Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang
dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktorfaktor
resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi
khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.
Kelainan dari segi fisik berupa kecacatan fisik, misalnya orang yang tidak memiliki kaki
sebelah kiri, matanya buta sebelah, dan sejenisnya . kelainan dari segi fsikis atau aspek kejiwaan
(psikologis ), Misalnya orang yang menderita keterbelakangan mental akibat dari intelegesi yang
dimiliki di bawah normal . Kelainan dari segi sosial , misalnya orang yang tidak dapat melakukan
interaksi dan komunikasi sosial, sehingga mereka tidak dapat di terima secara sosial oleh
masyarakat sekitarnya yang mnyebabkan mereka kurang bergaul dan merasa rendah diri yang
berlebihan , dan kelainan dari segi moral dapat berupa ketidakmampuan seseorang untuk
mengendalikan emosi dan hati nuraninya sehingga orang tersebut berbuat amoral di tengah
masyarakatnya
Anak berkeutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis
kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang mengalami keterbelakangan
mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional, kelainan fisik, kerusakan atau gangguan
pendengaran, kerusakan atau gangguan penglihatan, gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok
anak yang berbakat.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ABK?
2. Apa saja jenis-jenis dari Anak Berkebutuhan Khusus?
3. Bagaimana klasifikasi dari masing-masing jenis ABK?
4. Bagaimana karakteristik dari masing-masing jenis ABK?
5. Bagaimana Faktor Penyebab dari masing-masing jenis ABK?
6. Bagaimana Implikasi dari masing-masing jenis ABK?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui jenis jenis Anak berkebutuhan Khusus.
2. Untuk mengetahui kalsifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
3. Untuk mengetahui karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus.
3. Untuk mengetahui implikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (special needs children ) adalah sebagai anak yang lambat
(slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah seperti
anak — anak normal lainnya. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat diartikan sebagai seorang
anak yang mengalami gangguan / kelainan pada fisik, mental, intelegensi, dan emosi sehingga
anak berkebutuhan khusus membutuhkan pembelajaran secara khusus
Istilah yang dipergunakan untuk anak (ABK) bervariasi dai nama lain kebutuhan khusus
seperti disability, impairment, dan handicap. Menurut World Health Organization (WHO) definisi
dari masing-masing istilah sebagai berikut:
a. Disability adalah keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari
impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam
batas normal, digunakan dalam level individu.
b. Impairment adalah kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis atau struktur
anatomi atau fungsinya, digunakan pada level organ.
c. Handicap adalah ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau
disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada
individu.

B. Pengertian Dari Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus


1. Tunanetra
Secara harfiah dalam buku Purwaka Hadi tunanetra terdiri dari dua kata yaitu “Tuna”
yang berarti rusak, kurang atau tiada memiliki dan “Netra” yang berarti mata atau indera
penglihatan. Sehingga tunanetra dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang
mengalami kerusakan pada indera penglihatan yang mengakibatkan kurangnya atau tidak memiliki
kemampuan untuk melihat. Tunanetra tidak dapat diartikan sebagai kebutaan saja karena buta
merupakan suatu tingkatan dimana mata atau indera penglihatan sudah tidak berfungsi, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ferdani, Risma Yunia dan Esty Poedjioetami. 2020. Penerapan arsitektur
berwawasan perilaku pada tatanan lahan pusat pemberdayaan penyandang tunanetra di
Surabaya. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan VIII 2020. Hal: 261-268
Pengertian dari segi Pendidikan oleh Barraga (dalam salsabila Nida 2018: 194) tunanetra
diartikan sebagai suatu cacat penglihatan sehingga menganggu proses belajar dan pencapaian
belajar secara optimal sehingga diperlukan metode pengajaran, pembelajaran, penyesuaian bahan
pelajaran dan lingkungan belajar. Pendapat lain juga menyebutkan bahwa anak tidak dapat
menggunakan penglihatannya sehingga dalam proses belajar akan bergantung kepada indera
pendengaran (auditif), perabaan (tactual), dan indera lain yang masih berfungsi).
Rogow melalui bukunya yang berjudul helping the visual impaired child with
developmental problems dan Mason visual impairment: acccess to education for children and
young people dalam Hadi Purwaka (2005:35) memberi istlilah ketunanetraan sebagai visual
impairment. Kerusakan penglihatan adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
semua bentuk kehilangan pengelihatan. Dalam istilah tersebut digambarkan tentang jenis
ketunanetraan yang meliputi buta (b/ind) dan kurang pengelihatan (low vision). Buta digunakan
untuk mendekripsikan seorang anak yang mengutamakan indera perabanya untuk belajar namun
kurang pengelihatan digunakan untuk menyebut seorang anak sebagian besar mengutamakan
indera pengelihatannya.

