Anda di halaman 1dari 19

1.

PENDAHULUAN

1.1 Defenisi

1.1.1 Relai
Suatu peralatan yang dirancang untuk menghasilkan perubahan pada
rangkaian output apabila nilai parameter input telah mencapai nilai yang ditetapkan
sebelumnya (SPLN T5.002-1: 2010)

1.1.2 Relai Proteksi

Perlengkapan untuk mendeteksi gangguan atau kondisi ketidaknormalan


pada sistem tenaga listrik, dalam rangka untuk membebaskan/mengisolasi
gangguan, menghilangkan kondisi tidak normal, dan untuk menghasilkan sinyal
atau indikasi (SPLN T5.002-1: 2010)

1.1.3 Waktu Kerja Relai (Relay Operating Time)


Rentang waktu sejak gangguan muncul sampai dengan saat kontak keluaran
relai terhubung (mengeluarkan perintah trip) (SPLN T5.002-1:2010)

1.1.4 Waktu Pembebasan Gangguan (Fault Clearing Time)


Rentang waktu sejak gangguan muncul sampai gangguan dibebaskan dari
sistem (SPLN T5.002-1: 2010)

1.1.5 Zona proteksi (Protection Section)

Bagian dari jaringan sistem tenaga, dimana telah diaplikasikan proteksi tertentu.
(IEV 448-11-05). Setiap zona proteksi dibatasi oleh PMT.

1.1.6 Proteksi utama (Main Protection)


Proteksi yang menjadi prioritas pertama untuk membebaskan/ mengisolasi
gangguan atau menghilangkan kondisi tidak normal di sistem tenaga listrik.
Catatan: untuk suatu instalasi tenaga listrik, dapat digunakan dua atau lebih proteksi
utama (SPLN T5.002-1: 2010).

1
1.1.7 Proteksi cadangan (Backup Protection)

Proteksi yang akan bekerja ketika gangguan pada sistem tenaga listrik tidak
dapat dibebaskan/ diisolasi oleh proteksi utama. (SPLN T5.002-1:2010)

1.1.8 Pemutus Tenaga (PMT)

Sebuah alat penghubung mekanis yang dapat menghubung, menghantar dan


memutus arus pada keadaan sirkit normal dan juga menghubung selama waktu
tertentu menghantar arus serta memutus arus pada keadaan sirkit abnormal tertentu,
seperti misalnya hubung-singkat. (SPLN T5.003-1:2010)

1.1.9 Pemisah (PMS)

Sebuah alat penghubung mekanis yang pada kedudukan terbuka membuat


suatu jarak penyekat yang memenuhi persyaratan tertentu (SPLN T5.003-1: 2010)

1.1.10 Transformator Arus

Transformator arus berfungsi untuk merubah besaran arus primer menjadi


besaran arus sekunder dengan perbandingan tertentu dan mempunyai beda sudut
fasa mendekati nol pada polaritas hubungan yang sesuai. Transformator arus dapat
disebutkan sebagai CT (Current Transformer). (SPLN T3.003-1: 2011)

1.1.11 Transformator Tegangan

Transformator tegangan berfungsi untuk merubah besaran tegangan primer


menjadi besaran tegangan sekunder dengan perbandingan tertentu dan mempunyai
beda sudut fasa mendekati nilai nol pada polaritas hubungan yang sesuai.
Transformator tegangan mengisolasi bagian tegangan primer terhadap peralatan
pengukuran. (SPLN T3.003-2: 2011)

1.1.12 Sistem Proteksi

Pengaturan dari satu atau lebih peralatan proteksi, dan peralatan lain yang
dimaksudkan untuk melakukan satu atau lebih fungsi proteksi tertentu. Catatan:
Suatu sistem proteksi yang terdiri dari satu atau lebih peralatan proteksi,

2
transformator pengukuran, pengawatan, rangkaian tripping, catu daya dan sistem
komunikasi bila tersedia.

