Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH

DIGITAL INSTRUMEN & TRANDUSER

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Instrumentasi Elektronika

Oleh : Tri Mulyani (20101113001)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
2021
BAB I
DIGITAL INSTRUMEN

Instrumen adalah alat ukur yang mempunyai sifat kompleks yang minimal terdiri atas
komponen transducer atau sensor atau elemen pengindra, pengkondisi sinyal tercakup
amplifer atau penguat, peredam, dan penyaring, Danu nit keluaran analog (skala jarum) atau
peraga digital dan monitor Sensor dipakai untuk menangkap adanya perubahan sinyal.
Pengkondisi sinyal untuk merubah nilai kekuatan sinyal yang ditangkap. Monitor sebagai
penunjuk pengukuran atau sinyal yang diperoleh.

A. Perbandingan Instrumen Digital dan Analog

Sebuah instrument tipe digital mempunyai output yang berbentuk diskrit, sehingga
memiliki jumlah nilai yang terbatas. Pada sistem pengukuran ini ketika cam bergerak satu
kali putaran maka switch akan tertekan dan kemudian akan dihitung oleh sebuah counter,
sistem ini hanya dapat memberikan pengukuran ketika cam melakukan satu kali putaran dan
tidak dapat membedakan posisi cam sebelum melakukan satu kali putaran penuh. Perbedaan
antara instrument tipe analog dan digital menjadi issue yang sangat penting sejak
berkembangnya mikroprosesor dan sistem control. Instrumen dengan output digital dapat
diolah oleh sebuah computer sehingga data yang didapatkan dari instrument tipe ini bisa
diolah secara digital. Berbeda dengan tipe analog, instrument jenis ini tidak dapat diolah
langsung oleh computer karena instrument jenis ini mengeluarkan output tipe analog, untuk
dapat mengolah data ini perlu dilakukan proses konversi ke bentuk digital dengan proses yang
disebut Analog to Digital Converter (ADC). Tetapi proses konversi ini membutuhkan biaya
tambahan dan membutuhkan waktu pengkonversian dari sinyal analog menjadi bentuk digital
sehingga hal ini bisa menjadi masalah yang kritis ketika sistem membutuhkan proses yang
cepat karena pengkonversian sinyal ini membutuhkan waktu dan akan memperlambat proses
kerja. Keuntungan dari instrument tipe digital daripada tipe analog lainnya adalah instrument
digital mempunyai pembacaan yang jelas karena hanya menunjukkan satu nilai pasti daripada
instrument tipe analog yang pembacaannya lebih bersifat subjektif.

Singkatnya, instrumen analog memberikan output yang berubah secara kontinyu


terhadap perubahan besaran yang diukur. Output dapat memiliki sejumlah nilai yang
takterbatas dalam rentang desain instrumen. Saat perubahan nilai input, penunjuk bergerak
dengan gerakan kontinyu yang halus. Meskipun penunjuk dapat berada pada posisi
sembarang, jumlah posisi yang dapat terdeteksi oleh mata dengan berbeda adalah terbatas,
bergantung pada seberapa berskala dan seberapa baik dia dibagi. Instrumen digital memiliki
output yang berubah dalam langkah diskrit dan sehingga hanya memiliki sejumlah nilai yang
terbatas. Bubungan (cam) ditempelkan pada benda yang berputar yang diukur putarannya,
dan pada setiap putaran, bubungan membuka dan menutup saklar. Operasi saklar dihitung
oleh pencacah elektronik. Sistem ini hanya dapat menghitung putaran penuh dan tidak dapat
membedakan pergerakan yang kurang dari putaran penuh.

B. Konversi Analog ke Digital

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, untuk dapat mengolah data ini perlu dilakukan
proses konversi ke bentuk digital dengan proses yang disebut Analog to Digital Converter
(ADC).
Analog To Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi kode – kode
digital. ADC banyak digunakan sebagai Pengatur proses industri, komunikasi digital dan
rangkaian pengukuran/ pengujian. Umumnya ADC digunakan sebagai perantara antara sensor
yang kebanyakan analog dengan sistim komputer seperti sensor suhu, cahaya, tekanan/ berat,
aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan menggunakan sistim digital (komputer).

ADC (Analog to Digital Converter) memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan


sampling dan resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal
analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling
biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS).