Menurut A Zalh dalam Rudiyati (2003:4) melalui bukunya Blindness mengemukakan “a


person shall be considered blind wh has a visual acuity of 20 200 or less in the better eye with
proper coretiom or limination in the field or vision such that the widest diameter of the visual field
subtends an angular distance no greater than twenty degrees”. Dalam bahasa Indonesia dapat
diartikan bahwa seseorang dinyatakan mengalami buta apabila memiliki ketaaman pengelihatan
20/200 atau kurang pada mata yang lebih baik setelah dikoreksi dengan tepat atau keterbatasan
pada bidang pengelhatan sedemikian rupa sehingga diameter dan bidang pengelihatan yang paling
lebar membentuk sudut tidak lebih dari dua puluh derajat.

Ketunanetraan menurut Sigelman dalam Hadi (2005: 38) meliputi tiga hal yaitu
ketunaan/kekurangan (impairment), ketidakmapuan (disbility), dan hambatan atau kendala
(handicap). Pandangan dari beberapa ahli tentang tunanetra dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Salsabila Nida, dkk. 2018. Rehabilitasi sosial bagi remaja dengan disabilitas sensorik.
Jurnal pekerjaan sosial. Vol 1 (3). Hal: 190-203
a. Buta adalah tingkatan gangguan penglihatan yang memenuhi beberapa hal berikut ini : 1).
Ketajaman penglihatan kurang dari 20/200; 2) Diameter terlebar dari bidang pengelihatan
membentuk sudut dua puluh derajat atau kurang.
b. Tunanetra merupakan suatu kondisi dimana indera penglihatan mengalami kerusakan atau
luka baik secara struktura atau fungsional sehingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Karakteristik Anak Tunanetra

Ketunanetraan yang dihadapi oleh seseorang menyebabkan terjadinya keterbatasan


dalam bersikap dan berperilaku terhadap lingkungannya. Keterbatasan tersebut menghambat untuk
beraktifitas, agar tetap dapat beraktifitas menyebabkan terjadinya perilaku tertentu. Perilaku
tunanetra awalnya merupakan ciri khas secara individu, tetapi perkembangan menunjukkan hapir
semua tunanetra pada golongan yang sama relatif memiliki karakteristik yang sama.
1. Segi Fisik
Secara fisik anak-anak tunanetra, nampak sekali adanya
kelainan pada organ penglihatan/mata, yang secara nyata dapat
dibedakan dengan anak- anak normal pada umumnya hal ini
terlihat dalam aktivitas mobilitas dan respon motorik yang
merupakan umpan balik dari stimuli visual.

2.Segi Motorik
Hilangnya indera penglihatan sebenarnya tidak berpengaruh
secara langsung terhadap keadaan motorik anak tunanetra,
tetapi dengan hilangnyapengalaman visual menyebabkan
tunanetra kurang mampu melakukan orientasi lingkungan.
Sehingga tidak seperti anak-anak normal, anak tunanetra harus
belajar bagaimana berjalan dengan aman dan efisien dalam
suatu lingkungan dengan berbagai keterampilan orientasi dan
mobilitas.

3.Perilaku
Kondisi tunanetra tidak secara langsung menimbulkan masalah
atau penyimpangan perilaku pada diri anak, meskipun
demikian hal tersebut berpengaruh pada perilakunya. Anak
tunanetra sering menunjukkan perilaku stereotip, sehingga
menunjukkan perilaku yang tidak semestinya. Manifestasi
perilaku tersebut dapat berupa sering menekan matanya,
membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan kepala
dan badan, atau berputar-putar. Ada beberapa teori yang
mengungkap mengapa tunanetra kadang-kadang
mengembangkan perilaku stereotipnya. Hal itu terjadi mungkin
sebagai akibat dari tidak adanya rangsangan sensoris,
terbatasnya aktifitas dan gerak di dalam lingkungan, serta
keterbatasan sosial. Untuk mengurangi atau menghilangkan
perilaku tersebut dengan membantu mereka memperbanyak
aktifitas, atau dengan mempergunakan strategi perilaku tertentu,
seperti memberikan pujian atau alternatif pengajaran, perilaku
yang lebih positif, dan sebagainya.

4.Akademik
Secara umum kemampuan akademik, anak-anak tunanetra sama
seperti anak-anak normal pada umumnya. Keadaan
ketunanetraan berpengaruh pada perkembangan keterampilan
akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis.
Dengan kondisi yang demikian maka tunanetra
mempergunakan berbagai alternatif media atau alat untuk
membaca dan menulis, sesuai dengan kebutuhannya masing-
masing. Mereka mungkin mempergunakan huruf braille atau
huruf cetak dengan berbagai alternatif ukuran. Dengan asesmen
dan pembelajaran yang sesuai, tunanetra dapat mengembangkan
kemampuan membaca dan menulisnya seperti teman- teman
lainnya yang dapat melihat.