1.2 Filosofi

1.2.1 Tujuan Utama Sistem Proteksi

Tujuan utama sistem proteksi adalah sebagai berikut:

 Mendeteksi kondisi abnormal pada sistem tenaga listrik

 Memerintahkan trip pada PMT dan memisahkan peralatan yang terganggu


dari sistem yang sehat sehingga sistem dapat terus berfungsi.

1.2.2 Pertimbangan Pemilihan Proteksi

Dasar pemilihan proteksi sistem tenaga listrik dan sistem proteksi adalah sebagai
berikut :

 Mengurangi kerusakan pada peralatan yang terganggu dan peralatan yang


berdekatan dengan titik gangguan
 Mengurangi gangguan meluas
 Meminimalisasi durasi gangguan
 Meminimalisasi bahaya pada manusia
 Memaksimalkan ketersediaan listrik untuk konsumen

1.2.3 Zona proteksi

Untuk membatasi luasnya sistem tenaga listrik yang terputus saat terjadi
gangguan, maka sistem proteksi dibagi dalam zona-zona proteksi.

Pada zona perbatasan, zona proteksi harus tumpang tindih (overlap)


sehingga tidak ada bagian dari sistem yang tidak terproteksi. Tipikal proteksi
dan zona proteksinya ditunjukkan seperti Gambar 1.1.

3
Gambar 1.1 Zona proteksi

1.2.4 Elemen Sistem Proteksi

Elemen – elemen yang membentuk suatu sistem proteksi seperti yang


terlihat pada Gambar 1.2 yaitu :

1. Transformator instrument (CT dan PT) 4. Power supply

2. Rele pengaman 5. Pengawatan (wiring)

3. Pemutus tenaga (CB, PMT)

Gambar 1.2. Skema dasar sistem proteksi

4
1.2.4.1 Transformator Arus/Transformator Tegangan

Memberikan informasi mengenai keadaan tenaga listrik (normal atau


terganggu) juga berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan tinggi
(jaringan yang diamankan) terhadap bagian tegangan rendah (relai pengaman).

1.2.4.2 Relai Pengaman

Berfungsi mendeteksi gangguan atau kondisi abnormal lainnya yang


selanjutnya memberi perintah trip pada PMT.

1.2.4.3 PMT

Berfungsi untuk menghubungkan dan memisahkan satu bagian dari jaringan


yang beroperasi normal maupun jaringan yang sedang terganggu.

1.2.4.4 Power supply

Berfungsi untuk menyuplai daya ke relai proteksi dan PMT agar relai
tersebut dapat mengolah informasi yang diterima dan memberikan perintah ke PMT
yang diperlukan. Dengan power supply tersebut PMT dapat melaksanakan perintah
yang diterima dari relai pengaman.

1.2.4.5 Pengawatan

Berfungsi menghubungkan semua elemen tersebut di atas membentuk


suatu sistem proteksi. Tipikal sistem proteksi ditunjukkan seperti Gambar 1.3
sebagai berikut :

5
Gambar 1.3 Elemen sistem proteksi

1.2.5 Persyaratan Sistem Proteksi

Persyaratan desain proteksi harus dipertimbangkan untuk memastikan


bahwa suatu sistem tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi yang andal.
Persyaratan desain ini digunakan sebagai dasar yang harus dipenuhi pada
aplikasi dan pemilihan sistem proteksi dalam sistem transmisi, khususnya pada
instalasi baru. Desain juga harus mempertimbangkan tipe peralatan atau komponen
sistem tenaga listrik yang akan diproteksi.

Sistem proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1.2.5.1 Sensitif

Sistem proteksi harus mampu mendeteksi sekecil apapun ketidaknormalan


sistem dan beroperasi dibawah nilai minimum gangguan.

Studi koordinasi sistem proteksi harus dilakukan untuk menentukan


sensitivitas seting dan memastikan relai bekerja dengan benar.

6
1.2.5.2 Selektif

Sistem proteksi harus mampu menentukan daerah kerjanya dan atau fasa yang
terganggu secara tepat. Peralatan dan sistem proteksi hanya memisahkan bagian
dari jaringan yang sedang terganggu.