Gambar 1. ADC dengan kecepatan sampling rendah dan kecepatan sampling tinggi
Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC.
Sebagai contoh: ADC 8
bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan
dalam 255 (2n –
1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit output data digital, ini berarti sinyal input
dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit. Dari contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan
ketelitian nilai hasil konversi yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit.
Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk besaran yang
merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi. Sebagai contoh, bila
tegangan referensi 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input terhadap referensi adalah 60%.
Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan skala maksimum 255, akan didapatkan sinyal
digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk decimal) atau 10011001 (bentuk biner).

signal = (sample/max_value) * reference_voltage


= (153/255) * 5
= 3 Volts

 KOMPARATOR
Bentuk komunikasi yang paling mendasar antara wujud digital dan analog adalah piranti
(biasanya berupa IC) disebut komparator. Piranti ini, yang diperlihatkan secara skematik
dalam Gambar 2, secara sederhana membandingkan dua tegangan pada kedua terminal
inputnya. Bergantung pada tegangan mana yang lebih besar, outputnya akan berupa sinyal
digital 1 (high) atau 0 (low). Komparator ini digunakan secara luas untuk sinyal alarm ke
komputer atau sistem pemroses digital. Elemen ini juga merupakan satu bagian dengan
konverter analog ke digital dan digital ke analog yang akan didiskusikan nanti.

Gambar 2. Sebuah komparator merubah keadaan logika output sesuai fungsi tegangan
input analog

Sebuah komparator dapat tersusun dari sebuah opamp yang memberikan output
terpotong untuk menghasilkan level yang diinginkan untuk kondisi logika (+5 dan 0 untuk
TTL 1 dan 0). Komparator komersil didesain untuk memiliki level logika yang dperlukan
pada bagian outputnya.

 ADC SIMULTAN
ADC Simultan atau biasa disebut flash converter atau parallel converter. Input analog
Vi yang akan diubah ke bentuk digital diberikan secara simultan pada sisi + pada komparator
tersebut, dan input pada sisi – tergantung pada ukuran bit converter. Ketika Vi melebihi
tegangan input – dari suatu komparator, maka output komparator adalah high, sebaliknya
akan memberikan output low.

Gambar 3. ADC Simultan

Bila Vref diset pada nilai 5 Volt, maka dari gambar 3 dapat didapatkan : V(-) untuk C7 =
Vref * (13/14) = 4,64
V(-) untuk C6 = Vref * (11/14) = 3,93 V(-) untuk C5 = Vref * (9/14) = 3,21 V(-)
untuk C4 = Vref * (7/14) = 2,5 V(-) untuk C3 = Vref * (5/14) = 1,78 V(-) untuk C2
= Vref * (3/14) = 1,07 V(-) untuk C1 = Vref * (1/14) = 0,36
Misal :
Vin diberi sinyal analog 3 Volt, maka output dari C7=0, C6=0, C5=0, C4=1, C3=1,
C2=1,
C1=1, sehingga didapatkan output ADC yaitu 100 biner

Output Comparator Output


Translator
C7 C6 C5 C4 C3 C2 C1 22 21 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 1 1 0 1 0
0 0 0 0 1 1 1 0 1 1
0 0 0 1 1 1 1 1 0 0
0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

C. Rangkaian Penghitung

Ada beberapa konsep dasar dari ADC adalah dengan cara Counter Ramp ADC,
Successive Aproximation ADC dan lain sebagainya.
Pada gambar 4, ditunjukkan blok diagram Counter Ramp ADC didalamnya tedapat
DAC yang diberi masukan dari counter, masukan counter dari sumber Clock dimana sumber
Clock dikontrol dengan cara meng AND kan dengan keluaran Comparator. Comparator
membandingkan antara tegangan masukan analog dengan tegangan keluaran DAC, apabila
tegangan masukan yang akan dikonversi belum sama dengan tegangan keluaran dari DAC
maka keluaran comparator = 1 sehingga Clock dapat memberi masukan counter dan
hitungan counter naik.
Gambar 4. Blok Diagram Counter Ramp ADC

Misal akan dikonversi tegangan analog 2 volt, dengan mengasumsikan counter reset,
sehingga keluaran pada DAC juga 0 volt. Apabila konversi dimulai maka counter akan naik
dari 0000 ke 0001 karena mendapatkan pulsa masuk dari Clock oscillator dimana saat itu
keluaran Comparator = 1, karena mendapatkan kombinasi biner dari counter 0001 maka
tegangan keluaran DAC naik dan dibandingkan lagi dengan tegangan masukan demikian
seterusnya nilai counter naik dan keluaran tegangan DAC juga naik hingga suatu saat
tegangan masukan dan tegangan keluaran DAC sama yang mengakibatkan keluaran
komparator = 0 dan Clock tidak dapat masuk. Nilai counter saat itulah yang merupakan hasil
konversi dari analog yang dimasukkan.
Kelemahan dari counter tersebut adalah lama, karena harus melakukan trace mulai dari
0000 hingga mencapai tegangan yang sama sehingga butuh waktu.