5.Pribadi dan Sosial


Mengingat tunanetra mempunyai keterbatasan dalam belajar
melalui pengamatan dan menirukan, maka anak tunananetra
sering mempunyai kesulitan dalam melakukan perilaku sosial
yang benar.
Sebagai akibat dari ketunanetraannya yang berpengaruh
terhadap keterampilan sosial, anak tunanetra perlu mendapatkan
latihan langsung dalam bidang pengembangan persahabatan,
menjaga kontak mata atau orientasi wajah, penampilan postur
tubuh yang baik, mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi
wajah, mempergunakan intonasi suara atau wicara dalam
mengekspresikan perasaan, menyampaikan pesan yang tepat
pada waktu melakukan komunikasi.
Penglihatan memungkinkan kita untuk bergerak dengan leluasa
dalam suatu lingkungan, tetapi tunanetra mempunyai
keterbatasan dalam melakukan gerakan tersebut. Keterbatasan
tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam memperoleh
pengalaman dan juga berpengaruh pada hubungan sosial. Dari
keadaan tersebut mengakibatkan tunanetra lebih terlihat
memiliki sikap:
 Curiga yang berlebihan pada orang lain, ini disebabkan oleh
kekurangmampuannya dalam berorientasi terhadap
lingkungannya
 Mudah tersinggung. Akibat pengalaman-pengalaman yang
kurang menyenangkan atau mengecewakan yang sering
dialami, menjadikan anak-anak tunanetra mudah
tersinggung.
Ketergantungan pada orang lain. Anak-anak tunanetra umumnya memilki sikap ketergantungan
yang kuat pada oranglain dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Kondisi yang demikian umumnya
wajar terjadi pada anak-anak tunanetra berkenaan dengan keterbatasan yang ada pada dirinya.

Purwanto, Hery dan Suparno. 2007. Modul Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus. Hal: 1-29.

Berikut adalah karakteristik tunanetra kategori total dan kurang

penglihatan menurut (Anastasia Widdjanjantin, 1996: 11):

a. Karakteristik tunanetra total:

1) Rasa curiga pada orang lain


2) Perasaan mudah tersinggung
3) Ketergantungan yang berlebihan
4) Blindism
5) Rasa rendah diri
6) Tangan ke depan dan badan agak membungkuk
7) Suka melamun
8) Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek
9) Kritis
10) Pemberani
11) Perhatian terpusat (terkonsentrasi)

Lebih lanjut dapat dikaji sebagai


berikut.

1) Rasa curiga pada orang lain

Pengalaman sehari-hari menunjukkan kepada anak tunanetra bahwa

tidak mudah untuk menemukan benda yang dicarinya. Anak


tunanetra memiliki pengalaman bertabrakan dengan orang lain,

kakinya terperosok dalam lubang, serta pengalaman lain yang

menimbulkan rasa sakit, kecewa, dan rasa tidak senang dalam hati.

Perasaan kecewa, sakit hati yang dialaminya tersebut mendorong

anak tunanetra untuk berhati-hati dalam tindakan yang dilaluinya.

Sikap yang selalu hati-hati inilah yang menimbulkan sikap curiga

terhadap orang lain.

2) Perasaan mudah tersinggung

Pengalaman sehari-hari yang menyebabkan kecewa dan curiga pada

orang lain menyebabkan timbulnya perasaan mudah tersinggung.

Hal tersebut mengakibatkan anak tunanetra menjadi emosional,

sehingga senda gurau, tekanan suara tertentu atau singgungan fisik

yang tidak disengaja dari orang lain dapat menyinggung

perasaannya.

3) Ketergantungan yang berlebihan

Anak tunanetra tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri dan

cenderung mengharapkan uluran tangan dari orang lain. Hal tersebut

dapat terjadi karena dua sebab yaitu datang dari diri tunanetra dan

dari luar diri tunanetra.

4) Blindism

Blindism merupakan gerakan-gerakan yang dilakukan tunanetra

tanpa mereka sadari. Gerakan-gerakan tersebut misalnya


menggeleng-gelengkan kepala tanpa sebab, menggoyang-goyangkan

badan dan sebagainya.

5) Rasa rendah diri

Tunanetra menganggap dirinya lebih rendah dibandingkan dengan

orang normal lainnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka

merasa diabaikan oleh orang di sekitarnya.

6) Tangan ke depan dan badan agak membungkuk

Tunanetra cenderung agak membungkukkan badan dan tangan ke

depan dengan tujuan untuk melindungi badannya dari sentuhan

benda.