Zona proteksi harus tepat dan memadai untuk memastikan bahwa hanya bagian
yang terganggu yang dipisahkan dari sistem pada saat terjadi gangguan atau kondisi
abnormal.

1.2.5.3 Andal

Kemungkinan suatu sistem proteksi dapat bekerja benar sesuai fungsi yang
diinginkan dalam kondisi dan jangka waktu tertentu.

Proteksi diharapkan bekerja pada saat kondisi yang diharapkan terpenuhi


dan tidak boleh bekerja pada kondisi yang tidak diharapkan. (SPLN T5.002-1:
2010)

Keandalan sistem proteksi terbagi dua yaitu:

 Keterpercayaan (Dependability): Derajat kepastian suatu sistem proteksi tidak


mengalami gagal kerja pada kondisi yang diperlukan dalam jangka waktu
tertentu. (SPLN T5 002-1 2010)

Pemilihan keterpercayaan (dependability) dan keterjaminan (security)


harus diperhatikan dalam desain sistem proteksi. Pemilihan keterpercayaan
mempertimbangkan level tegangan sistem dan pentingnya peralatan yang
diproteksi.

Keterpercayaan dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan :

 Duplikasi proteksi utama dan/atau proteksi cadangan untuk mengantisipasi


kegagalan proteksi utama.
 Duplikasi proteksi utama dengan prinsip operasi yang sama dengan skema
proteksi yang berbeda.
 Pemisahan relai proteksi utama dan proteksi cadangan secara fisik.
 Proteksi cadangan lokal

7
 Proteksi cadangan jauh
 Pemisahan rangkaian sekunder transformator arus dan transformator
tegangan untuk proteksi utama dan proteksi cadangan.
 Pemisahan sistem power supply DC untuk proteksi utama di level tegangan
500kV.
 Menjaga keandalan teleproteksi.

 Keterjaminan (Security): Derajat kepastian suatu sistem proteksi tidak


mengalami kesalahan kerja pada kondisi yang ditentukan dalam jangka waktu
tertentu (SPLN T5.002-1: 2010).

Elemen sistem proteksi diharapkan tidak salah kerja/ stabil pada kondisi
sistem yang disyaratkan (di luar zona proteksinya).

Pemilihan keterjaminan mempertimbangkan level tegangan sistem dan


pentingnya peralatan yang diproteksi. Umumnya diaplikasikan pada proteksi
busbar yang mensyaratkan keterjaminan tinggi untuk mengurangi salah kerja.

1.2.5.4 Cepat

Elemen sistem proteksi harus mampu memberikan respon sesuai dengan


kebutuhan peralatan yang dilindungi untuk meminimalisasi terjadinya gangguan
meluas, lama gangguan dan gangguan pada stabilitas sistem.

Desain sistem proteksi harus mempertimbangkan kecepatan pemutusan


gangguan untuk memisahkan sumber gangguan. Waktu pemutusan gangguan harus
memenuhi nilai yang disyaratkan, yang mempertimbangkan waktu kerja relai dan
sinyal pembawa (FO/ PLC), waktu kerja PMT dan faktor keamanan.

1.2.6 Proteksi Utama dan Cadangan

Sistem proteksi suatu peralatan karena berbagai macam faktor dapat


mengalami kegagalan operasi. Berdasarkan hal tersebut maka proteksi dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu :

8
1.2.6.1 Proteksi Utama

Proteksi utama adalah proteksi yang menjadi prioritas pertama untuk


membebaskan/ mengisolasi gangguan atau menghilangkan kondisi tidak normal di
sistem tenaga listrik (SPLN T5.002-1: 2010).

1.2.6.2 Proteksi Cadangan

Proteksi cadangan adalah proteksi yang akan bekerja ketika gangguan pada
sistem tenaga listrik tidak dapat dibebaskan/ diisolasi oleh proteksi utama (SPLN
T5.002-1: 2010).

