual Menurut FASB ………………………………………………….

3.3 Tujuan Pelaporan Keuangan …………………………………………………………….

3.4 Unsur-Unsur dalam Laporan Keuangan ………………………………………………….

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori Akuntansi merupakan Rerangka acuan yang menjadi dasar pengembangan


teknik-teknik Akuntansi. Rerangka konseptual merupakan sistem yang berhubungan dengan
tujuan dan konsep yang melandasi akuntansi yang bisa menurunkan standar-standar yang
konsisten dalam menggambarkan sifat, fungsi, dan keterbatasan akuntansi keuangan dan
pelaporannya. Rerangka konseptual mempunyai tujuan sebagai rerangka kerja yang akan
dijadikan dasar untuk pembentukan standar dan aturan akuntansi, dan juga sebagai referensi
dasar teori akuntansi untuk menyelesaikan masalah-masalah praktik pelaporan keuangan
yang ada. Jadi pada umumnya rerangka konseptual itu adalah suatu dasar yang diperlukan
untuk menciptakan laporan keuangan yang baik dan berkualitas.

1.2 Rumusan Masalah

 Pengertian Rerangka Konseptual


 Rerangka konseptual menurut FASB
 Tujuan pelaporan Keuangan
 Unsur-Unsur Laporan keuangan

1.3 Tujuan

 Untuk menjelaskan pengertian rerangka konseptual


 Untuk menjelaskan rerangka konseptual mennurut FASB
 Untuk menjelaskan tujuan pelaporan keuangan
 Untuk menjelaskan unsur-unsur laporan keuangan
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan

Kerangka konseptual pelaporan keuangan (KKPK) merupakan pengaturan yang


merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk
pengguna eksernal. Kerangka konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak
mendefinisikan standar untuk pengukuran atau isu pengungkapan tertentu. Rerangka
konseptual ini tidak mengungguli PSAK tertentu. Jika terdapat perbedaan antara PSAK dan
KKPK, maka persyaratan yang ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam
rerangka konseptual.

2.2. Kerangka Konseptual Indonesia

Di Indonesia, kerangka konseptual dikenal pada bulan September 1994, dalam hal ini
IAI mengambil kebijakan untuk mengadopsi kerangka konseptual yang disusun oleh IASC
sebagai dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan tersebut disetujui oleh
komite prinsip akuntansi Indonesia pada tanggal 24 agustus 1994 dan disahkan oleh pengurus
pusat IAI pada tanggal 7 september 1994. IAI menanamkan kerangka konseptual Indonesia
dengan istilah “kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan”

2.3. Kerangka Konseptual Direvisi

Kerangka konseptual akan direvisi dari waktu ke waktu. Revisi kerangka konseptual
tidak akan secara otomatis mengarah pada perubahan atas standar. Setiap keputusan untuk
mengubah standar akan mengharuskan DSAK IAI untuk melakukan due process dengan
menambahkan proyek ke agenda kerjanya dan akan mengembangkan amandemen terhadap
standar tersebut.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Rerangka Konseptual

Rerangka kerja konseptual memainkan peranan yang cukup penting di dalam


pengembangan sebuah standar akuntansi yang baru dan revisi atas dasar standar akuntansi
yang telah diberlakukan sebelumnya. Rerangka konseptual adalah struktur teori akuntansi
yang didasarkan pada penalaran logis yang menjelaskan kenyataan yang terjadi dan
menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila ada fakta atau fenomena baru. Konsep-konsep
yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainya mengalir dari
konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang dalam
menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.

Menurut Belkaoui (1993), rerangka konseptual diartikan sebagai teori akuntansi yang
terstruktur. Hal ini dikarenakan struktur kerangka konseptual sama dengan teori akuntansi
yang didasarkan pada penalaran yang sifatnya logis, yang mana dapat digambarkan dalam
bentuk hierarki dan terdiri dari beberapa tingkat :

 Tingkat teori tertinggi


Kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan tujuan pelaporan keuangan.
 Tingkat selanjutnya
Kerangka konseptual mengidentifikasi dan mendefinisikan karakteristik kualitatif dari
informasi keuangan dan elemen laporan keuangan.
 Tingkat operasional yang lebih rendah
Kerangka konseptual berkaitan dengan prinsip dan aturan tentang pengukuran dan
pengakuan dari elemen-elemen yang ada pada laporan keuangan.

