Pembimbing:
Disusun Oleh:
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sorotan masyarakat yang cukup tajam atas jasa pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan, khususnya dengan terjadinya berbagai kasus yang menyebabkan
Malpraktek tidak hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan saja, melainkan
kaum profesional dalam bidang lainnya yang menjalankan prakteknya secara buruk,
misalnya profesi pengacara, profesi notaris Berkenaan dengan kerugian yang sering
diderita pasien akibat kesalahan (kesengajaan atau kealpaan) para tenaga kesehatan
karena tidak menjalankan praktek sesuai dengan standar profesinya, saat ini
dirasa kurang optimal bahkan menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan atau
dianggap telah terjadi malpraktek kedokteran, masyarakat akan melakukan gugatan
baik kepada sarana pelayanan kesehatan maupun kepada tenaga kesehatan yang
bekerja di dalamnya atas kerugian yang mereka derita.
bagi semua pihak, dugaan kasus malpraktek kedokteran ini harus diproses secara
hukum. Tentunya proses ini tidak mutlak menjamin akan mengabulkan tuntutan dari
pihak pasien atau keluarganya secara penuh, atau sebaliknya membebaskan pihak
tenaga kesehatan maupun sarana pelayanan kesehatan yang dalam hal ini sebagai
pihak tergugat, dari segala tuntutan hukum. Pemeriksaan terhadap dugaan kasus
malpraktek kedokteran ini harus dilakukan melalui tahapan-tahapan penyelidikan,
2
BAB II
ISI
II. 1. Kronologis
Tn. MT, 28 tahun, seorang buruh pabrik, melaporkan kasus dugaan malpraktek oleh
salah satu rumah sakit di Medan atas istrinya, Ny. M, 30 tahun seorang guru sekolah
dasar muhammadiyah, pada tanggal 1 Febuari 2013. Peristiwa itu berawal saat Tn. MT
membawa istrinya ke salah satu rumah sakit swasta di Medan, untuk menjalani operasi
cecar saat melahirkan anak keduanya. Ny. M menjalani operasi cecar tersebut pada
tanggal 24 Desember 2012. Sesampainya di rumah sakit Ny.M langsung ditangani oleh
dokter dan dibawa ke kamar operasi. Sebelumnya Ny.M dan suaminya tidak pernah
diberi penjelasan tentang akan dilakukannya anestesi spinal oleh seorang dokter
punggung.
perintah dari dr.L kepada seorang perawat untuk melakukan pembiusan kepada
dirinya. Setalh beberapa saat menunggu Ny.M tidak kunjung merasakan efek
pembiusan tersebut, Kedua kaki Ny.M masih dapat digerakkan, dan masih
terasa sakit ketika dicubit. Akhirnya dilakukan penyuntikan kedua didaerah
punggung, kali ini penyuntikan dilakukan oleh dr.L sendiri. Setelah beberapa
menit barulah Ny.M merasakan efek pembiusan, dan operasi cecar dimulai.
Setelah operasi, Ny.M mengalami mual muntah hebat, tubuhnya demam dan
meriang. Lalu hingga satu hari setelah operasi yaitu tanggal 25 Desember 2013
Ny.M tetap merasakan lemas dan mati rasa pada kedua kakinya. Ny.M tidak
dapat berjalan sama sekali. Ny.M dan suaminya mengaku tidak mendapat
penjelasan apapun dari pihak dr.L. Karena alasan biaya, pada tanggal 28
meninggalkan rumah sakit dengan kondisi sama sekali tidak dapat berjalan, dari
pinggang ke bawah tidak dapat digerakkan, dan nyeri saat buang air kecil
3
Setelah satu hari dirumah, suaminya membawa Ny.M ke sebuah klinik didekat
yang dideritanya. Dokter klinik tersebut memberikan obat untuk menahan sakit saat
buang air kecil saja lalu merujuk kembali Ny.m ke rumah sakit dimana ia melahirkan.
Ny.M kembali dirawat di rumah sakit tersebut selama berminggu-minggu namun tidak
ada perbaikan sama sekali. Pihak keluarga telah bertanya kepada pihak rumah sakit
tersebut dan menawarkan penyelesaian secara kekeluargaan, tetapi pihak rumah sakit
cenderung diam dan tidak telalu menanggapi keluhan dari keluarga Ny.M. Akhirnya
kepolisian setempat.
4
II. 2. Analisa Kasus
Pasal 360
Pasal 304
Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan Pasal 304 dan Pasal 305
mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun enam bulan.
• Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
5
tersebut dapat dihindari atau diminimalkan dengan penyuntikan yang
tepat, cermat, dan dokter tetap mengawasi saat dilakukannya
penyuntikan oleh perawat yang ia berikan wewenang.
Serta perlu adanya komunikasi yang mendalam antara keluarga pasien dan
dokter tentang efek samping yang bisa saja terjadi pada saat pembiuasan.
Pasal 1366
Pembahasan:
Pasal 1366
Pasal 45
(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
•
diagnosis dan tata cara tindakan medis;
•
tujuan tindakan medis yang dilakukan;
6
• alternative tindakan laindari risikonya;
• risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
• prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik
secara tertulis maupun lisan.
(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko
tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh
yang berhak memberikan persetujuan.
Pasal 51
(1) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.
(2) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan.
Pasal 52
Pembahasan:
7
Dokter tidak memberikan penjelasan yang rinci terhadap Ny.M maupun
suaminya dalam tindakannya terhadap Ny.M
Pasal 13
(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien.
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Pembahasan:
•
Pada kasus ini, tenaga medis melakukan kelalaian yaitu, tidak
memberikan informasi sejelas-jelasnya terhadap keluarga pasien,
sehingga menimbulkan kecacatan pada pasien tersebut.
•
Ditujukan untuk Rumah Sakit tempat M dirawat, dimana Rumah sakit
dipandang sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas kealpaan dokter
yang merawat Ny.M hingga menimbulkan kecacatan pada Ny.M tersebut.
Pasal 4
- Konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
8
- Konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Pasal 7
Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
Pasal 62
Pembahasan:
Pada kasus ini dokter jaga selaku pelaku usaha dianggap kurang
memberikan penjelasan secara terinci kepada pihak konsumen yaitu Ny.M
dan kelurganya, yang mengakibatkan kecacatan tetap pada pasien.
.Rumah Sakit dan dokter juga bertanggung jawab atas kecacatan yang
terjadi pada Ny.M yang dalam hal ini merupakan konsumen.
9
You're Reading a Preview