 SAR (SUCCESSIVE APROXIMATION REGISTER) ADC


Pada gambar 5 ditunjukkan diagram ADC jenis SAR, Yaitu dengan memakai
konvigurasi yang hampir sama dengan counter ramp tetapi dalam melakukan trace dengan
cara tracking dengan mengeluarkan kombinasi bit MSB = 1 ====> 1000 0000. Apabila
belum sama (kurang dari tegangan analog input maka bit MSB berikutnya = 1 ===>1100
0000) dan apabila tegangan analog input ternyata lebih kecil dari tegangan yang dihasilkan
DAC maka langkah berikutnya menurunkan kombinasi bit ====> 10100000.
Untuk mempermudah pengertian dari metode ini diberikan contoh seperti pada timing
diagram gambar 6 Misal diberi tegangan analog input sebesar 6,84 volt dan tegangan
referensi ADC 10 volt sehingga apabila keluaran tegangan sbb :

Jika D7 = 1 Vout=5 volt


Jika D6 = 1 Vout=2,5 volt Jika
D5 = 1 Vout=1,25 volt Jika D4 =
1 Vout=0,625 volt
Jika D3 = 1 Vout=0,3125 volt
Jika D2 = 1 Vout=0,1625 volt Jika D1
= 1 Vout=0,078125 volt Jika D0 = 1
Vout=0,0390625 volt

Gambar 5. Blok Diagram SAR ADC


Gambar 6. Timing diagram urutan Trace

Setelah diberikan sinyal start maka konversi dimulai dengan memberikan


kombinasi 1000 0000 ternyata menghasilakan tegangan 5 volt dimana masih kurang dari
tegangan input 6,84 volt, kombinasi berubah menjadi 1100 0000 sehingga Vout=7,5 volt
dan ternyata lebih besar dari 6,84 sehingga kombinasi menjadi 1010 0000 tegangan Vout
= 6,25 volt kombinasi naik lagi 1011 0000 demikian seterusnya hingga mencapai tegangan
6,8359 volt dan membutuhkan hanya 8 clock.

 ADC DALAM BENTUK IC


Chip ADC yang banyak digunakan serta tersedia dipasar adalah jenis ADC 0804,
ADC 0808 dan 0809 chip ini dibuat dengan technologi CMOS mempunyai kemampuan
melakukan konversi sebanyak 8 buah chanel input analog secara multiplexing. Adapun
data keluaran digital yang dihasilkan adalah 8 bit bersifat tristate output. Chip ini
menawarkan beberapa keistimewaan antara lain high speed ( kecepatan tinggi ), konsumsi
daya yang rendah. Karenanya chip ini banyak digunakan pada proses control peralatan
mesin-mesin serta aplikasi automotif.
ADC 0804 merupakan salah satu Analog to Digital Converter yang banyak
digunakan untuk menghasilkan data 8 bit. Adapun metode pengukur aras tegangan
cuplikan dan mengubahnya ke dalam sandi biner menggunakan metode pengubahan
dengan tipe pembanding langsung atau successive approximation.
IC ADC 0804 mempunyai dua input analog, Vin(+) dan Vin(-), sehingga dapat
menerima input diferensial. Input analog sebenarnya (Vin) sama dengan selisih antara
tegangan-tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin input yaitu Vin = Vin(+) – Vin(-).
Kalau input analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin(+),
sedangkan Vin(-) di- groundkan. Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5
Volt sebagai tegangan referensi. Dalam hal ini jangkauan input analog mulai dari 0 Volt
sampai 5 Volt (skala penuh), karena IC ini adalah SAC 8-bit, resolusinya akan sama dengan

(n menyatakan jumlah bit output biner IC analog to digital converter)

IC ADC 0804 memiliki generator clock internal yang harus diaktifkan dengan
menghubungkan sebuah resistor eksternal (R) antara pin CLK R/CLK OUT dan CLK IN
serta sebuah kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ground digital. Frekuensi clock
yang diperoleh sama dengan :