Proteksi cadangan terdiri dari proteksi cadangan lokal dan proteksi


cadangan jauh.

Proteksi cadangan lokal adalah proteksi yang akan bekerja ketika


gangguan pada sistem tenaga listrik tidak dapat dibebaskan/ diisolasi oleh proteksi
utama di tempat yang sama. Contoh : relai arus lebih (OCR)

Proteksi cadangan jauh adalah proteksi yang akan bekerja ketika


gangguan pada sistem tenaga listrik tidak dapat dibebaskan/ diisolasi oleh proteksi
utama di tempat yang lain. Contoh : Z2 relai jarak (distance relay).

Koordinasi waktu dibuat sedemikian hingga proteksi cadangan jauh bekerja


lebih dahulu dari proteksi cadangan lokal. Walau dimungkinkan bahwa proteksi
cadangan jauh akan bekerja lebih efektif dari proteksi cadangan lokal, tetapi hal ini
tetap harus diusahakan agar tidak terjadi pemadaman lebih luas. Waktu tunda
proteksi cadangan lokal cukup lama sehingga mungkin sekali mengorbankan
kestabilan sistem demi keselamatan peralatan. Dengan demikian berarti pula bahwa
proteksi cadangan lokal adalah cadangan terakhir pada seksi yang berdekatan demi
keselamatan peralatan.

Saat ini di sistem 500kV belum mengimplementasikan OCR sebagai


proteksi cadangan. OCR hanya dipasang sebagai pengaman sistem dengan
mekanisme Load Shedding.

9
1.3 REGULASI

Regulasi yang digunakan sesuai Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-
Madura-Bali tahun 2007.

1.3.1 Kondisi Sistem Operasi

1.3.1.1 Variasi Frekuensi

Frekuensi nominal 50 Hz, diusahakan untuk tidak lebih rendah dari 49,5 Hz
atau lebih tinggi dari 50,5 Hz, dan selama waktu keadaan darurat (emergency) dan
gangguan, frekuensi sistem diizinkan turun hingga 47.5Hz atau naik hingga 52.0
Hz sebelum unit pembangkit diizinkan keluar dari operasi (Aturan Jaringan Sistem
Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali 2007).

1.3.1.2 Variasi Tegangan

Tegangan sistem harus dipertahankan dalam batasan sebagai berikut:

Tabel 1.1 Batasan Tegangan Sistem berdasarkan Aturan Jaringan

1.3.2 Waktu Pemutusan Gangguan

Kecepatan pemutusan gangguan (fault clearing time) ditentukan oleh:

- kecepatan kerja (operating time) relai

- kecepatan buka pemutus tenaga (circuit PMT)

- waktu kirim sinyal teleproteksi

Sesuai Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali 2007 waktu


pemutusan gangguan proteksi utama:

10
Tabel 1.2 Standar Waktu Pemutusan Gangguan

Sedangkan waktu pemutusan gangguan proteksi cadangan jauh adalah 400-800 ms.

Dengan mempertimbangkan waktu kerja PMT dan waktu yang diperlukan


teleproteksi maka kecepatan kerja relai proteksi utama :

- Sistem 500 kV maksimal 20 ms pada jangkauan seting 80 %zone 1

- Sistem 150 kV maksimal 30 ms, pada jangkauan seting 80% zone 1 sebesar 40
ms.

- Sistem 70 kV maksimal 35 ms, pada jangkauan seting 80% zone 1 sebesar 50


ms.

1.3.3 Koordinasi Pembangkit

- Setiap unit pembangkit yang tersambung ke sistem/ grid PLN P3B Jawa Bali
harus berkontribusi menanggung VAR beban sistem.

- Semua seting pembangkit baru yang akan tersambung ke sistem/ grid PLN P3B
Jawa Bali harus dikoordinasikan dengan seting proteksi P3B untuk
memperkecil akibat gangguan pada fasilitas pemakai jaringan terhadap jaringan
transmisi.