7) Suka melamun

Mata yang tidak berfungsi mengakibatkan tunanetra tidak dapat

mengamati keadaan lingkungan, sehingga waktu yang kosong sering

dipergunakan untuk melamun.

8) Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek

Fantasi ini berkaitan dengan melamun yang mana lamunannya akan

menimbulkan fantasi pada suatu objek yang pernah diperhatikan

dengan rabaannya.

9) Kritis

Keterbatasan dalam penglihatan dan kekuatan dalam berfantasi

mengakibatkan tunanetra sering bertanya pada hal-hal yang belum

dimengerti sehingga mereka tidak salah konsep. Tunanetra tidak

berhenti bertanya apabila mereka belum mengerti.


10) Pemberani

Tunanetra akan melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh tanpa

ragu-ragu. Sikap ini terjadi apabila mereka mempunyai konsep dasar

yang benar tentang gerak dan lingkungannya, sehingga kadang

menimbulkan rasa cemas dan was-was bagi yang melihatnya.

11) Perhatian terpusat (terkonsentrasi)

Perhatian yang terpusat sangat mendukung kepekaan indera yang

masih ada dan normal.

b. Karakteristik tunanetra penglihatan kurang:

1) Selalu mencoba mengadakan fixation atau melihat suatu benda


dengan memfokuskan pada titik-titik benda
2) Menanggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama
pada benda yang kena sinar
3) Bergerak dengan penuh percaya diri baik di rumah maupun di
sekolah
4) Merespon warna
5) Dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk
besar dengan sisa penglihatan
6) Memiringkan kepala bila akan memulai dan melakukan suatu
pekerjaan
7) Mampu mengikuti gerak benda sisa penglihatan
8) Tertarik pada benda yang bergerak
9) Mencari benda jatuh selalu menggunakan penglihatannya
10) Menjadi penuntun bagi temannya yang buta
11) Jika berjalan sering membentur atau menginjak-ijak benda tanpa
disengaja
12) Berjalan dengan menyeretkan atau menggeserkan kaki atau
salah langkah
13) Kesulitan dalam menunjuk benda atau mencari benda kecuali
warnanya kontras
14) Kesulitan melakukan gerakan-gerakan yang halus dan lembut
15) Selalu melihat benda dengan global atau menyeluruh
16) Koordinasi atau kerja sama antara mata dan anggota badan
yang lemah

Lebih lanjut dapat dikaji sebagai berikut.


1) Selalu mencoba mengadakan fixation atau melihat suatu benda

dengan memfokuskan pada titik-titik benda

Cara yang dilakukannya yaitu mengerutkan dahi untuk mencoba

melihat benda yang ada di sekitarnya.

2) Menanggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama pada

benda yang kena sinar

Apabila terdapat benda yang terkena cahaya, maka tunanetra kurang

lihat akan merespon terhadap benda tersebut. Ia akan selalu mencari

benda yang terkena sinar dan tidak akan berhenti apabila belum

dapat melihat benda yang terkena sinar.

3) Bergerak dengan penuh percaya diri baik di rumah maupun di

sekolah

Tunanetra kurang lihat akan bergerak penuh dengan percaya diri

karena ia akan merasa bangga apabila harus menuntun tunanetra

yang total atau buta.

4) Merespon warna

Tunanetra kurang lihat akan memberikan komentar pada warna

benda yang dilihatnya.

5) Dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk besar

dengan sisa penglihatan

Tunanetra kurang lihat dapat mengetahui dan menghindari bahaya

seperti terdapat selokan, batu besar, tumpukan batu atau kayu,

penghalang jalan, dan lain lain.


6) Memiringkan kepala bila akan memulai dan melakukan suatu

pekerjaan

Tunanetra kurang lihat akan memiringkan kepalanya bila akan

memulai dan melakukan suatu pekerjaan karena mereka mencoba

untuk menyesuaikan cahaya yang ada dan daya lihatnya.

7) Mampu mengikuti gerak benda sisa penglihatan

Apabila terdapat suatu benda yang bergerak, maka ia akan mengikuti

arah gerak benda tersebut sampai tidak tampak lagi.

8) Tertarik pada benda yang bergerak

Tunanetra kurang penglihatan ingin selalu merespon adanya benda

untuk menunjukkan bahwa ia masih dapat melihat, tetapi akan

terkejut apabila benda itu datangnya tiba-tiba.

9) Mencari benda jatuh selalu menggunakan penglihatannya

Hal ini dikerjakan untuk membuktikan bahwa ia masih mampu

melihat.

10) Menjadi penuntun bagi temannya yang buta

Mereka akan merasa bangga apabila harus menuntun temannya yang

buta serta menunjukkan kepada temannya yang buta bahwa mereka

masih mampu melihat lingkungan di sekitarnya.