Untuk sinyal clock ini dapat juga digunakan sinyal eksternal yang dihubungkan ke pin
CLK IN. ADC 0804 memiliki 8 output digital sehingga dapat langsung dihubungkan dengan
saluran data mikrokomputer. Input Chip Select (aktif LOW) digunakan untuk mengaktifkan
ADC 0804. Jika berlogika HIGH, ADC 0804 tidak aktif (disable) dan semua output berada
dalam keadaan impedansi tinggi. Input Write atau Start Convertion digunakan untuk
memulai proses konversi. Untuk itu harus diberi pulsa logika 0. Sedangkan output interrupt
atau end of convertion menyatakan akhir konversi. Pada saat dimulai konversi, akan berubah
ke logika 1. Di akhir konversi akan kembali ke logika 0.
ADC ini relatif cepat dan mempunyai ukuran kecil. Keuntungan tambahan adalah
setiap cuplikan diubah dalam selang waktu yang sama tidak tergantung pada arus masukan
dan secara keseluruhan ditentukan oleh frekuensi yang mengendalikan detak dan resolusi
dari pengubah. Sebagai contoh, pengubah 8 bit digunakan untuk menentukan arus logika
setiap bit secara berurutan mulai dari bit signifikan terbesar jika frekuensi detak 10 KHz,
waktu pengubahan 8 x periode detak = 8 x 0,1 mdetik. Jika frekuensi detak dinaikkan
menjadi 1 MHz, waktu pengubahan akan berkurang menjadi 8 udetik.
Kekurangan pengubahan jenis ini adalah mempunyai kekebalan rendah terhadap
derau dan diperlukan adanya pengubah digital ke analog yang tepat dan pembanding dengan
unjuk kerja yang tinggi,
Sebuah contoh diagram pin ADC 0804 adalah ditunjukkan pada gambar 7, IC ADC
0804 adalah sebuah CMOS 8bit dan IC ADC ini bekerja dibawah 100 us. Gambar 8
ditunjukkan sebuah pengetes rangkaian yang menggunakan IC ADC 0804 dimana input
tegangan analog dimasukkan dengan mengatur potensio 10 Kohm yang dihubungkan
dengan ground dan tegangan (+5 volt). Hasil dari ADC adalah 1/255 (2 8 - 1) dari skala penuh
tegangan 5 Volt. Untuk setiap penambahan 0,02 volt (1/255 x 5 volt = 0,02 volt ). Jika input
analog diberi 0,1 volt maka keluaran binernya = 0000 0101 ( 0,1 volt/0,02 volt = 5 maka
binernya = 0000 0101 ).

Gambar 7. Pin ADC 0804 8bit


Gambar 8. Rangkaian dengan IC ADC 0804

Rangkaian ADC melalui port paralel ini tampak pada Gambar 9. Hubungan ke data
komputer melalui pin data yaitu D0-D7. Sinyal status yang digunakan ialah ERROR yang
digunakan dengan pin 5 ADC yaitu INTR’. Dua sinyal control yaitu STROBE’ dan INIT’
digunakan untuk mengaktifkan ADC. Pin 9 sebagai Vref tidak dihubungkan.

Gambar 9. Rangkaian ADC 0804 terhubung ke port paralel


D. Multimeter Digital
Multimeter atau sering juga disebut dengan istilah multitester merupakan salah satu toolkit
penting bagi para praktisi elektronika. Multimeter adalah gabungan dari beberapa alat ukur
elektronik yang dikemas dalam satu kemasan. Pada umumnya setiap “multimeter” minimal
memiliki 3 fungsi ukur yaitu sebagai alat ukur arus (Ampere Meter), alat ukur tegangan (Volt
Meter) dan alat ukur resistansi (Ohm Meter). Karena 3 fungsi ukur tersebut selalu dimiliki
oleh multimeter / multitester maka sering juga disebut sebagai AVO meter. Akan tetapi sesuai
perkembangan teknologi maka multimeter pada saat ini ada yang telah memiliki fungsi lain
sebagai alat ukur kapasitansi kapasitor, sebagai alat ukur frekuensi dan sebagai alat ukur faktor
penguatan transistor.
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih
teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm
saja. Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang
memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan
service center yang memakai multimeter digital.
Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil. Jadi bila
melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun, sebaiknya menggunakan multimeter
analog.
Cara Menggunakan Multimeter Digital :
Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih
cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah
membaca dan memakainya.
1. Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap dipakai.
2. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat
ukur.
3. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
4. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik
karena display dapat memberitahu.

 Prinsip Kerja Multimeter

Multimeter merupakan salah satu alat ukur kumparan putar yang bekerja atas dasar prinsip
dari adanya suatu kumparan listrik, yang ditempatkan pada medan magnet, yang berasal dari suatu
magnet pemanen. Arus yang dialirkan melalui kumparan akan menyebabkan kumparan tersebut
berputar. Alat ukur kumparan putar tidak hanya dapat digunakan untuk mengukur arus searah,
akan tetapi juga dapat digunakan untuk arus bolak-balik. Magnet permanan yang memiliki kutub
utara dan selatan dan diantara kutub-kutub tersebut ditempatkan suatu silinder inti besi. Hal
tersebut akan menyebabkan terbentuknya medan magnet yang rata pada celah diantara kutub
magnet dan silinder inti besi besi, yang masuk melalui kutub-kutub ke dalam silinder, secara radial
sesuai dengan arah-arah panah. Dalam celah udara ini ditempatkan kumparan yang dapat melalui
sumbu. Bila arus searah yang tidak diketahui besarnya mengalir melalui kumparan tersebut, suatu
gaya elektromagnetik/yang mempunyaiarah tertentu akan dikenakan pada kumparan putar,
sebagai hasil antara arus dan medan magnet. Arah dari gaya dapat ditentukan menurut ketentuan
dari tori fleming. Besarnya dari gaya ini dapat diturunkan dengan mudah. Pada setiap ujung dari
sumbu, ditempatkan pegas yang salah satu ujungnya melekat padanya sedangkan ujung yang lain
pada dasar tetap. Setiap pegas akan memberikan gaya reaksinya yang berbanding lurus dengan
besar sudut rotasi dari sumbu dan berusaha untuk menahan perputaran. Jadi, dengan kata lain
pegas memberikan gaya reaksinya pada sumbu yang berlawanan arahnya.