Tanpa kerangka konseptual akan sulit untuk menyusun standar dan mengevaluasi
argument bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik di banding yang lain dalam tujuan
tertentu. Tanpa kerangka konseptual juga dapat menyebabkan penyusunan standar akuntansi
diperalat oleh pihak tertentu untuk menghasilkan standar yang hanya menguntungkan pihak
yang memperalat tersebut. Dengan kata lain, kerangka konseptual melindungi penyusunan
standar akuntansi dari politisasi untuk kepentingan tertentu.
3.2 Rerangka Konseptual Menurut FASB

FASB (1978) mendefinisikan rerangka konseptual sebagai suatu format yang saling
berkaitan sebagai berikut : “ suatu format yang koheren tentang tujuan (objectives) dan
konsep dasar yang saling berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan standar-standar
yang konsisten dan memberi pedoman tentang jenis, fungsi, serta keterbatasan akuntansi
keuangan dan pelaporan keuangan “ . adanya kebutuhan akan rerangka konseptual
mendorong FASB mengelurakan Discussion memorandum berjudul “conceptual Rerangka
for financial accounting and reporting : Elements of financial statements and their
measurement” pada tahun 1976 hasil kerja dan tulisan tersebut akhirnya pada periode 1978-
1985 dihasilkan enam komponen rerangka konseptual dan diberi nama statement of financial
accounting concept (SFAC) sebagai berikut :

 SFAC No. 1 tahun 1980. Isi : tujuan pelaporan keuangan


Berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis
dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit , untuk membantu
investor yang ada dan potensial, kreditur yang ada dan potensial, serta pemakai lainya
dalam menilai jumlah,waktu,dan ketidakpastian arus kas masa depan,tentang sumber
daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.
 SFAC No. 2 tahun 1980. Isi : kualitas informasi yang harus dipenuhi dalam pelaporan
keuangan
Berhubungan dengan karakteristik kualitatif informasi akuntansi.
 SFAC No. 3 tahun 1980. Isi : tujuan yang akan dicapai dalam pelaporan keuangan
organisasi nir laba
Hampir tidak menyebutkan tiga pandangan mengenai akuntansi keuangan, tidak
menjelaskan tipe konsep pemeliharaan modal yang digunakan, tidak menyebutkan
mengenai permasalahan pengakuan dan pengukuran dan penyajian dalam laporan
keuangan.
 SFAC No. 4 tahun 1980. Isi : kriteria pengakuan dan atribut pengukuran elemen
laporan keuangan.
Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
 SFAC No. 5 tahun 1984. Isi : definisi dan karakteristik elemen laporan keuangan
Statement ini mengruaikan isu-isu sulit mengenai pengakuan dan pengukuran,
sehingga akan menjadi tonggak penentu kesuksesan atau kegagalan keseluruhan
proyek.
 SFAC No. 6 tahun 1985. Isi : mengganti SFAC No. 3 dan berlaku juga bagi organisasi
nir laba
SFAC No. 6 merupakan pengganti dari SFAC No. 3, SFAC No. 6 juga
menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi non bisnis. Karakteristik
kualitatif informasi akuntansi dalam SFAC No. 2 juga diperluas untuk organisasi non
bisnis.

3.3 Tujuan Pelaporan Keuangan

Kita harus bisa membedakan terlebih dahulu apa itu pengertian laporan keuangan
(financial statement) dan pelaporan keuangan (financial reporting). Laporan keuangan adalah
informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan
kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan
usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen
kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk
memberikan Informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan
keputusan investasi dan kredit.

Pelaporan keuangan juga seharusnya dapat memberikan informasi mengenai aktiva,


kewajiban, dan modal perusahaan untuk membantu investor dan kreditor serta pihak-pihak
lain untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan dan likuiditas serta
solvabilitas. Tiga tujuan pelaporan keuangan, yaitu :

1. Menyediakan informasi keuangan tentang pelaporan entitas yang bermanfaat bagi


investor, pemberi pinjaman dan kreditor yang sudah ada maupun yang potensial
dalam membuat keputusan mengenai penyediaan sumber daya kepada entitas pelapor.
2. Untuk menilai prospek arus kas bersih yang dimiliki oleh suatu entitas, investor yang
sudah maupun oleh calon investor, kreditur serta kreditur lain yang membutuhkan
informasi tentang sumber daya entitas, klaim terhadap entitas tersebut, dan seberapa
efisien maupun efektif manajemen entitas melakukan pengelolaan dan komisaris yang
telah menyelesaikan tanggungjawab merka untuk menggunakan sumber daya entitas.
Tujuan laporan keuangan harus menyajikan informasi yang factual,akurat,objektif,
dan informative yang cukup untuk melakukan penafsiran tentang transaksi-transaksi bisnis
yang berguna bagi memprediksi, membandingkan earning power tersebut. Perlu diketahui
bahwa informasi yang diperlukan untuk penafsiran dan prediksi tersebut kadang kala bersifat
subjektif, oleh karena itu, asumsi-asumsi yang digunakan yang mendasari evaluasi dan
prediksi tersebut harus diungkapkan.