1.3.4 Syarat Teknik Pemasangan

Terkait dengan dengan proses penerimaan relai yang akan dipasang di sistem PLN
P3B Jawa Bali terdapat beberapa aturan, yaitu:

- Relai proteksi yang akan dipasang di sistem PLN P3B Jawa Bali harus
memenuhi spesifikasi teknis yang disyaratkan PLN P3B Jawa Bali.

11
- Relai proteksi utama yang akan dipasang di sistem PLN P3B Jawa Bali harus
lulus uji dinamik (relai jarak, relai diferensial penghantar,relai diferensial
transformator/ REF, buspro, ) yang telah dikeluarkan oleh PT PLN (Persero)
dengan unjuk kerja Dependability Index minimal 99,5 % dan Security Index
minimal 99,5 %.

- Semua relai baru harus menggunakan jenis numerical dengan standard


komunikasi IEC 61850.

- Proteksi utama dan proteksi cadangan harus terpisah secara fisik/ hardware.

- Untuk sistem proteksi di sistem 500 kV (penghantar dan transformator)


digunakan sistem duplikasi dengan tipe/ algoritma yang berbeda.

- Proteksi cadangan harus terpisah (dedicated) untuk tiap unit, tidak dapat
digabung antar unit/ bay yang berbeda (bay penghantar 1 dan bay penghantar 2
tidak dapat digabung dalam satu proteksi cadangan).

- Semua rel tegangan tinggi yang terhubung ke jaringan transmisi yang


merupakan outlet pembangkit atau outlet IBT (500/150 kV atau 150/70 kV)
harus dilengkapi dengan proteksi bus diferensial.

- Semua gardu induk (GI) dengan sistem 1½ PMT dan Double busbar dengan
prioritas : GI outlet IBT, GI Pembangkit, dan GI dengan minimal empat arah
outlet saluran transmisi harus mempunyai proteksi busbar.

- Autorecloser merupakan peralatan bantu dapat dipasang dengan hardware


tersendiri maupun digabung dengan Relai Jarak/ Diferensial penghantar (relai
yang menginisiasi autorecloser) dan Syncrocheck.

- Pola autoreclose yang diterapkan pada SUTT/SUTET yang tersambung


ke pembangkit adalah SPAR dengan Single shot reclose. Untuk busbar dengan
sistem 1½ PMT, PMT sisi busbar dan PMT tengah (PMT AB) keduanya di-
reclose-kan namun apabila terjadi keterlambatan reclose salah satu PMT dan
PMT yang reclose pertama final trip (gangguan permanen) maka PMT
pasangannya tidak akan reclose (diblok).

12
1.4. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik

1.4.1. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan

Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak


komponen dan sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, antara lain sebagai
berikut.

a. Faktor Manusia

Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam


memberikan perlakuan pada sistem. Misalnya salah menyambung
rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan
sebagainya.

b. Faktor Internal

Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu


sendiri. Misalnya usia pakai (ketuaan), keausan dan sebagainya. Hal ini bisa
mengurangi sensitivitas rele proteksi, juga mengurangi daya isolasi
peralatan listrik lainnya.

c. Faktor Eksternal

Faktor ini meliputi gangguan-gangguan yang berasal dari lingkungan


sekitar sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir.

1.4.2. Jenis Gangguan

Jika ditinjau dari sifat dan penyebabnya, jenis gangguan dapat


dikelompokkan sebagai berikut :

1. Hubung singkat

Hubung singkat adalah terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau


penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media (resistor/beban)
yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar).
Hubung singkat merupakan jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga
listrik, terutama pada saluran udara 3 fasa. Semua komponen peralatan listrik selalu

13
diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara gas, dan sebagainya. Namun
karena usia pemakaian, keausan, tekanan mekanis, dan sebab lainnya, maka
kekuatan isolasi pada peralatan listrik bisa berkurang atau bahkan hilang sama
sekali. Hal ini akan mudah menimbulkan hubung singkat.