 Batas Ukur Multimeter

Adapun batas ukur adalah angka yang menunjukkan nilai maksimum untuk defleksi jarum
maksimum.
Batas Ukur (Range) Multimeter

1. Batas Ukur (Range) Kuat Arus : biasanya terdiri dari angka-angka; 0,25 – 25 – 500 mA.
Untuk batas ukur (range) 0,25, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari 0 – 0,25 mA.
Untuk batas ukur (range) 25, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari 0 – 25 mA. Untuk
batas ukur (range) 500, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari 0 – 500 mA.
2. Batas Ukur (Range) Tegangan (ACV-DCV) : terdiri dari angka; 10 – 50 – 250 – 500 –
1000 ACV/DCV. Batas ukur (range) 10, berarti tegangan maksimal yang dapat diukur
adalah 10 Volt. Batas ukur (range) 50, berarti tegangan maksimal yang dapat diukur adalah
50 Volt, demikian seterusnya.
3. Batas Ukur (Range) Ohm : terdiri dari angka; x1, x10 dan kilo Ohm (kΩ). Untuk batas
ukur (range) x1, semua hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada papan skala (pada
satuan Ω). Untuk batas ukur (range) x10, semua hasil pengukuran dibaca pada papan skala
dan dikali dengan 10 (pada satuan Ω). Untuk batas ukur (range) kilo Ohm (kΩ), semua
hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada papan skala (pada satuan kΩ), Untuk batas
ukur (range) x10k (10kΩ), semua hasil pengukuran dibaca pada papan skala dan dikali
dengan 10kΩ.

 Prosedur Penggunaan Multimeter

Sebelum digunakan pastikan multimeter tersebut dalam keadaan masih berfungsi dengan
mengecek baterai pada multimeter tersebut. Arahkan saklar pemilih pada posisi off. Lalu pasang
test pin positif dan negative. Sebelum melakukan pengukuran (tegangan DC, tegangan AC, dan
Arus DC), posisikan jarum skala pada angka nol (disebelah kiri). Jika belum menunjuk angka nol,
atur dengan pengatur jarum skala secara pelan-pelan agar tidak rusak.

Untuk pengukuran tahanan, arahkan saklar pemilih pada batas ukur Ohm meter terlebih
dahulu, lalu hubungkan test pin positif (+) dan test pin negative (-) hingga ujung test pin saling
bersentuhan, setelah itu atur jarum skala hingga menunjuk angka nol disebelah kanan dengan
menggunakan knop pengatur nol ohm. Perlu di ingat bahwa setiap batas ukur Ohm meter, Jarum
skala tidak selalu menunjuk ke angka nol, untuk itu perlu di set dengan benar setelah mengganti
batas ukur yang akan digunakan. Bila proses pengukuran sudah selesai atau multimeter sedang
tidak digunakan, maka jangan lupa mengatur saklar pemlih pada posisi mati (off) agar baterai
yang digunakan tidak cepat habis.

E. Instrumen Berbasis Mikroprosesor

Mikroprosesor adalah alat yaang bekerja sebagai pusat pengendalian dan pengolahan pada
sistem komputer mikro. Alat ini juga biasa disebut dengan Central Processing Unit atau CPU.
Perlu diketahui bahwa mikroprosesor terdiri dari 3 bagian penting, yakni Arithmetic Logic Unit
atau ALU, Register Unit atau RU, serta Control Unit CU.
ALU (Arithmetic Logic Unit) , ALU fungsinya untuk melakukan proses operasi matematika
dan logika. Operasi matematika sederhana tersebut meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian. Sedangkan operasi logika meliputi AND, OR, NOT, XOR, XNOR dan lain-lain.
CU (Control Unit), CU berfungsi untuk mengambil intruksi dari memori dan melakukan eksekusi
intruksi tersebut. Sementara memori merupakan bagian tersendiri tidak termasuk dalam bagian
mikroprosesor.
Register, merupakan tempat menampung data sementara yang berasal dari memori.
Sebelum diproses oleh ALU
Contoh Mikroprosesor yang biasa dikehidupan sehari-hari kita adala, mikroprosesor pada
sebuah PC/Laptop yaitu : Intel pentium, Intel core i, Amd dll.
Cara Kerja Mikroprosesor