3.4 Unsur-Unsur dalam Laporan Keuangan

Unsur-unsur laporan keuangan merupakan symbol-simbol makna yang


merepresentasikan realitas kehiatan usaha suatu badan usaha atau informasi semantik yang
ingin disampaikan dalam pelaporan keuangan tersebut. Misalkan untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan, maka simbol apa yang
merepresentasikannya. FASB memiliki sepuluh elemen laporan keuangan yaitu :

1. Aktiva (assets), merupakan manfaat sumber daya ekonomi di masa yang akan datang
yang cukup pasti, yang diperoleh atau dikuasai oleh satu kesatuan usaha, sebagai
akibat dari transaksi di masa lalu.
2. Kewajiban (liability), merupakan pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang
cukup pasti yang timbul dari kewajiban saat ini dari suatu kesatuan usaha untuk
mentransfer asset atau menyerahkan jasa kepada satu kesatuan usaha lain di masa
akan datang, sebagai akibat transaksi masa lalu.
3. Ekuitas (equity), adalah asset bersih yang merupakan residual interst terhadap asset
satu kesatuan usaha yang masih ada setelah seluruh asset dikurangi kewajibannya.
Dalam suatu organisasi bisnis merupakan hak kepemilikan.
4. Investasi oleh pemilik (investment by owner), merupakan kenaikan ekuitas suatu
usaha sebagai akibat dari transfer sesuatu yang bernilai yang bersumber dari pemilik,
atau dari satu kesatuan usaha lain untuk memperoleh atau menambah hak kepemilikan
pada perusahaan.
5. Distribusi kepada pemilik (distribution to owner), merupakan penurunan ekuitas
sebagai akibat adanya transfer aktiva, pemberian jasa, atau pelunasan kewajiban oleh
satau usaha kepada pemilik.
6. Laba komperhensif (comprehensive income), merupakan kenaikan net asset suatu
kesatuan usaha dalam periode tertentu, yang diakibatkan oleh seluruh transaksi dan
kejadian kecuali dari investasi oleh dan distribusi kepada pemilik.
7. Pendapatan (revenue), merupakan setiap cash flow, atau kenaikan asset, penurunan
kewajiban atau kombinasi keduanya, yang terjadi melalui pengiriman barang, produsi
barang, penjualan jasa atau aktivitas lainnya yang merupakan akttivita utama
perusahaan.
8. Beban (expenses), merupakan setiap cash outflow, atau pemakaian asset atau
timbulnya kewajiban ataupun kombinasi dari keduanya.
9. Keuntungan (gains), merupakan kenaikan asset yang diakibatkan dari transaksi-
transaksi yang sifatnya incidental atau peripheral atau jarang terjadi, serta semua
transaksi yang memengaruhi perusahaan kecuali yang berasal dari revenue dan
investasi para pemilik.
10. Kerugian (losses), yaitu penuruan net asset karena adanya transaksi yang bersifat
incidental atau peripheral atau jarang terjadi serta semua transaksi lain yang
memengaruhi perusahaan, kecuali yang berasal dari timbulnya beban dan distribusi
kepada pemilik.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kerangka konseptual merupakan yang berhubungan dengan tujuan, konsep yang


melandasi akuntasi, yang diharapkan dapat menurunkan standar yang konsisten dalam
menggambarkan sifat, fungsi, dan keterbatasan akuntansi. Manfaatnya adalah memberikan
arah yang dapat memberi petunjuk bagi penyusunan standar akuntansi serta sebagai dasar
teori akuntansi untuk menyelesaikan masalah-masalah praktik pelaporan keuangann.
Indonesia melalui IAI mengambil kebijakan untuk mengadopsi rerangka konseptual yang
disusun oleh FASB sebagai dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Jadi kerangka
konseptual sendiri pada intinya adalah untuk membantu berbagai pihak dalam mencapai
tujuan berkaitan dengan masalah akuntansi yang muncul.
DAFTAR PUSTAKA

Kerangka Dasar SAK Umum, http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/tentang-


5-kerangka-dasar-sak-umum

https://www.coursehero.com/file/56291823/Kel-4-Bab-4-Rerangka-Konseptual-Suatu-
Modeldocx/

https://media.neliti.com/media/publications/282608-peran-kerangka-konseptual-akuntansi-
dala-66ef239a.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/282608-peran-kerangka-konseptual-akuntansi-
dala-66ef239a.pdf

https://www.academia.edu/26144341/RERANGKA_KONSEPTUAL

Anda mungkin juga menyukai