0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan3 halaman
Dokumen menyajikan data pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Indonesia dari tahun 2015-2020, dimana pertumbuhan ekonomi berkisar antara 2,97-5,17% dan laju inflasi 1,68-3,61%. Juga menjelaskan sejarah tingginya inflasi di Indonesia pada 1960-1990an yang mencapai 136% akibat kebijakan moneter dan strategi pemerintah untuk menurunkannya melalui devaluasi, redenominasi, pembekuan giro dan deposito, serta pen
Dokumen menyajikan data pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Indonesia dari tahun 2015-2020, dimana pertumbuhan ekonomi berkisar antara 2,97-5,17% dan laju inflasi 1,68-3,61%. Juga menjelaskan sejarah tingginya inflasi di Indonesia pada 1960-1990an yang mencapai 136% akibat kebijakan moneter dan strategi pemerintah untuk menurunkannya melalui devaluasi, redenominasi, pembekuan giro dan deposito, serta pen
Dokumen menyajikan data pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Indonesia dari tahun 2015-2020, dimana pertumbuhan ekonomi berkisar antara 2,97-5,17% dan laju inflasi 1,68-3,61%. Juga menjelaskan sejarah tingginya inflasi di Indonesia pada 1960-1990an yang mencapai 136% akibat kebijakan moneter dan strategi pemerintah untuk menurunkannya melalui devaluasi, redenominasi, pembekuan giro dan deposito, serta pen
Pertumbuhan ekonomi dan Laju Inflasi Indonesia tahun 2010-2021
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2015 ke tahun 2020 yaitu
1. Tahun 2015 : 4,88% 2. Tahun 2016 : 5,03% 3. Tahun 2017 : 5,07% 4. Tahun 2018 : 5,17% 5. Tahun 2019 : 5,02% 6. Tahun 2020 : 2,97% Data laju inflasi Indonesia tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 yaitu, 1. Tahun 2015 : 3,35% 2. Tahun 2016 : 3,02% 3. Tahun 2017 : 3,61% 4. Tahun 2018 : 3,13% 5. Tahun 2019 : 2,72% 6. Tahun 2020 : 1,68%
Sejarah singkat tingginya inflasi diindonesia dan cara pemerintah mengatasinya
Dalam sejarah perekonomian, Indonesia telah mengalami inflasi yang sangat tinggi terutama pada tahun 1960-1990’an (tingkat inflasinya diatas 100%). Inflasi yang paling tinggi terjadi di tahun 1966 yaitu sebesar 136% yang disebabkan oleh deficit anggaran belanja pemerintah yang dibiayai dalam bentuk pencetakan uang untuk membayar hutang dan mendanai proyek-proyek megah (politik mencusuar) seperti, pembangunan monas. Terjadi pada masa akhir Orde lama, tepatnya pada era Demokrasi Terpimpin. Presiden Soekarno mencetak Rupiah hingga deflasi pada sat itu mencapai 600% sehingga pada tanggal 13 desember 1965 pemerintah melakukan penyederhanaan nilai rupiah (Redenominasi) dari 1.000 rupiah menjadi 1 Rupiah. Kebijakan ini memberikan pukulan besar bagi perbankan nasional, terutama yang telah menyetor modal tambahan karena tergerus drastis dalam sekejap. Para nasabah perbankan juga gigit jari akibat nilai dana simpanannya juga menciut 1/1000. Segala usaha pemotongan nilai uang ini ternyata tidak berhasil meredam inflasi, dan harga tetap naik membumbung tinggi maka terjadilah hiperinflasi. Menghadapi sangat tingginya inflasi pemerintah kemudian mengambil beberapa kebijakan diantaranya. Devaluasi, Redenominasi, Membekukan Giro dan Deposito dan Senering. Pada langkah Devaluasi, pemerintah pada 25 Agustus 1959 kemudian menurunkan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS dengan nilai Rp11,4 / US$ menjadi Rp45/ US$. Untuk kebijakan Redominasi pemerintah pada 13 Desember 1965 menurunkan nilai mata uang dan mengeluarkan uang baru dari Rp.1.000 menjadi Rp1 rupiah. Sementara dengan kebijakan membekukan Giro dan Deposito, pemerintah pada 25 Agustus 1959 membekukan sebanyak 90 persen giro dan deposito diatas Rp25 ribu. Sedangkan untuk kebijakan Senering atau pemotongan nilai mata uang, pemerintah pada 19 Desember 1965 menurunkan nilai uang kertas dari Rp500 menjadi Rp50 dan Rp1000 menjadi Rp100.