Pada bahan isolasi padat atau cair, gangguan hubung singkat biasanya
mengakibatkan busur api sehingga menimbulkan kerusakan yang tetap dan
gangguan ini disebut gangguan permanen. Pada isolasi udara yang biasanya terjadi
pada saluran udara tegangan menengah atau tinggi, jika terjadi busur api dan setelah
padam tidak menimbulkan kerusakan, maka gangguan ini disebut gangguan
temporer . Arus hubung singkat yang begitu besar sangat membahayakan peralatan.

Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi pada sistem tenaga listrik 3
fasa adalah sebagai berikut,

1) Hubung singkat tiga fasa,

2) Tiga fasa ke tanah,

3) Fasa ke fasa,

4) Satu fasa ke tanah,

5) Dua fasa ke tanah

6) Fasa ke fasa dan pada waktu bersamaan dari fasa ke tiga dengan tanah,

Dua jenis gangguan yang pertama menimbulkan arus gangguan hubung


singkat simetris sedangkan empat jenis gangguan terakhir menimbulkan arus
gangguan tidak simetris.

2. Beban lebih (OverLoad)

Beban lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi listrik
melebihi energi listrik yang dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban lebih
sering terjadi terutama pada generator dan transformator daya. Arus lebih ini dapat
menimbulkan pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan kerusakan
pada isolasi.

14
3. Tegangan Lebih (OverVoltage)

Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga
listrik lebih besar dari yang seharusnya. Gangguan tegangan lebih dapat terjadi
karena kondisi eksternal dan internal

a) Kondisi Internal: Hal ini terutama karena osilasi akibat perubahan yang
mendadak dari kondisi rangkaian atau karena resonansi. Misalnya
operasi hubung pada saluran tanpa beban, perubahan yang mendadak,
operasi pelepasan pemutus tenaga yang mendadak akibat hubung
singkat pada jaringan, kegagalan isolassi, dan sebagainya.

b) Kondidi Eksternal: Kondisi eksternal terutama akibat adanya sambaran


petir.

3. Daya Balik (ReversePower)

Daya balik merupakan suatu gangguan yang terjadi pada generator-generator


yang bekerja paralel. Pada kondisi normal generator-generator tersebut secara
paralel akan bekerja secara serentak dalam membangkitkan tenaga listrik. Namun
karena sesuatu sebab misalnya terjadi gangguan pada penggerak mula maka
generator dapat berubah fungsi menjadi motor.

1.5. Pencegahan Gangguan

Sebagaimana telah dijelaskan di muka, ada beberapa jenis gangguan pada


sistem tenaga listrik yang memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu
perlu dicari upaya pencegahan agar bisa memperkecil kerusakan pada peralatan
listrik, terutama pada manusia akibat adanya gangguan.

Usaha memperkecil terjadinya gangguan ditempuh antara lain,

1) Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan;

2) Membuat koordinasi isolasi yang baik antara kekuatan isolasi peralatan dan
penangkal petir;

3) Menggunakan kawat tanah dan membuat tahanan pentanahan pada kaki


menara sekecil mungkin, serta selalu mengadakan pengecekan;

15
4) Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis
dan mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan karena
binatang, polusi, kontaminasi, dan lainnya;

5) Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti


peraturan-peraturan yangberlaku;

6) Menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat


prosedur tata cara operasional dan membuat jadwal pemeliharaan yang
rutin;

7) Memasang lightning arrester untuk mencegah kerusakan pada peralatan


akibat sambaran petir.

1.6. Iliustrasi

Beberapa komponen-komponen yang terdapat dalam sistem proteksi


ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 1.4. Trafo arus

16
Gambar 1.5. Air Circuit Breaker

Gbr 1.6. Oil Circuit Breaker 138 kV

17
Gambar 1.7. Rele proteksi berbasis mikroprosessor

Gambar 1.8a. Tipikal rele mekanikal

18
Gambar 1.8b. Diagram skematik dari rele pada Gambar 1.8.

19

Anda mungkin juga menyukai