11) Jika berjalan sering membentur atau menginjak-ijak benda tanpa

disengaja
Tunanetra kurang lihat akan sulit melihat benda kecil yang jatuh di

lantai seperti kapur, pensil, bolpoin yang berakibat benda tersebut

akan diinjaknya tanpa sengaja.

12) Berjalan dengan menyeretkan atau menggeserkan kaki atau salah

langkah

Tunanetra kurang lihat takut akan menginjak benda kecil yang ada di

sekitarnya sehingga menyebabkan mereka berjalan dengan

menggeserkan kaki.

13) Kesulitan dalam menunjuk benda atau mencari benda kecuali

warnanya kontras

Tunanetra kurang lihat sulit untuk menyebutkan nama benda dalam

sebuah gambar atau foto apabila warnanya tidak kontras.

14) Kesulitan melakukan gerakan-gerakan yang halus dan lembut

Gerakan halus dan lembut sulit dilihat misalnya menari. Apabila

seseorang tidak mampu melihat gerakan yang halus dan lembut,

maka iapun tidak mampu untuk menirukannya.

15) Selalu melihat benda dengan global atau menyeluruh

Keterbatasan dalam melihat menyebabkan ketidakjelian dalam

melihat detail benda atau keseluruhan benda secara rinci.

16) Koordinasi atau kerja sama antara mata dan anggota badan

yang lemah

Tunanetra kurang lihat kurang dapat melakukan kordinasi mata dan

tangan ataupun mata dan kaki karena daya lihatnya yang kurang.
Daya lihat yang kurang, menyebabkan kordinasi mata dan anggota badan lemah.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditegaskan kembali bahwa terdapat perbedaan karaketeristik
tunanetra kategori total ataupun kehilangan penglihatan sebagian. Perbedaan tersebut terjadi karena
bedanya klasifikasi tunanetra yang terjadi pada seseorang.
D. Klasifikasi Tunanetra
Tunanetra memiliki beberapa klasifikasi menurut beberapa kemampuan yang dimiliki dan
tingkatan gangguan penglihatan yang dideritanya. Klasifikasi atau tipe-tipe secara garis besar
dibagi menjadi empat yaitu:
Sunarya, purba bagus dkk. 2018. Kajian penanganan terhadap anak berkebutuhan khusus. Abadimas
Adi Buana. Vol 2 (1). Hal: 11-19.
1. Menurut kemampuan melihat

a. Buta (Blind)
1) Buta Total (Totally Blindy adalah mereka yang tidak dapat melihat sama sekali baik gelap maupun
terang.

2) Memiliki sisa penglihatan (residual vision) adalah mereka yang masih bisa membedakan antara gelap
dan terang.

b. Kurang penglihatan (Low vision)

1) Light perception, apabila hanya dapat membedakan terang dan gelap.

2) Light projection, apabila dapat mengetahui perubahan cahaya dan dapat menentukan arah sumber
cahaya.

3) Tunnel vision atau penglihatan pusat, penglihatan tunanetra terpusat (20), sehingga apabila melihat
obyek hanya terlihat bagian tengahnya.

4) Periferal vision atau penglihatan samping, pengamatan terhadap benda hanya terlihat bagian samping.

5) Penglihatan bercak, pengamatan terhadap obyek ada bagianbagian tertentu yang tidak terlihat.

2. Menurut kemampuan terhadap persepsi cahaya


a. Tidak ada persepsi cahaya (no light perception) ini adalah buta total.
b. Memiliki persepsi cahaya (light perception), biasanya masih bisa belihat bentuk tetapi tidak dapat
membedakan, misalnya tidak dapat membedakan pria dan wanita.
c. Mampu memproyeksi cahaya (light projection), dapat mengetahui dandapat menunjuk asal cahaya dan
bisa melihat jari tangan yang
digerakkan.

3. Menurut cara melihat tingkat ketajaman penglihatan (visus)


a. Tingkat ketajaman 20/20 feet-20 50 feet (6/6 m-6/16 m) Digolongkan tunanetra taraf ringan dan masih
dapat mempergunakan mata relatif secara normal. Kemampuan penglihatan masih cukup baik dan dapat
mempergunakan alat bantu pendidikan secara normal.

b. Tingkat ketajaman 20/70 feer-20/200 feet (6/20 m-6/60 m) Tunanetra kurang lihat (Low vision) berada
pada tingkat ini, dengan memodifikasi obyek yang dilihat dengan menggunakan alat bantu penglihatan
masih terkoreksi dengan baik.

c. Tingkat ketajaman 20/200 feet atau lebih (6/60 m atau lebih) Digolongkan tunanetra tingkat berat dan
mempunyai ketajaman penglihatan:
(1) tunanetra masih dapat menghitung jumlah jari tamham pada jarak 6 meter,
(2) tunanetra mampu melihat gerakan tangan dari instruktur,
(3) tunanetra hanya dapat membedakan gelap dan terang.
d. Tingkat ketajaman penglihatan 0 (visus 0)
Buta total yang sama sekali tidak memiliki rangsangan cahaya bahkan tidak bisa membedakan gelap dan
terang.