Dari Diagram Blok Mikroprosesor diatas terlihat bahwa sebuah Mikroprosesor pada
dasarnya terdiri dari 3 bagian utama yaitu Arithmetic Logical Unit (ALU), Register Array dan
Unit Pengendali yang terhubung dengan bagian INPUT (Keyboard, sensor) dan bagian OUTPUT
(Layar Monitor, printer, motor) serta bagian unit Memori. Mikroprosesor menjalankan sebuah
perintah atau instruksi berdasarkan urutan berikut ini yaitu Fetch (penjemputan atau pengambilan
perintah dan data yang diperlukan), Decode (Pembacaan sandi) dan Execute (Menjalankan
Perintah atau Mengeksekusi Perintah).

Sebuah Instruksi atau perintah pada awalnya disimpan di unit Memori secara berurutan
(sequential order). Mikroprosesor menjemput atau mengambil instruksi-instruksi tersebut dari
memori, kemudian menerjemahkannya dan mengeksekusi Instruksi-instruksi tersebut hingga
mendapatkan instruksi STOP atau berhenti. Hasil esksekusinya kemudian dikirimkan dalam Biner
ke port OUTPUT. Di antara proses-proses ini, terdapat Register Array yang berfungsi untuk
menyimpan data sementara sedangkan ALU dalam Mikroprosesor digunakan untuk melakukan
fungsi-fungsi komputasi.
BAB II
TRANDUSER

Pengertian Transduser

Transducer berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti
mengubah. William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi
tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi
berikutnya”.
Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal
(panas). Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi
energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi
mekanik, dan sebagainya. Sehingga definisi transducer adalah alat yang biasa pada
elektonika, kelistrikan, mekanik elektronik, elektromagnetik, digunakan mengubah
energi dari satu energi ke bentuk energi yang lain untuk berbagai pengukuran atau
transfer informasi. Contoh umum termasuk mikrofon, pengeras suara, termometer, posisi
dan sensor tekanan, dan antena. Meskipun umumnya tidak dianggap sebagai transduser,
fotosel, LED (dioda pemancar cahaya), dan bahkan bola lampu umum adalah transduser.
William D.C, (1993), mengatakan alat ukur adalah sesuatu alat yang berfungsi
memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal
dari perubahan suatu energi. Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik;
tachometer, speedometer untuk kecepatan gerak mekanik, lux-meter untuk intensitas
cahaya, dan sebagainya.
A. Klasifikasi Transduser
Ada beberapa macam dari klasifikasi tranducer, yaitu :
a. Menurut daya yang diperlukan ( William D.C, 1993 )

  Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu
sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic,
termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik
dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai
sumber tegangan.

  External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah
energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD
(resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.


b. Menurut pengubahan bentuk energy

  Input Tranducers
Electric-Input Tranducers mengubah energy non-listrik seperti suara,
cahaya menjadi energi listrik.

  Output Tranducers
Electric-Output Tranducers merupakan kebalikan dari Electric-Input
Tranducers.


c. Menurut pola aktivasinya

  Transduser pasif
Yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari
luar.

  Transduser aktif
Yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
B. Pemilihan Transduser

Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan


lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu
diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi pada beban lebih.
2. Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-
keluaran yang linier.
3. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu
banyak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan.
4. Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan
dengan bentuk dan besar yang sama.
5. Repeatability, yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang
sama ketika digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi
lingkungan yang sama.
6. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser
sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala
serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan.

C. Macam-Macam Tranduser

a. Transducer temperature
Terdapat dua kategori transducer temperatur semikonduktor, yaitu transducer
yang menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan suhu dan transducer
yang menghasilkan arus tertentu. sesuai dengan perubahan suhu.
Contoh sumber tegangan yang sensitif terhadap suhu adalah IC LM 35 produk
dari Nasional. Tegangan yang dihasilkan oleh LM 35 pada berbagai suhu adalah
sebagai berikut:
+1500 mV pada suhu 150o C,
+2500 mV pada suhu 250C, dan
-550 mV pada suhu -550 C
Salah satu contoh transduser temperature adalah termistor . Termistor atau tahanan
thermal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan sebagai tahanan dengan koefisien
tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Umumnya tahanan termistor
pada temperatur ruang dapat berkurang 6% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar

1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan


temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan
dan kompensasi temperatur secara presisi.

Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan seperti:


mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan uranium (U).
Rangkuman tahanannya adalah dari 0,5  sampai 75  dan tersedia dalam berbagai
bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil berbentuk mani-manik (beads) dengan
diameter 0,15 mm sampai 1,25 mm, bentuk piringan (disk) atau cincin (washer)
dengan ukuran 2,5 mm sampai 25 mm. Cincin-cincin dapat ditumpukan dan di
tempatkan secara seri atau paralel guna memperbesar disipasi daya.

Gambar 2.3 . Konfigurasi Thermistor: (a) coated-bead


(b) disk (c) dioda case dan (d) thin-film

Karkateristik termistor berikut memperlihatkan hubungan antara temperatur dan


resistansi seperti tampak pada gambar 2.4

Gambar 2.4. Grafik Termistor resistansi vs temperatuer:


(a) logaritmik (b) skala linier
Thermistor dengan koefisien positif (PTC, tidak baku)

Gambar 2.6. Termistor jenis PTC: (a) linier (b) switching

b. Transducer Gaya, Beban, dan Torsi


Strain gage adalah salah satu transducer yang banyak dipakai untuk mendeteksi
dan mengukur gaya, beban, torsi, dan tegangan. Prinsip kerjanya adalah mengubah
gaya mekanik menjadi besaran resistansi yang sebanding.
Piranti ini dibuat dari kawat tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat
tahanan yang biasa digunakan adalah campuran dari bahan “konstantan” (60% Cu
dan 40% Ni) atau logam campuran “479″ terdiri dari 92% Pt dan 8% Wo.
Kawat tahanan ini dilekatkan pada papan penyangga membentuk strain gage
dengan kawat berliku-liku atau bengkok-bengkok yang dikenal dengan bonded
strain gage.
Bentuk kawat yang berliku-liku dimaksudkan untuk memudahkan pendeteksian
terhadap gaya tekanan yang tegak lurus dengan arah panjang lipatan, karena,
tekanan akan menarik kabel sehingga meregang. Hal ini menyebabkan perubahan
resistansi pada kawat.
Selain bonded strain gage juga terdapat tipe yang lain yaitu unhonded strain
gage, yaitu strain gage yang dibentuk oleh kawat yang dilekatkan pada sebuah
rangka terpola agar terbentuk strain gage dengan kawat tahanan yang terpasang
lurus dan simetris. Jika papan atau rangka mendapat tekanan dari luar, maka
resistansinya akan bertambah sebesar DR dan panjangnya berubah sebesar DL.
Karakteristik sebuah strain gage ditentukan oleh sensitivitas (S) atau gage factor
(GF). Sensitivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan nilai
tahanan dan perubahan panjang.
Besarnya ratio (Poisons ratio) bahan logam, umumnya berkisar antara 0,25 –
0,35, sedangkan sensitivitas (s) atau gage factor berkisar antara 1,50-1,70. Kawat
tahanan konstantan mempunyai sensitivitas = 2, sedangkan logam campuran “Alloy
479″ sensitivitasnya adalah 4.
Strain gage dari bahan semikonduktor silikon dan germanium memiliki
sensitivitas yang jauh lebih tinggi, yaitu antara 50 hingga 200. Kelemahan strain
gage ini dalam pemakaiannya harus dilengkapi dengan kompensator suhu.

c. Transducer Perubahan Posisi


Jenis transducer yang banyak digunakan untuk mendeteksi perubahaan posisi
adalah Linear Paralel Differential Transformer (LVDT). Transducer ini bekerja
berdasarkan prinsip kerja transformator.
LVDT terdiri dari sebuah kumparan primer (P) dan dua buah kumparan
sekunder (S1 dan S2). Bila tegangan AC mengalir pada kumparan primer (P), maka
akan muncul tegangan induksi di kedua kumparan sekunder (S 1 dan S2). Dalam
rangkaian, kumparan sekunder dihubungkan secara seri berlawanan fase sehingga
tegangan pada kedua kumparan saling berlawanan fase.
Pada posisi normal, inti feromagnetik berada di tengah-tengah antara dua
kumparan sekunder. Pada posisi ini tegangan emf di kedua kumparan sekunder (S 1

dan S2). sama tetapi berkebalikan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian,
jumlah tegangan keluarannya sama dengan 0 volt, posisi ini disebut sebagai null
position.
Polaritas tegangan keluaran yang dihasilkan LVDT ditentukan oleh arah
gerakan inti. Sebagai contoh, bila inti pada gambar rangkaian 2.17 bergerak ke
bawah, kumparan S2, besar tegangan induksi lebih besar daripada S1,. Besar
tegangan induksi ditentukan oleh seberapa jauh inti bergerak. Langkah perubahan
posisi ini pada umuumnya antara 0,1 mm sampai dengan 75 mm.
d. Transducer Tekanan

