Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sektor Publik, Akuntabilitas, Akuntabilitas Instansi Pemerintahan

Akuntansi sektor publik mempunyai kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada masyarakat/publik. Keluasan wilayah publik tidak hanya diakibatkan oleh
luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, akan tetapi juga karena
kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik. Sektor Publik
berkaitan dengan pelayanan bagi masyarakat, sejarah munculnya sektor publik ini berawal
dari timbulnya kebutuhan masyarakat secara bersama-sama terhadap barang atau layanan
tertentu. Dalam perkembangannya akuntasi sektor publik didefinisikan sebagai akuntansi
dana masyarakat yaitu mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat.

Akuntabilitas merupakan salah satu isu penting dalam praktik administrasi publik. Ini
karena publik menaruh perhatian besar terhadap pelaksanaan kebijakan, program, proyek,
dan aktivitas rutin yang dikerjakan oleh organisasi sektor publik. Akuntabilitas diartikan
sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Pengertian accountability dan responsibility
seringkali diartikan sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda. Beberapa ahli
menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan birokrasi, responsibility merupakan otoritas
yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Sedangkan accountability
merupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya
tersebut. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individuindividu
atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya publik dan yang
bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawabannya sebagai instrumen untuk kegiatan control terutama dalam
pencapaian hasil pada pelayanan publik.

Akuntabilitas berkaitan erat dengan instrumen untuk kegiatan control, terutama dalam
hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada
masyarakat (Teguh Arifiyadi, SH, 2008). Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah
perwujudan kewajiban suatu insstansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara bertahap.
2.2 Standar Akuntansi Pemerintahan

Peraturan Pemerintah no. 105 tahun 2000 yang merupakan turunan dari UU no. 22
tahun 1999 kemudian menyebutkan secara tegas bahwa laporan pertanggungjawaban
keuangan harus disajikan sesuai dengan standar akuntansi. Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) telah dimanatkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti UU no. 17
tahun 2003, UU no. 1 tahun 2004 dan UU no. 32 tahun 2004. Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) merupakan standar yang harus diikuti dalam laporan keuangan instansi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengguna laporan keuangan akan menggunakan
SAP untuk memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan menjadi
pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna dan auditor (BPK). Dalam
PP no 71 tahun 2010 menyatakan bahwa, SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.

2.3 Laporan Keuangan Instansi Pemerintahan

Laporan keuangan merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas


sektor publik dan merupakan salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah
(Indrawati Yuhertiana, 2007). Akuntabilitas keuangan mengharuskan pemerintah daerah
menyusun laporan keuangan atas pelaksanaan keuangan daerah. Tujuan laporan keuangan
memberikan Informasi tentang jenis dan jumlah aset (aktiva/harta), kewajiban, modal,
pendapatan dan segala perubahan yang terjadi didalamnya serta penjelasan penting atas aset,
kewajiban, modal, kinerja manajemen dalam satu periode waktu sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Karenanya, selain memperhatikan kuantitas laporan keuangan,
Pemerintah juga perlu memperhatikan kualitas dari laporan keuangan. Laporan keuangan
yang berkualitas adalah laporan yang dapat dipahami, relevan, andal dan komparabel,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi
pemerintahan. Kualitas laporan keuangan juga terpengaruh oleh efektivitas pengawasan
internal lembaga tersebut. baik buruknya kualitas Laporan Keuangan Pemerintah adalah
dengan mendasarkan pada karakteristik kualitatif informasi keuangan dan pengungkapan
secara penuh dan wajar. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang pelaporan
keuangan dan kinerja instansi pemerintah pada Pasal 1 Ayat 10 disebutkan bahwa sistem
akuntansi pemerintahan merupakan rangkaian sistematik dimulai dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis.
Kompetensi sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
kinerja pegawai baik dalam perusahaan maupun instansi. Setiap pegawai harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang baik, keterampilan, dan sikap (attitude) yang baik dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Trisnawati dan Wiratmaja (2018)
membuktikan kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas
informasi laporan keuangan. transaksi keuangan sampai dengan pelaporan keuangan di
lingkungan organisasi pemerintah. Semakin berkualitas pengendalian internal suatu
organisasi maka semakin berkualitas laporan keuangannya. Dengan mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan maka diharapkan laporan keuangan pemerintahan akan dapat
diperbandingkan, sehingga sangat berguna untuk penilaian kinerja pemerintah daerah. Setiap
unit kerja menentukan target dan tujuan serta merefleksikannya ke dalam suatu performance
plan yang memberikan informasi mengenai jenis layanan yang disediakan, cara menyediakan
layanan, obyek pemakai layanan, kualitas layanan yang diharapkan, dan tindakan yang
diperlukan dalam menyediakan layanan (Jones and Pendlebury, 2000). Pengukuran kinerja
memiliki kaitan erat dengan akuntabilitas. Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk
kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa
keterbukaan (openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik.
Transparansi informasi terutama informasi keuangan dan fiskal harus dilakukan dalam bentuk
yang relevan dan mudah dipahami (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999).

Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia, Nomor 8 Tahun 2008, Tentang


Pelaporan dan Kinerja Instansi Pemerintahan. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55
ayat (5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah;

1. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan


negara/daerah selama suatu periode.
2. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap
tentang capaian Kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan
dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.
3. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan keluar
selama suatu periode, serta posisi kas pada tanggal pelaporan.
4. Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menggambarkan realisasi
pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama suatu periode.
5. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan Pemerintah yaitu
aset, utang, dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu.

2.4 Akuntabilitas Terhadap Kinerja Pemerintah

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan


yang baik dan bersih telah mendorong pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal dengan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Penerapan sistem tersebut bertujuan agar
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna,
berhasil guna, bertanggung jawab dan bebas dari praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penerapan akuntabilitas berpengaruh
terhadap kinerja atau akuntabilitas kinerja suatu organisasi. Penelitian Soleman (2007)
menyimpulkan bahwa kompetensi aparatur pemerintah daerah, penerapan akuntabilitas
keuangan, dan ketaatan terhadap perundangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah. Penerapan akuntansi yang baik oleh instansi
pemerintah dan pengawasan yang optimal terhadap kualitas laporan keuangan instansi
pemerintah diharapkan akan dapat memperbaiki akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
sehingga kinerja penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan dapat optimal. Perbaikan
kualitas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah diharapkan akan berimplikasi pada
minimalnya praktik korupsi sehingga diharapkan good governance dapat diwujudkan oleh
Pemerintah Indonesia baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Ledvina V. Carmo
(Ledvina, 1991) menyatakan bahwa akuntabilitas kinerja merupakan suatu evolusi kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh seorang petugas baik masih berada pada jalur otoritasnya
maupun sudah berada jauh di luar tanggung jawab dan kewenangannva. Dalam pelaksanaan
akuntabilitas di lingkungan instansi pemerintah, perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:

1. Harus ada komitmen dan pimpinan dan seluruh staf instansi pemerintah, perlu
melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber
daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh.
5. Harus jujur, objektif, transparan, dan aktif sebagai katalisator perubahan manajemen
instansi pernerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan tekuik pengukuran
kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas pemerintah tidak dapat diketahui


tanpa pemerintah memberitahukan kepada rakyat tentang informasi sehubungan dengan
pengumpulan sumber daya dan sumber dana masyarakat beserta penggunaannya.
Hopwood dan Tomkins (1984) dan Edwood (1993), Mahmudi, (2005;10), dan Syahrudin
Rasul (2003), mengemukakan salah satu akuntabilitas publik adalah akuntabilitas
financial (keuangan) dimana mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat
laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi kepada pihak luar.

Anda mungkin juga menyukai