4. Menurut saat terjadinya


a. Tunanetra sejak dalam kandungan (prenatal) Terjadi pada kasus ibu hamil yang menderita penyakit
menular ke janin, saat hamil terjatuh, keracunan makanan atau obat-obatan, serangan virus taxoplasma,
orang tua yang menurunkan kelainan (herediter).
b. Tunanetra terjadi pada saat proses kelahiran (natal) Kemungkinan terjadi kesalahan pada saat kelahiran,
misalnya anak sungsang, proses kelahiran lama sehingga bayi terjepit atau kurang oksigen, bantuan alat
kelahiran berupa penyedotan atau penjepitan.
c. Tunanetra terjadi setelah kelahiran (postnatal) dari bayi hingga dewasa Disebabkan oleh kecelakaan,
benturan, trauma (listrik, kimia, suhu atau sinar yang tajam), keracunan, penyakit akut yang diderita.

E. Faktor Penyebab Tunanetra

Seseorang yang dilahirkan tanpa pengelihatan cahaya disebut dengan buta bawaan atau contingental
blind, sedangkan penurunan penglihatan yang terjadi setelah beberapa waktu setelah keahiran disebut
buta didapat atau adventitiously blind menurut Mark dalam Hadi (2005:38).
Menurut Anastasia Widdjajantin dan Imanuel Hitipeuw (1996: 22) penyebab ketunanetraan dapat ditinjau
dari sudut intern dan ekstern. Faktor intern antara lain sebagai berikut: 1) perkawinan keluarga dan 2)
perkawinan antar tunanetra. Faktor ekstern antara lain adalah 1) penyakit sifilis 2) malnutrisi berat 3)
kekurangan vitamin A 4) diabetes mellitus 5) tekanan darah tinggi 6) stroke 7) radang kantung air mata
8) radang kelenjar kelopak mata 9) hemangioma 10) retinoblastoma 11) cellutis orbita l2) glaukoma 13)
fibroplasia retrolensa 14) efek obat/zat kimia.
Beberapa penyebab ketunanetraan dapat sebagai berikut menurut Iwan Kurniawan dalam Jurnalnya
(2015):
Kurniawan, Iwan. 2015. Implementasi pendidikan bagi siswa tunanetra di sekolah dasar inklusi.
Jurnal pendidikan Islam. Vol 4. Hal: 1044-1060
1. Prenatal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan
masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:
a. Keturunan Ketunanetraan yang disebab-kan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil
perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra.
Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada
retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit
menyebabkan mundur atau memburuk-nya retina. Gejala pertama biasanya sukar
melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja
penglihatan pusat yang tertinggal.
b. Pertumbuhan anak dalam kandungan Ketunanetraan yang disebabkan karena proses
pertumbuhan dalam kandungan dapat disebabkan oleh:
1)Gangguan waktu ibu hamil.
2)Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama
pertumbuhan janin dalam kandungan.
3)Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air,
dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf
pusat pada janin yang sedang berkembang.
4)Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada
otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
5)Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya
fungsi penglihatan.

2. Postnatal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah
bayi lahir antara lain :
a) Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat
atau benda keras.
b) Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorhoe
menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat
hilangnya daya penglihatan.
c) Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
1) Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
2) Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.
3) Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi
keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.
4) Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga
tekanan pada bola mata meningkat.
5) Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis.
Retina penuh dengan pembuluh- pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan
sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.
6) Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari
retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki
penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-
objek di bagian tengah bidang penglihatan.
7) Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu
prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang
dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan
kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar
oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan
kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total. Kerusakan mata yang disebabkan
terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang
berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.
Selanjunya menurut Heather Mason (Purwaka Hadi,2015) menyebutkan beberapa penyebab
ketunanetraan adalah:

1. Faktor genetik atau herediter


Faktor keurunan itu berasal dari kelainan genetik yang membawa sifat bagi setiap karateristiknya. Maka
jika antar keluarga atau antar penyandang tunanetra mempunyau gen-gen yang rawan terhadap kelainan
penglihatan, maka terdapat kemungkinan terjadi kelainan penglihatan yang serupa.
2. Perkawinan sedarah
Perkawinan karena terdapat hubungan keluarga dekat mejadi salah satu faktor kemungkinan terjadinya
kelainan. Hal ini karena pola perkawinan sedarah menyebabkan secara genetis rentan untuk menurunkan
sifat termasuk penyakit atau kelainan.
3. Proses kelahiran
Proses kelahiran secara prematur membuat organ dari seorang anak belum begitu sempurna karena janin
keluarseblum waktu yang seharusnya. Kelemahan beberapa organ ini yang memiiki kemungkinan
menjadi faktor kebutaan jika terjadi pada organ pengerlihatan.
4. Infeksi
Infeksi dapat menyerang berbagai organ pada tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Infeksi
dapat disebabkan oleh virus, dan juga bakteri, infeksi dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Infeksi / keracunan tidak langsung Infeksi tidak langsung dapat terjadi ketika seorang ibu yang sedang
mengandung mengalami keracunan atau infeksi. Sehingga janin yang dikandungnya juga ikut terkena
racun sehingga mempengaruhi perkembangaanya terutama pada indera penglihatannya.
b. Infeksi / keracunan langsung Infeksi langsung terjadi ketika indera penglihatan langsung terkena
infeksi atau racun sehingga membuat seseorang mengaami kehilangan pengihatan atau gangguan
pengelihatan.
5. Kecelakaan
Kecelakaan dan enturan yang mengenai indera pengihatan dapat mengakibatkan cedera pada
mata. Sehingga dapat timbul luka pada bagian mata atau gangguan pada saraf mata yang berefek
pada kemampuan melihat.
6. Trauma
Kelainan pada penglihatan dapat terjadi akibat trauma. Trauma terdiri dari berbagai macam
seperti trauma akibat pukulan benda tumpul/tajam, trauma terhadap sinar (sinar x), trauma zat
kimia, trauma terhadap benda asing yang masuk kedalam mata.
7. Kekurangan vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin untuk meregenerasika zat kimia yang ada pada “bacilus” pada
lapisan retina. Seseorang yang kekurangan vitamin A yang akut tidak akan mampu meregenerasi
sel-sel pada indera penglihatan. Hal ini menimbulkan kelainan pada indera penglihatan.
8. Penyakit
Beberapa penyebab terjadinya kerusakan mata dan gangguan fungsi mata adalah karena suatu
penyakit. Penyakita yang dapat berakibat pada indera penglihatan seperti diabetes miletus,
hipertensi dan demam tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditegaskan kembali bahwa penyebab ketunanetraan dapat
dilihat dari faktor intern dan ekstern. Pada faktor intern, ketunanetraan terjadi akibat dari heriditer
atau keturunan melalu perkawinan antar keluarga ataupun sesaama tunanetra yang memiliki sifat
pembawa atau gen dengan kelainan penglihatan sedangkan pada faktor ekstern dapat terjadi
karena kerusakan pada mata yang disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dan virus atau
bakteri yang menyerang mata.

E. Permasalahan dan Pendampingan Bagi Anak Tunanetra


Ketunanetraan yang terjadi sejak lahir (prenatal) atau setelah lahir (post natal) akan berdampak
khusus bagi penyandangnya. Dampak yang langsung dialami oleh penyandang tunanetra yaitu
pada pernonal dirinya. Keterbatasan gerak karena keterbatasan penglihatan akan memberikan
reaksi yang negatif bagi penyandangnya. Hal ini akan menimbulkan hambatan hambatan dalam
hidupnya (handicap). Handicap ini dipicu oleh sikap rendah diri atau perasaan tidak beruntung.
Sikap merasa tidak beruntung memicu reaksi emosional yang berlebihan yang mengakibatkan
frustasi, putus asa dan tertekan.

Implikasi dari reaksi emosional yang cenderung negatif juga membuat penyandang tunanetra menjadi
kesulitan saat bersoialisai. Tidak sedikit mayarakat yang memandang endah seorang yang memiliki
keterbatasan. Hal ini menjadi salah satu penghambat ketika seorang tunanetra hendak bersosialisasi.
Tidak hanya keterbatasan penglihatan namun juga penolakan masyarakat pada para penyandang tunanetra
juga menjadi salah satu alasan para penyandang tunanetra untuk bersosialisasi. Para penyandang tuna
netra meskipun memiliki keterbatasan namun mereka memiliki keinginan untuk berpatisipasi dengan
berperan dalam kehidupan sosial.

Kemampuan berbahasa dan kognitif seorang tunanetra memiliki kesulitan. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan mengelola informasi karena keterbatasan memperoleh informasi. Pendapat Elstner dalam
Hadi (2005:55) mengemukakan bahwa tunanetra yang lambat mengamati kejadian visual dan
pendengaran akan mengalami keterlambatan dalam berbicara karena kehilangan ransangan dan
kesempatan untuk berkomunikasi.