Transducer tekanan digunakan untuk mengukur dan mengendalikan tekanan,


seperti tekanan cairan atau gas. Untuk mengubah tekanan menjadi perubahan posisi
diperlukan sebuah kantong atau diapragma.
Perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan
sehingga mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada kumparan. Kumparan
yang digunakan adalah kumparan CT (Center Tap), dengan demikian apabila inti
mengalami pergeseran maka induktansi pada salah satu kumparan bertambah
sementara induktansi pada kumparan yang lain berkurang. Signal Converter
mengubah induktansi magnetik yang timbul pada kumparan menjadi tegangan yang
sebanding.
Salah satu pemanfaatan dari penerapan transducer ini adalah untuk mengukur
tinggi suatu cairan. Piranti ini digunakan untuk mengukur baik tekanan statis
ataupun perbedaan tekanan.

d. Transducer Strain

Prinsip kerja pada strain gauge transducer adalah jika kita memberikan sebuah
tekanan dari sebuah benda, maka foil atau kawat akan mengalami deformasi, dan
tahanan pada listriknya akan mengalami perubahan. Prinsip kerja pada alat adalah,
selama proses penimbangan akan terjadi reaksi terhadap elemen logam pada load cell
yang akan mengakibatkan gaya secara elastis.
Gaya yang ditimbulkan oleh regangan ini akan dilakukan konversi ke dalam
sinyal elektrik oleh strain gauge yang sudah dipasangkan pada load cell. Sinyal
elektrik yang berupa tegangan yang dihasilkan oleh alat strain gauge sangat kecil
sehingga dibutuhkan sebuah rangkaian penguatan pada sinyal dengan menggunakan
operator amplifier.
Pada saat tekanan tau beban yang sudah diberikan berada dalam batas ukur, maka
tegangan yang dihasilkan oleh alat strain gauge pada load cells lenih kecil (Vo<4.5
mV). Tegangan ini akan dilakukan penguatan menjadu 1000 keali oleh sebuah
rangakaian operator amplifier (Vo<4.5 V). Tegangan pada keluaran operator amplifier
akan diteruskan menuju relay, karena tegangan tersebut tidak dapat memenuhi
tegangan minimal yang dapat mengaktifkan relay, maka lampu tidak akan menyala
karena terhubung dengan alternator.
Pengaplikasian lainnya pada alat strain gauge transducer dapat kita temui pada
bidang biomedis. Seperti pengukuran pada kontrasi otot kardia, dan juga dapat
digunakan untuk mengukuran tekanan darah untuk mengetahui abnormalitas dari
cardiovascular, mengukur laju pada pernapasan, dan secara luas juga sudah
dikembangkan untuk mendeteksi tekanan yang cocok dalam melakukan pemasangan
pada anggota tubuh buatan.
Contoh pengaplikasian lainnya pada strain gauge:
 Pengukur berat badan (DIGITAL)
 Timbangan digital pada kapasitas berat yang diangkut oleh bus atau truck
 Pengukuran batasan pada penumpang sebuah lift

e. Transducer Getaran

Gambar diatas menunjukkan skematik dari velocity pickups dan bagian-


bagiannya. Sistem tersebut terdiri dari massa yang dililiti o1eh suatu kumparan yang
dihubungkan dengan pegas dan damper, Dan suatu magnet permanen yang
memberikan medan magnet yang cukup kuat dipasang mengelilingi kumparan
tersebut.

Prinsip kerja dari tranduser ini berdasarkan hukum fisika bahwa ” apabila suatu
konduktor digerakkan melalui suatu medan magnet, atau jika.suatu medan magnet
digerakkan melalui suatu konduktor, maka akan timbul suatu tegangan induksi pada
konduktor tersebut. Apabila transducer ini ditempatkan pada bagian mesin yang
bergetar, maka tranduser inipun akan ikut bergetar, sehingga kumparan yang ada di
dalamnya akan bergerak relatif terhadap medan magnet akan menghasilkan tegangan
listrik pada ujung kawat kumparannya. Sinyal listrik yang dihasilkan sebanding.
dengan kecepatan getaran mesin tersebut. Dengan mengolah/ mengukur dan
menganalisa sinyal listrik dari tranduser, maka getaran mesin dapat diukur / diketahui.

Velocity tranduser biasanya lebih umum digunakan untuk pengukuran maupun


analisa vibrasi. Karena tranduser ini cukup kuat, mudah dalam pemakaiannya, dan
tranduser ini juga mempunyai level output listrik yang relatif tinggi. Serta tidak
membutuhkan daya listrik untuk mengaktifkannya. Seperti tranduser lainnya, velocity
transducer mempunyai batas maksimum dan minimum untuk daerah yang dapat
diukur, baik itu amplitude maupun frekuensi getaran.

Anda mungkin juga menyukai