Permasalahan yang dialami oleh penyandang tunanetra dapat diminimalkan atau ditiadakan melalui
berbagai pelatihan dan pendidikan. Penguatan secara psikis, pemberian semangat dan kepercayaan diri
juga berperan penting pada kemampuan untuk bertahan hidup. Tidak sedikit seorang penyandang
tunanetra yang memiliki berbagai prestasi dengan mengembangkan kemampuan atau potensinya karena
tidak mungkin seorang dilahirkan tanpa suatu kelebihan.

Seorang penyandang tunanetra ringan hanya mampu membedakan terang dan gelap sedangkan taraf berat
sama sekali tidak mengenal konsep cahaya. Pengembangan yang paling efektif untuk penyandang
tunanetra adalah melatih pemanfaatan indera yang lain yang masih berfungsi. Pengembangan indera
penglihatan yang masih berfungsi ini dapat berupa indera pendengaran, indera peraba, indera penciuman
dan juga pengembangan kemampuan kinestesi dan keseimbangan. Pelatihan ini dilaksanakan secara
terprogram dalam bentuk kegiatan latihan orientasi dan mobilitas.

Indera pendengaran bagi penyandang tuanatera dianggap sebagai indera yang paling dominan. Seorang
tunanetra memiliki kepekaan yang tinggi dalam mendengarkan bunyi atau suara. Melalui intonasi suara
seorang penyandang tunanetra mampu membedakan emosi dari sumber suara. Ketajaman pendengaran
seorang penyandang tuna netra tidak begitu saja ada, namun ini berkaitan dengan kesungguhan dalam
mengenal suara bunyi, melalui latihan.

Pemanfaatan indera pendengaran dan suara merupakan salah satu alat mengumpulkan informasi. Seorang
tunanetra sering kali bertepuk tangan, menghentakkan kaki atau batuk untuk mengetahui tentang dimensi
ruangan, atau menentukan arah jalur gang/koridor, kemampuan ini disebut dengan ekolokasi.
Ketrampilan mendengarkan dengan selektif dimaksudkan dengan menyeleksi suatu bunyi yang ada
sekaigus. Kegiatan ini memunginkan seorang tunanetra menyaring informasi melalui sejumlah bunyi
yang ia terima melaui auditoris.

Kemampuan mobilitas (perabaan) merupakan hal penting ke dua setelah pendengaran. Melalui sentuhan
tangan dan kaki seorang tunanetra mampu mendapatkan informasi juga mampu mengenali
lingkungannya. Terdapat beberapa fasilitas umum yang dibuat untuk para penyandang disabilitas salah
satunya dengan permukaan jalan khusus yang kasar/berbatu. Hal ini digunakan sebagai tanda bahwa intu
merupakan jalur yang benar bagi penyandang tunanetra. Kemampuan mobilitas perlu diimbangi dengan
pengenalan ruang dengan memberitahukan jarak langkah dan juga arah. Sehingga ketika seorang
tunanetra ingin pergi ke suatu tempat ia akan mampu berjalan dengan langkah yang sesuai dan arah yang
tepat secara mandiri.
Indera penciuman bagi penyandang tunanetra dalam orientasi mobilitas memberikan informasi tentang
tempat, benda dan manusia. Seorang tunanetra mampu mengenali sesorang atau mengetahui kedatangan
seseorang melalui bau parfum yang sering digunakan dan bau badan yang khas. Pencecap merupakan
indera yang digunakan untuk mengorientasi bahan makanan. Rasa manis, pahit dan asin merupakan suatu
informasi bag penyandang tunanetra untuk bahan-bahan makanan.
Mobilitas kinestesi dapat didrumuskan sebagai kesadaran akan adanya ransang keseimbangan sebagai
sensitivitas terhadap gerak otot atau sendi. Kegunaan indera ini yaitu menyadarkan penyangdang
tunanetra akan posisi dan gerak tubuh. Ketika mengangkat tangan setinggi bahu maka indera kinestesi
memberitahukan posisi tangan yang benar. Indera kinestesi memberitahukan keadaan suatu medan, baik
itu menurun atau naik, miring atau bergelombang.

Menurut Anastasia W dan Imanuael H dalam Chalidah (2005:167), pendampingan seorang guru harus
berpegang pada beberapa prinsip pengajaran yaitu (1) Prinsip totalitas, (2) prinsip keperagaan, (3) prinsip
berkesinambungan, (4) prinsip aktivitas, (5) prinsip individual. Pendampingan secara emosional
diperlukan untuk memahami akan kehawatiran, keinginan dan kebutuhan setiap penyandang tunanetra.
Membangun kesiapan hidup mansiri kengan sikap yang percaya diri dan membantu mengembangkan 
potensinya. Hal terpenting adalah penerimaan bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama.

Anda mungkin juga menyukai